1.5. Kerangka Pikir Penelitian
Sebelum memulai penelitian, perlu adanya kerangka berpikir untuk membantu kelancaran pelaksanaan baik selama di lapang maupun pada saat
proses pengolahan data dan pengembangan kawasan. Aspek masyarakat dan aspek fisik kawasan diteliti dan dianalisis sesuai prinsip-prinsip perencanaan
wisata. Gambar 1.
Gambar 1. Kerangka dan alur pikir penelitian
Aspek Fisik Kawasan Aspek
Masyarakat
Kualitas Budaya Kawasan berdasarkan Obyek Atraksi
Wisata Eksisting
Potensi Masyarakat
Potensi Pengembangan Wisata Budaya
Kampung Laweyan
Peruntukan sebagai kawasan wisata budaya
Perencanaan Kawasan Wisata Budaya
Kelayakan Kawasan
Wisata Kualitas
Estetika-Visual Lingkungan
Zona Kualitas Budaya
Kawasan Zona Kelayakan
Kawasan Wisata Zona Potensi
Estetika-Visual Lingkungan
Zona Wisata Budaya Potensial
Zona Akseptibilitas Masyarakat
Zona Pengembangan Kawasan Wisata Budaya
Potensi Obyek dan Atraksi
Wisata Budaya Eksisting
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Batik dan Sejarahnya
Batik secara historis berasal dari zaman nenek moyang yang dikenal sejak abad XVII yang ditulis dan dilukis pada daun lontar. Saat itu motif atau pola
batik masih didominasi bentuk binatang dan tanaman. Namun dalam sejarah perkembangannya, batik mengalami banyak perkembangan. Selanjutnya dengan
penggabungan berbagai corak lukisan dengan seni dekorasi pakaian, muncul seni batik lukis seperti sekarang ini Departemen Perindustrian -Badan Penelitian
dan Pengembangan Industri, 1987. Sejarah perbatikan di Indonesia berkaitan dengan perkembangan
kerajaan Majapahit dan kerajaan sesudahnya. Dalam beberapa catatan, pengembangan batik banyak dilakukan pada masa-masa kerajaan mataram,
kemudian pada masa kerajaan Solo dan Yogyakarta. Jenis dan corak batik tradisional amat banyak, namun corak dan
variasinya sesuai dengan filosofi dan budaya masing-masing daerah yang amat beragam. Khasanah budaya Bangsa Indonesia yang demikian kaya telah
mendorong lahirnya berbagai corak dan jenis batik tradisional dengan ciri kekhususannya sendiri. Kesenian batik merupakan kesenian gambar di atas kain
untuk pakaian yang menjadi salah satu kebudayaan keluarga raja-raja Indonesia zaman dulu. Pada awalnya batik dikerjakan terbatas hanya dalam kraton saja
dan hasilnya untuk pakaian raja dan keluarga serta para pengikutnya. Oleh karena banyak dari para pengikut raja yang tinggal di luar kraton, maka kesenian
batik ini dibawa oleh mereka keluar kraton dan dikerjakan di tempatnya masing- masing. Dalam perkembangannya lambat laun kesenian batik ini ditiru oleh
rakyat terdekat dan selanjutnya meluas menjadi pekerjaan kaum wanita dalam rumah tangganya untuk mengisi waktu senggang. Selanjutnya, batik yang
tadinya hanya pakaian keluarga istana, kemudian menjadi pakaian rakyat yang digemari, pria dan wanita, hingga kini.
Sebelum tahun 1900 penggunaan batik hanya untuk jarik tapih,dodot, kemben,selendang dan ikat kepala. Sedangkan motif-motif yang digunakan
mempunyai arti filosofis, sebagai contoh: a. Batik dengan motif sidomukti biasa digunakan oleh mempelai pada
upacara akad nikah maupun upacara “panggih” Jawa dengan maksud supaya si mempelai setelah melangsungkan pernikahan dikaruniai Tuhan
kebahagiaan, terpenuhi segala kebutuhan hidupnya dan mendapatkan kedudukan yang tinggi.
b. Pada tahun 1769, 1784, 1790, di kasunanan Surakarta diterbitkan surat keputusan Sri Sunan yang berisi larangan menggunakan batik khusus
dengan motif yang mengandung sawat sayap burung garuda, motif Parang Rusak, motif Udan Liris, Motif Cemukan , bagi masyarakat umum
bukan anggota keluarga kerajaan. Berbagai motif batik yang disebutkan di atas dapat dilihat pada Gambar 2 di bawah ini
Motif Parang Rusak Motif sawat sayap burung garuda
Motif Sidomukti Motif Udan Liris
Sumber: Departemen Perindustrian-Badan Penelitian dan Pengembangan Industri 1987.
Gambar 2. Berbagai motif batik dengan sejarah dan filsafah tersendiri Dalam perkembangan selanjutnya, setelah tahun 1900 terutama setelah
dihapuskannya larangan penggunaan motif batik tertentu dan munculnya desain batik modern maka penggunaan batik tidak terbatas untuk busana tradisional
saja, tetapi berkembang lebih luas lagi antara lain dipakai sebagai alat