Spionase Sabotase Bentuk Kejahatan Yang Dapat Dilakukan Penyadapan oleh Badan Intelijen Negara

atau karena terdiri dari satu kesatuan politik tradisional. Faktor yang paling besar menentukan besarnya keberhasilan separatisme adalah faktor kekuasaan baik di dalam ataupun luar negeri. Selain itu, separatisme juga dipengaruhi oleh dukungan Internasional. Iwan Gardono Sudjatmiko membuat tipologi daripada tindakan separatisme ini. 1. Yang pertama adalah pusat dan Internasional tidak mendukung separatisme dalam hal ini gerakasn separatisme akan sulit dalam melakukan kejahatannya. 2. Yang kedua adalah kombinasi antara pemerintah yang memberikan izin bagi daerah untuk melakukan separatisme dan lingkungan internasional menolaknya 3. Yang Ketiga adalah pusat yang menolak separatisme dan daerah mendapatkan dukungan internasional. Dalam hal ini, separatisme bisa berhasil atau gagal. 4.Yang keempat adalah kombinasi antara pusat yang memberikan izin separatisme ataupun tidak mampu mencegahnya dan lingkungan internasional yang netral dan mendukung. 25 Spionase pengintaian adalah suatu praktik untuk mengumpulkan informasi mengenai sebuah organisasi atau lembaga yang dianggap rahasia tanpa izin dari pemilik yang sah dari informasi tersebut. Keempat tipologi separatisme ini menunjukkan bahwa kegiatan separatis itu bergantung pada faktor dari laur negeri dan dalam negeri terutama faktor politik.

3. Spionase

26 25 http:alkablog.multiply.comjournalitem60Republik-Dicakar-Politik- Identitas?show_interstitial=1u=2Fjournal2Fitem 26 http:id.wikipedia.orgwikiSpionase Istilah spionase biasanya dianggap sebagai suatu keadaan memata-matai musuh potensial atau aktual, terutama untuk tujuan militer, dan kini telah berkembang sebagai suatu keadaan memata-matai perusahaan, yang dikenal sebagai Spionase Industrial. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia spionase diartikan sebagai penyelidikan secara rahasia terhadap data kemiliteran dan data ekonomi negara lain.

4. Sabotase

Sabotase adalah tindakan pengerusakan yang dilakukan secara terencana, disengaja dan tersembunyi dari peralatan, personel dan aktivitas dari bidang sasaran yang ingin dihancurkan yang berada di tengah-tengah masyarakat dan kehancuran itu menimbulkan efek psikologis yang besar. 27 Sabotase dalam level besar mempunyai efek yang luas baik di tingkat nasional maupun internasional. Contoh dari sabotase level besar ini adalah sabotase di level hukum, sabotase di level Ekonomi dan sabotase di level Informasi. Sabotase sering digunakan untuk melumpuhkan lawan-lawan politik yang sedang menguasai wilayah tertentu. Jika dibagi, maka ada dua bentuk sabotase, yaitu sabotase dalam level besar dan sabotase dalam level kecil. 28 27 http:id.wikipedia.orgwikiSabotase 28 http:www.library.ohiou.eduindopubs200103210011.html Kalau sabotase di level hukum dan Ekonomi, biasanya adalah sabotase yang dilakukan melalui proses-proses politik. Efek yang ditimbulkannya tidak secara langsung merusak tatanan keamanan dan kedaulatan negara. Namun untuk sabotase Informasi, biasanya dilakukan untuk merusak tatanan negara. Sabotase Informasi ini digunakan sebagai alat untuk menutup atau membocorkan rahasia negara yang mengakibatkan bocornya rahasia negara dan mengakibatkan terancamnya kedaulatan negara. Sabotase Informasi adalah salah satu jenis sabotase yang paling sering digunakan untuk mengancam keutuhan negara. Sabotase Informasi biasanya memakai kerjasama dengan pihak-pihak lain yang kontra terhadap suatu negara. Maka tak jarang sabotase juga melibatkan pihak luar. Tak hanya itu, dilakukannya sabotase ini adalah karena faktor sulitnya untuk membuktikan telah terjadinya kejahatan. Sedangkan Sabotase di Level yang kecil memepunyai sasaran yang kecil juga. Sabotase ini pernah dilakukan semasa Zaman Orde baru dengan istilah “subversif” yang melibatkan anggota Intelijen. BAB III PERBUATAN MELAWAN HUKUM DALAM PENYADAPAN Hukum itu bersifat dinamis. Adanya perubahan-perubahan dalam masyarakat yang disebabkan oleh adanya peningkatan perbedaan dan persepsi dari faktor ide, budaya, sosial dan politik teknologi dan ilmu pengetahuan. Sehingga demikian, akibat dari perkembangan tersebut, maka kejahatan sebagai salah satu gejolak sosial, juga berkembang sesuai dengan perkembangan masyarakat tersebut. Perkembangan dari tindak kejahatantindak pidana dapat dilihat dari besarnya efek kerusakan yang ditimbulkan dalam masyarakat. Contohnya adalah suatu kejahatan yang kecil, dapat berubah menjadi sebuah kejahatan yang sangat besar apabila sudah memakai pengetahuan. Contohnya adalah, seseorang yang biasanya dulu melakukan tindak pidana pencurian uang dengan cara memasuki rumah orang tanpa izin dan mengambil uangnya , namun sekarang karena semakin berkembangnya ilmu pengetahuan, teknologi dapat digunakan untuk hal yang sama, misalnya melakukan pencurian uang di ATM dengan memakai teknologi untuk melakukan hijacking pada PIN ATM seseorang dan kemudian menggunakannya dengan cara yang illegal. Tak hanya itu, kejahatan-kejahatan yang berat dan luar biasa pun sekarang sudah memakai ilmu pengetahuan dan teknologi untuk melakukan kejahatannnya. Berkembangnya berbagai tindak pidana berat yang sering dikategorikan sebagai kejahatan yang luar biasa extra ordinary crimes seperti korupsi, terorisme, kejahatan transnasional terorganisasi organized transnational crimes, dan sebagainya yang memerlukan cara-cara luar biasa juga untuk menanggulanginya extraordinary measures, dan seringkali cara-cara luar biasa ini harus menyimpang dari asas-asas hukum pidana umum, baik hukum pidana materiil KUHP, maupun hukum acara pidana KUHAP. 29 Penyadapan adalah suatu tindakan hukum yang digunakan untuk melakukan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana. Penyadapan adalah salah satu bentuk daripada kewenangan yang dimiliki oleh penegak hukum seperti Kepolisian, KPK, dan yang lainnya yang mempunyai fungsi penegakan hukum. Namun Badan Itelijen negara sebagai salah satu lembaga negara, juga diberikan Hal ini dilakukan tak lain adalah untuk melindungi masyarakat dan negara dari tindakan kejahatan yang dapat membahayakan negara dan masyarakat. Terlebih lagi kejahatan itu adalah kejahatan yang sangat serius yang dapat mengancam nyawa dan harta benda serta kepentingan negara, maka proteksi terhadap potensi terjadinya pelanggaran Hak Azasi Manusia orang banyak, harus dicapai dengan cara-cara yang menyimpang dari Ketentuan Umum. Indonesia, sudah mempunyai para penegak hukum seperti Kepolisian, Kejaksaan, KPK, Hakim, dan lainnya, untuk melakukan penanggulangan dan pemberantasan terhadap kejahatan ini. Namun dapat kita lihat bahwa setiap dari lembaga penegak hukum tersebut mempunyai kewenangan yang terbatas dalam melakukan penegakan hukum. Perbedaan-perbedaan kewenangan dalam fungsi penegakan hukum ini dimaksudkan agar setiap lembaga tersebut mempunyai fungsi penegakan hukum yang berimbang serta tidak ada satupun dari lembaga penegak hukum itu yang sifatnya superbody atau superpower. 29 Aziz Syamsuddin, Tindak Pidana Khusus, Jakarta, Sinar Grafika, hal 7 kewenangan tersebut. Hal itu tercantum dalam pasal 31 Undang-undang Intelijen Negara nomor 17 tahun 2011. Penyadapan yang dilakukan oleh Badan Intelijen Negara adalah meliputi kegiatan yang mengancam kepentingan nasional meliputi politik, ekonomi, sosial dan budaya, dan juga kegiatan seperti terorisme, separatisme, spionase dan sabotase. Kemudian didalam pasal 32 ayat 3 disebutkan bahwa penyadapan hanya dapat dilakukan terhadap sasaran apabila telah mempunyai bukti permulaan yang cukup. Namun timbul pertanyaan, bagamana jika penyadapan itu dilakukan terhadap orang yang sebagai permulaan diduga melakukan terorisme?. Pertanyaan ini tentu saja menimbulkan polemik. Setidaknya dua masalah timbul dalam persoalan ini. Yang pertama adalah, apakah penyadapan yang dilakukan terhadap orang yang sebagai permulaan diduga melakukan terorisme itu melawan hukum atau tidak. Kemudian yang kedua adalah apakah tindakan penyadapan yang dilakukan intelijen terhadap orang yang diduga sebagai permulaan diduga melakukan terorisme itu melanggar Hak Azasi Manusia dan Hak-hak Sipil dan Politik?. Tentu hal ini menjadi masalah mengingat Indonesia menjunjung tinggi Hak Azasi manusia sebagai hak yang tertinggi dan tercantum dalam pasal 28 A samapi dengan pasal 28 J UUD 1945. Dan juga kemudian, UDHR juga mengakui HAM sebagai hak yang tertinggi. Tak hanya itu, ICCPR Kovenan Hak-hak Sipil dan Politik juga merupakan hal yang sangat fundamental yang mengakui Hak- hak Dasar Manusia. Konkritisasinya dapat kita lihat melalui Indonesia yang juga telah meratifikasi ICCPR melalui undang-undang nomor 12 tahun 2005.

A. Konsep Perbuatan Melawan Hukum