UNCITRAL Model law on Electronic Commerce with Guide to Enactment 1996.

B. Aturan Internasional Terkait Transaksi Jual Beli Melalui Media Elektronik.

Kontrak jual beli secara elektronik ini cenderung menggunakan sistem hukum yang mengacu kepada norma atau kaidah yang berlaku pada suatu negara, termasuk di Indonesia. Berdasarkan ketentuan hukum jual beli yang berlaku ada beberapa hal yang bersifat essensial dalam proses jual beli, yaitu mengenai hak dan kewajiban para pelakunya dalam melakukan kontrak jual beli yang ditegaskan pada saat adanya kesepakatan jual beli sebagai pendukung keabsahan pembuktian dari suatu perjanjian jual beli tersebut. Dipandang dari sudut pandang komunikasi suatu transaksi elektronik pada dasarnya adalah suatu pertukaran informasi melalui sistem komunikasi elektronik yang ditujukan untuk melakukan suatu perbuatan hukum tertentu 16 . Dalam hukum, keabsahan suatu kontrak sangat tergantung pada pemenuhan syarat-syarat dalam suatu kontrak. Apabila syarat-syarat kontrak telah terpenuhi, terutama adanya kesepakatan atau persetujuan antara para pihak, maka kontrak dinyatakan terjadi. Perlu dipahami, bahwa dalam perkembangannya beberapa negara yang mewarisi tradisi eropa kontinental telah merevisi ketentuan dan peraturan – peraturan mereka tentang bukti dokumen tertulis. Terkait dengan adanya suatu kepentingan utuk memperoleh kepastian subjek hukumnya terhadap suatu informasi elektronik atau dokumen elektronik. Untuk itu berikut ini adalah beberapa aturan – aturan internasional yang telah disusun berdasarkan kesepakatan dunia internasional mengenai transaksi jual – beli dalam media elektronik :

1. UNCITRAL Model law on Electronic Commerce with Guide to Enactment 1996.

16 op cit, hal 45. Universitas Sumatera Utara UNCITRAL sebagai salah satu organisasi internasional yang memiliki fokus dalam perkembangan teknologi informasi merupakan organisasi yang pertama kali membahas mengenai dampak penting teknologi informasi terhadap perniagaan elektronik. Hasil dari UNCITRAL berupa Model law, yang sifatnya tidak mengikat, namun menjadi acuan atau model bagi negara-negara untuk mengadopsinya atau memberlakukannya dalam hukum nasional. Pada tanggal 16 Desember 1996 PBB kemudian mengeluarkan UNCITRAL Model law on Electronic Commerce. Model law merupakan model hukum yang ditujukan untuk menawarkan model hukum kepada negara-negara yang sudah atau belum mempunyai peraturan mengenai materi ini. Model law ini bersifat bebas bagi negara untuk mengikuti atau tidak. Diharapkan melalui model law ini negara-negara di dunia melalui mengkontruksi hukum nasionalnya untuk mengadaptasi dengan transaksi elektronik yang terus berkembang. UNCITRAL telah menjadi dasar dan kerangka untuk hukum e-commerce di banyak negara di dunia. Model law ini pertama kali dikeluarkan pada 1995 yang kemudian disetujui oleh Majelis Umum PBB dengan Resolusi 51162 pada tanggal 16 Desember 1996. UNCITRAL model law merupakan landasan untuk mengatur otentikasi, perlengkapan, dan dampak pesan elektronik berbasis komputer dalam perdagangan. Pasal 5 kemudian diadopsikan oleh UNCITRAL sebagai amandemen di Juni 1998. Model law yang seluruhnya dapat diperoleh dari website UNCITRAL . Tujuan utama atau tujuan khusus dari Model Law ini adalah: 1 memberikan aturan-aturan mengenai e-commerce yang ditujukan kepada badan-badan legislatif nasional atau badan pembuat UU suatu negara; Universitas Sumatera Utara 2 memberikan aturan-aturan yang besifat lebih pasti untuk transaksi- transaksi perdagangan secara elektronik 17 . Pada intinya muatan UNCITRAL Model Law memuat ketentuan - ketentuan umum berikut: 1 suatu data elektronik seperti halnya dokumen-dokumen hukum lainnya harus mengikat secara hukum; 2 suatu data elektronik dapat berisikan informasi yang dapat digunakan sebagai referensi; 3 suata data elektronik adalah suatu tulisan untuk tujuan hukum, apabila dapat diakses sebagai referensi di kemudian hari; 4 suatu data elektronik mencakup suatu tanda tangan, apabila dapat diidentifikasi orang yang mengirim pesan tersebut dan indikasi bahwa orang tersebut telah menyetujui informasi dalam data tersebut; 5 suatu data elektronik merupakan suatu dokumen asli original apabila informasi yang dikandung dapat secara terpercaya dipertahankan dalam bentuk aslinya; dan 6 suatu pertukaran data elektronik dapat menimbulkan suatu penawaran offer dan penerimaan acceptance dan karenanya membentuk suatu kontrak yang sah 18 . 2 . General Usage for International Digitally Ensured Commerce GUIDEC dari ICC. GUIDEC merupakan panduan yang dibuat oleh International Chamber of Commerce ICC bagi penggunaan suatu metode yang akan menjamin ensured keberadaan suatu dokumen 17 Abdul Bakar Munir, op cit hal 213 18 Mieke Komar Kantaatmadja, “Pengaturan Kontrak Untuk Perdagangan Elektronik E-Contracts,” dalam: Mieke Komar Kantaatmadja, et.al. eds., Cyber Law: Suatu Pengantar, Jakarta: ELIPS, 2002, hlm. 3-4 mengacu kepada Gerald R. Ferrera, et.al., Cyber Law, Ohio: South- Western College, 2001, hlm. 363. Universitas Sumatera Utara data elektronik dalam penggunaannya dalam dunia internasional. Pengaturan tentang electronic commerce menjadi salah-satu wujud kepastian hukum bagi penerapan tanda tangan elektronik. Dalam transaksi perdagangan internasional ini tidak lepas dari suatu perjanjiankontrak. Perjanjian atau kontrak ini menjadi jembatan pengaturan dari suatu aktivitas komersial ataupun aktivitas bisnis. Karena konteksnya perdagangan internasional, maka kontrak yang digunakan adalah kontrak dagang internasional. Kontrak dagang internasional ini mencakup kontrak jual beli barang, jasa contohnya, arsitektural, atau jasa telekomunikasi, perjanjian lisensi paten dan perjanjian lisensi Hak Kekayaan Intelektual lainnya, joint ventures, dan perjanjian waralaba. Pada umumnya masing-masing yang terkait dalam transaksi perdagangan internasional menginginkan agar kontrak yang mereka buat tunduk pada hukum di Negara mereka. Padahal setiap Negara memiliki peraturan mengenai kontrak yang berbeda-beda. Hal ini dapat menyebabkan suatu perselisihan dalam pelaksanaan kontrak. Dengan begitu menjadi sangat penting peranan perjanjian regional dan internasional dalam perdagangan internasional. Tujuan dari diperlukannya kerjasama regional atau internasional adalah untuk mengharmonisasikan dan unifikasi hukum akibat dari adanya perbedaan sistem hukum pada setiap Negara yang warga negaranya melakukan perdagangan internasional.

3. UN Convention on International Sales of Goods 1980