5. Perasaan takut yang antara lain terdapat di dalam rumusan tindak pidana menurut Pasal 308 KUHP.
Unsur-Unsur objektif dari suatu tindak pidana itu adalah:
1. Sifat melanggar hukum atau wederrechterlijkheid; 2. Kualitas dari si pelaku, misalnya keadaan sebagai seorang
pegawai negeri di dalam kejahatan jabatan menurut pasal 415 KUHP atau keadaan sebagai pengurus atau komisaris dari suatu
Perseroan Terbatas di dalam kejahatan menurut Pasal 398n KUHP.
3. Kausalitas yakni hubungan antara suatu tindak pidana sebagai penyebab dengan sesuatu kenyataan sebagai akibat.
Seorang ahli hukum yakni Simons merumuskan tindak pidana sebagai berikut
31
: 1. Diancam dengan pidana oleh Hukum
2. Bertentangan dengan Hukum 3. Dilakukan oleh orang yang bersalah
4. Orang itu dipandang bertanggung jawab atas perbuatannya.
9. Tujuan Pemidanaan
Andi Hamzah dan A. Simangelipu menyatakan, bahwa pertanyaan yang berabad-abad belum terjawab adalah apakah
sebenarnya tujuan penjatuhan pidana pemidanaan itu? Dari sekian banyak jawaban, belum ada yang memuaskan semua pihak. Ada yang
31
Andi Hamzah, Azaz-Azaz Hukum Pidana, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004. Hal.88
Universitas Sumatera Utara
memberikan jawaban untuk memperbaiki si penjahat. Apabila memang hanya bertujuan untuk itu, maka tidaklah sesuai bagi penjatuhan
pidana mati dan pidana seumur hidup. Oleh karena itu tindakan memasukan seorang anak yang melakukan kejahatan ke dalam
pendidikan anak nakal merupakan contoh yang sesuai untuk disebut sebagai bertujuan untuk memperbaiki penjahat. Tujuan untuk
memperbaiki penjahat menjadi warga negara yang baik, sesuai jika terpidana masih ada harapan untuk diperbaiki, terutama pelaku delik-
deik tanpa korban victimless crime. Namun untuk kejahatan yang sangat menyinggung asas-asas kemanusiaan, maka sulit untuk
menghilangkan sifat penjeraan deterent ataupun sifat pembalasan revenge pidana yang akan dijatuhkan.
32
Menurut P.A.F. Lamintang pada dasarnya terdapat tiga pokok pemikiran tentang tujuan yang ingin dicapai dengan suatu pemidanaan,
yaitu sebagai berikut 1. untuk memperbaiki pribadi dari penjahat itu sendiri;
2. untuk membuat orang menjadi jera untuk melakukan kejahatan- kejahatan;
3. untuk membuat penjahat-penjahat tertentu menjadi tidak mampu untuk melakukan kejahatan-kejahatan yang lain, yakni penjahat-
32
Andi Hamzah dan A. Simangelipu, Pidana Mati di Indonesia: Di Masa Lalu, Kini Dan Masa Depan, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1984. Hal. 14-15.
Universitas Sumatera Utara
penjahat yang dengan cara-cara yang lain sudah tidak dapat diperbaiki lagi.
33
Dari beberapa Literatur dapat kita lihat bahwa ada beberapa tujuan pemidanaan sebagai berikut:
1. Pembalasan Retribution maksudnya bahwa tujuan pemidanaan adalah hanya pembalasan terhadap terpidana yang melakukan
tindak pidana. Terpidana yang melakukan suatu tindak pidana wajib menerima penderitaan atau nestapa yang setimpal dengan
perbuatannya. Apabila seseorang melakukan pembunuhan maka pidana yang setimpal dengan perbuatannya adalah dibunuh,
nyawa ganti nyawa dan gigi ganti gigi. Tujuan pemidanaan pembalasan ini merupakan yang tertua yang diperkirakan sudah
ada sejak adanya manusia.
34
2. Prevensi Pencegahan atau Utility Manfaat maksudnya bahwa
tujuan pemidanaan diusahakan bermanfaat atau member perlindungan bagi terpidana prevensi special maupun
masyarakat prevensi general. Jadi dalam tujuan prevensi ini, untuk mencegah kejahatan dikenal istilah prevensi umumgeneral
dan prevensi khususspecial. a Prevensi
umumgeneral yaitu
untuk menakut-
nakutimencegah anggota masyarakat atau mereka yang
33
P.A.F Lamintang, Op.Cit., Hal.11.
34
Robin Reagan Sihombing, Op.Cit., Hal. 21
Universitas Sumatera Utara
secara potensial melakukan tindak pidana supaya tidak melakukan tindak pidana.
35
b Prevensi khususspecial yaitu untuk mencegah terpidana agar jangan mengulangi lagi tindak pidana atau mencegah
kejahatan dalam arti perbaikan atau merehabilitasi terpidana. Menurut Marry Negley
36
bahwa tujuan penghukuman pemidanaan adalah mencegah seseorang melakukan kejahatan
tindak pidana dan bukan merupakan pembalasan dendam dari masyarakat. Bukan kekerasan, akan tetapi kepastian dan ketepatan
dalam penjatuhan hukumanlah yang dapat menjamin hasil yang baik.
Lembaga pemenjaraan, pertama kali diadakan atau didirkan agar pelaku jera. penutupan terpidana dalam kamar sel yang suram,
terpidana dipaksa bekerja dengan fasilitas hidup yang relatif kurang memadai diharapkan terpidana tidak lagi melakukan tindak pidana dan
suatu upaya untuk member perlindungan terhadap masyarakat. Asas Legalitas pertama kali dikemukakan oleh Von Feurbach
juga bertujuan untuk menakut-nakuti psikologis seseorang. Jika seseorang mengetahui bahwa ia akan mendapatkan suatu pidana
apabila ia melakukan suatu tindak pidana yang telah diatur oleh Undang-Undang, maka ia akan berpikir dua kali untuk melakukan
suatu tindak pidana.
35
Ibid.
36
Marry Elmer Barnes Negley K. Teeters., New Horizon in Criminology, atau dari
Pemenjaraan ke Pembinaan Narapidana. Terjemahan Romli Atmasasmita, Bandung: Alumni, 1971. hal. 5.
Universitas Sumatera Utara
Tujuan pemidanaan prevensi khusus ini termasuk memperbaiki atau merehabilitasi terpidana agar menjadi seseorang yang baik dan
berguna bagi masyarakat. Pemidanaan harus diusahakan dapat merubah sikap dan pandangan terpidana sehingga tidak lagi melakukan
tindak pidana pada masa yang akan datang, sehingga masyarakat pun akan mendapatkan manfaatnya apabila sang terpidana menjadi pribadi
yang baik.
37
Dewasa ini lembaga pemenjaraan telah berubah fungsi menjadi
tempat merehabilitasi,
memperbaiki, meresosialisasi,
mengintegrasi dan membina terpidana. Terpidana diharapkan tidak lagi melakukan tindak pidana setelah dipidana bahkan menjadi orang yang
berguna bagi masyarakat dan Negara.
10. Narkotika