Wewenang Mengenai Penyadapan oleh Badan Intelijen Negara.

lembaga Intelijen Negara sudah sepatutnya diberikan wewenang untuk melakukan intersepsi komunikasi yaitu penyadapan. Penyadapan ini berfungsi untuk memudahkan Negara dalam menyelidiki suatu tidak kejahatan terhadap keamanan Negara. Akan tetapi, penyadapan rentan dengan pelanggaran privasi seseorang. Maka itu, sebenarnya dalam praktik internasional, undang-undang nasional yang mengatur mengenai kewenangan penyadapan bagi lembaga intelijen, harus secara tegas mengatur mengenai hal-hal berikut ini: 1 tindakan intersepsi yang dapat dilakukan, 2 tujuan dalam melakukan intersepsi, 3 kelompok objek dan individu yang dapat dilakukan intersepsi, 4 batas kecurigaan atau bukti permulaan, yang diperlukan untuk membenarkan penggunaan tindakan intersepsi, 5 pengaturan mengenai pembatasan durasi dalam melakukan tindakan intersepsi, 6 prosedur otorisasi perijinan, dan 7 pengawasan serta peninjauan atas tindakan intersepsi yang dilakukan. Pada bab ini akan dibahas mengenai bagaimana wewenang penyadapan oleh Badan Intelijen Negara itu dan apa saja kejahatan yang dapat dilakukan tindakan penyadapan.

A. Wewenang Mengenai Penyadapan oleh Badan Intelijen Negara.

Penyadapan diatur dalam perundang-undangan di Indonesia. antara lain adalah Undang-undang Kamnas Keamanan Nasional, UU Narkotika, UU KPK, UU Kejaksaan, UU Terorisme, UU Kepolisian dan Undang-undang Intelijen Negara. Peraturan terkait dengan kewenangan penyadapan : 1. Undang-undang no 5 tahun 1997 tentang Psikotropika 2. Undang- undang nomor 22 tahun 1997 diubah dengan undang-undang nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika 3. Undang-undang nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi 4. Undang-undang nomor 36 tahun 1999 tentang Telekomunikasi 5. Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2000 tentang Tim Gabungan Pemberantasan Tindak Pidana korupsi 6. Perpu Nomor 1 tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme 7. Undang-undang nomor 18 tahun 2003 tentang Advokat 8. Peraturan Pemerintah nomor 52 tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Telekomunikasi 9. Undang-undang nomor 21 tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang 10. Undang-undang nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik 11. KUHP pasal 430 ayat 2 12. Permenkominfo nomor 11 tahun 2006 tentang Teknis Penyadapan Terhadap Informasi. Di Indonesia, ada terdapat beberapa lembaga negara yang memiliki kewenangan penyadapan. Contohnya adalah KPK. Dalam Undang-undang Nomor 30 tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi yaitu disebutkan bahwa dalam melaksanakan tugas penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan, KPK berwenang melakukan penyadapan dan merekam pembicaraan. Namun berbeda penyadapan KPK dengan Badan Intelijen Negara. Penyadapan di KPK digunakan sebagai fungsi penegakan hukum, sedangkan Badan Intelijen Negara bukanlah menjalankan fungsi penegakan hukum. Badan Intelijen Negara Wewenang mengenai penyadapan, baik itu di dalam UU ITE, UU narkotika, dan Undang-undang lainnya, terdapat pengaturan regulasi mengenai penyadapan. Regulasi ini dimaksudkan untuk memberikan adanya kepastian hukum kepada masyarakat sipil. Berbicara mengenai wewenang mengenai Penyadapan oleh BIN, hal ini dimaksudkan agar Intelijen bisa melakukan deteksi sejak awal dari sebuah ancaman. Penyadapan hanya boleh dilakukan ketika ada indikasi yaitu berupa sebuah ancaman kepada negara. Biasanya, lembaga-lembaga negara seperti kepolisian, kejaksaan, ataupun yang lainnya diberikan kewenangan untuk melakukan penyadapan sesuai dengan undang-undang yang mengaturnya. Tak berbeda dengan Intelijen negara yang juga diberikan kewenangan tersebut. Kewenangan penyadapan oleh BIN dapat dilihat yaitu menyadap, memeriksa aliran dana, dan penggalian informasi dengan meminta keterangan kepada kementerian lembaga pemerintah non kementerian dan atau lembaga lain. 15 Badan Intelijen negara adalah merupakan lembaga negara yang diberikan kewenangan untuk melakukan kegiatan intelijen. Kegiatan Intelijen yang dilakukan Badan Intelijen Negara ini, sebagaimana tercantum dalam pasal 10 ayat 15 http:www.waspada.co.idindex.php?option=com_contentview=articleid=267284:bi n-berwenang-lakukan-penyadapancatid=59:kriminal-a-hukumItemid=91 1 Undang-undang Intelijen negara nomor 17 tahun 2011, yaitu menyelenggarakan fungsi intelijen dalam negeri dan luar negeri. Tugas Badan Intelijen negara adalah untuk melaksanakan fungsi intelijen dalam dan luar negeri sebagaimana tercantum dalam Pasal 10 ayat 1 Undang- undang nomor 17 tahun 2011. Tugas dari Badan Intelijen Negara yang dimuat dalam Pasal 29 antara lain adalah melakukan pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang intelijen, menyampaikan produk intelijen sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan kebijakan pemerintah, melakukan perencanaan dan dan pelaksanaan aktivitas intelijen, membuat rekomendasi yang berkaitan dengan orang danatau lembaga asing dan memberikan pertimbangan saran, rekomendasi tentang pengamanan penyeleggaraan pemerintahan. Intelijen dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana disebutkan dalam pasal 29 Undang-undang nomor 17 tahun 2011, maka Badan Intelijen Negara diberikan wewenang. Wewenang Badan Intelijen Negara tercantum dalam pasal 30 dan 31 undang-undang nomor 17 tahun 2011. Kewenangan itu dalam Pasal 30 yaitu menyusun rencana dan kebijakan nasional di bidang intelijen secara menyeluruh, meminta bahan keterangan kepada kementerian, lembaga pemerintah non kementerian, dan atau lembaga lain sesuai dengan kepentingan dan prioritasnya, melakukan kerjasama intelijen dengan negara lain, membentuk satuan tugas. Selain daripada kewenangan yang tercantum dalam pasl 30 tersebut, BIN juga diberikan kewenangan oleh negara seperti yang tercantum dalam Pasal 31 undang-undang Intelijen Negara nomor 17 tahun 2011. Kewenangan tersebut adalah melakukan penyadapan, pemeriksaan aliran dana, dan penggalian informasi terhadap sasaran yang terkait dengan : a. Kegiatan yang mengancam kepentingan dan keamanan nasional, meliputi ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan, dan sektor kehidupan masyarakat lainnya, termasuk pangan, energi, sumberdaya alam, dan lingkungan hidup dan atau : b. Kegiatan terorisme, separatisme, spionase dan sabotase yang mengancam keselamatan, keamanan, dan kedaulatan nasional, termasuk yang sedang menjalani proses hukum. Undang-undang nomor 7 tahun 2011 yang dimaksud dengan ancaman adalah setiap upaya, pekerjaan, kegatan dan tindakan baik dari dalam ataupun luar negeri yang dinilai danatau dibuktikan dapat membahayakan keselamatan bangsa, keamanan, kedaulatan, keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan kepentingan nasional, baik ideologi politik, sosial budaya dan pertahanan keamanan. Ancaman ini, termasuk juga sebagai kejahatan terhadap kepentingan hukum negara. 16 Tindak pidana yang termasuk dalam kategori mengancam kepentingan negara adalah tindak pidana yang diatur dalam Bab I, II, III, IV, VIII, IX, dan XXVIII Buku II KUHP. Dalam buku II KUHP dapat dilihat bahwa kejahatan yang diatur yaitu kejahatan-kejahatan yang dilakukan terhadap negara atau menyangkut ketatanegaraan. Menurut Simons, kejahatan-kejahatan yang terdapat dalam buku II KUHP bukanlah merupakan satu-satunya jenis kejahatan yang 16 P.A.F Lamintang Theo Lamintang, Kejahatan Terhadap Kepentingan Negara, Jakarta, Sinar Grafika, hal. 3 dapat dipandang sebagai kejahatan yang ditujukan terhadap kepentingan- kepentingan hukum dari negara, karena disamping kejahatan-kejahatan tersebut masih terdapat kejahatan lain yang dapat dimasukkan kedalam pengertiannya. Kejahatan tersebut antara lain : a. kejahatan yang ditujukan terhadap pegawai negeri dalam melaksanakan tugas jabatan mereka yang sah ; b. kejahatan yang ditujukan terhadap lembaga-lembaga yang secara langsung ada hubungannya dengan pelaksanaan tugas-tugas kenegaraan ; c. kejahatan yang ditujukan pada pelaksanaan tugas peradilan ; d. kejahatan yang dilakukan oleh pegawai negeri dalam jabatan. 17 Undang-undang Intelijen Negara dalam Pasal 32 ayat 3 disebutkan bahwa penyadapan baru hanya dapat dilakukan terhadap sasaran yang telah mempunyai Dapat dilihat bahwa penyadapan merupakan kewenangan yang diberikan kepada negara kepada intelijen apabila sudah mempunyai bukti permulaan yang cukup. Pengaturan tentang penyadapan tak hanya diatur dalam Undang-undang Intelijen Negara dengan peraturan perundang-undangan yang lainnya. Dalam pasal 32 ayat 2 bahwa penyadapan terhadap sasaran yang mempunyai indikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 undang-undang nomor 17 tahun 2011 dilaksanakan dangan ketentuan : Untuk penyelenggaraan fungsi intelijen a. Atas perintah kepala badan intelijen b. Jangka waktu penyadapan paling lama 6enam bulan dan dapat diperpanjang sesuai dengan kebutuhan. 17 P.A.F Lamintang Theo lamintang, Ibid hal. 3 bukti permulaan yang cukup dilakukan dengan penetapan ketua Pengadilan Negeri. Meskipun demikian, penyadapan yang dilakukan oleh Badan Intelijen Negara adalah bukan merupakan fungsi penegakan hukum. Hal itu diperjelas dalam pasal 34 Undang-undang Nomor 17 tahun 2011 yang mengatakan bahwa penyadapan itu hanya dapat dilakukan untuk penyelenggaraan fungsi intelijen, perintah kepala Badan Intelijen Negara, tanpa melakukan penahananpenangkapan, dan bekerja sama dengan penegak hukum yang terkait.

B. Bentuk Kejahatan Yang Dapat Dilakukan Penyadapan oleh Badan Intelijen Negara