inti kawasan wisata budaya. Sedangkan kawasan kidul pasar terletak agak jauh dari jalan raya. Di kawasan ini tidak terdapat obyek wisata menarik kecuali situs
kabanaran yang sebenarnya letaknya secara geografis berada di luar kawasan ini namun secara administratif berada di kawasan ini. Nilai cultural significance
untuk situs kabanaran ini tergolong tinggi, namun secara visual tergolong rendah karena tidak terawat dengan baik. Kendala ini dapat diatasi dengan melakukan
perbaikan pada situs ini agar menjadi kawasan yang menarik, dan kawasan kidul pasar dapat menjadi tempat peletakan fasilitas yang mendukung obyek wisata
bersejarah ini.
5.4. Rencana Pengembangan Kawasan Wisata Budaya di Kampung Batik
Laweyan 5.4.1. Konsep Perencanaan Wisata
Perencanaan Lanskap wisata budaya Kampung Batik Laweyan didasarkan pada konsep pelestarian dan apresiasi kehidupan membatik di
Kampung Batik Laweyan yang memiliki ciri khas dan keunikan tersendiri, dalam rangka mempertahankan warisan budaya tak benda, dengan tetap
memperhatikan unsur ekonomi masyarakat lokal. Program pemerintah yang telah menetapkan kawasan Kampung Batik Laweyan sebagai kawasan Cagar
budaya sesuai dengan UU Nomor 5 Tahun 1992 Tentang Benda Cagar Budaya telah menjadi dasar yang kuat dalam mengupayakan tindakan pelestarian
terhadap kehidupan sosial budaya beserta peninggalan sejarah yang terkandung di dalamnya. Dengan adanya tujuan pelestarian dan pemanfaatan kawasan
yang mendukung pelestarian, maka konsep perencanaan yang paling tepat diterapkan di kawasan ini adalah ‘Laweyan sebagai kampung wisata pusaka
yang interpretatif’. Menurut badan organisasi wisata dunia WTO, wisata pusaka adalah kegiatan untuk menikmati sejarah, alam, peninggalan budaya manusia,
kesenian, filosofi dan pranata dari wilayah lain. Sedangkan interpretatif artinya mampu memberi interpretasi atau informasi tentang sesuatu, dalam hal ini yaitu
batik. Dengan konsep ini, diharapkan perencanaan seluruh kawasan dilakukan dengan pertimbangan untuk dapat memberi banyak informasi dan interpretasi
tentang batik berikut kehidupan sosial budaya yang menyertai. Seluruh fasilitas wisata, jalur sirkulasi, obyek dan atraksi wisata, dirancang agar memenuhi
tuntutan interpretasi yang berkaitan dengan budaya batik dan kehidupan masyarakatnya.
Pendekatan yang digunakan dalam perencanaan kawasan wisata budaya kampung Batik Laweyan adalah dengan pendekatan dua aspek yaitu aspek
wisata, yang mengungkap potensi obyek dan atraksi wisatanya, dan potensi estetika-visual lingkungan fisik, serta aspek masyarakat lokal. Pendekatan ini
diharapkan mampu menggali potensi kawasan dan memanfaatkan potensi tersebut dengan tepat sesuai dengan karakter kawasan sehingga pada akhirnya
dapat tercipta kawasan yang sangat interpretatif terhadap kehidupan sosial budaya di dalamnya. Ciri khas yang paling menonjol dari kehidupan sosial
budaya di kampung Laweyan ini adalah kehidupan membatik. Semua aspek yang diidentifikasi dan dianalisis, menunjukkan adanya kehidupan membatik
yang sangat dominan. Latar belakang sejarah yang dimiliki kawasan juga erat kaitannya dengan kehidupan membatik tempo dulu hingga kini.
5.4.2. Konsep Ruang Kawasan Wisata Budaya
Konsep ruang wisata budaya yang dikembangkan didasarkan pada kebutuhan ruang wisata budaya untuk menyampaikan informasi tentang budaya
masyarakat lokal, yang dihubungkan oleh jalur sirkulasi yang membantu upaya interpretasi terhadap kawasan tersebut.
Pada zona inti yang merupakan pusat aktivitas wisata utama untuk wisata budaya, dibagi menjadi dua ruang yaitu ruang transisi, dan ruang wisata utama,
Pada tiap ruang wisata terdapat aktifitas dan fasilitas yang mendukung tema dan tujuan dari ruang wisata tersebut Gambar 28. Ruang-ruang tersebut adalah :
Kedua ruangan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1 Ruang Transisi
Merupakan ruang penghubung yang menghantarkan pengunjung dari welcome area menuju ruang wisata utama. Ruang ini juga berfungsi
sebagai ruang informasi yang mengarahkan pengunjung untuk memilih wisata mana yang diinginkan setelah memasuki ruang wisata utama. Di
dalam ruang ini terdapat fasilitas pameran batik, museum pusaka batik, fasilitas interpretasi batik, dan ruang interpretasi budaya dan sejarah
kawasan Laweyan. 2 Ruang wisata utama:
a Edutourism Merupakan ruang wisata utama yang mengakomodasikan aktifitas
dan fasilitas wisata untuk wisata edukasi tentang perbatikan. Wisata
edukasi di sini adalah mengajak wisatawan untuk mengenal lebih jauh tentang perbatikan mulai dari sejarahnya, filosofinya, motif dan
disain, proses pembuatan batik, hingga produk batik. Wisatawan juga dapat ikut berpartisipasi dalam pembuatan batik ini dengan belajar
langsung dari para pembatik yang ada di kampung Laweyan. Ruang ini merupakan ruang wisata yang memiliki obyek dan atraksi
wisata yang berkaitan dengan perbatikan seperti pabrik batik dan showroom batik. Di dalam ruang ini juga terdapat ruang pelatihan
bagi pengunjung yang ingin serius menekuni keahlian membatik dalam kurun waktu tertentu dan juga terdapat ruang interpretasi batik.
b Culture tourism Merupakan ruang yang mengakomodasikan obyek dan atraksi
budaya dan sejarah. Aktivitas wisata budaya yaitu melakukan kampoeng tour untuk melihat lebih dekat kehidupan sosial budaya di
kampung Laweyan yang sangat unik dan asli, baik dari bentuk arsitektural rumah, maupun sejarah yang terkandung di Kampung
Laweyan. Wisatawan diharapkan dapat mengeksploitasi kampung Laweyan mulai dari sejarah terbentuknya Laweyan hingga
terciptanya image kampung ini sebagai kampung batik beserta filosofi dan kearifan lokal yang dimiliki oleh kampung ini yang masih
tercermin hingga kini melalui arsitektur bangunan dan morfologi kampung dan kehidupan sosial yang masih dijalani hingga kini.
c Welcome area ruang penerimaan Ruang ini merupakan area penerimaan yang berfungsi sebagai pintu
masuk ke objek dan atraksi wisata. Area ini berisi fasilitas pelayanan seperti ruang duduk, ruang interpretasi wisata sesuai dengan tema
masing-masing wisata, dan fasilitas lain yang dibutuhkan wisatawan untuk melakukan touring mengikuti jalur interpretasi.
Pada zona pendukung terbagi atas entrance pintu masuk utama , visitor centre, dan ruang fasilitas pelayanan sebagai pendukung wisata. Ruang-ruang
tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut: 1 Entrance pintu masuk utama
Merupakan pintu masuk ke kampung Batik Laweyan. Pintu masuk ini langsung berhadapan dengan jalur primer yaitu Jl. Dr. Radjiman yang
merupakan jalan utama di wilayah kelurahan Laweyan yang juga menghubungkan kota Solo dan Jogjakarta.
2 Ruang visitor centre VIC Merupakan area penerimaan menuju wisata budaya. Area ini berisi
pusat informasi bagi pengunjung VIC yang masuk ke Kampung Batik Laweyan. Area ini bertujuan untuk memberikan pelayanan dan informasi
bagi pengunjung yang akan berwisata budaya. 3 Ruang fasilitas pendukung wisata
Merupakan ruang yang berisi fasilitas-fasilitas pendukung yang dibutuhkan dalam aktivitas wisata. Fasilitas-fasilitas tersebut dapat
berupa fasilitas pelayanan dan fasilitas kenyamanan. Fasilitas pelayanan seperti toilet, mushola, instalasi listrik dan air, tempat parkir, penyediaan
sarana transportasi, ruang pelatihan, dll. Sedangkan fasilitas kenyamanan seperti café dan restoran, ruang istirahat, dll. Ruang
pelayanan wisata ini terdapat di kedua zona, baik zona inti wisata maupun zona pendukung wisata
Gambar 28. Konsep ruang kawasan wisata budaya di Kampung Batik Laweyan, Surakarta
5.4.3. Konsep Sirkulasi Kawasan Wisata Budaya
Konsep dasar sirkulasi untuk pengembangan wisata ini memakai sistem Kampong tour dengan konsep learn by experiencing and exploring. Jadi konsep
ini semacam upaya mengenal kampung Laweyan dengan tidak hanya sekedar melihat-lihat, tetapi juga ikut terlibat dalam beberapa aktivitas tertentu yang dapat
memberi pengalaman langsung bagi pengunjung sehingga diharapkan nantinya dapat memberikan pemahaman yang mendalam bagi para pengunjung tentang
ENTRANCE
AREA TRANSISI
RUANG WISATA UTAMA
kampung batik Laweyan beserta kehidupan sosial budaya di dalamnya Gambar 29. Aktivitas menelusuri kampung ini difasilitasi dengan jalur sirkulasi.
Di samping itu sistem jalur wisata di kawasan wisata budaya kampung Batik Laweyan juga menekankan pada visualisasi untuk mengamati dan
menikmati atraksi dalam kesatuan yang utuh, terstruktur, berurutan dan ada keterkaitan satu sama lain dalam satuan ruang dan waktu. Menurut Simonds
1983 , dalam touring system perlu mempertimbangkan tentang: 1. Jarak atau waktu tempuh yang merupakan fungsi dari area, sedangkan
area merupakan fungsi dari ruang, sehingga keduanya merupakan satu kesatuan yang utuh
2. Keutuhan, yang menggambarkan keharmonisan dan unity dari elemen- elemen, sehingga elemen-elemen tersebut tidak terpencar-pencar
3. Sekuen, yang menggambarkan urutan terhadap obyek yang mempunyai persepsi kontinuitas sehingga merupakan penorganisasian dari elemen-
elemem pada ruang.
Gambar 29. Konsep ruang dan sirkulasi kawasan wisata budaya di Kampung Batik Laweyan, Surakarta
: Jalur sirkulasi primer : Jalur sirkulasi sekunder
: Jalur sirkulasi tertier : Entrance
: Welcome area
: Ruang transisi
: Ruang wisata utama
: Kawasan wisata
Pada dasarnya jalur sirkulasi kawasan wisata budaya di Kampung Batik Laweyan terbagi menjadi tiga yaitu jalur sirkulasi primer, sekunder, dan tertier.
Jalur sirkulasi primer di kawasan wisata budaya ini adalah jalan utama DR. Rajiman. Jalan ini berfungsi sebagai akses utama untuk menuju kawasan. Baik
dari terminal, bandara, luar kota, dll. Akses menuju kawasan wisata ini sangat tinggi. Pengunjung dapat mendatangi kawasan dari kedua arah, baik dari arah
Yogyakarta atau Semarang, maupun dari arah Sukoharjo ataupun Surabaya. Selanjutnya, jalur sirkulasi sekunder berfungsi menghubungkan antar kawasan.
Jalur ini dapat menggunakan kendaraan becak dalam jumlah yang sangat terbatas dan tidak diperkenankan untuk menjadi tempat parkir. Kendaraan roda 4
tidak diperkenankan masuk ke dalam kawasan wisata. Sedangkan jalur tertier adalah jalur pejalan kaki yang berupa gang-gang yang menghubungkan satu
obyek wisata dengan obyek lainnya, baik di dalam masing-masing kawasan, ataupun antar kawasan. Jalur sekunder dan tertier di zona inti tidak
memperkenankan kendaraan roda empat untuk melintas. Namun, terdapat satu jalur sekunder di kawasan Lor Pasar yang dapat dilintasi kendaraan roda empat
karena merupakan jalur penurunan dan penaikkan muatan hasil produksi batik bagi penduduk setempat dan menjadi pintu masuk dan keluar bagi aktivitas
produksi agar tidak saling mengganggu dengan aktivitas wisata.
5.4.4. Pengembangan Aktifitas dan Fasilitas di Kawasan Wisata Budaya
Tabel 42 di bawah ini menunjukkan hubungan antara ruang dan aktivitas beserta fasilitas yang dibutuhkan. Aktivitas di kawasan wisata budaya ini dibagi
berdasarkan aktivitaskegiatan ekonomi masyarakat lokal dan aktivitas wisata pengunjung.
Aktivitas ekonomi yang dilakukan masyarakat lokal, terbagi-bagi berdasarkan ruang yang dibutuhkan. Ruang atau zona yang menampung
aktivitas ini terbagi atas zona inti dan zona pendukung. Pada zona inti, maka aktivitas ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat lokal adalah aktivitas yang
terkait langsung dengan wisata budaya seperti menjual batik, membuat batik, memamerkan batik, maupun kegiatan yang berhubungan dengan budaya dan
sejarah kawasan.
Tabel 43. Rencana aktivitas dan fasilitas untuk zona inti di kawasan wisata budaya Kampung Batik Laweyan, Surakarta
Zona Wisata
Ruang Wisata Transisi
Wisata Utama Aktifitas
Fasilitas Aktifitas
Fasilitas
Zona Inti
Penerimaan wisatawan
Pusat informasi wisata budaya
Pusat Interpretasi Ruang galeri
budaya laweyan Ruang galeri
batik
EduTourism wisata batik
-pengunjung Wisata pasif:
Melihat proses
pembuatan batik Melihat galeri batik
Melihat pameran
seni batik
Melihat festival berkaitan dengan
batik
Melihat museum
batik Wisata aktif:
Ikut pelatihan
membatik
Berbelanja produk
batik -masyarakat lokal
Membuat furniture batik
Membuat dan memproduksi batik
Menjadi pemandu di gedung
interpretasi batik Menjadi karyawan
di toko atau pabrik batik
Membuat art gallery Menjual dan
memamerkan hasil produksi batik
Showroom batik
Pabrik batik Ruang
interpretasi batik
Ruang pelatihan
membatik Ruang
pameran dan
panggung festival batik
Ruang
pelatihan Laweyan
Batik Centre
Galeri batik dan ruang
pameran batik
Pabrik furniture
Pabrik batik VIC,
welcome area, obyek
wisata Galeri dan
toko batik, pabrik batik
Galeri galeri
Lanjutan Tabel 43.
Zona Wisata
Ruang Wisata Transisi
Wisata Utama Aktifitas
Fasilitas Aktifitas
Fasilitas
Zona Inti
Culture Tourism Wisata budaya dan sejarah
-Pengunjung: Wisata pasif:
Melihat peninggalan sejarah
Mendengar sejarah dan menyaksikan festival
Menikmati pemandangan situs
bersejarah Melihat gedung-gedung
bersejarah Melihat arsitektur
bangunan ciri khas Kampung Laweyan
Wisata aktif: Kampong tour dengan
berjalan kaki di kawasan Berperahu dari titik
mesjid Laweyan sampai pelabuhan Kabanaran
riverwalk boat tour Berziarah di makam
Kyai Ageng Henis
-Masyarakat lokal: Menjadi pemandu
wisata budaya Menampilkan
pertunjukkan seni budaya
Membuat kerajinan handycarft
Melakukan ritual adat • Ruang interpretasi
• Museum • Plaza dan
monument sejarah • Pelabuhan
kabanaran re- create
• Riverfront theatre • Jalur sirkulasi yang
nyaman • Sungai Kabanaran
yang bersih dan terawat
• Perahu • Historical Riverfront
and sidewalks , educational
components di tepi S. Kabanaran
• Sculpture
Welcome area dan VIC
Riverfront theatre Pabrik atau ruang
galeri
Zona Inti
Welcome area
• penerimaan wisatawan di ruang wisata utama
• Pusat informasi wisata VIC
Tabel 44. Rencana aktivitas dan fasilitas untuk zona pendukung wisata budaya Kampung Batik Laweyan, Surakarta
Zona Wisata
Ruang Wisata Entrance
Visitor Centre Ruang Fasilitas
Pendukung
Zona Pendu-
kung
Aktifitas Fasili
tas Aktifitas
Fasilitas Aktifitas
Fasilitas
Menerima wisatawan
Tempat Parkir
Taman Shelter
Menerima wisatawan
Gedung pusat
informasi wisata
-Makan -Istirahat
-Sholat -Berbelanja
souvenir -Pelatihan
batik massal
-Menginap -Restoran
dan café -Mushola
-Toko souvenir
-Tempat parkir
-Ruang pelatihan
-Sarana untuk
kegiatan riverwalk
boat tour di sungai
Kabanaran -Taman
-Gazebo -Tempat
penginapan
Sedangkan aktivitas wisata yang dilakukan oleh pengunjung terbagi-bagi berdasarkan zona inti dan zona pendukung sebagaimana aktivitas ekonomi.
Pengunjung yang hendak melakukan aktivitas wisata yang berkaitan dengan wisata budaya maupun sejarah, dapat dilakukan di zona inti. Sedangkan aktivitas
yang dilakukan pengunjung yang tidak terkait langsung seperti beristirahat, atau parkir, dll dapat dilakukan di zona pendukung.
5.4.5. Program Pengembangan Perencanaan Wisata
Tujuan dari program pengembangan dan penataan kawasan wisata adalah untuk mendukung kelestarian budaya batik yang telah menjadi warisan
budaya yang telah diakui dunia dan menjaga kelestarian kawasan dan keberlanjutan kehidupan sosial budaya dan ekonomi masyarakat lokal, serta
menjadi wadah edukasi warisan budaya batik. Kehadiran obyek dan atraksi wisata yang terdapat di kawasan ini merupakan sumber daya wisata yang sangat
potensial untuk dimanfaatkan dalam rangka mencapai tujuan perencanaan. Program ini diarahkan pada setiap obyek dan atraksi wisata potensial yang
berada di kawasan ini dengan melalui upaya rekonstruksi, revitalisasi dan preservasi, dan jalur-jalur sirkulasi yang digunakan untuk mencapai obyek dan
atraksi wisata yang ada Lampiran 1 dan 2.
5.5. Perencanaan Lanskap Wisata Budaya