Komunitas Burung di Kepulauan Karimunjawa Jawa Tengah Aplikasi Teori Biogeografi Pulau

(1)

KOMUNITAS BURUNG

DI KEPULAUAN KARIMUNJAWA JAWA TENGAH:

APLIKASI TEORI BIOGEOGRAFI PULAU

MARGARETA RAHAYUNINGSIH

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(2)

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Komunitas Burung di Kepulauan Karimunjawa Jawa Tengah: Aplikasi Teori Biogeografi Pulau adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Bogor, November 2009

Margareta Rahayuningsih NRP E 061040021


(3)

ABSTRACT

MARGARETA RAHAYUNINGSIH. Bird Community in Karimunjawa Islands Central Java: Application of Island Biogeography Theory. Under the supervision of ANI MARDIASTUTI, LILIK BUDI PRASETYO, and YENI ARYATI MULYANI.

The objective of the research was to analyze the effect of island characteristics on bird community in Karimunjawa Islands, particularly related to the application of Island Biogeography Theory. The research took place in 12 islands of Karimunjawa Islands, i.e. Island of Karimunjawa, Kemojan, Parang, Nyamuk, Menjangan Besar, Menjangan Kecil, Geleang, Kembar, Cemara Besar, Burung, Seruni and Genting. The study was conducted in June 2006, October 2006, and June 2007. The data of birds from each island were collected by point count method and total of point count in this research was 276. Landsat-7 ETM+ and topographic maps of the Islands of Karimunjawa (scale of 1:25.000) have been used to analyze habitat characteristics, i.e. area, distance, and shape of each island as well as habitat type. Bird community and habitat characteristics were analyzed using linear regression, multiple regression, and partial test. The results showed that different area, distance, shape, and habitat type have caused differences on bird diversity in Karimunjawa Islands. There were 54 bird species and diversity index (H’) was 2.51. Sixteen of these bird species were protected by Indonesian legal law, three were categorized as NT (Nearly Threatened) by IUCN (International Union for Conservation of Nature) and seven of them were enlisted in CITES (Convention on International Trade of wild fauna and flora). On the guild level the dominancy of spesies was shown by the Carnivore-Insectivore, but the dominancy of mean individu was shown by the Insectivore-Frugivore.

Analysis of t test in the diversity index showed that the biggest islands (Karimunjawa Island and Kemojan Island) were significant with other islands,

among small islands was not significant, and the small island was not significant with the bigger island which have low evenness. Analysis of similarity index showed there was tendency that the contiguous islands, the islands with comparable size, and the islands with similar habitat type would have similar species composition. The theory of island biogeography is still relevant and applicable for Karimunjawa Islands, although the distance between islands seems does not have significant effect. However, there is another factor other than area and distance that plays important roles in determining the bird’s diversity, i..e. habitat diversity. Partial test regression showed that diverse habitat has stronger effect than size of area. In general, distance from Java Island and Karimunjawa Island, and island shape seemed to have no effect on bird community in Karimunjawa Islands, there was a tendency that the more isolated the island and the irregularity of island shape have caused the lower of two aspects, i.e. the species richness and the species diversity. This research also showed that island biogeography theory can be used for spesies richness for bird community and not for diversity index.


(4)

RINGKASAN

MARGARETA RAHAYUNINGSIH. Komunitas Burung di Kepulauan Karimunjawa Jawa Tengah: Aplikasi Teori Biogeografi Pulau. Dibimbing oleh ANI MARDIASTUTI, LILIK BUDI PRASETYO, dan YENI ARYATI MULYANI.

Teori biogeografi pulau sangat mendominasi dan menjadi konsep dasar pada penelitian keanekaragaman spesies, tetapi sampai saat ini masih menjadi perdebatan para ahli ekologi. Berdasarkan beberapa studi ternyata diketahui bahwa banyak pendekatan yang lebih baik dan lebih komplek dalam menjelaskan faktor yang mempengaruhi keanekaragaman spesies, termasuk burung. Kepulauan Karimunjawa merupakan gugusan pulau di Laut Jawa yang menyediakan sebuah laboratorium alam untuk menganalisis komunitas burung dan berbagai faktor yang mendukung keberadaannya. Kegiatan yang dilakukan selama ini di Indonesia khususnya di Kepulauan Karimunjawa hanya terbatas pada kegiatan inventarisasi saja. Penelitian dengan mengkaitkan analisis komunitas burung dengan konsep biogeografi pulau belum pernah dilakukan. Berdasarkan hal tersebut di atas maka penelitian ini bertujuan untuk menganalisis komunitas burung di Kepulauan Karimunjawa dalam hubungannya dengan aplikasi teori biogeogafi pulau.

Penelitian dilakukan di 12 pulau, yaitu Pulau Karimunjawa, P. Kemojan, P. Parang, P. Nyamuk, P. Menjangan Besar, P. Menjangan Kecil, P. Geleang, P. Kembar, P. Cemara Besar, P. Burung, P. Seruni dan P.Genting. Waktu penelitian di lapangan dilakukan pada bulan Juni 2006, Oktober 2006, dan Juni 2007. Pengambilan data burung menggunakan metode titik hitung (point count). Total titik hitung dalam penelitian ini sebanyak 276 titik. Klasifikasi tutupan lahan didapatkan dengan pendekatan analisis citra digital (Landsat-7 ETM+).

Pengukuran jarak pulau menggunakan menu measure, luas dan bentuk

menggunakan extensions analisis habitat (patch analysis) yang terdapat pada program Arcview 3.3. Analisis komunitas burung dengan karakteristik pulau dilakukan dengan menggunakan regresi linier, regresi berganda, dan uji parsial.

Hasil penelitian menunjukkan perbedaan luas, jarak, bentuk, dan tipe habitat menyebabkan perbedaan keanekaragaman burung di Kepulauan Karimunjawa. Komunitas burung di Kepulauan Karimunjawa mempunyai kekayaan spesies sebanyak 54 spesies yang termasuk dalam 22 famili dan 11 ordo. Sebanyak 16 spesies burung dilindungi berdasarkan Peraturan Perundangan Indonesia, tiga spesies dikategorikan NT (Near Threatened) oleh IUCN (International Union for Conservation of Nature), dan tujuh spesies tercantum dalam CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of wild fauna and flora). Komunitas burung di Kepulauan Karimunjawa mempunyai tingkat keanekaragaman (H’) sebesar 2,51 dan tingkat keanekaragaman pada 12 pulau di lokasi penelitian berkisar antara 1,65 – 2,52. Kategori guild menun-jukkan jumlah spesies burung didominasi oleh kelompok pemakan vertebrata dan invertebrata (Carnivore-Insectivore), sedangkan berdasarkan rata-rata jumlah individu didominasi oleh kategori pemakan serangga dan buah-buahan (Insectivore-Frugivore). Uji t indeks keanekaragaman spesies menunjukkan pulau terluas (P. Karimunjawa dan P. Kemojan) berbeda secara signifikan dengan pulau lainnya, antara pulau-pulau kecil tidak berbeda secara signifikan, dan tidak ada


(5)

perbedaan signifikan antara pulau-pulau kecil dengan pulau besar yang memiliki kemerataan rendah. Hasil analisis indeks kemerataan menunjukkan pola bahwa pulau yang berdekatan, pulau yang luasannya hampir sama, dan tipe habitat sama ternyata memiliki komposisi spesies yang sama.

Hasil analisis regresi hubungan antara kekayaan spesies atau indeks keanekaragaman spesies dengan karakteristik pulau (luas, jarak, bentuk, dan keanekaragaman habitat) menunjukkan teori biogeografi pulau masih relevan untuk diaplikasikan di Kepulauan Karimunjawa meskipun dalam penelitian ini faktor jarak tidak berpengaruh, tetapi ada faktor lain disamping luas area dan jarak yang turut menentukan keanekaragaman spesies burung yaitu faktor keanekaragaman habitat. Uji parsial memperlihatkan peranan keanekaragaman habitat di Kepulauan Karimunjawa ternyata lebih dominan dibandingkan luas area. Jarak dari P. Jawa, jarak dari P. Karimunjawa dan bentuk pulau tidak berpengaruh terhadap komunitas burung, tetapi ada kecenderungan bahwa semakin jauh jarak dari mainland atau semakin tidak beraturan bentuk pulau maka kekayaan dan keanekaragaman spesies burung di Kepulauan Karimunjawa semakin rendah. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa teori biogeografi pulau berlaku untuk kekayaan spesies, bukan indeks keanekaragaman spesies.

Kata kunci: Komunitas burung, teori biogeografi pulau, Kepulauan Karimunjawa, Jawa Tengah


(6)

© Hak cipta milik IPB, tahun 2009 Hak cipta dilindungi Undang-Undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritikan atau tinjauan suatu masalah.

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.


(7)

KOMUNITAS BURUNG

DI KEPULAUAN KARIMUNJAWA JAWA TENGAH:

APLIKASI TEORI BIOGEOGRAFI PULAU

MARGARETA RAHAYUNINGSIH

Disertasi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada

Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2009


(8)

Dosen penguji pada Ujian Tertutup : Dr. Ir. Dewi Malia Prawiradilaga Dr. Ir. Damayanti Buchori, M.Sc

Dosen penguji pada Ujian Terbuka : Dr. Noviar Andayani, M.Sc Dr. Ir. Tonny Soehartono


(9)

Judul Disertasi : Komunitas Burung di Kepulauan Karimunjawa Jawa Tengah: Aplikasi Teori Biogeografi Pulau

Nama : Margareta Rahayuningsih

NRP : E 061040021

Menyetujui: Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Ani Mardiastuti, M.Sc. Ketua

Dr. Ir. Lilik Budi Prasetyo, M.Sc. Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc.

Anggota Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana IPB Ilmu Pengetahuan Kehutanan

Prof. Dr. Ir. Imam Wahyudi, M.S. Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, M.S. Tanggal Ujian : 12 Oktober 2009 Tanggal Lulus :


(10)

PRAKATA

Alhamdulillahirabbil alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkah dan karunia-Nya pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan disertasi dengan judul “Komunitas Burung di Kepulauan Karimunjawa Jawa Tengah: Aplikasi Teori Biogeografi Pulau”. Disertasi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar doktor dari Institut Pertanian Bogor.

Penelitian dan penulisan disertasi ini dapat diselesaikan karena peran dan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Ani Mardiastuti, M.Sc., Dr. Ir. Lilik Budi Prasetyo, dan Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc. selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang senantiasa meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan disertasi ini.

2. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional yang memberikan bantuan beasiswa pendidikan (BPPS) dan Hibah Doktor.

3. Dekan serta seluruh civitas Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor yang telah menerima penulis untuk berinteraksi dan menempuh sekolah serta mengembangkan kemampuan.

4. Dr. Ir. Hendrayanto, M.Agr., Prof. Dr. Ir. Fauzi Febrianto, M.S., dan Prof. Dr. Ir. Imam Wahyudi, M.S serta seluruh civitas Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan Sekolah Pascasarjana IPB.

5. Dr. Ir. Dewi Malia Prawiradilaga dan Dr. Ir. Damayanti Buchori, M.Sc, yang telah bertindak sebagai penguji luar komisi pada pelaksanaan Ujian Tertutup. 6. Dr. Noviar Andayani, M.Sc dan Dr. Ir. Tonny Soehartono sebagai penguji luar

komisi dan memberikan saran pada pelaksanaan Ujian Terbuka.

7. Rektor Universitas Negeri Semarang, Dekan FMIPA dan Ketua Jurusan

Biologi FMIPA UNNES yang telah memberikan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan.

8. Balai Taman Nasional Karimunjawa yang telah memberikan ijin penelitian dan membantu memberikan fasilitas akomodasi selama penelitian.

Formatted: Bullets and Numbering


(11)

9. Segenap staf Balai Taman Nasional Karimunjawa khususnya Bapak Drs. Mardi Efendi, Mas Hari Susanto, dan Mbak Sulis.

10.Dr. Wilson Novarino, Dr. Ruhyat Partasasmita, Anita Zaetunah, Samsuri, Tanti E, Insan Kurnia, Ibu Erni, Imannudin, Tiara, Tetri W, Rika, Lina, Heri dan Iwan. dan rekan-rekan sekolah Pascasarajana IPB atas persahabatan dan senantiasa menjadi teman diskusi.

11. Bapak Tri Permadi, Bapak Yudi, Bapak Uus Syaefulah, dan Edwin atas diskusi dan bantuannya selama analisis SIG dan Citra Digital.

12. Rekan-rekan di Jurusan Biologi Unnes: Dr. Drh. R. Susanti, Dr.Enni S, Dr. Ir. Amin R, Dr. Lisdiana, Drs. Y. Ulung A, M.Si, Ir. Nana Kariada, M.Si, Ir. NR Utami, M.Si, dan Suwarti, M.Pd atas semangat, nasehat, dan diskusinya. 13.Rekan-rekan asrama putri arum: Arlay, Mery, Dian, Ami, Ina, Kim, Sophi,

Niken, Nurul, Ima, Eka atas persahabatan yang tulus.

14. Rekan-rekan Pelatuk Bird Study Club-Biologi Unnes: Muh. Abdullah, S.Si, Arif R, Arif N, Dani, Vian, Munir, Yuli, serta Dodo dan Nurul.

15. Bapak Jasmani beserta awak kapal yang selalu mendampingi penulis selama menjelajahi Kepulauan Karimunjawa.

16. Ibunda dan Ayahanda M. Sarwono, Ibu dan Ayah mertua H.M. Soegimin, dan adik-adik yang senantiasa memberikan doa, dorongan dan semangat pada penulis untuk menyelesaikan studi.

Kepada suami tercinta Sigid Adi Brata, SE, MM, terimakasih atas keikhlasan memberi ijin, doa, dorongan, kesabaran dan dukungan moril serta materiil yang tidak terhingga nilainya dan ananda Alexandre Akbar Haqiki (Alle) yang senantiasa memberikan inspirasi, semangat, dan motivasi kepada bunda.

Semoga disertasi ini bisa memperkaya khazanah pengetahuan kita tentang teori biogeografi pulau khususnya, ekologi dan konservasi burung pada umumnya. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih, semoga disertasi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, November 2009

Margareta Rahayuningsih


(12)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Semarang pada tanggal 22 Januari 1970 sebagai anak pertama dari pasangan M. Sarwono dan Rahajeng Trisminingsih. Pendidikan sarjana diselesaikan penulis pada tahun 1993 di Jurusan Zoologi Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Pada tahun 1998 penulis melanjutkan jenjang S2 di Program Studi Biologi Universitas Gadjah Mada dan lulus pada tahun 2001. Pada tahun 2004, penulis mendapat kesempatan untuk melanjutkan pendidikan tingkat doktor pada program studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, dengan bantuan beasiswa pendidikan dari Departemen Pendidikan Nasional.

Penulis bekerja sebagai staf pengajar di Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang (Unnes) sejak tahun 1997. Sejak menjadi staf pengajar penulis aktif dalam sejumlah kegiatan penelitian dan pengabdian masyarakat dengan sumber dana baik dari Universitas Negeri Semarang maupun dari Departemen Pendidikan Nasional, dan dalam berbagai pelatihan serta seminar ilmiah tingkat regional maupun nasional.

Selama mengikuti program S3, penulis mendapat kesempatan untuk mengikuti exchange student di Universitas Helsinki, Finlandia selama tiga bulan (Maret – Mei 2007) atas biaya Asia link FORRSA (The Forest Restoration and Rehabilitation in Southeast Asia) yang bekerjasama dengan IPB dan pada tahun 2009 mendapat Hibah Doktor untuk membantu proses penyelesaian studi S3. Penulis bersama komisi pembimbing telah menulis sebuah artikel dengan judul ”Bird Community in Bird Island Karimunjawa National Park” dan telah dimuat pada jurnal terakreditasi Biodiversitas Universitas Sebelas Maret volume 8 nomor 3 Juli 2007.


(13)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

I. PENDAHULUAN 1 Latar Belakang ... 1

Perumusan Masalah ... 4

Hipotesis... 5

Tujuan Penelitian ... 5

Manfaat Penelitian ... 5

Ruang Lingkup Penelitian ... 6

Kebaruan (Novelty) Penelitian ... 6

II. LUAS, JARAK, BENTUK, DAN KARAKTERISTIK HABITAT DI KEPULAUAN KARIMUNJAWA 8 Abstrak ... 8

Abstract ... 9

Pendahuluan ... 10

Bahan dan Metode ... 12

Lokasi dan Waktu Penelitian ... 12

Bahan dan Alat ... ... 12

Metode Penelitian ... 12

Analisis Data ... 15

Hasil ... 17

Pembahasan ... 35

Simpulan ... 40

III. KOMUNITAS BURUNG DI KEPULAUAN KARIMUNJAWA 42 Abstrak ... 42

Abstract ... 43

Pendahuluan ... 44

Bahan dan Metode ... 46

Lokasi dan Waktu Penelitian ... 46

Bahan dan Alat ... 46

Metode Penelitian ... 48

Analisis Data ... 49

Hasil ... 51


(14)

IV. APLIKASI TEORI BIOGEOGRAFI PULAU TERHADAP

KOMUNITAS BURUNG DI KEPULAUAN KARIMUNJAWA 84

Abstrak ... 84

Abstract ... 85

Pendahuluan ... 86

Bahan dan Metode ... 88

Lokasi dan Waktu Penelitian ... 88

Bahan dan Alat ... 88

Metode Penelitian ... 88

Analisis Data ... 91

Hasil ... 92

Pembahasan ... 108

Simpulan ... 115

V. PEMBAHASAN UMUM... 116

Luas, Jarak, Bentuk, dan Karakteristik Habitat di Kepulauan Karimun-jawa ... 116

Komunitas Burung di Kepulauan Karimunjawa ... 117

Aplikasi Teori Biogeografi Pulau terhadap Komunitas Burung di Kepulauan Karimunjawa... 123

VI. SIMPULAN DAN SARAN... 128

Simpulan ... 128

Saran ... 128

DAFTAR PUSTAKA ... 130

LAMPIRAN ... 138


(15)

DAFTAR TABEL

Halaman 1 Jumlah plot vegetasi di lokasi penelitian... 14 2 Hasil klasifikasi tutupan lahan di 12 pulau Kepulauan Karimunjawa 18 3 Luas, jarak, tipe habitat habitat dan MSI (Mean Shape index) 12

pulau di Kepulauan Karimunjawa ... 20 4 Jumlah jenis, jumlah individu dan indeks keanekaragaman jenis

(H’) pohon di P. Karimunjawa ... 21 5 Jumlah jenis, jumlah individu dan indeks keanekaragaman jenis

(H’) pohon di P. Kemojan ... 22 6 Jumlah jenis, jumlah individu dan indeks keanekaragaman jenis

(H’) pohon di P. Parang ... 24 7 Jumlah jenis, jumlah individu dan indeks keanekaragaman jenis

(H’) pohon di P. Genting ... 26 8 Jumlah jenis, jumlah individu dan indeks keanekaragaman jenis

(H’) pohon di P. Nyamuk ... 27 9 Jumlah jenis, jumlah individu dan indeks keanekaragaman jenis

(H’) pohon di P. Menjangan Besar ... 29 10 Jumlah jenis, jumlah individu dan indeks keanekaragaman jenis

(H’) pohon di P. Menjangan Kecil ... 30 11 Jumlah jenis, jumlah individu dan indeks keanekaragaman jenis

(H’) pohon di P. Geleang ... 31 12 Jumlah jenis, jumlah individu dan indeks keanekaragaman jenis

(H’) pohon di P. Seruni ... 32 13 Jumlah jenis, jumlah individu dan indeks keanekaragaman jenis

(H’) pohon di P. Kembar ... 32 14 Jumlah jenis, jumlah individu dan indeks keanekaragaman jenis

(H’) pohon di P. Cemara Besar ... 33 15 Jumlah jenis, jumlah individu dan indeks keanekaragaman jenis

(H’) pohon di P. Burung ... 34 16 Jumlah titik hitung di lokasi penelitian ... 48 17 Jumlah individu, kekayaan jenis, dan Indeks keanekaragaman jenis

burung di Kepulauan Karimunjawa………... 53

18 Status keterancaman (IUCN), perdagangan (CITES), dan perlindungan (PPRI) jenis burung yang ditemukan di Kepulauan

Karimunjawa... 54 19 Komposisi burung berdasarkan kategori kelimpahan realtif

individu... 56 20 Penyebaran spesies burung di Kepulauan Karimunjawa ... 57


(16)

21 Matrik t hitung 12 pulau di Kepulauan Karimunjawa ... 61 22 Kekayaan jenis, keanekaragaman jenis, dan kelimpahan jenis

burung serta keanekaragaman vegetasi pada masing-masing tipe

habitat ... 65 23 Kekayaan jenis, keanekaragaman jenis burung dan karakteristik

pulau di Kepulauan Karimunjawa ... 94 24 Model regresi dengan estimasi intersep, slope, dan R2 ... 107

25 Hasil uji koefisien regresi parsial ... 108 26 Jumlah jenis vegetasi pada tiap-tiap tipe habitat di Kepulauan


(17)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Lokasi penelitian di Kepulauan Karimunjawa ... 13

2 Pengukuran jarak pulau di Kepulauan Karimunjawa dengan P. Jawa menggunakan SIG ... 15

3 Klasifikasi tutupan lahan berdasarkan analisis citra dijital (Landsat-7 ETM+) ... 19

4 Profil vegetasi pohon di Pulau Karimunjawa ... 23

5 Profil vegetasi pohon di Pulau Kemojan ... 25

6 Profil vegetasi pohon Pulau Parang ... 26

7 Profil vegetasi pohon Pulau Genting ... 28

8 Profil vegetasi Pulau Nyamuk ... 29

9 Profil vegetasi Pulau Menjangan Besar ... 30

10 Profil vegetasi Pulau Menjangan Kecil ... 30

11 Profil vegetasi Pulau Geleang ... 31

12 Profil vegetasi Pulau Seruni ... 32

13 Profil vegetasi Pulau Kembar ... 33

14 Profil vegetasi Pulau Cemara Besar ... 34

15 Profil vegetasi Pulau Burung ... 35

16 Lokasi penelitian di Kepulauan Karimunjawa ... 47

17 Persentase spesies burung per famili... 55

18 Persentase rata-rata jumlah individu per famili... 55

19 Kategori guild berdasarkan jumlah jenis burung yang ditemukan ... 59

20 Kategori guild berdasarkan jumlah individu burung yang ditemu-kan ... 60

21 Dendrogram kesamaan jenis burung di Kepulauan Karimunjawa .... 63

22 MDS komposisi jenis burung pada tiap pulau di Kepulauan Kari- munjawa ... 64

23 Perbandingan jumlah individu dan kekayaan jenis burung antar waktu pengamatan. ... 66

24 Perbandingan indeks keanekaragaman (H’) antar waktu pengama-tan ... 67

25 Lokasi penelitian di Kepulauan Karimunjawa ... 89

26 Hubungan antara kekayaan spesies burung dengan luas area di Kepulauan Karimunjawa. ... 96

27 Hubungan antara indeks keanekaragaman spesies burung dengan luas area di Kepulauan Karimunjawa ... 97


(18)

28 Hubungan antara kekayaan spesies burung dengan faktor jarak dari P. Jawa ... 98 29 Hubungan antara kekayaan spesies burung dengan faktor jarak dari

P. Karimunjawa ... 99 30 Hubungan antara indeks keanekaragaman burung dengan faktor

jarak dari P. Jawa... 100 31 Hubungan antara indeks keanekaragaman burung dengan faktor

jarak dari P. Karimunjawa ... 101

32 Hubungan antara kekayaan spesies burung dengan

keanekaragaman habitat ... 102 33 Hubungan antara indeks keanekaragaman spesies burung dengan

keanekaragaman habitat ... 103 34 Hubungan antara kekayaan spesies burung dengan MSI ... 104 35 Hubungan antara indeks keanekaragaman spesies burung dengan


(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1 Indeks Nilai Penting (INP) vegetasi pada masing-masing tipe

habitat... 138

2 Jenis burung yang ditemukan pada 12 pulau di Kepulauan

Karimunjawa ... 142 3 Jenis-jenis burung yang ditemukan pada masing-masing tipe habitat 144

4 Indeks keanekaragaman dan kemerataan jenis vegetasi pada

masing-masing tipe habitat ……… 146

5 Jenis burung pada waktu pengamatan pertama (T1), kedua (T2),

dan ketiga (T3) ... 149 6 Jenis burung residen dan non residen yang ditemukan di Kepulauan


(20)

Halaman

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

I. PENDAHULUAN 1 Latar Belakang ... 1

Perumusan Masalah ... 4

Hipotesis... 5

Tujuan Penelitian ... 5

Manfaat Penelitian ... 5

Ruang Lingkup Penelitian ... 6

Kebaruan (Novelty) Penelitian ... 6

II. LUAS, JARAK, BENTUK, DAN KARAKTERISTIK HABITAT DI KEPULAUAN KARIMUNJAWA 8 Abstrak ... 8

Abstract ... 9

Pendahuluan ... 10

Bahan dan Metode ... 12

Lokasi dan Waktu Penelitian ... 12

Bahan dan Alat ... ... 12

Metode Penelitian ... 12

Analisis Data ... 15

Hasil ... 17

Pembahasan ... 35

Simpulan ... 41

III. KOMUNITAS BURUNG DI KEPULAUAN KARIMUNJAWA 43 Abstrak ... 43

Abstract ... 44

Pendahuluan ... 45

Bahan dan Metode ... 47

Lokasi dan Waktu Penelitian ... 47

Bahan dan Alat ... 47

Metode Penelitian ... 49

Analisis Data ... 50

Hasil ... 52

Pembahasan ... 68


(21)

IV. APLIKASI TEORI BIOGEOGRAFI PULAU TERHADAP

KOMUNITAS BURUNG DI KEPULAUAN KARIMUNJAWA 85

Abstrak ... 85

Abstract ... 86

Pendahuluan ... 87

Bahan dan Metode ... 89

Lokasi dan Waktu Penelitian ... 89

Bahan dan Alat ... 89

Metode Penelitian ... 91

Analisis Data ... 92

Hasil ... 94

Pembahasan ... 110

Simpulan ... 117

V. PEMBAHASAN UMUM... 119

Luas, Jarak, Bentuk, dan Karakteristik Habitat di Kepulauan Karimun-jawa ... 119

Komunitas Burung di Kepulauan Karimunjawa ... 120

Aplikasi Teori Biogeografi Pulau terhadap Komunitas Burung di Kepulauan Karimunjawa... 126

VI. SIMPULAN DAN SARAN... 131

Simpulan ... 131

Saran ... 131

DAFTAR PUSTAKA ... 133

LAMPIRAN ... 141


(22)

DAFTAR TABEL

Halaman 1 Jumlah plot vegetasi di lokasi penelitian... 14 2 Hasil klasifikasi tutupan lahan di 12 pulau Kepulauan Karimunjawa 18 3 Luas, jarak, tipe habitat habitat dan MSI (Mean Shape index) 12

pulau di Kepulauan Karimunjawa ... 20 4 Jumlah jenis, jumlah individu dan indeks keanekaragaman jenis

pohon di P. Karimunjawa ... 21 5 Jumlah jenis, jumlah individu dan indeks keanekaragaman jenis

pohon di P. Kemojan ... 24 6 Jumlah jenis, jumlah individu dan indeks keanekaragaman jenis

pohon di P. Parang ... 26 7 Jumlah jenis, jumlah individu dan indeks keanekaragaman jenis

pohon di P. Genting ... 27 8 Jumlah jenis, jumlah individu dan indeks keanekaragaman jenis

pohon di P. Nyamuk ... 29 9 Jumlah jenis, jumlah individu dan indeks keanekaragaman jenis

pohon di P. Menjangan Besar ... 30 10 Jumlah jenis, jumlah individu dan indeks keanekaragaman jenis

pohon di P. Menjangan Kecil ... 31 11 Jumlah jenis, jumlah individu dan indeks keanekaragaman jenis

pohon di P. Geleang ... 32 12 Jumlah jenis, jumlah individu dan indeks keanekaragaman jenis

pohon di P. Seruni ... 32 13 Jumlah jenis, jumlah individu dan indeks keanekaragaman jenis

pohon di P. Kembar ... 33 14 Jumlah jenis, jumlah individu dan indeks keanekaragaman jenis

pohon di P. Cemara Besar ... 34 15 Jumlah jenis, jumlah individu dan indeks keanekaragaman jenis

pohon di P. Burung ... 35 16 Jumlah titik hitung di lokasi penelitian ... 49 17 Jumlah individu, kekayaan jenis, dan Indeks keanekaragaman jenis

burung di Kepulauan Karimunjawa………... 54

18 Status keterancaman (IUCN), perdagangan (CITES), dan perlindungan (PPRI) jenis burung yang ditemukan di Kepulauan

Karimunjawa... 55 19 Komposisi burung berdasarkan kategori kelimpahan realtif

individu... 57 20 Penyebaran spesies burung di Kepulauan Karimunjawa ... 58


(23)

21 Matrik t hitung 12 pulau di Kepulauan Karimunjawa ... 62 22 Kekayaan jenis, keanekaragaman jenis, dan kelimpahan jenis

burung serta keanekaragaman vegetasi pada masing-masing tipe

habitat ... 66 23 Kekayaan jenis, keanekaragaman jenis burung dan karakteristik

pulau di Kepulauan Karimunjawa ... 95 24 Model regresi dengan estimasi intersep, slope, dan R2 ... 108

25 Hasil uji koefisien regresi parsial ... 109 26 Jumlah jenis vegetasi pada tiap-tiap tipe habitat di Kepulauan


(24)

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1 Lokasi penelitian di Kepulauan Karimunjawa ... 13 2 Pengukuran jarak pulau di Kepulauan Karimunjawa dengan P.

Jawa menggunakan SIG ... 15 3 Klasifikasi tutupan lahan berdasarkan analisis citra dijital

(Landsat-7 ETM+) ... 19 4 Profil vegetasi pohon di Pulau Karimunjawa ... 23 5 Profil vegetasi pohon di Pulau Kemojan ... 25 6 Profil vegetasi pohon Pulau Parang ... 26 7 Profil vegetasi pohon Pulau Genting ... 28 8 Profil vegetasi Pulau Nyamuk ... 29 9 Profil vegetasi Pulau Menjangan Besar ... 30 10 Profil vegetasi Pulau Menjangan Kecil ... 31 11 Profil vegetasi Pulau Geleang ... 32 12 Profil vegetasi Pulau Seruni ... 33 13 Profil vegetasi Pulau Kembar ... 33 14 Profil vegetasi Pulau Cemara Besar ... 34 15 Profil vegetasi Pulau Burung ... 35 16 Lokasi penelitian di Kepulauan Karimunjawa ... 48 17 Persentase spesies burung per famili... 56 18 Persentase rata-rata jumlah individu per famili... 56 19 Kategori guild berdasarkan jumlah jenis burung yang ditemukan ... 60 20 Kategori guild berdasarkan jumlah individu burung yang

ditemu-kan ... 61 21 Dendrogram kesamaan jenis burung di Kepulauan Karimunjawa .... 64 22 MDS komposisi jenis burung pada tiap pulau di Kepulauan Kari-

munjawa ... 65 23 Perbandingan jumlah individu dan kekayaan jenis burung antar

waktu pengamatan. ... 67 24 Perbandingan indeks keanekaragaman (H’) antar waktu

pengamatan ... 68 25 Lokasi penelitian di Kepulauan Karimunjawa ... 90 26 Hubungan antara kekayaan spesies burung dengan luas area di

Kepulauan Karimunjawa. ... 97 27 Hubungan antara indeks keanekaragaman spesies burung dengan


(25)

28 Hubungan antara kekayaan spesies burung dengan faktor jarak

dari P. Jawa ... 100 29 Hubungan antara kekayaan spesies burung dengan faktor jarak dari

P. Karimunjawa ... 101 30 Hubungan antara indeks keanekaragaman burung dengan faktor

jarak dari P. Jawa... 102 31 Hubungan antara indeks keanekaragaman burung dengan faktor

jarak dari P. Karimunjawa ... 103

32 Hubungan antara kekayaan spesies burung dengan

keanekaragaman habitat ... 104 33 Hubungan antara indeks keanekaragaman spesies burung dengan

keanekaragaman habitat ... 105 34 Hubungan antara kekayaan spesies burung dengan MSI ... 106 35 Hubungan antara indeks keanekaragaman spesies burung dengan


(26)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1 Indeks Nilai Penting (INP) vegetasi pada masing-masing tipe

habitat... 141

2 Jenis burung yang ditemukan pada 12 pulau di Kepulauan

Karimunjawa ... 145 3 Jenis-jenis burung yang ditemukan pada masing-masing tipe habitat 147

4 Indeks keanekaragaman dan kemerataan jenis vegetasi pada

masing-masing tipe habitat ……… 149

5 Jenis burung pada waktu pengamatan pertama (T1), kedua (T2),

dan ketiga (T3) ... 152 6 Jenis burung residen dan non residen yang ditemukan di Kepulauan


(27)

1 I. PENDAHULUAN

Latar Belakang

Komunitas didefinisikan sebagai keseluruhan populasi dari spesies yang terdapat pada ruang dan waktu yang sama (Begon et al. 1990; Magurran 2004). Komunitas burung adalah kelompok individu-individu dari beberapa spesies burung yang hidup secara bersama pada tempat dan waktu yang sama (Wiens 1989). Komunitas burung antara lain dipengaruhi oleh faktor topografi, sejarah dan pengaruh biogeografi pulau, perubahan musiman dari iklim dan sumber daya, keragaman habitat, perubahan habitat dan pengaruh kompetitor baik burung ataupun kelompok hewan lainnya (Pearson 1977; Primack 1995). Kompleksitas suatu komunitas digambarkan dengan menampilkannya dalam bentuk indeks kekayaan spesies, keanekaragaman spesies, kelimpahan relatif, komposisi spesies, serta dengan grafik ranking kekayaan spesies (Morin 1999).

Burung dikatakan sebagai indikator keanekaragaman hayati, perubahan kualitas lingkungan dan indikator dalam penentuan kawasan konservasi, hal ini karena didukung sifat-sifat yang dimiliki burung, yaitu dapat hidup di berbagai habitat, peka terhadap perubahan lingkungan, dan kedudukan dalam taksonomi serta penyebarannya telah cukup diketahui (Sujatnika et al. 1995; Birdlife International 2003). Oleh karena itu, beberapa penelitian untuk mengidentifikasi keanekaragaman hayati suatu kawasan yang dihubungkan dengan pola perubahan habitat dan masalah lingkungan menggunakan burung sebagai indikator, seperti yang dilakukan oleh Canterbury et al. (2000), Twedt et al. (2002), dan Chettri et al. (2005).

Pengetahuan tentang pengaruh faktor biogeografi pulau terhadap suatu komunitas khususnya keanekaragaman spesies dapat dilihat pada studi kepulauan; hal ini karena kepulauan memiliki variasi bentuk, luas, dan isolasi (MacArthur & Wilson 1967; Wu & Vankat 1995; Lomolino 2000; Campbell et al. 2004). Penelitian yangdilakukan pada komunitas pulau mendorong pengembangan kaidah umum mengenai penyebaran keanekaragaman organisme yang dikenal sebagai model biogeografi pulau (Island Biogeography) atau lebih


(28)

2 dikenal sebagai teori equilibrium, yang diperkenalkan oleh MacArthur dan Wilson (1967). Model biogeografi pulau yang dikembangkan MacArthur dan Wilson (1967) menyebutkan adanya hubungan antara luas area dan jumlah spesies (species-area relationship), yaitu pulau yang lebih luas memiliki jumlah spesies yang lebih banyak dibandingkan pulau yang berukuran lebih sempit. MacArthur dan Wilson (1967) juga menyatakan bahwa jarak akan menentukan jumlah spesies di suatu lokasi, pulau yang berada pada jarak yang lebih jauh dari daratan utama (mainland) atau pulau yang sangat terisolasi akan memiliki jumlah spesies yang lebih sedikit dibandingkan pulau yang lebih dekat atau berjarak dekat dari daratan utama. Teori ini menjadi paradigma dalam biogeografi kepulauan dan sangat mempengaruhi dasar-dasar ekologi dan biologi konservasi (Lomolino 2000).

Meskipun teori biogeografi pulau sangat mendominasi dan menjadi konsep dasar pada penelitian keanekaragaman spesies, tetapi sampai saat ini masih menjadi perdebatan para ahli ekologi khususnya apabila diterapkan pada biogeografi modern. Berdasarkan beberapa studi ternyata diketahui bahwa banyak pendekatan yang lebih baik dan lebih kompleks dalam menjelaskan faktor yang mempengaruhi keanekaragaman spesies, seperti keanekaragaman habitat, kerusakan dan interaksi interspesifik (Whittaker 1998; Lomolino 2000). Habitat yang beranekaragam cenderung menyediakan sumberdaya yang lebih bagi spesies-spesies yang hidup di dalamnya, baik sumberdaya pakan, tempat bermain, dan berbiak. Kerusakan atau terjadinya fragmentasi habitat semakin menyebabkan berkurangnya sumberdaya yang dibutuhkan. Adanya potensi timbal balik (interaksi spesifik) menunjukkan kecenderungan laju imigrasi yang tinggi untuk mengurangi laju kepunahan pada pulau terdekat.

Lack (1976) menyebutkan bahwa kekayaan spesies suatu organisme di suatu area lebih ditentukan oleh keanekaragaman habitat. Area yang terdiri dari habitat yang lebih kompleks atau lebih beranekaragam akan memiliki jumlah spesies yang lebih tinggi. Hal ini didukung oleh Calmé dan André (2000), Davidar et al. (2001), dan Fernandes et al. (2003) yang menyatakan bahwa keberadaan dan keanekaragaman habitat memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap keanekaragaman spesies burung.


(29)

3 Dalam hubungannya dengan keanekaragaman spesies, bentuk suatu pulau atau kawasan perlindungan sampai saat ini juga masih menjadi perdebatan: apakah bentuk juga merupakan faktor yang mempengaruhi keanekaragaman spesies di suatu area atau sebaliknya, bukan merupakan faktor yang berpengaruh. Konsep bentuk yang dikemukakan oleh Diamond (1975), Simberloff dan Abele (1976,1982), Terborgh (1986), diacu dalam Primack (1995) digunakan untuk memastikan pada keadaan manakah kekayaan spesies akan dapat dicapai dalam suatu kawasan perlindungan. Game (1980) menyebutkan bahwa bentuk yang tidak sirkuler lebih optimal dalam menentukan kekayaan spesies. Sebaliknya Blouin dan Connor (1985) menyimpulkan bahwa bentuk bukan menjadi perhatian utama dalam menentukan suatu kawasan perlindungan, tetapi faktor luas area, jarak dan habitat

Kepulauan Karimunjawa merupakan salah satu gugusan pulau yang terletak di Laut Jawa menyediakan sebuah laboratorium alam yang dapat digunakan untuk membuktikan teori biogeografi pulau. Hal ini antara lain karena 1) Kepulauan Karimunjawa terdiri dari 27 pulau dan lokasi pulau-pulau tersebut letaknya menyebar, serta masing-masing pulau memiliki perbedaan luas, jarak serta habitat, 2) memiliki keanekaragaman tipe ekosistem (ekosistem terumbu karang, padang lamun dan rumput laut, mangrove, hutan pantai, serta hutan dataran rendah), dan 3) data inventarisasi awal beberapa fauna termasuk burung pernah dilakukan sebelumnya.

Penelitian yang berhubungan dengan konsep biogegrafi pulau masih jarang dilakukan di Indonesia, bahkan di Kepulauan Karimunjawa belum pernah dilakukan sebelumnya. Dengan melihat potensi Kepulauan Karimunjawa sebagai laboratorium alam dan berbagai perdebatan mengenai teori biogeografi pulau, maka penelitian tentang aplikasi teori biogeografi pulau di Kepulauan Karimunjawa dilakukan dengan menggunakan burung sebagai obyeknya. Penggunaan burung sebagai obyek penelitian karena burung merupakan fauna yang relatif mudah dideteksi, terdapat hampir di semua tipe habitat, taksonominya sudah lengkap sehingga pada umumnya spesies burung mudah untuk diidentifikasi (Dale et al. 2000; Seto et al. 2004). Inventarisasi awal burung


(30)

4 di Kepulauan Karimunjawa juga pernah dilakukan sebelumnya (tahun 2003, 2004, 2005) sehingga waktu penelitian lebih efisisen.

Di Kepulauan Karimunjawa, kegiatan yang telah dilakukan adalah inventarisasi burung saja, sementara kajian tentang faktor-faktor yang berkaitan dengan keanekaragaman spesiesnya belum pernah dilakukan. Penelitian ini selain mengkaji komunitas burung di Kepulauan Karimunjawa juga akan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhinya dalam hubungannya dengan teori biogeografi pulau. Disamping itu, akan mengkaji faktor luas pulau, jarak dengan maindland (Pulau Jawa dan Pulau Karimunjawa), bentuk pulau, keanekaragaman habitat dan vegetasi.

Perumusan Masalah

Penelitian yang berkaitan dengan konsep biogeografi pulau khususnya di Kepulauan Karimunjawa belum pernah dilakukan. Kegiatan yang dilakukan selama ini hanya terbatas pada kegiatan inventarisasi burung saja tidak meng-gambarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Oleh karena itu penelitian terhadap komunitas burung khususnya keanekaragaman jenis di Kepulauan Karimunjawa sangat penting dilakukan dalam kaitannya dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti luas, jarak, bentuk pulau, keanekaragaman habitat dan vegetasinya.

Dari beberapa hal di atas maka yang menjadi kunci pertanyaan dalam penelitian ini adalah :

1. bagaimana karakterisik pulau di Kepulauan Karimunjawa khususnya faktor luas, jarak, bentuk, keanekaragaman habitat dan vegetasinya?

2. bagaimana komunitas burung pada masing-masing pulau di Kepulauan Karimunjawa terkait dengan kekayaan spesies, keanekaragaman spesies, kelimpahan, kesamaan spesies dan komposisi guild?

3. dalam hubungannya dengan teori biogeografi pulau faktor apa yang berpengaruh terhadap komunitas burung di Kepulauan Karimunjawa?


(31)

5 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. karakteristik masing-masing pulau di Kepulauan Karimunjawa menunjukkan perbedaan baik luas, jarak, bentuk, maupun keanekara-gaman habitat dan vegetasinya.

2. kekayaan spesies, keanekaragaman, kelimpahan, kesamaan, dan komposisi guild pada tiap pulau akan berbeda.

3. dalam hubungannya dengan teori biogeografi pulau faktor luas pulau dan jarak pulau akan berpengaruh terhadap struktur komunitas burung di Kepulauan Karimunjawa.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis aplikasi teori biogeografi pulau di Kepulauan Karimunjawa dengan menggunakan burung sebagai obyeknya. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

1. menganalisis karakteristik masing-masing pulau khususnya luas pulau, jarak pulau, dan bentuk pulau, serta keanekaragaman habitat dan vegetasinya.

2. menganalisis struktur komunitas burung di Kepulauan Karimunjawa terkait dengan kekayaan spesies, keanekaragaman spesies, kelimpahan, kesamaan spesies dan komposisi guild

3. menganalisis faktor yang berpengaruh terhadap komunitas burung di Kepulauan Karimunjawa dalam hubungannya dengan teori biogeografi pulau.

Manfaat Penelitian

Dari aspek pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, hasil penelitian diharapkan memberikan data-data ilmiah mengenai keanekaragaman spesies burung di Kepulauan Karimunjawa dan faktor-faktor yang mempengaruhi keanekaragaman spesies tersebut, serta memberi informasi tambahan mengenai teori biogeografi pulau. Dari aspek pembangunan, diharapkan dapat menjadi masukan dalam manajemen pengelolaan kawasan ekowisata dan satwa liar


(32)

6 khususnya burung di Kepulauan Karimunjawa sehingga keberadaannya di kawasan ini tetap lestari. Hasil penelitian ini juga memberikan manfaat bagi nilai pendidikan dan pengetahuan mengenai lingkungan dan alam sekitar.

Ruang Lingkup Penelitian

Untuk mencapai tujuan penelitian di atas, maka ruang lingkup dalam penelitian ini mencakup tiga komponen penelitian, yaitu :

1. Karakteristik pulau di Kepulauan Karimunjawa. Dalam penelitian ini 12 pulau dari 27 pulau yang menjadi lokasi penelitian yaitu Pulau Karimunjawa, P. Kemojan, P. Parang, P. Nyamuk, P. Menjangan Besar, P. Menjangan Kecil, P. Geleang, P. Kembar, P. Cemara Besar, P. Burung, P. Genting dan P. Seruni. Pemilihan pulau didasarkan atas luas pulau, letak atau lokasi pulau, dan status pulau (ada/tidak ada pemukiman). Pulau-pulau tersebut dianalisis luas, jarak dari Pulau Jawa, jarak dari Pulau Karimunjawa, bentuk pulau yang berdasarkan nilai MSI (Mean Shape Index), keanekaragaman habitat dan vegetasinya.

2. Komunitas burung di Kepulauan Karimunjawa. Komunitas burung dalam penelitian ini mencakup kekayaan dan keanekaragaman spesies, kemerataan, kelimpahan dan kesamaan spesies (Magurran 1988, 2004). Disamping itu juga akan menganalisis komposisi guild di Kepulauan Karimunjawa.

3. Aplikasi teori biogeografi pulau terhadap komunitas burung di Kepulauan Karimunjawa. Penelitian ini akan membahas faktor-faktor yang mempengaruhi komunitas burung di Kepulauan Karimunjawa dalam hubungannya dengan teori biogeografi pulau. Faktor-faktor tersebut adalah luas pulau, jarak dari Pulau Jawa, jarak dari Pulau Karimunjawa, bentuk pulau, dan keanekaragaman habitat. Disamping itu, dibahas faktor apa yang paling berpengaruh terhadap komunitas burung di Kepulauan Karimunjawa.

Kebaruan (Novelty) Penelitian

Penelitian komunitas burung dalam hubungannya dengan konsep biogeografi pulau masih sangat jarang dilakukan di Indonesia. Kegiatan yang di-lakukan selama ini di Indonesia khususnya di Kepulauan Karimunjawa Jawa


(33)

7 Tengah hanya terbatas pada inventarisasi burung saja. Penelitian dengan cara, lamanya waktu penelitian, dan kedalaman analisis seperti yang dilakukan dalam penelitian ini belum pernah dilakukan di Indonesia. Demikian juga pengkaitan hasil analisis komunitas burung dengan konsep biogeografi pulau merupakan hal yang baru untuk wilayah Indonesia.


(34)

8

II. LUAS, JARAK, BENTUK, DAN KARAKTERISTIK HABITAT DI KEPULAUAN KARIMUNJAWA

Abstrak

Penelitian ini bertujuan menganalisis karakteristik 12 pulau di Kepulauan Karimunjawa, khususnya luas, jarak, bentuk, keanekaragaman habitat dan vegetasinya. Penelitian dilakukan di 12 pulau Kepulauan Karimunjawa yaitu Pulau Karimunjawa, P. Kemojan, P. Parang, P. Nyamuk, P. Menjangan Besar, P. Menjangan Kecil, P. Geleang, P. Kembar, P. Cemara Besar, P. Burung P. Seruni, dan P. Genting. Penelitian dilakukan pada bulan Juni 2006, Oktober 2006, dan Juni 2007. Salah satu komponen untuk mendapatkan tipe habitat di masing-masing pulau menggunakan gambaran tutupan lahan (land cover) atau klasifikasi tutupan lahan yang didapatkan dengan pendekatan analisis citra digital (Landsat-7 ETM+). Pengukuran jarak pulau menggunakan menu measure, luas dan bentuk menggunakan extensions analisis habitat (patch analysis) yang terdapat pada program Arcview 3.3. Peta rupa bumi dengan skala 1:25.000 digunakan sebagai acuan proses koreksi geometris. Keanekaragaman vegetasi pada masing-masing lokasi penelitian dinilai dengan menggunakan metoda garis berpetak. Hasil pengukuran luas pulau dengan menggunakan SIG menunjukkan pulau terluas adalah P. Karimunjawa (3202 ha) dan pulau terkecil adalah P. Burung (2,99 ha). Hasil pengukuran jarak masing-masing pulau dari P. Jawa berdasarkan SIG berkisar 70,74 – 106,02 km dan dari P. Karimunjawa berkisar 0,74 – 28,45 km. Berdasarkan nilai MSI (Mean Shape Index) bentuk pulau paling sederhana dengan nilai MSI 1,1 adalah P. Kembar, sedangkan yang tidak beraturan adalah P. Burung dengan nilai MSI 1,24. Analisis keanekaragaman vegetasi khususnya tingkat pohon pada masing-masing habitat menunjukkan nilai indeks keanekaragaman tertinggi di hutan mangrove ditemukan di P. Kemojan dan P. Nyamuk (H’=1,89), sedangkan nilai indeks keanekaragaman terendah ditemukan di P. Karimunjawa. Pada tipe habitat hutan pantai, P. Burung memiliki nilai indeks keanekaragaman tertinggi (H’=1,46), sementara nilai indeks keanekaragaman terendah terlihat pada P. Menjangan Kecil (H’=0,29). Hutan dataran rendah di P. Karimunjawa memiliki indeks keanekaragaman tertinggi (H’=2,77) dibandingkan P. Kemojan (1,89). Di kebun campuran indeks keanekaragaman tertinggi ditemukan di P. Kemojan (H’=1,09). Indeks keanekaragaman terendah ditemukan di P. Genting (H’=0,51). Pada permukiman nilai indeks keanekaragaman tertinggi ditemukan di P. Parang (2,35), sedangkan nilai terendah ditemukan di P. Genting (H’=0,25).


(35)

9

II. SIZE, DISTANCE, SHAPE, AND HABITAT CHARACTERISTICS IN KARIMUNJAWA ISLANDS

Abstract

The objective of the research was to analyze the characteristics of 12 islands in Karimunjawa Islands, particularly the zise of area, the distance from Java island and Karimunjawa Island, the shape, the vegetation diversity, and the habitat diversity. The research took place in 12 islands of Karimunjawa Islands, i.e. Island of Karimunjawa, Kemojan, Parang, Nyamuk, Menjangan Besar, Menjangan Kecil, Geleang, Kembar, Cemara Besar, Burung, Seruni and Genting. The research was conducted on June 2006, October 2006, and June 2007. One component to be obtained was habitat type on each island using land cover description or land cover classification by application of digital imaging analysis approach. Digital satellite data used in this study were Landsat-7 ETM+ of the Karimunjawa Islands. Topographic map of the Islands of Karimunjawa (scale of 1:25.000) were used as geometric reference. Distance was measured using measure menu, whereas area and shape were measured using extensions of habitat/patch analysis in the Arc View 3.3 program. The vegetation diversity was obtained using line strip sampling method. The result of area measurement of island using GIS showed that the island area ranged from 2.99 ha (Burung Island) to 3202 ha (Karimunjawa Island). Measurement of distance of each island from Java Island based on GIS ranged from 70.74 to 106.02 km and from Karimunjawa ranged from 0.74 to 28.45 km. The shape of each island based on the assessed MSI (Mean Shape Index) showed that the simplest form of island with the MSI value of 1,1 is Kembar Island, whereas irregular shape is Burung Island with the MSI value of 1.24. Analysis of diversity index vegetation especially the tree levels at each habitat showed the higher value of mangrove diversity index was found in Nyamuk Island (H’=1.89), and the lower value was found in Karimunjawa Island. At coastal forest habitat type, Burung Island has the highest index diversity (H’=1.46), whereas Menjangan Kecil Island has the lowest diversity index (H’=0.29). Karimunjawa Island has the higher diversity index (H’=2.77) compared to Kemojan Island (H’=1.89) in lowland forest habitat. Meanwhile, at the mix garden, the highest diversity index was found in Kemojan Island (H’=1.09), and the lowest diversity index was found in Genting Island (H’=0.51). On the residential areas, the highest diversity index was found in Parang Island (H’=2.35), whereas the lowest index was found in Genting Island (H’=0.25). Keywords: Karimunjawa Islands, area, shape, distance, habitat characteristics


(36)

10

II. LUAS, JARAK, BENTUK, DAN KARAKTERISTIK HABITAT DI KEPULAUAN KARIMUNJAWA

Pendahuluan

Habitat merupakan lingkungan yang secara langsung maupun tidak langsung memengaruhi organisme yang menghuni tempat tersebut. Habitat merupakan suatu kawasan atau area yang terdiri dari beberapa komponen yang merupakan satu kesatuan fisik dan biotik, dan dipergunakan sebagai tempat hidup serta berbiak suatu jenis hewan (Alikodra 2000). Jones (2001) mengatakan bahwa habitat adalah seperangkat faktor fisik lingkungan yang dibutuhkan suatu jenis hewan untuk bertahan hidup dan bereproduksi. Habitat hewan ditentukan oleh sumberdaya dan kondisi yang ada di satu wilayah yang semuanya akan ditentukan cara penggunaannya oleh jenis hewan tersebut (Estades 2001).

Menurut Wolf (1991) suatu wilayah bisa dibandingkan dan dinilai berdasarkan luasnya, karena pada umumnya wilayah yang lebih besar dapat menampung jenis yang lebih banyak. Pulau-pulau yang luas memiliki jumlah jenis yang lebih banyak daripada pulau-pulau yang sempit. Pulau-pulau yang besar menyediakan kemungkinan isolasi geografis yang lebih sedikit dan jumlah populasi yang lebih besar untuk tiap-tiap jenis. Model biogeografi pulau yang dikembangkan MacArthur dan Wilson (1967) menyebutkan adanya hubungan antara luas area dan jumlah spesies (species-area relationship), yaitu pulau yang lebih luas memiliki jumlah spesies yang lebih besar dibandingkan pulau yang berukuran lebih sempit. Faktor jarak juga menentukan jumlah spesies di suatu lokasi, pulau yang berada pada jarak yang lebih jauh dari daratan utama (mainland) atau pulau yang sangat terisolasi akan memiliki jumlah jenis yang lebih sedikit dibandingkan pulau yang lebih dekat atau berjarak dekat dari daratan utama.

Calmé dan André (2000), Davidar et al. (2001), dan Fernandes et al. (2003) menyatakan bahwa keberadaan dan keanekaragaman habitat memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap keanekaragaman spesies burung. Konsep bentuk wilayah yang dikemukakan oleh Diamond (1975), Simberloff dan Abele (1976,1982), Terborgh (1986), diacu dalam Primack (1995) digunakan


(37)

11 untuk memastikan pada keadaan manakah kekayaan jenis dalam suatu kawasan perlindungan.

Seiring dengan kemajuan teknologi, Sistem Informasi Geografi (SIG) dan Penginderaan Jauh telah menjadi bagian penting dalam pengelolaan sumberdaya alam. Ketersediaan citra satelit dengan berbagai resolusi spasial telah menjadi perhatian komunitas ilmiah yaitu berkaitan dengan potensi penginderaan jauh untuk mengukur dan memantau variabel yang memengaruhi keanekaragaman hayati, sehingga para ahli ekologi telah menggabungkan variabel-variabel ekologi dengan analisis spasial (Seto 2004). Teknik SIG dan penginderaan jauh dapat digunakan untuk meneliti faktor-faktor seperti terjadinya fragmentasi habitat, ketersediaan makanan, tutupan lahan, tempat perlindungan dari predator, dan pantas tidaknya suatu area sebagai tempat bersarang dan berbiak suatu jenis satwa (Wang 2003).

Salah satu perangkat lunak SIG yang banyak digunakan dalam analisis lanskap adalah ArcView yang dikembangkan ESRI (Environmental Systems Research Institut) (Prahasta 2002). Di antara ekstensi program yang digunakan dalam analisis data spasial adalah patch analysis (Elkie et al. 1999). Perangkat lunak tersebut mempermudah untuk melakukan pengukuran dan penjabaran data spasial yang meliputi luas, bentuk patch, pengukuran jarak, dan keanekaragaman lanskap.

Kepulauan Karimunjawa memiliki 27 pulau yang letaknya menyebar dan masing-masing pulau memiliki luas, bentuk, dan habitat yang berbeda. Secara umum Kepulauan Karimunjawa memiliki ekosistem yang beranekaragam, di antaranya adalah ekosistem terumbu karang, padang lamun dan rumput laut, mangrove, hutan pantai, serta hutan dataran rendah. Dengan beragamnya ekosistem dan kekhasan beberapa pulau menjadikan kawasan ini berpotensi sebagai habitat bagi berbagai jenis fauna termasuk burung. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui keanekaragaman vegetasi di masing pulau dan bagaimana luas, jarak, bentuk, dan kondisi habitat masing-masing pulau tersebut dengan memanfaatkan teknologi SIG.


(38)

12 Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik 12 pulau di Kepulauan Karimunjawa khususnya luas, jarak, bentuk, keanekaragaman habitat dan vegetasinya.

Bahan dan Metode Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di 12 pulau, yaitu Pulau Karimunjawa, P. Kemujan, P. Parang, P. Nyamuk, P. Menjangan Besar, P. Menjangan Kecil, P. Geleang, P. Kembar, P. Cemara Besar, P. Burung, P. Seruni dan P. Genting (Gambar 1). Penelitian di lapangan dilakukan pada bulan Juni 2006, Oktober 2006, dan Juni 2007. Pemilihan waktu pengamatan didasarkan pada sistem angin musim (monsoon) di Kepulauan Karimunjawa, yaitu pada saat kondisi cuaca paling baik dan aman.

Bahan dan Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : GPS (Global Positioning System) Garmyn e-trex 12 chanel, kompas, kamera, buku panduan pengenalan tumbuhan, tallysheet, meteran, tali serta alat tulis. Bahan yang digunakan adalah peta tutupan lahan Citra landsat 7 ETM+ tahun 2001 (Biotrop), peta topografi Kepulauan Karimunjawa skala 1 : 25.000 (Bakosurtanal 1999), Software Erdas Imagine 8.5 dan Arc View 3.3.

Metode Penelitian Tipe Habitat

Salah satu komponen untuk mendapatkan tipe habitat di masing-masing pulau adalah dengan menggunakan gambaran tutupan lahan (land cover) atau klasifikasi tutupan lahan dengan pendekatan analisis citra digital (Landsat-7 ETM+). Pengolahan citra dilakukan dengan menggunakan Software Erdas Imagine 8.4 dan Arc View 3.3. Peta rupa bumi 1:25.000 sebagai acuan proses koreksi geometris. Tahapan pengolahan citra yang dilakukan adalah perbaikan radiometrik, koreksi geometrik, perbaikan spasial, perbaikan spektral, dan klasifikasi terbimbing (supervised). Selanjutnya dilakukan pengolahan data spasial elemen lanskap.


(39)

(40)

14

Keanekaragaman Vegetasi dan Profil Vegetasi

Untuk mengetahui keanekaragaman vegetasi pada masing-masing lokasi penelitian maka dilakukan pengambilan data vegetasi dengan menggunakan metoda garis berpetak berukuran 20 x 20 m untuk tingkat pohon, 10 x 10 m untuk tingkat tiang, 5 x 5 m untuk pancang, dan 2 x 2 m untuk tingkat semai, dan 1 x 1 m untuk tumbuhan bawah. Transek diletakkan mengikuti jalur tipe habitat yang telah ditentukan dan jarak antar transek adalah 150 meter (kecuali P. Burung: 100 meter). Total jumlah plot vegetasi di lokasi penelitian sebanyak 276 (Tabel 1). Jenis vegetasi diidentifikasi, apabila tidak dikenal maka jenis tersebut difoto atau diambil sebagai spesimen herbarium untuk diidentifikasi di laboratorium.

Tabel 1 Jumlah plot vegetasi di lokasi penelitian Tipe Habitat

Pulau Hutan

mangrove Hutan pantai campuran Kebun Permuki-man

Hutan dataran

rendah

Total Plot

Burung 5 5

Cemara Besar 5 5

Kembar 6 6

Seruni 10 10

Geleang 9 9

Menjangan Kecil 10 10

Menjangan Besar 7 9 16

Nyamuk 9 6 5 20

Genting 6 9 9 7 31

Parang 6 27 7 40

Kemojan 10 5 22 11 13 61

Karimunjawa 18 6 10 12 17 63

276

Profil vegetasi dibuat dari struktur vertikal penutupan tajuk, yaitu dengan membuat petak ukur pengamatan berukuran 40 x 20 m. Pengukuran dilakukan terhadap kedudukan vegetasi, penutupan tajuk, arah tajuk, tinggi tajuk, tinggi bekas cabang vegetasi, dan diameter batang. Plot atau petak ukur pengamatan ditempatkan di bagian awal, tengah, dan akhir plot vegetasi.


(41)

15

Luas, Bentuk dan Jarak Setiap Pulau

Untuk melihat luas, bentuk pulau, jarak masing-masing pulau dari P.Jawa dan jarak rata-rata dari pulau terdekat/terbesar di Kepulauan Karimunjawa digunakan peta citra digital Landsat 7 ETM+ tahun 2001 dan peta topografi Kepulauan Karimunjawa skala 1 : 25.000 sebagai acuan geometris. Sebelumnya dilakukan klasifikasi tutupan lahan pada peta citra digital dengan menggunakan software Erdas 8.5. Hasil klasifikasi kemudian dimasukan dan dianalisis dengan program software Arcview 3.3, pengukuran jarak pulau dengan menggunakan menu measure (Gambar 2), sedangkan untuk pengukuran luas dan bentuk digunakan extensions analisis habitat/analisis patch yang terdapat pada program Arcview 3.3 (Etki et al. 1999).

Gambar 2 Pengukuran jarak pulau di Kepulauan Karimunjawa dengan P. Jawa menggunakan SIG

Analisis Data Tipe Habitat

Untuk membedakan tipe habitat pada setiap pulau dilakukan klasifikasi tutupan lahan dengan menggunakan peta citra digital Landsat-7 ETM+ tahun 2001. Klasifikasi yang dilakukan adalah terbimbing (supervised). Pada klasifikasi terbimbing, untuk mengetahui tingkat akurasi dari klasifikasi vegetasi yang telah dibuat dilakukan analisis akurasi dengan menggunakan Kappa Accuracy (K) atau Akurasi Kappa. untuk menghitung akurasi dipergunakan persamaan-persamaan seperti berikut :


(42)

16 Kappa Accuracy (K) =

% 100 2 ∑ ∑ ∑ + + + + − − X X N X X X k k r k r

k k k

kk N

Keterangan :

N = Jumlah semua piksel yang digunakan untuk pengamatan r = Jumlah baris/lajur pada matrik kesalahan (jumlah klas) Xir =

X

ij (Jumlah semua kolom pada baris ke-i)

X+j =

X

ij (Jumlah semua kolom pada baris ke-i)

Ukuran akurasi lain yang dipergunakan berdasarkan tabel tersebut adalah : Overall Accuracy = 100%

N r k kk X

Producer’s Accuracy = 100%

X

X

k kk

+

User’s Accuracy = 100%

X

X

k kk

+

Menurut Jaya (2005) kriteria yang digunakan dalam memisahkan individu-individu dalam pasangan kelasnya adalah :

(1) inseparable: < 1600 (2) poor: 1600 – <1800 (3) fair: 1800 – < 1900 (4) good : 1900 - < 2000, dan (5) excellent : 2000

Analisis Luas, Bentuk, dan Jarak

Analisis jarak dari mainland (P. Jawa) dan jarak rata-rata dari pulau terbesar/terdekat (P. Karimunjawa) dilakukan dengan menggunakan menu measure yang tersedia dalam program Software Arc View 3.3 dan dinyatakan dalam satuan km (kilometer). Luas dan bentuk pulau dihitung dengan menggunakan extension analisis habitat (habitat analysis/patch analysis) yang ada di program Software Arc View 3.3 (NWST Technical Manual TM-002 1999). Luas dinyatakan dengan TLA (Total lanscape Area) yaitu jumlah seluruh area patch dalam suatu lanskap dan dinyatakan dengan satuan hektar. Bentuk pulau dinyatakan dengan MSI (Mean Shape Index), yaitu dengan mengukur bentuk patch rata-rata dalam lanskap (Etki et al. 1999). Apabila nilai MSI lebih dari 1 maka bentuk patch dinyatakan menjadi lebih tidak beraturan (irregular).


(43)

17

Keanekaragaman Vegetasi dan Profil Vegetasi

Analisis vegetasi dilakukan dengan menghitung kerapatan relatif, frekuensi relatif, dominansi relatif, nilai penting serta indeks keanekaragaman Shannon (H’) pada setiap plot pengamatan (Kusmana 1997). Analisis profil vegetasi dari struktur vertikal penutupan tajuk dilakukan secara deskriptif.

Hasil

Tipe Habitat, Luas, bentuk, dan jarak

Gambaran tutupan lahan (land cover) atau klasifikasi tutupan lahan dengan pendekatan analisis citra digital (Landsat-7 ETM+) merupakan salah satu komponen yang digunakan untuk mendapatkan tipe habitat di Kepulauan Karimunjawa. Pengolahan citra dilakukan dengan menggunakan Software Erdas Imagine 8.4 dan Arc View 3.3. Peta rupa bumi Kepulauan Karimunjawa 1 : 25.000 sebagai acuan proses koreksi geometris (Bakosurtanal 1999). Klasifikasi tutupan lahan juga dilakukan berdasarkan pengamatan secara visual di lapangan (ground check). Setelah dilakukan pengamatan secara visual di lapangan terdapat kesamaan jenis habitat atau tutupan lahan di dalamnya. Secara umum rata-rata separabilitas yang didapat dalam pengklasifikasian adalah 1940, hasil tersebut menunjukkan tingkat separabilitas masuk dalam kriteria good (1900 - < 2000). Hasil perhitungan Overall accuracy menghasilkan nilai sebesar 99,17%, dan Kappa accuracy menghasilkan nilai akurasi sebesar 94,21%, karena nilainya > 85% maka menunjukkan hasil klasifikasi tutupan lahan di Kepulauan Karimunjawa cukup baik

Secara umum klasifikasi tutupan lahan di 12 pulau Kepulauan Karimunjawa terdiri atas hutan dataran rendah, hutan mangrove, kebun campuran, hutan pantai, dan permukiman. Berdasarkan klasifikasi tutupan lahan terdapat perbedaan dan kesamaan tipe habitat pada masing-masing pulau (Tabel 2, Gambar 3). Pulau Karimunjawa dan P. Kemojan memiliki tipe habitat yang paling kompleks dibandingkan pulau lain, terbagi atas 5 (lima) tipe habitat yaitu hutan dataran rendah, hutan mangrove, kebun campuran, hutan pantai, dan permukiman. Pulau Genting terbagi atas 4 (empat) tipe habitat yaitu mangrove, kebun campuran, hutan pantai, dan permukiman. Pulau Nyamuk dan P. Parang terbagi


(44)

18 atas 3 (tiga) tipe habitat yaitu mangrove, kebun campuran, dan permukiman. Pulau Menjangan Besar terbagi atas 2 (dua) tipe habitat yaitu hutan mangrove dan kebun campuran. Pulau Burung, P. Cemara Besar, P. Geleang, P. Menjangan Kecil, dan P. Seruni hanya terdiri dari 1 (satu) tipe habitat yaitu hutan pantai (Tabel 2).

Tabel 2 Hasil klasifikasi tutupan lahan di 12 pulau Kepulauan Karimunjawa

No Pulau dataran Hutan

rendah

Hutan

mangrove campuran Kebun Hutan pantai Permukiman

1 Burung

2 Cemara Besar

3 Kembar

4 Seruni

5 Geleang

6 Menjangan kecil

7 Menjangan besar

8 Nyamuk

9 Genting

10 Parang

11 Kemojan

12 Karimunjawa

Keterangan : √ : tipe habitat yang ada pada masing-masing pulau

Hasil pengukuran luas pulau dengan menggunakan SIG menunjukkan luas pulau berkisar antara 2,99 ha – 3202 ha. Pulau Karimunjawa merupakan pulau terbesar dengan luas 3202 ha, sementara pulau terkecil adalah P. Burung dengan luas 2,99 ha (Tabel 3). Hasil pengukuran jarak masing-masing pulau dari P. Jawa berdasarkan SIG berkisar antara 70,74 – 106,02 km, sedangkan jarak masing-masing pulau dari P. Karimunjawa berkisar antara 0,74 – 28,45 km. Pulau yang memiliki jarak terjauh dari P. Jawa adalah P. Kembar (106,02 km), sedangkan jarak terdekat dari P. Jawa adalah P. Genting (70,74 km). Pulau Kemojan merupakan pulau terdekat dari P. Karimunjawa (0,74 km), sedangkan P. Kembar (28,45 km) merupakan pulau terjauh dari P. Karimunjawa (Tabel 3).


(45)

(46)

20 Bentuk masing-masing pulau di Kepulauan Karimunjawa didasarkan atas hasil nilai MSI menunjukkan bentuk pulau paling sederhana dengan nilai MSI 1,1 adalah P. Kembar, sedangkan bentuk paling kompleks atau tidak beraturan adalah P. Burung dengan nilai MSI 1,24 (Tabel 3). MSI merupakan indeks yang menggambarkan kompleksitas atau ketidakberaturan bentuk pulau, semakin tinggi nilai MSI suatu pulau maka bentuk pulau tersebut semakin kompleks atau semakin tidak beraturan.

Tabel 3 Luas, jarak, tipe habitat habitat dan MSI (Mean Shape index) 12 pulau di Kepulauan Karimunjawa Pulau Luas pulau (ha) Tipe habitat Jarak dari P Jawa (Km) Jarak dari P Karimunjawa (Km) MSI

Burung 2,99 1 83,17 10,71 1,24

Cemara Besar 7,22 1 88,18 7,04 1,18

Kembar 13,75 1 106,02 28,45 1,11

Seruni 30,2 1 71,19 12,49 1,16

Geleang 30,66 1 83,16 7,59 1,20

Menjangan Kecil 51,61 1 78,29 3,36 1,16

Menjangan Besar 84,08 2 76,56 1,47 1,16

Nyamuk 125,25 3 100,76 25,55 1,14

Genting 191,22 4 70,74 26,58 1,17

Parang 462,18 3 100,43 22,21 1,15

Kemojan 1282,00 5 79,16 0,74 1,15

Karimunjawa 3202,00 5 76,75 - 1,14

Hasil pengukuran luas, jarak, bentuk, dan kondisi habitat berdasarkan SIG selanjutnya digunakan untuk menganalisis hubungan antara karakteristik pulau dengan komunitas burung di Kepulauan Karimunjawa.

Hubungan kekayaan spesies dengan luas dan jarak isolasi pulau telah dibahas mendalam oleh MacArthur dan Wilson (1967) melalui model equilibrium (keseimbangan) dalam teori biogeografi pulau. Semakin luas ukuran suatu pulau maka jumlah kekayaan spesies di dalamnya semakin tinggi. Semakin jauh jarak suatu pulau dari sumber kolonisasi maka kekayaan spesiesnya semakin rendah. Luas area, isolasi, dan keanekaragaman habitat selalu menjadi obyek perdebatan mana yang lebih berperan dalam memengaruhi kekayaan spesies. Perdebatan mengenai hal tersebut juga turut memengaruhi praktik konservasi dalam merancang suatu kawasan konservasi dengan mengacu pada teori biogeografi


(47)

21 pulau. Sementara bentuk suatu kawasan sering dikaitkan dengan penetapan dan pertimbangan kawasan konservasi.

Keanekaragaman Vegetasi dan Profil Vegetasi

Pulau-pulau yang ada di lokasi penelitian terdiri dari berbagai jenis tipe habitat yaitu hutan mangrove, hutan pantai, hutan dataran rendah, kebun campuran dan permukiman.

1. Pulau Karimunjawa

Pulau Karimunjawa merupakan pulau terluas di Kepulauan Karimunjawa, memiliki lima tipe habitat yaitu hutan mangrove, hutan pantai, hutan dataran rendah, kebun campuran, dan permukiman (Gambar 4). Vegetasi hutan mangrove terdiri dari lima jenis pohon, jenis yang mendominasi adalah Rhizophora mucronata dan Rhizophora stylosa. Vegetasi hutan pantai terdiri dari empat jenis pohon, jenis yang dominan adalah Cocos nucifera (kelapa). Sementara vegetasi permukiman terdiri dari 12 jenis dengan jumlah individu 21 pohon. Vegetasi permukiman didominasi oleh Cocos nucifera, Casuarina equisetifolia (cemara laut) dan Mangifera indica (mangga).

Jenis pohon yang ditemukan di hutan dataran rendah sebanyak 19 jenis pohon. Pohon yang mendominasi di vegetasi hutan daratan rendah adalah Syzygium liniatum (jambon/kelat), Ixora blumei (soka/kopi-kopi), Cynometra ramifolia (namnam), Garcinia celebrica (manggisan hutan), dan Ficus variegata (gondang). Kebun campuran terdiri dari tiga jenis pohon dan yang mendominasi adalah Cocos nucifera. Dari kelima tipe habitat, hutan dataran rendah memiliki indeks keanekaragaman jenis yang paling tinggi (Tabel 4).

Tabel 4 Jumlah jenis, jumlah individu dan indeks keanekaragaman jenis (H’) pohon di P. Karimunjawa

Parameter Hutan

mangrove

Hutan pantai

Kebun campuran

Hutan dataran

rendah

Permukiman

Jumlah jenis 5 4 3 19 12

Jumlah individu 47 40 30 69 21


(48)

22 Rhizophora mucronota memiliki indeks nilai penting tertinggi (93,10 %) di hutan mangrove, kemudian diikuti oleh Rhizophora stylosa (89,12%). Di hutan dataran rendah, Syzygium liniatum memiliki indeks nilai penting tertinggi (90,00%) dan diikuti oleh Ixora blumei (89,94%). Untuk vegetasi hutan pantai indeks nilai penting dimiliki oleh Cocos nucifera (235,01%). Tipe vegetasi kebun campuran, Cocos nucifera memiliki indeks nilai penting tertinggi sebesar 149,88%. Sementara di permukiman, indeks nilai penting tertinggi juga dimiliki oleh Cocos nucifera (68,33 %), diikuti Casuarina equisetifolia dan Mangifera indica (Lampiran 1).

2. Pulau Kemojan

Pulau Kemojan merupakan pulau yang berbatasan langsung dengan pulau Karimunjawa. Pulau Kemojan terdiri dari lima tipe habitat yaitu hutan pantai, hutan mangrove, hutan dataran rendah, kebun campuran, dan permukiman (Gambar 5). Vegetasi hutan pantai terdiri dari lima (5) jenis, pohon yang mendominasi di tipe vegetasi ini adalah Cocos nucifera dan Casuarina equisetifolia. Jenis pohon yang ada di hutan mangrove lebih banyak dibandingkan dengan hutan pantai dan jenis yang dominan di hutan mangrove adalah Rhizophora apiculata. Jenis pohon yang mendominasi kebun campuran adalah Cocos nucifera. Di hutan dataran rendah didapatkan 11 jenis pohon dengan jumlah individu sebanyak 38 individu. Syzygium liniatum, Gluta sp (rengas), dan Cocos nucifera mendominasi hutan dataran rendah. Pada vegetasi permukiman dijumpai delapan jenis dengan jumlah individu sebanyak 1.618. pohon, yang mendominasi adalah Cocos nucifera kemudian diikuti oleh Mangifera indica dan Tectona grandis (jati). Hutan mangrove mempunyai nilai indeks keanekaragaman yang lebih tinggi dibandingan dengan tipe habitat lainnya (Tabel 5).

Tabel 5 Jumlah jenis, jumlah individu dan indeks keanekaragaman jenis (H’) pohon di P. Kemojan

Parameter Hutan

mangrove

Hutan pantai

Hutan dataran

rendah

Kebun

campuran Permukiman

Jumlah jenis 16 5 11 5 8

Jumlah Individu 172 78 38 302 98


(49)

23

Gambar 4 Profil vegetasi pohon di Pulau Karimunjawa


(50)

Cocos nucifera memiliki indeks nilai penting tertinggi di hutan pantai (153,19%), diikuti oleh Casuarina equisetifolia (81,11%). Di hutan mangrove, Rhizophora apiculata mempunyai indeks nilai penting paling tinggi dibanding dengan vegetasi lainnya yaitu sebesar 117,73 %. Di kebun campuran, Cocos nucifera mempunyai nilai indeks penting paling tinggi sebesar 134,68 %, kemudian diikuti oleh Anacardium occidentale (mete) (111,71 %). Pada hutan dataran rendah Cocos nucifera memiliki indeks nilai penting paling tinggi (97,59%) diikuti oleh Syzygium liniatum (38,48%). Sementara di permukiman, Cocos nucifera memiliki indeks nilai penting paling tinggi (71,38%), diikuti Mangifera indica (31,04%), dan Tectona grandis (30,02) (Lampiran 1).

3. Pulau Parang

Tipe habitat yang ada di pulau Parang terdiri dari hutan mangrove, permukiman dan kebun campuran (Gambar 6). Bruguiera cylindrica merupakan vegetasi yang mendominasi tipe habitat hutan mangrove. Pada hutan mangrove ditemukan delapan jenis pohon, dengan jumlah individu sebanyak 38 individu. Kebun campuran mempunyai individu lebih banyak daripada hutan mangrove, Cocos nucifera mendominasi pohon yang ditemukan di kebun campuran. Sedangkan Mangifera indica mendominasi vegetasi yang ada di habitat permukiman. Nilai indeks keanekaragaman pada permukiman lebih tinggi dibandingkan kebun campuran dan hutan mangrove (Tabel 6).

Tabel 6 Jumlah jenis, jumlah individu dan indeks keanekaragaman jenis (H’) pohon di P. Parang

Parameter

Hutan mangrove

Kebun

campuran Permukiman

Jumlah jenis 8 10 12

Jumlah Individu 38 130 49

Indeks Keanekaragaman (H’) 1,74 1,05 2,35

24

Bruguiera cylindrica mempunyai indeks nilai penting paling tinggi pada hutan mangrove yaitu sebesar 75,97%. Untuk kebun campuran, Cocos nucifera memiliki indeks nilai penting paling tinggi (177%). Mangifera indica mempunyai indeks nilai penting paling tinggi pada permukiman (29,66%), kemudian diikuti oleh Cocos nucifera (25,58%) (Lampiran 1).


(51)

25

Gambar 5 Profil vegetasi pohon di Pulau Kemojan


(52)

26

Gambar 6 Profil vegetasi pohon Pulau Parang

4. Pulau Genting

Tipe habitat di P. Genting terdiri dari hutan mangrove, hutan pantai, kebun campuran dan permukiman (Gambar 7). Pada hutan mangrove vegetasi yang ditemukan sebanyak delapan jenis pohon mangrove dengan jumlah individu 61 individu. Pohon yang sering dijumpai di hutan mangrove adalah Thespesia papulnea (waru laut). Untuk hutan pantai, pohon yang mendominasi yaitu Cocos nucifera. Jumlah pohon yang ditemukan di hutan pantai sebanyak 58 individu, dengan jumlah jenis yang ditemukan sebanyak tiga jenis. Pada kebun campuran ditemukan delapan jenis dengan jumlah individu sebanyak 131 individu. Pada kebun campuran jenis yang mendominasi adalah Cocos nucifera. Di permukiman, jenis pohon yang diperoleh sebanyak tiga jenis dengan jumlah individu 69 individu, Cocos nucifera merupakan jenis yang paling banyak dijumpai. Sementara hutan mangrove mempunyai indeks keanekaragaman paling tinggi dibandingkan dengan hutan pantai, permukiman, dan kebun campuran (Tabel 7). Tabel 7 Jumlah jenis, jumlah individu dan indeks keanekaragaman jenis pohon

(H’) di P. Genting

Parameter mangrove Hutan Hutan pantai campuran Kebun Permukiman

Jumlah jenis 8 3 8 3

Jumlah Individu 61 58 131 69

Indeks Keanekaragaman (H’) 1,87 0,34 0,51 0,25

Thespesia papulnea mempunyai indeks nilai penting sebesar 67,75% di hutan mangrove, kemudian diikuti Rhizophora mucronota (58,56 %). Pada hutan


(53)

pantai, Cocos nucifera mempunyai indeks nilai penting tertinggi yaitu sebesar 88,21%. Di kebun campuran Cocos nucifera mempunyai indeks nilai penting tertinggi sebesar 232,42%, begitu juga di permukiman (260,34%) (Lampiran 1).

5. Pulau Nyamuk

Pulau Nyamuk merupakan salah satu pulau yang berpenduduk. Di pulau Nyamuk terdapat tiga tipe habitat yaitu hutan mangrove, permukiman dan kebun campuran (Gambar 8). Pada hutan mangrove jenis yang paling banyak ditemukan individunya adalah Lumnitzera racemosa, sebanyak 8 individu. Kebun campuran didominasi oleh Cocos nucifera. Sementara di permukiman ditemukan jenis pohon sebanyak 11 jenis dengan jumlah individu sebanyak 31 individu. Vegetasi yang paling dominan di permukiman adalah Cocos nucifera dan Mangifera indica. Nilai indeks keanekaragaman tertinggi dimiliki oleh tipe habitat permukiman (Tabel 8).

Tabel 8 Jumlah jenis, jumlah individu dan indeks keanekaragaman jenis (H’) pohon di P. Nyamuk

Parameter Hutan

mangrove

Kebun

campuran Permukiman

Jumlah jenis 8 3 11

Jumlah Individu 31 46 31

Indeks Keanekaragaman (H’) 1,89 0,62 2,10

27

Pada vegetasi hutan mangrove Lumnitzera racemosa mempunyai indek nilai penting tertinggi (66,90%), kemudian diikuti oleh Bruguiera gymnorhiza (61,17%). Untuk vegetasi di kebun campuran, Cocos nucifera mempunyai indeks nilai penting paling tinggi sebesar 192,64%, kemudian diikuti Anacardium occidentale. Cocos nucifera juga memiliki indeks nilai penting yang paling tinggi (45,81%) di permukiman (Lampiran 1).


(54)

28


(55)

29

Gambar 8 Profil vegetasi Pulau Nyamuk

6. Pulau Menjangan Besar

Pulau Menjangan Besar merupakan pulau yang mempunyai dua tipe habitat yaitu hutan mangrove dan kebun campuran (Gambar 9). Pulau ini merupakan pulau yang dekat dengan P. Karimunjawa. Kebun campuran yang ada di P. Menjangan Besar di dominasi oleh Cocos nucifera. Pada tipe habitat kebun campuran sebanyak empat jenis pohon ditemukan, dengan 20 individu. Untuk tipe habitat hutan mangrove jumlah pohon yang temukan lebih banyak, yaitu 43 individu dengan jumlah jenis sebanyak dua jenis. Rhizophora mucronata merupakan jenis yang mendominasi tipe habitat hutan mangrove.

Tabel. 9 Jumlah jenis, jumlah individu dan indeks keanekaragaman jenis (H’) pohon di P. Menjangan Besar

Parameter Hutan

mangrove

Kebun campuran

Jumlah jenis 2 4

Jumlah Individu 44 20

Indeks Keanekaragaman (H’) 0,11 0,59

Cocos nucifera memiliki indeks nilai penting tertinggi di kebun campuran yaitu sebesar 221,43%, diikuti oleh Gluta spp (29,95%). Tipe habitat hutan mangrove didominasi oleh Rhizophora mucronota dan memiliki indeks penting paling tinggi sebesar 272,10% (Lampiran1).


(56)

30

Rhizophora mucronata Sonneratia alba

Gambar 9 Profil vegetasi Pulau Menjangan Besar

7. Pulau Menjangan Kecil

Pulau Menjangan Kecil merupakan pulau yang memiliki tipe habitat hutan pantai (Gambar 10). Pohon yang dijumpai di P. Menjangan Kecil berjumlah 132 individu dari 4 jenis yang ditemukan. Pohon yang mendominasi pulau ini adalah Cocos nucifera (Tabel 10). Indeks nilai penting tertinggi dimiliki oleh Cocos nucifera (261,43%) (Lampiran 1).

Tabel 10 Jumlah jenis, jumlah individu dan indeks keanekaragaman jenis (H’) pohon di P. Menjangan Kecil

Parameter Hutan pantai

Jumlah jenis 4

Jumlah Individu 132

Indeks Keanekaragaman (H’) 0,29

Barat Timur

10 20


(57)

31

8. Pulau Geleang

Pulau Geleang memiliki satu tipe habitat yaitu hutan pantai (Gambar 11). Jumlah jenis yang ditemukan sebanyak dua jenis dengan 11 individu (Tabel 11). Indeks keanekaragaman pada P. Geleang sebesar 0,48; sementara indeks nilai penting paling tinggi dimiliki oleh Glochidion rubrum (dempulan) (222,32) (Lampiran 1).

Tabel.11 Jumlah jenis, jumlah individu dan indeks keanekaragaman jenis (H’) pohon di P. Geleang

Parameter Hutan pantai

Jumlah jenis 2

Jumlah Individu 11

Indeks Keanekaragaman (H’) 0, 48

Barat Timur

Hutan pantai

Gambar 11 Profil vegetasi Pulau Geleang

9. Pulau Seruni

Pulau Seruni hanya memiliki satu jenis tipe habitat yaitu hutan pantai dan Cocos nucifera merupakan jenis pohon yang mendominasi (Gambar 12). Nilai indeks keanekaragaman sebesar 1,08 dengan jumlah jenis yang ditemukan sebanyak 8 jenis (Tabel 12). Indeks nilai penting paling tinggi dimiliki oleh Cocos nucifera (160,76%) (Lampiran 1).


(58)

32 Tabel. 12 Jumlah jenis, jumlah individu dan indeks keanekaragaman jenis (H’)

pohon di P. Seruni

Parameter Hutan pantai

Jumlah jenis 8

Jumlah Individu 127

Indeks Keanekaragaman (H’) 1,08

Barat Timur

Hutan pantai

Gambar 12 Profil vegetasi Pulau Seruni

10. Pulau Kembar

Pulau kembar memiliki tipe habitat berupa hutan pantai (Gambar 13). Jumlah individu yang ditemukan sebanyak 24 dengan jumlah jenis sebanyak empat jenis (Tabel 13). Cocos nucifera memiliki indeks nilai penting tertinggi (222,40%) dan mendominasi pohon yang ada di Pulau Kembar (Lampiran 1). Tabel 13 Jumlah jenis, jumlah individu dan indeks keanekaragaman jenis (H’)

pohon di P. Kembar

Parameter Hutan pantai

Jumlah jenis 4

Jumlah Individu 24


(59)

33

Timur Barat

Hutan pantai 10

20

Gambar 13 Profil vegetasi Pulau Kembar

11. Pulau Cemara Besar

Pulau Cemara merupakan salah satu pulau yang luasnya kecil dan hanya memiliki satu tipe habitat yaitu hutan pantai (Gambar 14). Pohon yang ditemukan di P. Cemara terdiri dari tiga jenis dengan jumlah individu sebanyak tujuh individu. Nilai indeks keanekaragaman di P. Cemara Besar sebesar 1,08. (Tabel 14). Casuarina equisetifolia mendominasi jenis pohon yang ada di P. Cemara, disamping itu Casuarina equisetifolia juga memiliki indeks nilai penting tertinggi (129,80%).

Tabel 14 Jumlah jenis, jumlah individu dan indeks keanekaragaman jenis (H’) pohon di P. Cemara Besar

Parameter Hutan pantai

Jumlah jenis 3

Jumlah Individu 7


(1)

Sujatnika, Paul J, Tonny RS, Mike JC, and Ani M. 1995. Melestarikan keanekaragaman hayati Indonesia : Pendekatan daerah burung endemik.

Departemen Kehutanan-Birdlife International Indonesia Programme. Sutherland WJ, Ian N, Rhys EG. 2004. Bird ecology and conservation. New York:

Oxford University Press.

Sodhi NS, Soh MCK, Prawiradilaga DM, Darjono, Brook BW. 2005. Persistence of lowland rainforest birds in a recently logged area in Central Java. Bird Conservation International 15:173-191.

Soegianto A. 1994. Ekologi kuantitatif, metode analisis populasi dan komunitas.

Surabaya: Penerbit Usaha Nasional.

Soehartono T, Mardiastuti A. 2003. Pelaksanaan konvensi CITES di Indonesia.

Jakarta : Japan International Cooperation Agency (JICA).

Triantis KA, Mylonas N, Lika K, Vardinoyannis. 2003. A model for species-area-habitat relationship. J Biogeography 30 : 19-27.

Tucker K, Stephen PR, Roy AS, Elaine BM, John B. 1997. Modelling birds distributions-combine GIS and bayesian rule-based approach. Lanscape Ecology 12: 77-93.

Twedt DJ, Wilson RR, Henne-Kerr JL & Grosshuesch DA. 2002. Avian Response to Bottomland Hardwood Reforestation : The first 10 Years. Restoration Ecology 10 : 645–655.

UNDIP. 2004. Laporan identifikasi potensi ekosistem biota laut Kepulauan Karimunjawa. Semarang: Fakultas Kelautan Universitas Diponegoro.

Wang T. 2003. Habitat Analysis for Giant Panda in Laoxiancheng Nature Reservein the Qinling Mountains China. http://www.itc.nl/digitallibrary/ disertation. [30 Maret 2005].

Wang Y, Deborah MF. 2002. Consistency of mist netting and point counts in Assessing landbird species richness and relativeAbundance during migration. Condor 104 : 59-72.

Watson JEM, Whittaker R, Freudenberger D. 2005. Bird community responses to habitat fragmentation: how consistent are they across landscapes?. J Biogeography 32: 1363-1370.

Walker J. 2007. Geographical patterns of threat among pigeons and doves (Columbidae). Oryx 41: 289-299


(2)

Whittaker RJ. 1998. Island biogeography. Ecology, evolution, and conservation.

New York: Oxford University Press.

Wiens JA. 1989. The Ecology of bird communities. Cambridge: Cambridge

University Press.

Willson MF, Comet TA. 1996. Bird communities of northern forests: ecological correlates of diversity and abundance in the understory. Condor 98:

358-362

Wisnubudi G. 2004. Keanekaragaman dan kelimpahan burung untuk pengem-bangan wisata birdwatching di Taman Nasional Gunung Halimun. [Tesis].

Bogor: Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Wolf E.C. 1991. Diambang kepunahan: melestarikan keanekaragaman kehidupan dalam krisis biologi: hilangnya keanekaragaman biologi. Jakarta: Yayasan

Bogor Indonesia.

Wu J. and J. L. Vankat. 1995. Island biogeography: theory and applications. In: W. A. Nierenberg (ed), Encyclopedia of Environmental Biology 2: 371-379.

Xirouchakis S. 2005. The avifauna of the western Rodopi Forest (N.Greece).

Belgia J Zoology. 135: 261-269.

Yoganand K. & Davidar, P. 2000. Habitat preferences and distributional status of some forest birds in Andaman islands. J Bombay Natural History Society


(3)

Schulze?????

Ecological Indicators 5 (2005) 33–48

Associations between avian functional guild response and

regional landscape properties for conservation planning

Joseph A. Bishopa,*, Wayne L. Myersb

Bird–habitat relationship for the declining Pampas

meadowlark


(4)

Gustavo J. Ferna´ ndeza,b,*, Gabriela Possec, Valentina Ferrettia, Fabia´ n M. Gabellib

Biological Conservation 115 (2003) 139–148

Fernandes GJ, Gabriel P, Valentina F, Fabian M G. 2003. Bird–Habitat

Relationship for The Declining Pampas Meadowlark Populations in The Southern Pampas Grasslands. Biological Conservation115 : 139–148

Seto KC, Fleishman E, Fay JP. Betrus CJ. 2004. Linking Spatial Patterns of Birds and Butterfly Species Richness with Landsat TM Derived NDVI. Int. J. Remote Sensing. Vol. 25 No. 20: 4309-4324.

Seto KC, Fleishman E, Fay JP. Betrus CJ. 2004. Linking Spatial Patterns of Birds and Butterfly Species Richness with Landsat TM Derived NDVI. Int. J. Remote Sensing. Vol. 25 No. 20: 4309-4324.

Karr JR. 1977. Ecological correlates of rarity in a tropical forest bird community.

The Auk 94: 240-247.

Karr JR. 1980. Geographical variation in the avifauna of tropical forest undergrowth. The Auk 97:283-298.

Empirical Relationships between Species Richness, Evenness, and Proportional Diversity

Gray Stirling1,* and Brian Wilsey2

Am. Nat. 2001. Vol. 158, pp. 286–299. _ 2001 by The University of Chicago. 0003-0147/2001/15803-0007$03.00. All rights reserved.

Patterns of butterfly distribution in the Andaman islands:

implications for conservation

M. Soubadra Devy, T. Ganesh, Priya Davidar *

Acta Oecologica 19 (6) (1998) 527-534 IO Elsevier, Paris

Blackwell Science, Ltd

Bird species numbers in an archipelago of reeds at

Lake Velence, Hungary. ANDRÁS BÁLDI and TIBOR KISBENEDEK

Global Ecology & Biogeography (2000)9

, 451–461

CBohte.n Bgu —ll. A Sctadti.s Stiicna. l( 2a0p0p4ro) a4c5h: e3s3 o9n-3 d4i6scriminating spatial variation of species diversity 339

Statistical approaches on discriminating spatial

variation of


(5)

species diversity

Chi-Chuan CHENG*

Division of Forest Management

The Condor 104:59–72

q The Cooper Ornithological Society 2002 Consistency of mist netting and point counts in Assessing landbird species richness and relative Abundance during migration

YONG WANG1,3 AND DEBORAH M. FINCH2 Yoganand, K. & Davidar, P. (2000) Habitat preferences and distributional status of some forest birds in Andaman islands. Journal of the Bombay Natural History Society, 97, 375±380.

Biological Conservation 95 (2000) 259±267

Habitat selection by terrestrial birds on Pemba Island (Tanzania), with particular reference to six endemic taxa

Paulo Catry a,b,*, Richard Mellanby c, K. Ali. Suleiman d, K. Haji Salim d, M. Hughes c, M. McKean c, N. Anderson c, G. Constant c, V. Heany c, G. Martin c, M. Armitage c, M. Wilson c

Davidar, P., Yoganand, T.R.K., Ganesh, T. & Joshi, N. (1996) An assessment of common and rare forest bird species of the Andaman islands. Forktail, 12, 135±142.

A model for the species–area–habitat relationship

K. A. Triantis1,2*, M. Mylonas1,2, K. Lika2 and K. Vardinoyannis1 1Natural History Museum

of Crete, University of Crete, Irakleio, Greece and 2Department of Biology, University of

Journal of Biogeography, 30, 19–27

Bird community responses to habitat

fragmentation: how consistent are they

across landscapes?

James E. M. Watson1*, Robert J. Whittaker1 and David Freudenberger (J. Biogeogr.) (2005) 32, 1353–1370


(6)

plants, springtails, butter¯ ies and birds on small

tropical islands

Lian Pin Koh, Navjot S. Sodhi*, Hugh Tiang Wah Tan and Kelvin S.-H. Peh Department of Biological Sciences, The National University of Singapore, Republic of Singapore

Journal of Biogeography, 29, 93±108 Journal of Biogeography, 29, 93±108