1
I. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Komunitas didefinisikan sebagai keseluruhan populasi dari spesies yang terdapat pada ruang dan waktu yang sama Begon et al. 1990; Magurran 2004.
Komunitas burung adalah kelompok individu-individu dari beberapa spesies burung yang hidup secara bersama pada tempat dan waktu yang sama Wiens
1989. Komunitas burung antara lain dipengaruhi oleh faktor topografi, sejarah dan pengaruh biogeografi pulau, perubahan musiman dari iklim dan sumber daya,
keragaman habitat, perubahan habitat dan pengaruh kompetitor baik burung ataupun kelompok hewan lainnya Pearson 1977; Primack 1995.
Kompleksitas suatu komunitas digambarkan dengan menampilkannya dalam bentuk indeks
kekayaan spesies, keanekaragaman spesies, kelimpahan relatif, komposisi spesies, serta dengan grafik ranking kekayaan spesies Morin 1999.
Burung dikatakan sebagai indikator keanekaragaman hayati, perubahan kualitas lingkungan dan indikator dalam penentuan kawasan konservasi, hal ini
karena didukung sifat-sifat yang dimiliki burung, yaitu dapat hidup di berbagai habitat, peka terhadap perubahan lingkungan, dan kedudukan dalam taksonomi
serta penyebarannya telah cukup diketahui Sujatnika et al. 1995; Birdlife International 2003. Oleh karena itu, beberapa penelitian untuk mengidentifikasi
keanekaragaman hayati suatu kawasan yang dihubungkan dengan pola perubahan habitat dan masalah lingkungan menggunakan burung sebagai indikator, seperti
yang dilakukan oleh Canterbury et al. 2000, Twedt et al. 2002, dan Chettri et al.
2005. Pengetahuan tentang pengaruh faktor biogeografi pulau terhadap suatu
komunitas khususnya keanekaragaman spesies dapat dilihat pada studi kepulauan; hal ini karena kepulauan memiliki variasi bentuk, luas, dan isolasi
MacArthur Wilson 1967; Wu Vankat 1995; Lomolino 2000; Campbell et al
. 2004. Penelitian yangdilakukan pada komunitas pulau mendorong pengembangan kaidah umum mengenai penyebaran keanekaragaman organisme
yang dikenal sebagai model biogeografi pulau Island Biogeography atau lebih
1
2 dikenal sebagai teori equilibrium, yang diperkenalkan oleh MacArthur dan
Wilson 1967. Model biogeografi pulau yang dikembangkan MacArthur dan Wilson 1967 menyebutkan adanya hubungan antara luas area dan jumlah
spesies species-area relationship, yaitu pulau yang lebih luas memiliki jumlah spesies yang lebih banyak dibandingkan pulau yang berukuran lebih sempit.
MacArthur dan Wilson 1967 juga menyatakan bahwa jarak akan menentukan jumlah spesies di suatu lokasi, pulau yang berada pada jarak yang lebih jauh dari
daratan utama mainland atau pulau yang sangat terisolasi akan memiliki jumlah spesies yang lebih sedikit dibandingkan pulau yang lebih dekat atau berjarak
dekat dari daratan utama. Teori ini menjadi paradigma dalam biogeografi kepulauan dan sangat mempengaruhi dasar-dasar ekologi dan biologi konservasi
Lomolino 2000. Meskipun teori biogeografi pulau sangat mendominasi dan menjadi
konsep dasar pada penelitian keanekaragaman spesies, tetapi sampai saat ini masih menjadi perdebatan para ahli ekologi khususnya apabila diterapkan pada
biogeografi modern. Berdasarkan beberapa studi ternyata diketahui bahwa banyak pendekatan yang lebih baik dan lebih kompleks dalam menjelaskan faktor
yang mempengaruhi keanekaragaman spesies, seperti keanekaragaman habitat, kerusakan dan interaksi interspesifik Whittaker 1998;
Lomolino 2000. Habitat yang beranekaragam cenderung menyediakan sumberdaya yang lebih bagi
spesies-spesies yang hidup di dalamnya, baik sumberdaya pakan, tempat bermain, dan berbiak. Kerusakan atau terjadinya fragmentasi habitat semakin
menyebabkan berkurangnya sumberdaya yang dibutuhkan. Adanya potensi timbal balik interaksi spesifik menunjukkan kecenderungan laju imigrasi yang
tinggi untuk mengurangi laju kepunahan pada pulau terdekat. Lack 1976 menyebutkan bahwa kekayaan spesies suatu organisme di
suatu area lebih ditentukan oleh keanekaragaman habitat. Area yang terdiri dari habitat yang lebih kompleks atau lebih beranekaragam akan memiliki jumlah
spesies yang lebih tinggi. Hal ini didukung oleh Calmé dan André 2000, Davidar et al. 2001, dan Fernandes et al. 2003 yang menyatakan bahwa
keberadaan dan keanekaragaman habitat memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap keanekaragaman spesies burung
.
2
3 Dalam hubungannya dengan keanekaragaman spesies, bentuk suatu pulau
atau kawasan perlindungan sampai saat ini juga masih menjadi perdebatan: apakah bentuk juga merupakan faktor yang mempengaruhi keanekaragaman
spesies di suatu area atau sebaliknya, bukan merupakan faktor yang berpengaruh. Konsep bentuk yang dikemukakan oleh Diamond 1975, Simberloff dan Abele
1976,1982, Terborgh 1986, diacu dalam Primack 1995 digunakan untuk memastikan pada keadaan manakah kekayaan spesies akan dapat dicapai dalam
suatu kawasan perlindungan. Game 1980 menyebutkan bahwa bentuk yang tidak sirkuler lebih optimal dalam menentukan kekayaan spesies. Sebaliknya
Blouin dan Connor 1985 menyimpulkan bahwa bentuk bukan menjadi perhatian utama dalam menentukan suatu kawasan perlindungan, tetapi faktor luas area,
jarak dan habitat Kepulauan Karimunjawa merupakan salah satu gugusan pulau yang
terletak di Laut Jawa menyediakan sebuah laboratorium alam yang dapat digunakan untuk membuktikan teori biogeografi pulau. Hal ini antara lain karena
1 Kepulauan Karimunjawa terdiri dari 27 pulau dan lokasi pulau-pulau tersebut letaknya menyebar, serta masing-masing pulau memiliki perbedaan luas, jarak
serta habitat, 2 memiliki keanekaragaman tipe ekosistem ekosistem terumbu karang, padang lamun dan rumput laut, mangrove, hutan pantai, serta hutan
dataran rendah, dan 3 data inventarisasi awal beberapa fauna termasuk burung pernah dilakukan sebelumnya.
Penelitian yang berhubungan dengan konsep biogegrafi pulau masih jarang dilakukan di Indonesia, bahkan di Kepulauan Karimunjawa belum pernah
dilakukan sebelumnya. Dengan melihat potensi Kepulauan Karimunjawa sebagai laboratorium alam dan berbagai perdebatan mengenai teori biogeografi pulau,
maka penelitian tentang aplikasi teori biogeografi pulau di Kepulauan Karimunjawa dilakukan dengan menggunakan burung sebagai obyeknya.
Penggunaan burung sebagai obyek penelitian karena burung merupakan fauna yang relatif mudah dideteksi, terdapat hampir di semua tipe habitat,
taksonominya sudah lengkap sehingga pada umumnya spesies burung mudah untuk diidentifikasi Dale et al. 2000; Seto et al. 2004. Inventarisasi awal burung
3
4 di Kepulauan Karimunjawa juga pernah dilakukan sebelumnya tahun 2003,
2004, 2005 sehingga waktu penelitian lebih efisisen. Di Kepulauan Karimunjawa, kegiatan yang telah dilakukan adalah
inventarisasi burung saja, sementara kajian tentang faktor-faktor yang berkaitan dengan keanekaragaman spesiesnya belum pernah dilakukan. Penelitian ini selain
mengkaji komunitas burung di Kepulauan Karimunjawa juga akan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhinya dalam hubungannya dengan teori
biogeografi pulau. Disamping itu, akan mengkaji faktor luas pulau, jarak dengan maindland
Pulau Jawa dan Pulau Karimunjawa, bentuk pulau, keanekaragaman habitat dan vegetasi.
Perumusan Masalah
Penelitian yang berkaitan dengan konsep biogeografi pulau khususnya di Kepulauan Karimunjawa belum pernah dilakukan. Kegiatan yang dilakukan
selama ini hanya terbatas pada kegiatan inventarisasi burung saja tidak meng- gambarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Oleh karena itu penelitian
terhadap komunitas burung khususnya keanekaragaman jenis di Kepulauan Karimunjawa sangat penting dilakukan dalam kaitannya dengan faktor-faktor
yang mempengaruhinya seperti luas, jarak, bentuk pulau, keanekaragaman habitat dan vegetasinya.
Dari beberapa hal di atas maka yang menjadi kunci pertanyaan dalam penelitian ini adalah :
1. bagaimana karakterisik pulau di Kepulauan Karimunjawa khususnya faktor luas, jarak, bentuk, keanekaragaman habitat dan vegetasinya?
2. bagaimana komunitas burung pada masing-masing pulau di Kepulauan Karimunjawa terkait dengan kekayaan spesies, keanekaragaman spesies,
kelimpahan, kesamaan spesies dan komposisi guild? 3. dalam hubungannya dengan teori biogeografi pulau faktor apa yang
berpengaruh terhadap komunitas burung di Kepulauan Karimunjawa?
4
5
Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah : 1. karakteristik masing-masing pulau di Kepulauan Karimunjawa
menunjukkan perbedaan baik luas, jarak, bentuk, maupun keanekara- gaman habitat dan vegetasinya.
2. kekayaan spesies, keanekaragaman, kelimpahan, kesamaan, dan komposisi guild pada tiap pulau akan berbeda.
3. dalam hubungannya dengan teori biogeografi pulau faktor luas pulau dan jarak pulau akan berpengaruh terhadap struktur komunitas burung di
Kepulauan Karimunjawa.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis aplikasi teori biogeografi pulau di Kepulauan Karimunjawa dengan menggunakan burung sebagai
obyeknya. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah : 1. menganalisis karakteristik masing-masing pulau khususnya luas pulau,
jarak pulau, dan bentuk pulau, serta keanekaragaman habitat dan vegetasinya.
2. menganalisis struktur komunitas burung di Kepulauan Karimunjawa terkait dengan kekayaan spesies, keanekaragaman spesies, kelimpahan,
kesamaan spesies dan komposisi guild 3. menganalisis faktor yang berpengaruh terhadap komunitas burung di
Kepulauan Karimunjawa dalam hubungannya dengan teori biogeografi pulau.
Manfaat Penelitian
Dari aspek pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, hasil penelitian diharapkan memberikan data-data ilmiah mengenai keanekaragaman
spesies burung di Kepulauan Karimunjawa dan faktor-faktor yang mempengaruhi keanekaragaman spesies tersebut, serta memberi informasi tambahan mengenai
teori biogeografi pulau. Dari aspek pembangunan, diharapkan dapat menjadi
masukan dalam manajemen pengelolaan kawasan ekowisata dan satwa liar
5
6 khususnya burung di Kepulauan Karimunjawa sehingga keberadaannya di
kawasan ini tetap lestari. Hasil penelitian ini juga memberikan manfaat bagi nilai pendidikan dan pengetahuan mengenai lingkungan dan alam sekitar.
Ruang Lingkup Penelitian
Untuk mencapai tujuan penelitian di atas, maka ruang lingkup dalam penelitian ini mencakup tiga komponen penelitian, yaitu :
1. Karakteristik pulau di Kepulauan Karimunjawa. Dalam penelitian ini 12 pulau dari 27 pulau yang menjadi lokasi penelitian yaitu Pulau Karimunjawa, P.
Kemojan, P. Parang, P. Nyamuk, P. Menjangan Besar, P. Menjangan Kecil, P. Geleang, P. Kembar, P. Cemara Besar, P. Burung, P. Genting dan P.
Seruni. Pemilihan pulau didasarkan atas luas pulau, letak atau lokasi pulau, dan status pulau adatidak ada pemukiman. Pulau-pulau tersebut dianalisis
luas, jarak dari Pulau Jawa, jarak dari Pulau Karimunjawa, bentuk pulau yang berdasarkan nilai MSI Mean Shape Index, keanekaragaman habitat dan
vegetasinya. 2. Komunitas burung di Kepulauan Karimunjawa. Komunitas burung dalam
penelitian ini mencakup kekayaan dan keanekaragaman spesies, kemerataan, kelimpahan dan kesamaan spesies Magurran 1988, 2004. Disamping itu juga
akan menganalisis komposisi guild di Kepulauan Karimunjawa. 3. Aplikasi teori biogeografi pulau terhadap komunitas burung di Kepulauan
Karimunjawa. Penelitian ini akan membahas faktor-faktor yang mempengaruhi komunitas burung di Kepulauan Karimunjawa dalam
hubungannya dengan teori biogeografi pulau. Faktor-faktor tersebut adalah luas pulau, jarak dari Pulau Jawa, jarak dari Pulau Karimunjawa, bentuk
pulau, dan keanekaragaman habitat. Disamping itu, dibahas faktor apa yang paling berpengaruh terhadap komunitas burung di Kepulauan Karimunjawa.
Kebaruan Novelty Penelitian
Penelitian komunitas burung dalam hubungannya dengan konsep biogeografi pulau masih sangat jarang dilakukan di Indonesia. Kegiatan yang di-
lakukan selama ini di Indonesia khususnya di Kepulauan Karimunjawa Jawa
6
7 Tengah hanya terbatas pada inventarisasi burung saja. Penelitian dengan cara,
lamanya waktu penelitian, dan kedalaman analisis seperti yang dilakukan dalam penelitian ini belum pernah dilakukan di Indonesia. Demikian juga pengkaitan
hasil analisis komunitas burung dengan konsep biogeografi pulau merupakan hal yang baru untuk wilayah Indonesia.
7
8
II. LUAS, JARAK, BENTUK, DAN KARAKTERISTIK HABITAT DI KEPULAUAN KARIMUNJAWA