Berdasarkan fase pendispersi dan fase terdispersinya emulsi dapat dibagi menjadi dua
bagian yaitu :
1. Minyak dalam air ow merupakan emulsi dengan minyak sebagai fase terdispersi
dan air sebagai fase pendispersi. 2.
Air dalam minyak wo merupakan emulsi dengan air sebagai fase terdispersi dan minyak sebagai fase pendispersi.
Kedua jenis emulsi tersebut dapat dibedakan dengan dua cara yaitu: 1.
Dengan cara penambahan air atau minyak, jika air segera bercampur maka emulsinya adalah minyak dalam air, jika tidak emulsinya adalah air dalam minyak.
2. Dengan penambahan elektrolit, jika menambah daya hantar, emulsinya adalah
minyak dalam air. Jika tidak emulsinya adalah air dalam minyak. Sukardjo, 1997
2.9.1. Sifat-sifat emulsi 1. Sifat fisika.
Sifat fisika koloid berbeda-beda tergantung jenis koloidnya. Pada koloid hidrofob sifat-sifat seperti rapatan, tegangan permukaan dan viskositasnya hampir sama dengan
medium pendispersinya. Pada koloid hidrofil karena terjadi hidrasi, sifat-sifat fisikanya sangat berbeda dengan mediumnya. Viskositasnya lebih besar dan tegangan permukaannya
lebih kecil.
2. Sifat kolifatif.
Suatu koloid dalam medium cair juga mempunyai sifat koligaif. Sifat ini hanya bergantung pada jumlah partikel koloid bukan pada jenisnya. Sifat-sifat koligatif koloid
umumnya lebih rendah daripada lautan sejati dengan jumlah partikel yang sama Yazid, 2005. Ini disebabkan karena butir-butir koloid terdiri atas beribu-ribu molekul, sedangkan
pengaruh terhadap sifat koligatif hanya ditentukan oleh jumlah molekul. Sukardjo, 1997.
3. Sifat optis.
Walaupun secara definisi partikel koloid terlalu kecil untuk dapat dilihat oleh mikroskop biasa, partikel-partikel koloid dapat dideteksi secara optikal. Ketika cahaya
Universitas Sumatera Utara
dilewatkan melalui medium yang mengandung partikel yang tidak lebih besar daripada 10
- 9
Efek Tyndall dapat digunakan untuk mengamati partikel-partikel koloid dengan menggunakan mikroskop. Biasanya daya pisah resolving power miksroskop biasa tidak
kuat untuk mengamati partikel koloid. Tetapi apabila berkas cahaya difokuskan dengan susunan lensa tertentu sehingga mengenai larutan koloid dengan sudut tertentu, maka
partikel-partikel koloid ini akan menghamburkan cahaya dan akan tampak pada lensa mikroskop. Mikroskop jenis ini diberi nama mikroskop ultra.
m, berkas cahaya tersebut tidak dapat dideteksi dan medium tersebut disebut optically clear. Ketika partikel koloid hadir, bagaimanapun, sebagian cahaya akan dihamburkan, dan
sebagian lagi akan diteruskan dalam intensitas yang rendah. Penghamburan ini dikenal dengan nama efek Tyndall. Laider, 1982.
4. Sifat kinetik.
Sifat kinetik koloid ada 3 macam yang berbeda satu sama lainnya. Adapun ketiga sifat kinetik tersebut adalah :
a. Gerak Brown.
Partikel koloid bila diamati dibawah mikroskop ultra akan nampak sebagai bintik- bintik bercahaya yang selalu bergerak secara acak dengan jalan berliku-liku. Gerakan acak
partikel koloid dalam suatu medium pendispersinya disebut gerak Brown. Terjadinya gerakan ini disebabkan oleh banyaknya tabrakan molekul-molekul medium pendispersi
tidak sama tidak setimbang. Yazid, 2005
b. Pengendapan sedimentasi.
Partikel-partikel koloid mempunyai kecendrungan untuk mengendap karena pengaruh gravitasi bumi. Hal tersebut bergantung pada rapat massa partikel terhadap mediumnya.
Jika rapat massa partikel lebih besar dari medium suspensinya, maka partikel tersebut akan mengendap. Sebaliknya bila rapat massanya lebih kecil akan mengapung.
Apabila partikel dianggap berbentuk bola, maka kecepatan pengendapan dirumuskan sesuai persamaan hukum Stokes.
Universitas Sumatera Utara
Dimana: v = kecepatan pengendapan cm s
-1
g = percepatan gtavitasi cm s
-2
d = rapat massa partikel koloid g cm
-3
d
m
= rapat massa medium g cm
-3
r = jari-jari partikel koloid cm
η = viskositas medium Poise
Dari persamaan tersebut dapat diketahui, bahwa kecepatan pengendapan partikel koloid menjadi semakin besar dengan bertambahnya jari-jari atau ukuran partikel r;
bertambahnya selisih rapatan partikel d dan rapatan medium d
m
; berkurangnya viskositas medium η; dan naiknya percepatan gravitasi g. Koagulasi endapan koloid juga dapat
dipercepat oleh suhu tinggi dan pengadukan serta dengan penambahan elektrolit tertentu. Dengan suhu tinggi berarti akan menurunkan viskositas dan menaikkan selisih rapatan d –
d
m
c. Difusi.
. Namun faktor-faktor ini pengaruhnya relatif kecil terhadap kecepatan pengendapan. Yazid, 2005.
Partikel zat terlarut akan berdifusi dari larutan yang konsentrasinya tinggi ke daerah yang konsentrasinya lebih rendah. Difusi erat kaitannya dengan gerak Brown, sehingga
dapat dianggap molekul-molekul atau partikel-partikel koloid berdifusi karena adanya gerak Brown.
Kecendrungan dari zat untuk berdifusi dinyatakan dengan koefisien difusi. Menurut Graham, butir-butir koloid berdifusi sangat lambat karena ukuran partikelnya relatif besar.
Besarnya koefisien difusi dinyatakan sebagai:
Keterangan: D = koefisien difusi, menyatakan jumlah mol koloid yang bedifusi melewati satu-satuan
luas per satuan waktu pada konsentrasi gradien satu cm
2
s
-1
Universitas Sumatera Utara
R = tetapan gas 8,314 x 10
7
erg mol
-1
K
-1
T = suhu mutlak K
N = tetapan Avogadro 6,02 x 10
23
mol
-1
Η = viskositas medium Poise r
= jari-jari koloid cm. Yazid, 2005.
2.9.2. Ketidakstabilan Emulsi Breaking emulsion.
Emulsi merupakan sistem yang tidak stabil secara termodinamik karena adanya interksi yang tidak menguntungkan antara fase polar dengan fase nonoplar. Sistem ini
memiliki kecendrungan untuk meminimalisir kontak permukaan antara dua fase yang berbeda dengan menggabungkan partikel kecil ke dalam partikel yang besar. Yang pada
akhirnya, fase akan terpisah, menyebabkan emulsi menjadi ‘rusak’. Ketidakstabilan emulsi dapat disebabkan oleh mekanisme transpor massa molekul serta supramolekul.
1. Sedimentasi.