Wisata : Alat dan Data penelitian 1. Alat Penelitian
Lanjutan Tabel 20.
No Jenis Data
Sumber Data Cara
Pengumpulan Data
d. Aksesibilitas e. Infrastruktur
f. Fasilitas wisata Survei lapangan
dan pengamatan Pengamatan
langsung 5
Kualitas estetika-visual lingkungan
- Estetika-visual Lingkungan
Survei lapangan dan pengamatan
Pengamatan langsung
6 Kebijakan
a. UU Nomor 5 Tahun 1992
Tentang Benda Cagar Budaya
Bappeda Studi Pustaka
b. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No
063U1995 Tentang Perlindungan dan Pemeliharaan
benda Cagar Budaya Bappeda
Studi Pustaka c. Peraturan Pemerintah RI No 10
Tahun 1993 tentang Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 5 tahun 1992 Tentang benda Cagar budaya
Bappeda Studi Pustaka
Surat Keputusan Walikota Kepala Daerah Tingkat II
Surakarta No:64611611997 Tentang Penetapan bangunan-
bangunan dan kawasan kuno bersejarah di Kotamadya
Daerah Tingkat II Surakarta yang dilindungi Undang-Undang
No.5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya
Bappeda Studi Pustaka
4.3. Metode Penelitian 4.3.1. Pendekatan yang Digunakan
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan maksud untuk memberikan gambaran yang detil tentang aspek fisik dan masyarakat di
Kampung Batik Laweyan dengan melakukan pengukuran berdasarkan kriteria tertentu dengan melakukan teknik penskalaan melalui metode peringkat, dan
teknik pembobotan dengan metode pembobotan penentuan bobot secara langsung melalui expert judgement. Teknik penzonasian dilakukan dengan
analisis spasial yang dimodifikasi dengan metode deskriptif kuantitatif di atas. Pendekatan untuk mengetahui potensi fisik tapak dilakukan dengan menilai
kualitas budaya kawasan , potensi kelayakan kawasan serta kualitas estetika- visual lingkungan. Pendekatan akseptibilitas masyarakat dilakukan untuk
mengetahui potensi masyarakat. Kualitas budaya kawasan diperoleh dengan menganalisis potensi obyek dan atraksi wisata budaya eksisting dengan menilai
signifikansi budaya cultural significance dari obyek dan atraksi wisata eksisting yang menggunakan kriteria dari Burra Charter 1999, dan menilai potensi fisik
obyek dan atraksi sesuai kriteria dari Avenzora 2008. Cultural significance merupakan konsep untuk mengestimasi nilai kawasan yang memiliki signifikansi
untuk dapat memahami masa lampau untuk kepentingan masa kini dan masa yang akan datang. Penilaian ini berguna untuk menentukan tingkat potensi obyek
dan atraksi wisata sebagai tujuan wisata yang layak dikunjungi. Kualitas budaya obyek dan atraksi wisata ini akan menentukan kualitas budaya kawasan. Di
samping itu dilakukan penilaian terhadap zona kelayakan kawasan, dilakukan dengan kriteria dari Dirjen Pengembangan Produk Pariwisata 2000, dan
penilaian kualitas estetika-visual lingkungan, dilakukan dengan kriteria dari Nasar 1999 dan Burra Charter 1981. Ketiga analisis di atas dioverlay untuk
mendapatkan zona potensi pengembangan wisata budaya. Sedangkan pendekatan untuk mengetahui potensi masyarakat lokal dilakukan dengan
menganalisis tingkat akseptibilitas masyarakat. Kriteria untuk analisis yang digunakan menggunakan Koentjaraningrat dalam Yusiana 2007.
Kawasan wisata budaya berkelanjutan sustainable cultural tourism di Kampung Batik Laweyan akan dapat terwujud apabila pengembangan yang
dilakukan sebagai kawasan wisata budaya sangat memperhatikan unsur-unsur sosial budaya yang pada akhirnya akan berujung pada upaya pelestarian sosial
budaya masyarakat di kawasan.