oleh Mr. R. Tresna dan E. Utrecht dikenal pula beberapa terjemahan yang lain, seperti
28
:
a. Tindak pidana antara lain dalam Undang-Undang tentang
pemberantasan Tindak Pidana Korupsi;
b. Peristiwa pidana Prof. Mulyatmo, dalam pidato Dies Natalis
Universitas Gajah Mada VI pada tahun 1955 di Yogyakarta;
c. Pelanggaran Pidana Mr. M.H. Tirtaamidjaya, Pokok-Pokok
Hukum Pidana, Penerbit Fasco, Jakarta, 1955;
d. Perbuatan yang boleh dihukum Mr.Karni, Ringkasan tentang
Hukum Pidana, Penerbitan Balai Buku, Jakarta, 1959;
e. Perbuatan yang dapat dihukum Undang-Undang No.12Drt
Tahun 1951, pasal 3, tentang Mengubah Ordonnantie Tijdelijk Bijzondere Strafberpalingen.
Sebuah pidana diberikan kepada orang yang telah melakukan suatu perbuatan pidana, tindakan pidana atau delik pidana. Seperti
yang diungkapkan oleh seorang ahli hukum pidana yaitu Meljatno
29
, yang berpendapat bahwa pengertian tindak pidana yang menurut istlah
beliau yakni perbuatan pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum larangan mana disertai ancaman sanksi yang
berupa pidana tertentu, bagi barang siapa melanggar larangan tersebut. Sehubungan dengan hal pengertian tindak pidana ini Bambang
Poernomo, berpendapat bahwa perumusan mengenai perbuatan pidana
28
C. S. T. Kansil , Engelien R. Palendeng,, dan Altje Agustin Musa, Tindak Pidana Dalam Undang-Undang Nasional, Jakarta: Jala Permata Aksara, 2009. Hal. 1
29
Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, Jakarta: Bina Aksara, 1987, Hal. 54
Universitas Sumatera Utara
akan lebih lengkap apabila tersusun sebagai berikut; Bahwa perbuatan pidana adalah suatu perbuatan yang oleh suatu aturan hukum pidana
dilarang dan diancam dengan pidana bagi barangsiapa yang melanggar larangan tersebut.
Suatu tindak pidana baru dapat disebut suatu perbuatan pidana jika telah memenuhi beberapa unsur, baik unsur subjektif maupun
unsur objektif. Unsur subjektif adalah unsur-unsur yang melekat pada diri si pelaku atau yang berhubungan dengan diri si pelaku, dan
termasuk ke dalamnya yaitu segala sesuatu yang terkandung di dalam hatinya. Sedangkan unsur objektif adalah unsur-unsur yang ada
hubungannya dengan keadaan-keadaan, yaitu di dalam keadaan- keadaan mana tindakan dari si pelaku itu harus dilakukan
30
.
Unsur-unsur subjektif dari suatu tindak pidana itu adalah:
1. Kesengajaan atau ketidaksengajaan dolus atau Culpa; 2. Maksud atau Voornemen pada suatu percobaan atau pogging
seperti yang dimaksud dalam pasal 53 ayat 1 KUHP; 3. Macam-macam maksud atau oogmerk seperti yang terdapat
misalnya di dalam kejahatan-kejahatan pencurian, penipuan, pemerasaan, pemalsuan dan lain-lain;
4. Merencanakan terlebih dahulu atau voorbedachte raad seperti yang terdapat di dalam kejahatan pembunuhan menurut Pasal
340 KUHP;
30
P.A.F. Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1997, hal. 36.
Universitas Sumatera Utara
5. Perasaan takut yang antara lain terdapat di dalam rumusan tindak pidana menurut Pasal 308 KUHP.
Unsur-Unsur objektif dari suatu tindak pidana itu adalah:
1. Sifat melanggar hukum atau wederrechterlijkheid; 2. Kualitas dari si pelaku, misalnya keadaan sebagai seorang
pegawai negeri di dalam kejahatan jabatan menurut pasal 415 KUHP atau keadaan sebagai pengurus atau komisaris dari suatu
Perseroan Terbatas di dalam kejahatan menurut Pasal 398n KUHP.
3. Kausalitas yakni hubungan antara suatu tindak pidana sebagai penyebab dengan sesuatu kenyataan sebagai akibat.
Seorang ahli hukum yakni Simons merumuskan tindak pidana sebagai berikut
31
: 1. Diancam dengan pidana oleh Hukum
2. Bertentangan dengan Hukum 3. Dilakukan oleh orang yang bersalah
4. Orang itu dipandang bertanggung jawab atas perbuatannya.
9. Tujuan Pemidanaan