Permasalahan Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Termoplastik Elastomer.

dapat menghasilkan campuran tanah yang memiliki daya dukung yang baik dengan karakteristik seperti yang diharapkan sebagai material jalan, top soil penahan erosi, dinding waduk maupun lapangan parkir.

1.2. Permasalahan

Permasalahan dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimanakah preparasi grafting PS dengan MA dan karakteristik PS-g-MA. 2. Bagaimanakah preparasi lateks PS-g-MA dan pencampurannya dengan LPKA menggunakan emulsifier Amonium lauril sulfat ALS selanjutnya disebut soil stabilizer termoplastik SSTP, maupun preparasi lateks polyester tak jenuh Yukalac 157 BQTN-EX dan pencampurannya dengan LPKA menggunakan emulsifier Sodium Lauril Sulfat SLS selanjutnya disebut soil stabilizer termoset SSTS 3. Bagaimanakah interaksi antara agregat tanah pasir dengan SSTP maupun dengan SSTS. 4. Bagaimanakah sifat fisika dan sifat mekanis dari komposit agregat pasir dengan SSTP maupun dengan SSTS.

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah : 1. Menghasilkan material fungsional PS PS-g-MA dan mengetahui karakteristik PS- g-MA. 2. Menghasilkan SSTP dan SSTS serta mengetahui karakteristik SSTP dan SSTS. 3. Mengetahui interaksi antara agregat tanah pasir dengan SSTP maupun dengan SSTS 4. Mengetahui karakteristik komposit agregat pasir dengan SSTP maupun SSTS.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap penyediaan bahan aspal alternatif berupa campuran emulsi polimer sintetis PS-g-MA maupun polyester tak jenuh dengan polimer alam LPKA. Selain itu juga berguna sebagai kajian pengembangan proses teknologi termoplastik elastomer, pengembangan emulsi polimer Universitas Sumatera Utara dan pengembangan teknologi material bangunan yang merupakan bahan alternatif untuk membantu mengatasi kebutuhan aspal konvensoinal yang terus meningkat. Selain dari itu dapat pula untuk meningkatkan konsumsi karet domestik di Indonesia yang relatif masih rendah. Universitas Sumatera Utara BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Termoplastik Elastomer.

Termoplastik elastomer TPE adalah suatu campuran atau senyawa polimer yang merupakan gabungan dari sifat-sifat proses termoplastik dengan tampilan fungsi elastomer konvensional, pada temperature lelehnya menunjukkan karakter termoplastik yang memungkinkan untuk dibentuk kembali menjadi barang jadi, dalam skala suhu selama proses pembuatan memiliki perilaku elastomer tanpa ikat silang. Pembuatannya dapat dilakukan pada fase leleh maupun fase emulsi. Selama empat dekade terakhir ini perkembangan TPE telah mendapat banyak perhatian dibidang pengetahuan dan teknologi polimer. Sekarang TPE telah menjadi salah satu barang penting dan termasuk polimer kelas tinggi dalam perdagangan. Faktor utama yang menjadi penyebab perkembangan pertumbuhan TPE adalah persenyawaannya yang sederhana, pembuatannya cepat, hasil samping mudah digunakan lagi reuse dan mudah didaur ulang recycle. TPE dapat meliputi polyolefin, polistiren-kopolimer dan poliuretan. Sedang TPE berbasis campuran karet – plastik dapat dibagi menjadi dua kelas utama yaitu : TPO termoplastik olefin dan TPV termoplastik vulkanisasi. TPO dapat dibuat secara mudah dan biaya yang relative murah karena dispersi phase karet tidak terjadi secara ikat silang, sebaliknya TPV memerlukan proses lebih komplek karena dispersi fase karet harus terjadi secara ikat silang selama proses pencampuran sebagian besar melalui vulkanisasi dinamik atau proses ikat silang in-situ. TPE dapat dibuat dengan cara pencampuran pada fase emulsi maupun fase leleh dari polimer pembentuknya. Pembuatan TPE ada bermacam- macam tergantung jenis polimer pembentuk, kompatibilizer, filler dan aditif lainnya. Proses pembuatan TPE ada beberapa cara, campuran antara natural rubber dan polystyrene NRPS berhasil dilakukan dengan penambahan NR-g-PS sebagai kompatibilizer. TPE ini mempunyai kuat tarik yang lebih baik, tetapi pada penambahan Universitas Sumatera Utara kompatibilizer berlebih, akan menurunkan sifat mekanis. Penambahan jumlah NR-g-PS yang sama film dari campuran NRPS pada mol ratio 8020 memiliki kuat tarik yang baik dibanding mol ratio yang lain A.Y. Coran, dkk; 1981 dan C. Nakason dkk, 2006, 2008. Epoksi karet alam ENR dicampur dengan epoksi resin dengan adanya curing agent dapat memperbaiki sifat mekanis pada penambahan ENR tidak lebih dari 5 phr, tetapi interaksi permukaan karet – epoksi resin dapat diperbaiki dengan adanya gugus epoksi berlebih, rigiditas gugus epoksi dan kristalinitas rendah mempengaruhi sifat mekanis A.Y. Coran, dkk; 1981. ENR dan PS dapat dicampur tanpa adanya kompatibilizer, ENR dibuat secara in-situ dan PS disintesis dalam fase emulsi. Seterusnya dicampur dalam fase lateks untuk membuat lembaranfilm TPE dengan metoda casting. Sifat termal dan sifat mekanisnya diselidiki S. Akhtar dkk, 1987. TPE juga dapat dibuat dari campuran antara limbah polietilena WPE, karet reclaim RR dan abu terbang FA hasil pembakaran batu bara, diperoleh TPE dengan kuat tarik, kuat impak dan sifat keras komposit lebih baik dengan adanya Si-69.

2.2. Soil Stabilizer