33
Timur Barat
Hutan pantai 10
20
Gambar 13 Profil vegetasi Pulau Kembar
11. Pulau Cemara Besar
Pulau Cemara merupakan salah satu pulau yang luasnya kecil dan hanya memiliki satu tipe habitat yaitu hutan pantai Gambar 14. Pohon yang ditemukan
di P. Cemara terdiri dari tiga jenis dengan jumlah individu sebanyak tujuh individu. Nilai indeks keanekaragaman di P. Cemara Besar sebesar 1,08. Tabel
14. Casuarina equisetifolia mendominasi jenis pohon yang ada di P. Cemara, disamping itu Casuarina equisetifolia juga memiliki indeks nilai penting tertinggi
129,80. Tabel 14 Jumlah jenis, jumlah individu dan indeks keanekaragaman jenis H’
pohon di P. Cemara Besar Parameter Hutan
pantai Jumlah jenis
3 Jumlah Individu
7 Indeks Keanekaragaman H’
1,08
33
34
Timur Barat
Hutan pantai
Gambar 14 Profil vegetasi Pulau Cemara Besar
12. Pulau Burung
Tipe habitat yang ada di P. Burung yaitu hutan pantai Gambar 15. Jenis yang ditemukan di P. Burung sebanyak enam jenis dengan jumlah individu
sebanyak 44 individu. Pulau Burung mempunyai indeks nilai keanekaragaman sebesar 1,46 Tabel 15. Gossampinus malabarica randu alas mendominasi
pohon yang ada di P. Burung. Indeks nilai penting tertinggi dimiliki Casuarina equisetifolia
sebesar 83,78, kemudian diikuti oleh Gossampinus malabarica 83,48 .
Tabel. 15 Jumlah jenis, jumlah individu dan indeks keanekaragaman jenis H’ pohon di P. Burung
Parameter Hutan pantai
Jumlah jenis 6
Jumlah Individu 44
Indeks Keanekaragaman H’ 1,46
34
35
10 20
Timur Barat
Hutan pantai
Gambar 15 Profil vegetasi Pulau Burung
Pembahasan Tipe Habitat, Luas, Bentuk, dan Jarak
Secara umum hasil penelitian menunjukkan bahwa luas pulau akan memengaruhi keanekaragaman habitat. Semakin luas pulau maka habitat atau tipe
akan semakin beranekaragam. Pulau-pulau yang ada di daerah penelitian terdiri dari berbagai jenis tipe habitat yaitu hutan mangrove, hutan pantai, hutan dataran
rendah, kebun campuran dan permukiman. Pulau Karimunjawa dan P. Kemojan merupakan pulau yang mempunyai lima tipe habitat. Pulau Genting terbagi atas
empat tipe habitat, P. Nyamuk dan P. Parang terbagi atas tiga tipe habitat, P. Menjangan Besar terbagi atas dua tipe habitat. Pulau Burung, P. Cemara Besar, P.
Geleang, P. Menjangan Kecil, dan P. Seruni hanya terdiri dari satu tipe habitat. Berdasarkan luas areanya P. Parang lebih luas dibandingkan P. Genting
tetapi ternyata berdasarkan klasifikasi tutupan lahan dan hasil ground check P. Parang terdiri dari tiga tipe habitat. Hal ini diakibatkan terjadinya fragmentasi
habitat khususnya untuk tipe habitat hutan pantai. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara penduduk sekitar ternyata habitat hutan pantai di P. Parang telah
berubah menjadi kebun campuran. Penduduk sengaja menanam tanaman lain di sekitar hutan pantai, seperti mangga, nangka, mete, dan mahoni. Secara umum
35
36 rata-rata separabilitas yang didapat dari hasil klasifikasi tutupan lahan adalah
1940, hasil tersebut menunjukkan tingkat separabilitas yang masuk dalam kriteria baik keterpisahannya 1900- 2000. Hal ini menunjukkan keterpisahan antar
kelas yang dibuat dapat dikatakan baik, sehingga tidak perlu diulang lagi Jaya, 2005. Hasil perhitungan overall accuracy menghasilkan nilai sebesar 99,17 dan
kappa accuracy menghasilkan nilai akurasi sebesar 94,21 , karena nilainya
85 maka menunjukkan hasil klasifikasi tutupan lahan di Kepulauan Karimunjawa cukup baik.
Pengukuran luas pulau dengan menggunakan SIG menunjukkan luas pulau berkisar antara 2,99 ha - 3202 ha. Pulau terluas adalah P. Karimunjawa
3202 ha, sedangkan pulau terkecil adalah P. Burung 2,99 ha. Hasil pengukuran jarak pulau memperlihatkan P. Kembar merupakan pulau yang
memiliki jarak terjauh dari P. Jawa 106,02 km dan pulau terdekat adalah P. Genting 70,74 km. Pengukuran jarak masing-masing pulau dari P. Karimunjwa
menunjukkan P. Kemojan merupakan pulau terdekat dari P. Karimunjawa 0,74 km, sedangkan P. Kembar 28,45 km merupakan pulau terjauh dari P.
Karimunjawa. Studi keanekaragaman spesies pada kepulauan selalu mengkaitkan
kekayaan spesies dengan luas dan jarak isolasi pulau tersebut dari sumber kolonisasi. Hubungan kekayaan spesies dengan luas dan jarak isolasi pulau telah
dibahas mendalam oleh MacArthur dan Wilson 1967 melalui model equilibrium keseimbangan dalam teori biogeografi pulau. Semakin luas ukuran suatu pulau
maka kekayaan spesies didalamnya semakin tinggi. Ukuran pulau yang luas menjadikan keanekaragaman habitatnya tinggi, sehingga peluang keberadaan
niche yang sesuai menjadi semakin tinggi pula. Disamping itu, MacArthur dan
Wilson 1967 juga menyebutkan bahwa jarak akan menentukan jumlah spesies di suatu lokasi, pulau yang berada pada jarak yang lebih jauh dari daratan utama
mainland atau pulau yang sangat terisolasi akan memiliki jumlah spesies yang lebih sedikit dibandingkan pulau yang lebih dekat atau berjarak dekat dari daratan
utama. Semakin jauh jarak suatu pulau dari sumber kolonisasi maka kekayaan kekeyaan spesies semakin rendah.
36
37 Beberapa penelitian atau laporan ilmiah yang mendukung teori ini antara
lain dinyatakan oleh Reed 1981, 1983, diacu dalam Gaston dan Blackburn 2000 yang melihat adanya hubungan antara jumlah spesies dengan luas area
tempat berbiak burung terestrial di kepulauan sepanjang daratan Britain. Galli et al.
1976 menyebutkan bahwa jumlah spesies burung juga sangat erat hubungannya dengan luas daerah yang didiaminya, biasanya terdapat hubungan
linear antara jumlah spesies dengan logaritma luas areal. Penurunan luas area menyebabkan terjadinya penurunan keanekaragaman spesies burung.
Perkembangan penelitian yang dilakukan memunculkan pendekatan atau paradigma baru dalam teori biogeografi pulau. Sejarah geologi pulau, fragmentasi
habitat, keanekaragaman habitat dan intensitas gangguan manusia juga dapat memengaruhi keanekaragaman spesies disamping faktor luas dan jarak Lomolino
2000; Whittaker 1998. Hasil nilai MSI menunjukkan bentuk pulau paling sederhana dengan nilai
MSI 1,1 adalah P. Kembar, sedangkan bentuk paling kompleks adalah P. Burung dengan nilai MSI 1,24. MSI merupakan indeks yang menggambarkan
kompleksitas bentuk pulau, semakin tinggi nilai MSI suatu pulau maka bentuk pulau tersebut semakin kompleks atau semakin tidak beraturan. Dalam penentuan
kawasan konservasi bentuk area juga selalu menjadi pertimbangan dan perdebatan, apakah luas dan bentuk yang paling sesuai. Konsep SLOSS Single
Large Or Several Small selalu menjadi perdebatan dalam penetapan suatu
kawasan konservasi. Dalam hubungannya dengan bentuk area, efek tepi edge effect
umumnya bersifat merugikan. Suatu kawasan yang tepi atau pinggiran yang luas atau lebih banyak atau cenderung berbentuk tidak beraturan irregular
shape akan sedikit memberikan perlindungan bagi spesies yang hidup di
dalamnya Indrawan et al. 2007. Sehingga kekayaan spesies di dalamnya cenderung lebih sedikit dibandingkan kawasan yang tepi atau pinggirannya lebih
sempit atau lebih sedikit.
Keanekaragaman Vegetasi dan Profil Vegetasi
Berdasarkan keanekaragaman habitat dan vegetasi terlihat bahwa tipe habitat hutan mangrove dapat ditemukan di enam pulau. Vegetasi yang ditemukan
di hutan mangrove pada daerah penelitian sebanyak 25 jenis dengan jumlah 37
38 individu keseluruhan sebanyak 393 individu. Vegetasi yang paling banyak
dijumpai berada di P. Kemojan dengan jumlah jenis sebanyak 16 jenis. Rhizophora mucronota
merupakan jenis yang sering ditemukan, dimana jenis ini ditemukan di lima pulau yaitu P. Karimunjawa, P. Kemojan, P. Menjangan Besar,
P. Genting, dan P. Parang. Bruguiera gymnorhiza, Excoecaria agallocha, dan Sonneratia alba
ditemukan di empat pulau. Pulau Kemojan dan P. Nyamuk mempunyai nilai keanekaragaman tertinggi H’=1,89 pada tipe vegetasi hutan
mangrove, sementara indeks keanekaragaman terendah ditemukan di P. Karimunjawa H’=1,34. Pulau Karimunjawa memiliki indeks keanekaragaman
terendah karena hutan mangrove di pulau ini telah mengalami konversi menjadi kawasan pertambakan dan permukiman, serta penebangan kayu yang berlebihan
dari penduduk sekitar untuk dijadikan kayu bakar maupun bahan bangunan rumah sebagai akibat tekanan populasi penduduk dan kondisi ekonomi yang terbatas
Secara ekologi fungsi hutan mangrove antara lain sebagai habitat, tempat berlindung, tempat pemijahan, tempat pembesaran, dan tempat mencari makan
berbagai jenis fauna termasuk burung. Selain sebagai tempat berlindung dan mencari makan mangrove juga menjadi tempat berkembang biak bagi burung air
dan persinggahan burung migran Noor et al. 1999, Irwanto 2006. Vegetasi mangrove seperti Rhizophora spp, Bruguiera spp, Excoecaria agallocha,
Lumnitzera spp dan Sonneratia spp pada saat penelitian tampak sebagian besar
sedang berbunga. Ketersediaan tumbuhan berbunga dan berbuah akan mengundang jenis-jenis serangga untuk datang menghisap nektar. Melimpahnya
serangga akan menyediakan sumber bagi jenis-jenis burung pemakan serangga, sehingga burung pemakan serangga akan datang ke habitat mangrove. Disamping
itu, ketersediaan nektar juga akan menyediakan sumber makanan bagi jenis-jenis burung pemakan nektar.
Hutan pantai ditemukan di sembilan pulau yaitu P. Karimunjawa, P. Kemojan, P. Menjangan Kecil, P. Burung, P. Kembar, P. Geleang, P. Cemara
Besar, P. Seruni, dan P. Genting. Vegetasi yang ditemukan di hutan pantai pada daerah penelitian sebanyak 17 jenis dengan jumlah individu sebanyak 521
individu. Jenis yang paling banyak ditemukan di P. Burung sebanyak 6 jenis dengan jumlah individu sebanyak 44 individu. Vegetasi hutan pantai yang paling
38
39 sedikit ditemukan P. Geleang, hanya sebanyak 2 jenis yang ditemukan yaitu
Casuarina equisetifolia dan Glochidion rubrum. Cocos nucifera merupakan jenis
yang sering ditemukan, Cocos nucifera ditemukan di tujuh pulau. Casuarina equisetifolia
ditemukan di enam pulau, sedangkan Carallia brachiata, Eugenia cumini, Ficus superba, Glochidion rubrum, Gossampinus malabarica, Leucaena
leucocephara, Phemphis acidula, Rhodamnia cinerea, Scaevola taccada gabusan hanya ditemukan di satu pulau. Hutan pantai di P. Burung mempunyai
nilai indeks keanekaragaman tertinggi H’=1,46, sedangkan nilai indeks keanekaragaman terendah terlihat pada P. Menjangan Kecil H’=0,29.
Dibandingkan delapan pulau lainnya, hutan pantai di P. Burung relatif belum mengalami gangguan. Sebagian besar hutan pantai di lokasi penelitian sudah
mengalami perubahan menjadi kebun campuran dan permukiman. Di Pulau Menjangan Kecil hampir sebagian pulau sudah berubah menjadi tempat
peristirahatan, meskipun pada saat penelitian belum dioperasionalkan. Hutan dataran rendah ditemukan hanya di dua pulau yaitu P. Karimunjawa
dan P. Kemojan.Vegetasi yang ditemukan sebanyak 26 jenis dengan jumlah individu 107 individu. Anacardium occidentale, Gluta sp, Syzygium liniatum, dan
Cocos nucifera , merupakan jenis yang ditemukan di dua pulau. P. Karimunjawa
memiliki paling banyak jenis 19 jenis. Nilai indeks keanekaragaman di P. Karimunjawa lebih tinggi H’=2,77 dibandingkan P. Kemojan H’=1,89, hal ini
diakibatkan hutan dataran rendah di P. Karimunjawa masuk dalam zona perlindungan Taman Nasional Karimunjawa, sementara di P. Kemojan tidak
masuk dalam zona perlindungan. Akibatnya hutan dataran rendah di P. Kemojan sudah mengalami perubahan menjadi kebun campuran dan ladang. Menurut Devy
dan Davidar 1998; Yoganand dan Davidar 2000 hutan menjadi tempat persediaan air bagi banyak penghuni habitat. Hutan juga menyediakan sumber
pakan, seperti serangga, bunga dan buah, serta tempat bersarang dan perlindungan bagi beberapa jenis burung Khodaoost 2008.
Kebun campuran ditemukan di enam pulau yaitu P. Genting, P. Karimunjawa, P. Kemojan, P. Parang, P. Nyamuk dan P. Menjangan Besar.
Vegetasi yang ditemukan di semua pulau adalah Cocos nucifera, Anacardium occidentale
ditemukan di empat pulau, diikuti oleh Artocarpus heterophyllus
39
40 nangka dan Mangifera indica ditemukan di tiga pulau. P. Parang merupakan
pulau yang paling banyak ditemukan jenisnya 10 jenis dengan jumlah individu sebanyak 130 individu. Di Pulau Karimunjawa hanya ditemukan tiga jenis pohon
dengan jumlah individu 30 individu. Nilai indeks keanekaragaman tertinggi dimiliki oleh P. Kemojan H’=1,09, sedangkan indeks keanekaragaman terendah
ditemukan di P. Genting H’=0,51. Kebun campuran di P. Karimunjawa sebagian besar didominasi oleh Cocos nucifera. Hal tersebut menunjukkan bahwa kondisi
Kepulauan Karimunjawa sangat sesuai untuk Cocos nucifera. Disamping Cocos nucifera
, vegetasi penghasil buah-buahan seperti Anacardium occidentale, Artocarpus heterophyllus
dan Mangifera indica juga tumbuh baik di kebun campuran.
Permukiman dijumpai di lima pulau, yaitu P. Karimunjawa, P. Kemojan, P. Parang, P. Nyamuk, dan P. Genting. Total jenis pohon yang ditemukan
sebanyak 27 jenis. P. Karimunjawa dan P. Parang memiliki jenis terbanyak 12 jenis, sedangkan jenis paling sedkit ditemukan di P. Genting tiga jenis. Vegetasi
yang ditemukan di semua pulau adalah Cocos nucifera. Mangifera indica, Tectona grandis,
dan Artocarpus heterophyllus ditemukan di empat pulau, sementara Eugenia aquea dan Ceiba pentadra ditemukan di dua pulau. Nilai
indeks keanekaragaman tertinggi dimiliki oleh P. Parang H’=2, 35, sedangkan indek keanekaragaman terendah pada P. Genting H’=0,25. Permukiman P.
Parang memiliki indeks keanekaragaman tertinggi karena di pulau tersebut sebagian besar penduduk menanam pohon buah-buahan di pekarangan rumahnya
seperti mangga, nangka, jambu, kedondong. Bahkan di P. Parang merupakan penghasil mangga dan kedondong terbanyak di Kepulauan Karimunjawa. Pulau
Genting memiliki indek keanekaragaman terendah karena permukiman di pulau tersebut didominasi oleh Cocos nucifera.
Simpulan
Hasil penelitian menunjukkan secara umum luas, jarak, bentuk, keanekaragaman habitat dan vegetasi pada masing-masing pulau di Kepulauan
Karimunjawa menunjukkan karakteristik yang berbeda. Berdasarkan klasifikasi tutupan lahan dengan pendekatan citra landsat Landsat-7 ETM
+
menunjukkan P.
Karimunjawa dan P. Kemojan merupakan pulau yang memilik 5 lima tipe 40
41 habitat yaitu hutan dataran rendah, mangrove, kebun campuran, hutan pantai, dan
permukiman. Sementara pulau-pulau kecil seperti P. Burung, P. Cemara Besar, P. Geleang, P. Menjangan Kecil, dan P. Seruni hanya terdiri dari 1 satu tipe habitat
yaitu hutan pantai. Akurasi klasifikasi tutupan lahan berdasarkan nilai Kappa accuracy
yang dihasilkan adalah sebesar 94,21, menunjukkan klasifikasi tutupan lahan di Kepulauan Karimunjawa tergolong cukup baik keterpisahannya.
Hasil pengukuran luas pulau dengan menggunakan SIG menunjukkan pulau terluas adalah P. Karimunjawa 3202 ha dan pulau terkecil adalah P.
Burung 2,99. Pengukuran jarak masing-masing pulau dari Pulau Jawa menunjukkan jarak terjauh dari P. Jawa adalah P. Kembar, jarak terdekat adalah
P. Genting. Jarak masing-masing pulau dari Pulau Karimunjawa menunjukkan hasil bahwa jarak terjauh dari P. Karimunjawa adalah P. Kembar dan jarak
terdekat adalah P. Kemojan. Bentuk masing-masing pulau di Kepulauan Karimunjawa berdasarkan hasil nilai MSI menunjukkan bentuk pulau paling
sederhana dengan nilai MSI 1,1 adalah P Kembar, sedangkan bentuk yang tidak beraturan iregular adalah P. Burung dengan nilai MSI 1,24.
Hasil analisis keanekaragaman vegetasi khususnya tingkat pohon pada masing-masing habitat menunjukkan bahwa nilai indeks keanekaragaman
tertinggi pada hutan mangrove ditemukan di P. Kemojan dan di P. Nyamuk H’=1,89, nilai indeks keanekaragaman terendah ditemukan di P. Karimunjawa.
Pada tipe habitat hutan pantai, P. Burung memiliki nilai indeks keanekaragaman tertinggi H’=1,46, P. Menjangan Kecil memiliki indeks keanekaragaman paling
rendah H’=0,29. Pulau Karimunjawa memiliki indeks keanekaragaman tertinggi H’=2,77 dibandingkan P. Kemojan H’=1,89 pada habitat hutan dataran rendah.
Sementara pada habitat kebun campuran indeks keanekaragaman tertinggi ditemukan pada P. Kemojan H’=1,09, indeks keanekaragaman terendah
ditemukan di P. Genting H’=0,51. Tipe habitat permukiman menunjukkan nilai indeks keanekaragaman tertinggi ditemukan di P. Parang H’=2,35, nilai terendah
ditemukan di P. Genting H’=0,25.
41
42
III. KOMUNITAS BURUNG DI KEPULAUAN KARIMUNJAWA Abstrak