Terorisme Bentuk Kejahatan Yang Dapat Dilakukan Penyadapan oleh Badan Intelijen Negara

Pasal 31 huruf b undang-undang Intelijen Negara dapat kita lihat uraiannya sebagai berikut :

1. Terorisme

Berbeda dengan perang, aksi terorisme tidak tunduk pada tata cara peperangan seperti waktu pelaksanaan yang selalu tiba-tiba dan target korban jiwa yang acak serta sering kali merupakan warga sipil. Sedangkan perang adalah sebuah aksi fisik dan non fisik dalam arti sempit adalah kondisi permusuhan dengan menggunakan kekerasan, dua atau lebih kelompok manusia untuk melakukan dominasi di wilayah yang dipertentangkan. Kegiatan terorisme mempuyai tujuan untuk membuat orang lain takut sehingga demikian dapat menarik perhatian orang kelompok atau suatu bangsa. Dalam Undang-undang terorisme nomor 15 tahun 2003, tidak disebutkan secara eksplisit pengertian terorisme. Namun, dalam pasal 6 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Perppu Nomor 1 tahun 2002 yang selanjutnya diubah menjadi undang-undang nomor 15 tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme memberikan rumusan : “Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan menimbulkan suasana teror atau rasa takut terhadap orang secara meluas atau menimbulkan korban yang bersifat massal, dengan cara merampas keerdekaan atau hilangnya nyawa dan harta benda orang lain, atau mengakibatkan kerusakan atau kehancuran terhadap objek-objek vital yang strategis atau lingkungan hidup atau fasilitas publik atau fasilitias internasional.” Dari pengertian pasal 6 tersebut, dapat dilihat bahwa dalam hubungannya dengan tindak pidana lain adalah sebagai delik genus dari tindak pidana terorisme. Sebagai delik genus, maka semua tindak pidana yang termasuk kategori terorisme harus mengandungmemuat sifat utama dari genus tindak pidana terorisme. 18 Terjadi perluasan paradigma arti dari Crimes Againts State menjadi Crimes againts Humanity. Crimes againts Humanity tersebut meliputi tindak pidana untuk menciptakan sesuatu keadaan yang mengakibatkan individu, golongan, dan masyarakat umum ada dalam suasana teror. Dalam kaitan Hak Azasi Manusia, crimes agints humanity termasuk dalam kategori gross violation of human rights yang dilakukan sebagai bagian serangan yang meluas atau sistematik yang diketahui bahwa serangan itu ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil, lebih-lebih diarahkan pada jiwa-jiwa tak bersalah public by Innocent. Pengertian terorisme secara ekplisit memang belum ada. Dan hingga saat ini, pengertian terorisme menurut hukum Internasional juga belum ada. Pengertian Terorisme untuk pertama kali dibahas dalam European Convention on the Suppresion of Teorism ECST di Eropa tahun 1977. 19 18 Badan Pembinaan Hukum Nasinal Departemen Hukum dan Hak Azasi Manusia RI, Pengkajian Hukum Tentang Perlindungan Hukum Bagi Korban Terorisme, Jakarta, 2008, hal 13. 19 Abdul Wahid, Sunardi, Muhammad Imam Sidik, Kejahatan Terorisme Perspektif Agama, HAM, dan Hukum, Refika Aditama, Bandung, 2004 Namun, ada beberapa pengertian Terorisme dari beberapa lembaga ataupun pakar yaitu : 1. Central Inteligence Agency CIA Terorisme Internasional adalah terorisme yang dilakukan dengan dukungan pemerintah atau organisasi asing danatau diarahkan untuk melawan negara, lembaga, atau pemerintah asing 2. The Arab Convention on the Suppressioon of Terorism 1998 Terorisme adalah tindakan atau ancaman kekerasan, apapun motif dan tujuannya, yang terjadi untuk menjualankan agenda tindak kejahatan individu atau kolektif, yang menyebabkan teror di tengah masyarakat, rasa takut dengan melukai mereka, mengancam kehidupan, kebebasan, atau keselamatan, atau bertujuan untuk menyebabkan kerusakan lingkungan atau harta publik maupun harta pribadi atau menguasai dan merampasnya, atau bertujuan untuk mengancam sumber daya nasional. 3. Konvensi PBB tahun 1973 Terorisme adalah segala bentuk tindak kejahatan yang ditujukan langsung kepada negara dengan maksud mencipatakan bentuk teror terhadap orang- orang tertentu atau kelompok masyarakat luas. 20 persengketaan terhadap lawan dengan serangan pada manusia yang tidak terlibat, atau harta benda tanpa menimbang salah atau benar dari segi agama Sedangkan menurut beberapa ahli yaitu 1. Evans dan Murphy Terorisme adalah pengunaan kekerasan yang disengaja, atau ancaman penggunaan kekerasan oleh sekelompok pelaku yang diarahkan pada sasaran- sasaran yang dimiliki atau dibawah tanggungjawab pihak yang diserang. 2. Syed Hussein Alatas Terorisme adalah mereka yang merancang ketakutan sebagai senjata 20 Abdul Wahid, Sunardi, Muhammad Imam Siddik, Ibid hal 24-29 atau moral, berdasarkan atas perhitungan bahwa segalanya itu boleh dilakukan bagi mencapai tujuan matlamat persengketaan. National Advisory Committee dalam The Report of the Task Force on Disorders and Terorism sebagaimana dikutip Muladi, terorisme dibagi dalam 5 tipologi yaitu : a. Terorisme Politik ; mencakup perilaku kriminal yang dilakukan dengan kekerasan yang didesain terutama untuk menimbulkan ketakutan di lingkungan masyarakat dengan tujuan politis; b. Terorisme Nonpolitik ; dilakukan untuk tujuan-tujuan keuntungan pribadi, termasuk aktivitas kejahatan terorganisasi; c. Quasi Terorisme; menggambarkan aktivitas yang bersifat insidental untuk melakukan kejahatan kekerasan yang bentuk dan caranya menyerupai terorisme, tetapi tidak mempunyai unsur esensialnya ; d. Terorisme Politik Terbatas; menunjuk kepada pembuatan terorisme yang dilakukan untuk tujuan atau motif politik, tetapi tidak merupakan bagian dari suatu kampanye bersama untuk menguasai pengendalian negara ; e. Terorisme Pejabat atau Negara official or state terorism, terjadi di suatu bangsa yang tatanannya didasarkan atas penindasan. 21 Organisasi teroris ini semacam organisasi terorisme yang paling sederhana. Organisasi ini tidak didukung oleh salah satu negara. Organisasi Karakteristik daripada organisasi terorisme adalah : 1. Nonstate-supported Group. 21 Ali Masyhar, Op. Cit, hal. 48 terorisme non state-supported ini adalah kelompok kecil yang memiliki kepentingan khusus, seperti kelompok anti korupsi, kelompok anti globalisasi dan lainnya. hanya saja dalam menjalankan aksi “anti” nya, kelompok ini menggunakan cara teror seperti pembakaran, penjarahan dan penyanderaan. Terlihat dari isu terornya, organisasi ini merupakan organisasi teror yang menekankan pada aspek perjuangan ideologi, dengan menciptakan kekacauan ideologi disorder ideology dalam tatanan masyarakat. Kelompok organisasi teroris dalam kategori ini, memiliki kemampuan terbatas, dan tidak dilengkapi dengan infrastruktur yang diperlukan untuk memberikan dukungan atau kontribusi lain demi kelangsungan kelompoknya dalam periode waktu tertentu 2. State-sponsored Groups. Organisasi terorisme jenis ini memperoleh dukungan baik berupa logistik, pelatihan militer, maupun dukungan administratif dari negara lain. Berbeda dengan Nonstate sponsored Group, kelompok ini bersifat profesional, artinya memiliki struktur organisasi yang jelas meskipun bersifat rahasia atau tertutup clandestine. Selain itu cara yang dipergunakan dalam melakukan teror lebih terorganisir dan terencana. Contoh kelompok teroris yang termasuk dalam golongan ini adalah Provisonal Irish Republican Army PIRA yang dibentuk pada tahun 1970 dengan jumlah anggota dua ratus sampai dengan empat ratus yang memiliki daerah operasi di Irlandia utara. PIRA merupakan kelompok teroris yang bertanggungjawab atas pembunuhan Rev. Robert Bradfort, anggota parlemen Inggris di Belfast dan juga pada peristiwa peledakan bom di pintu belakang Royal Courts. Kelompok ini mendapatkan sponsor dari Libya berupa pasokan senjata, tempat pelatihan, dan logistik dalam menjalankan aksinya. Contoh teraktual dari kelompok dalam kategori ini adalah kelompok teroris yang diberi nama Jamaah Islamiah yang diduga memiliki hubungan yang erat dengan kelompok al-Qaeda dan bertanggungjawab atas peledakan bom di Bali tanggal 12 oktober 2002 yang menewaskan lebih dari 200 orang. 3. State-directed Groups. Organisasi kelompok teroris ini berupa organisasi yang didukung langsung oleh suatu negara. Berbeda dengan State-sponsored Groups negara memberikan dukungannya secara terang-terangan, bahkan negara tersebut yang membentuk organisasi teroris tersebut, meskipun negara tersebut tidak pernah mengklaim organisasi bentukannya merupakan organisasi teror. Contoh dari organisasi ini adalah organisasi Special Force yang dibentuk Iran pada 1984, untuk tujuan penyebaran paham Islam Fundamentalis di wilayah teluk Persiadan Afrika Utara. Sifat, tindakan pelaku dan tujuan strategis, motivasi, hasil yang diharapkan serta dicapai, serta target-target metode terorisme kini semakin luas dana bervariasi. sehingga semakin jelas bahwa teror bukan merupakan bentuk kejahatan terhadap perdamaian dan keamanan umat manusia crime aginst peace and security of mankind. Muladi berpendapat bahwa tindak pidana terorisme dapat dikategorikan sebagai mala par se atau mala in se yaitu tergolong kejahatan terhadap hati nurani menjadi suatu yang jahat bukan karena diatur atau dialrang undang-undang melainkan pada dasarnya tergolng sebagai natural wrong atau acts wrong in themselves, bukan mala prohibita yang tergolong kejahatan karena diatur demikian oleh undang-undang.

2. Separatisme