H. Sistematika Penulisan BAB I
PENDAHULUAN
Pada Bab ini diuraikan mengenai latar belakang pemilihan judul, perumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian,
keaslian penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, sistematika penulisan.
Dalam Bab ini akan diuraikan tentang Tugas dan Fungsi Polrestabes Medan serta Struktur Organisasi Polrestabes Medan
BAB II IMPLEMENTASI PERATURAN KODE ETIK POLRI
DALAM PENYELESAIAN PENYELEWENGAN KODE ETIK POLRI PADA KEPOLISIAN RESOR KOTA BESAR
MEDAN
Dalam Bab ini akan diuraikan tentang Tugas dan Fungsi Polrestabes Medan serta Struktur Organisasi Polrestabes Medan.
Bab ini juga membahas mengenai Mekanisme Sidang Kode Etik bagi Anggota Polri yang terjerat Tindak Pidana, Kendala yang
dihadapi Polrestabes Medan dalam menerapkan kode etik profesi Polri terhadap anggota Polri yang melakukan tindak pidana,dan
bahasan terakhir mengenai Upaya Polrestabes Medan untuk mengatasi kendala kode etik profesi Polri terhadap anggota Polri
yang melakukan tindak pidana
Universitas Sumatera Utara
BAB III UPAYA POLRI DALAM PENINGKATAN
PROFESIONALISME DAN CITRA POLRI DALAM HAL PENEGAKAN KODE ETIK POLRI
Dalam Bab ini diuraikan tentang Strategi Pembinaan Kode Etik pada setiap Anggota Polri sebagai upaya Polrestabes Medan
menciptakan Profesionalisme POLRI, Implementasi pengetahuan Anggota Polri mengenai kode etik Polri, Jenis Pelanggaran Pidana
yang dilakukan anggota Polri
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan dan saran yang memuat uraian tentang kesimpulan dan saran berdasarkan pembahasan dari permasalahan yang ada dan
alternatif pemecahan masalah.
Universitas Sumatera Utara
BAB II IMPLEMENTASI PERATURAN KODE ETIK POLRI DALAM
PENYELESAIAN PENYELEWENGAN KODE ETIK POLRI PADA KEPOLISIAN RESOR KOTA BESAR MEDAN
A. Lingkup Organisasi Dan Pelaksanaan Tugas Kepolisian Di Polrestabes Medan
1. Struktur Organisasi Kepolisian di Indonesia
Polisi sebagai aparat Pemerintah, maka organisasinya berada dalam lingkup Pemerintah. Dengan kata lain organisasi Polisi adalah bagian dari
Organisasi Pemerintah. Dari segi bahasa organ kepolisian adalah suatu alat atau badan yang melaksanakan tugas-tugas Kepolisian. Agar alat tersebut dapat
terkoodinir, dan mencapai sasaran yang diinginkan maka diberikan pembagian pekerjaan dan ditampung dalam suatu wadah yang biasa disebut organisasi.
Dengan demikian maka keberadaannya, tumbuh dan berkembangnya, bentuk dan strukturnya ditentukan oleh visi Pemerintah yang bersangkutan terhadap
pelaksanaan tugas Polisinya. Diseluruh dunia Organisasi Polisi itu berbeda-beda. Ada yang membawah pada Departemen Dalam Negeri, ada yang membawah pada
Departemen Kehakiman ada yang dibawah kendali Perdana Menteri, Wakil Presiden, dikendalikan oleh Presiden sendiri, bahkan ada yang merupakan
Departemen yang berdiri sendiri.
62
Kedudukan Organisasi Polisi dalam satu negarapun dapat berubah-ubah,
62
Kunarto, Perilaku Organisasi Polri, Cipta Manunggal, Jakarta, 2001, hal 100
Universitas Sumatera Utara
sesuai dengan perubahan visi suatu pemerintah periode tertentu pada Polisinya. Belanda misalnya, perubahan dari negara monarkhi merdeka, berubah sama sekali
sewaktu dijajah Napoleon, berubah sebentar saat mereka merdeka, lalu ditindas oleh Jerman NAZI dengan GESTAPO-nya, lalu merdeka lagi setelah Perang
Dunia ke II, bentuk, tugas, perilaku organisasi Polisinya berubah dan sangat berbeda.
Di Indonesia kedudukan organisasi polisi juga mengalami rangkaian perubahan setelah kemerdekaan. Pada tangal 1 Juli 1946 kepolisian menjadi
jawatan tersendiri bernama “ Jawatan Kepolisian” dibawah pimpinan Perdana Menteri, pada tahun 1948 jawatan tersebut untuk sementara dipimpin Presiden
dan wakil Presiden, Kemudian Keputusan Presiden R.I.S. Nomor 22 tahun 1950 menjadikan Kepolisian Negara disesuaikan dengan bentuk negara Republik
Indonesia Serikat RIS menjadi jawatan Kepolisian Republik Indonesia Serikat dan dipimpin oleh Perdana Menteri dengan perantaraan Jaksa Agung, sedangkan
dalam pimpinan harian dalam pengawasan administrative-organisatoris dipertanggung jawabkan kepada Menteri Dalam Negeri.
Pada tahun 1950 Berdasarkan Penetapan Perdana Menteri nomor : 3PMtahun 1950 Pimpinan Kepolisian Negara diserahkan kepada Menteri
Pertahanan dengan maksud pimpinan Polisi dan Tentara dalam satu tangan untuk kemudahan mengatasi kekacauan situasi akibat gangguan pada saat itu dan hal ini
hanya berlaku 9 bulan. Tahun 1950 juga dibentuk Komisi Kepolisian yang ditetapkan oleh Perdana Menteri Republik Indonesia nomor :1541950, nomor :
1pm1950 dengan tugasnya yaitu menyusun dalam waktu singkat suatu rencana
Universitas Sumatera Utara
Undang-undang Kepolisian. Namun komisi itu gagal dalam usahanya dan bubar dengan sendirinya setelah pembentukan negara kesatuan. Tahun 1959 merupakan
tonggak baru karena telah mempunyai status sebagai Kementerian Kepolisian, Proses Integrasi Angkatan Kepolisian yang dimulai dengan Militerisasi Polisi
Negara nomor: 112 tahun 1947, kemudian peraturan pemerintah nomor 101958, menjadi kenyataan dengan dicantumkannya persoalan tersebut dalam ketetapan
Majelis permusyawaratan Rakyat Sementara nomor: 1 dan 2MPR1960 dan kemudian dalam Undang-undang Pokok Kepolisian Negara nomor : 13 tahun
1961, pasal 3 dinyatakan : “Kepolisian Negara adalah Angkatan Bersenjata”
Penyempurnaan organisasi dalam rangka integrasi ABRI ini diadakan lagi dengan dikeluarkannya Keputusan menteri Hankam Pangab No:
KepA385VIII1970 yang menetapkan tentang pokok-pokok Organisasi dan Prosedur Kepolisian Negara Republik Indonesia, dan ditambah lagi Intruksi
MenhankamPangab nomor : InsA43XI1973, tentang penyusunan kembali Organisasi Angkatan dan Polri melalui keputusan MenhankamPangab nomor :
Kep15IV1976 tentang pokok-pokok Organisasi dan Prosedur kepolisian Negara Republik Indonesia.
63
Rangkaian perubahan terus menyusul hingga kepolisian menjadi mandiri dan langsung dibawah Presiden berdasarkan Pasal 8 UU No 2 Tahun 2002 tentang
Kepolisian Negara Republik Indonesia. Dalam proses negara yang semakin demokratis, menunjukkan arah Perilaku Organisasi Kepolisian yang semakin
modern, semakin menghormati dan menegakkan HAM. Polri harus menyadari
63
Warsito Hadi Utomo, Op. Cit, hal 125
Universitas Sumatera Utara
bahwa dalam setiap kegiatannya tidak boleh sembarangan karena masyarakat melakukan kontrol.
64
Modernisasi Kepolisian dan demokratisasi negara merupakan condition sine quanon, keduanya saling berpengaruh bahkan saling
membutuhkan. Karenanya modernisasi kepolisian dan pemuliaan HAM serta demokratisasi dapat digambarkan sebagai tolok ukur kemajuan danatau
keberhasilan pembangunan suatu negarabangsa. Artinya perubahan perilaku organisasi Polisi yang semakin demokratis dan semakin berbudaya HAM
merupakan gambaran semakin majunya peradaban dan keberhasilan pembangunannya.
65
Bentuk organisasi yang diwujudkan dengan ketentuan-ketentuan tentang struktur organisasi dan prosedurnya, selalu dimaksudkan sebagai arah dan aturan
permainan rules of the game dari upaya-upaya untuk mencapai tujuan organisasi. Demikian juga organisasi POLRI yang terus dan selalu mengalami
perubahan. Perubahan-perubahan itu memang bertujuan untuk mencapai efektifitas dan efisiensi optimal dalam melandasi pelaksanaan tugas POLRI.
Organisasi sendiri sebenarnya hanyalah merupakan sarana atau wahana kegiatan untuk mencapai tujuan. Karenanya eksistensi organisasi sangat
dipengaruhi bahkan ditentukan oleh kondisi lingkungan, baik yang berlingkup ruang, waktu, tantangan dan situasi. Organisasi yang baik berarti harus memenuhi
persyaratan, serasi dan sesuai dengan kondisi lingkungannya. Berubahnya pola pikir masyarakat tradisional menjadi pola pikir masyarakat industri, akan
mendorong dan mengharuskan perubahan organisasi.
64
Kunarto, Op. Cit, hal 82
65
Warsito Hadi Utomo, Op. Cit, hal 100.
Universitas Sumatera Utara
Tetapi perubahan itu memang harus dikaji dengan seksama teliti dan sungguh-sungguh, sehingga perubahannya memang benar-benar pas dengan
tuntutan lingkungan. Karena perubahan lingkungan itu dalam keadaan normal bersifat evolutif, maka periodesasinya akan relatif lama. Dengan demikian
perubahan organisasipun dalam keadaan normal akan mendorong dan mengharuskan perubahan organisasinya.
Berikut ini adalah Struktur Organisasi Kepolisian Negara Republik Indonesia :
66
66
www.polri.go.id , Akses tanggal 05 Mei 2011
Universitas Sumatera Utara
Dengan pendekatan dari segi kedudukan organisasi, sejarah, pelaksanaan tugas dan keberhasilannya, maka pengorganisasian POLRI itu memang lalu harus
ditegakkan atas dasar prinsip yang khas Polisi Indonesia yang antara lain seperti dibahas dibawah ini.
a. Refungsionalisasi Menonjolkan kekhasan berarti harus melakukan
refungsionalisasi yang berciri khas mitra Kamtibmas. Sedang fungsi-fungsi yang bersifat politis dan strategis dipusatkan disatu tangan ditingkat Presiden.
Fungsi-fungsi yang bersifat umum diatur dan dibina dengan sistem pembinaan terpusat oleh Kapolri. Sedang fungsi khas angkatan diserahkan
sepenuhnya kepada masing-masing kesatuan. b.
Asas Organisasi Pengorganisasian harus didasari prinsip-prinsip :
1 sederhana dalam arti berkemampuan cukup untuk mencapai tujuan. 2 Lebih efektif sehingga dapat dicapai keseimbangan antara tugas dan
kemampuan anggaran 3 Lebih efisien dalam arti pencapaian tujuan dan sasaran dengan biaya
yang sama dapat terlaksana secara lebih cepat dan lebih baik. Dengan cara ini maka perubahan-perubahan yang sangat mendasar dan dapat
menjadi tidak sederhana, tidak efektif apalagi efisien. Untuk itu kalau tidak ada hal yang memaksa, tidak dilakukan perubahan dan cukup
dengan penyesuaian-penyesuaian yang bertujuan peningkatan efektifitas dan efisiensi.
Universitas Sumatera Utara
c. Bentuk Organisasi Type Staf.
Prinsip-prinsip yang digunakan dalam penentuan organisasi dipakai prinsip-prinsip :
1 Bentuk organisasi digunakan ; Line and Staff
2 Type staf yang dipakai adalah staf umum
3 Penyusun satuan besar dibagi 2 tingkat; a
Tingkat Mabes POLRI b
Tingkat Kotama 4 Garis besar pengelompokan badan-badan dibedakan dengan eselon
a Eselon Pimpinan
b Eselon staf
c Eselon pembinaan
d Eselon pelaksana pusat
d. Penyempurnaan Organisasi Penyempurnaan organisasi dan prosedur kerja dapat dilakukan dengan
didasarkan pada tuntutan yang obyektif dan diperlukan, dan harus tidak dipengaruhi atau terlepas dari rasa senang atau tidak senang. Ketentuan ini
sebenarnya menggaris bawahi bahwa penyempurnaan itu hanya bisa dilakukan karena tuntutan obyektif yang urgent dan tidak oleh sebab-sebab yang lain.
Dahulu pengorganisasian ini juga menentukan jumlah PATI Jenderal, sehingga digunakan juga sebagai sarana pengendalian Jendela yang hanya
terdiri dari orang-orang yang benar-benar terpilih. Dengan berubah-ubahnya struktur organisasi biasanya lalu timbul berbagai kegelisahan dan keragu-
Universitas Sumatera Utara
raguan di kalangan Pejabat yang apabila tidak cepat diatasi akan dapat menjadi penghalang yang serius. Di lingkungan POLRI, selama ini kegelisahan
semacam itu relatif cepat diatasi. Mereka cepat menyesuaikan diri dan cepat bekerja biasa seperti selayaknya. Mungkin karena telah sering mengalami
reorganisasi, mungkin juga karena dinamika organisasi yang berkembang sebenarnya relatif tidak berubah.
67
2. Struktur Organisasi Polrestabes Medan
Wilayah hukum Polrestabes Medan memiliki luas wilayah 156.649,48 Ha, dengan batas-batas antara lain sebagai berikut:
68
- Utara berbatasan dengan Selat Malaka - Timur berbatasan dengan Polres Deli Serdang
- Selatan berbatasan dengan Polres Tanah Karo - Barat berbatasan dengan Polres Langkat
Hal tersebut tentunya menjadikan Wilayah hukum Poltabes Medan adalah titik lintas yang strategis.
Kepolisian Resor Kota Besar Medan memiliki 15 Polisi Sektor antara lain: 1
Polsekta Hamparan Perak 2
Polsekta Medan Barat 3
Polsekta Helvetia 4
Polsekta sunggal 5
Polsekta Medan Baru
67
Ibid,hal 107
68
Paparan Kapoltabes, Penanganan Aparat Kepolisian terhadap pemberantasan Premanisme dan masalah yang timbul di Masyarakat. Tanggal 27 April 2011
Universitas Sumatera Utara
6 Polsekta Kutalimbaru
7 Polsekta Pancur Batu
8 Polsekta Deli Tua
9 Polsekta Patumbak
10 Polsekta Medan Kota
11 Polsekta Medan Area
12 Polsekta Medan Timur
13 Polsekta Percut Sei Tuan
14 Polsekta Medan Labuhan
15 Polsekta Belawan.
Dalam melakukan tugasnya sebagai pengayom dan pelindung masyarakat, maka polisi harus senantiasa berperang dengan kejahatan yang semakin tinggi
intensitasnya, agar pelaksanaan tersebut dapat terarah dan tidak tumpang tindih maka organisasi kepolisian membuat suatu struktur kepolisian dimana dalam
struktur tersebut terbagi satuan-satuan tugas yang memiliki fungsi berbeda sehingga sasaran dan cara kerjanya juga sesuai dengan fungsi penugasan tersebut.
walaupun sebenarnya dalam fungsi penugasan itu ada kesamaan yaitu setiap satuan mempunyai fungsi preventif namun tidak tercantum.
Berikut ini adalah Struktur Organisasi Polrestabes Medan
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan bagan diatas, akan dijelaskan tugas masing masing bagian secara garis besar, sebagai berikut :
69
1. Kapolresta Medan adalah pimpinan Polresta Medan yang bertanggung jawab kepada KaPolri. Kapolresta Medan mempunyai fungsi sebagai berikut :
a.
Penjabaran lebih lanjut kebijaksanaan pelaksanaan KaPolri dan pembinaan teknis dari Pembina Fungsi, sesuai dengan bidang fungsinya masing-
masing serta sebagai pedoman dalam pelaksanaan tugas yang dibebankan kepada para Kabag dan para Kasat Fungsi.
b.
Melaksanakan lebih lanjut perintah operasi khusus terpadu yang bersifat terpusat maupun mandiri kewilayahan serta operasi Kamtibmas sesuai
kebutuhan, dengan didukung perkiraan keadaan Intelijen Polresta Prinlak ditingkatkan ke Satuan Kewilayahan Polresta Medan, hasil
pelaksanaannya dilaporkan kepada KaPolri melalui Waka Polri.
c.
Melaksanakan administrasi dan perawatan personil, materil dan logistik, termasuk pelayanan keuangan, kesejahteraan dan hak-hak prajurit serta
meningkatkan pembinaan kemampuan dan penggunaan kekuatan untuk menunjang tugas-tugas operasional kepolisian.
2. Waka Polresta Medan adalah pembantu utama Polresta Medan yang bertanggung jawab kepada Kapolresta Medan. Waka Polresta Medan
mempunyai fungsi sebagai berikut : a.
Melaksanakan dan menjabarkan semua kebijaksanaan serta perintahpetunjuk Kapolresta Medan dibidang Operasional dalam bentuk
69
Wawancara dengan Kasi Propam AKP. Benno P Sidabutar, tanggal 28 April 2011, jam 08.00 Wib di Polrestabes Medan
Universitas Sumatera Utara
piranti lunak Proja, Juklap, Jukmin dan Protap maupun tulisan dinas berupa Surat, TR dan sebagainya untuk didistribusikan kepada Satuan
Fungsi maupun Polsekta. b.
Mengkoordinir Para Kabag dan Kasat Fungsi dalam melaksanakan Operasi baik yang bersifat terpadu maupun mandiri dan pelaksaaan
administrasi personil, logistik dan anggaran serta melakukan upaya untuk memelihara dan meningkatkan kemampuan operasional.
c. Mengajukan saran untuk melaksanakan Operasi Kepolisian Mandiri
Kewilayahan terutama dalam penanggulangan kasus-kasus menonjol. d.
Melaporkan semua kegiatan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
e. Menerima petunjuk dan perintah dalam rangka pelaksanaan fungsi dan
peranan Komando dan Pengendalian dalam situasi krisis maupun dalam pelaksanaan Operasi Kepolisian dan pada kasus-kasus tertentu.
3. Kabag Ops adalah unsur pembantu Kapolresta Medan yang wajib berupaya menjamin dinamika dan keterpaduan kegiatan tindakan Operasional oleh
segenap unsur pelaksana utama Polresta Medan, dan dalam pelaksanaan tugas sehari hari di bawah kendali Waka Polresta Medan.
Kabag ops dalam melaksanakan tugas kewajibannya dibantu oleh Kasubbag Bin Ops, Kasubbag Dalops dan Kasubbag Humas yang bertanggung jawab
atas pelaksanaan tugas dan kewajibannya kepada Kabag Ops Polresta Medan yang meliputi :
Universitas Sumatera Utara
a. Menyelenggarakan dan melaksanakan pembinaan datainformasi Polresta
Medan dan jajaran. b.
Menyelenggarakan pekerjaan kegiatan staf dalam managemen operasional khususnya yang bersifat terpadu baik antar fungsi operasional maupun
yang secara bersama melibatkan komponen lain dari kekuatan pertahanan dan keamanan negara.
c. Melaksanakan pengkajian maslah-masalah yang berkaitan dengan bidang
operasional Polresta Medan. 4. Kabag Ren atau Kepala Bagian Perencanaan, yang bertangguing jawab atas
pelaksanaan tugas dan kewajibannya kepada Kapolresta Medan dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah kendali Waka Polresta Medan. Dalam
rangka pelaksanaan tugas dan kewajibannya sehari-hari dibantu oleh Kasubbag Progar dan Kasubbag DalGar, yang meliputi bidang tugas :
a. Memberikan bimbingan tehnis atas pelaksanaan fungsi perencanaan dan
anggaran di lingkungan Polresta Medan. b.
Menyiapkan Rencana Program Kerja dan Anggaran Polresta Medan. c.
Memadukan Rencana Program Kerja dan Anggaran Polsek jajarannya. d.
Melaksanakan pengumpulan dan pengolahan dan penyajian data informasi baik yang berkenaan dengan aspek pembinaan maupun
operasional untuk kepentingan perencanaan Program dan Anggaran. e.
Menyiapkan dan menyusun laporan tentang pelaksanaan Program dan Anggaran serta laporan sesuai dengan fungsinya.
Universitas Sumatera Utara
f. Memberikan bimbingan tehnis atas pelaksanaan fungsi perawatan personil
dilingkungan Mapolresta. g.
Melaksanakan pembinaan rohani, mental, Ideologi dan tradisi kejuangan pada tingkat Mapolresta dan melaksanakan peraturan pembinaan mental di
lingkungan Polresta Medan. h.
Membantu pelaksanaan fungsi penyaluran dan penyediaan lapangan kerja 5. Kabag Sumda, adalah unsur pembantu pimpinan dan pelaksanan pada
Mapolresta Medan yang bertugas memberikan bimbingan tehnis atas pelaksanaan fungsi perencanaan dan anggaran, personil, Logistik dan latihan
serta menyelenggarakan dan melaksanakan fungsi tersebut di lingkungan dan yang dipusatkan pada tingkat Mapolresta dalam rangka mendukung
pelaksanaan tugas pokok Polresta Medan. 6. Bag Sumda dipimpin oleh Kepala Bagian Sumber Daya, disingkat Kabag
Sumda, yang bertanggung jawab kepada Kapolresta Medan dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah kendali Waka Polresta Medan. Dalam
rangka pelaksanaan tugas dan kewajibannya sehari-hari dibantu oleh Kasubbag Pers, Kasubbag SarPras, Kasubbag Kum, yang meliputi bidang
tugas : a.
Memberikan bimbingan tehnis atas pelaksanaan fungsi perencanaan dan anggaran, personil, logistik dan latihan pada tingkat Polresta maupun
Polsek jajaranya.
Universitas Sumatera Utara
b. Menyusun rencana Program Kerja dan Anggaran Mapolresta serta
memadukan penyusunan rencana Program Kerja dan Anggaran Mapolresta dan Polsek jajarannya.
c. Memadukan dan mengawasi pelaksanaan Program Kerja dan Anggaran
Polresta jajarannya. d.
Menyelenggarakan administrasi anggaran Polresta Medan. e.
Menyelanggarakan administrasi personil Polresta Medan. f.
Menyelenggarakan perawatan personil yang meliputi pembinaan rohani, mental ideologi dan tradisi, pembinaan penyaluran dan penyediaan
lapangan kerja. g.
Menyelanggarakan latihan antara Fungsi Satuan, drill pasukan, penataran dan ceramah di lingkungan Polresta.
h. Menyelenggarakan pembinaan administrasi logistik di lingkungan
Polresta. i.
Mengumpulkan, dan mengolah dan menyajikan data dan informasi yang menyangkut aspek pembinaan.
j. Penyusun dan menyiapkan laporan-laporan yang berkenaan dengan fungsi
pembinaan 7. Kasi Propam adalah unsur pelaksana pada tingkat Polresta Medan yang
bertugas memberikan bimbingan tehnis atas pelaksanaan Fungsi Pelayanan Pengaduan dan Penindakan Kode Etik yang disingkat dengan P3D
dilingkungan Poltabes serta menyelenggarakan dan melaksananakan Fungsi tersebut yang bersifat terpusat pada tingkat Wilayah antar Polsek dalam
Universitas Sumatera Utara
rangka mendukung pelaksanaan tugas operasional pada tingkat Polresta Medan dan jajaran. Dalam melaksanakan tugasnya Seksi Propam
menyelenggarakan Fungsi: a.
Memelihara tata tertib dan Kode Etik personil di lingkungan Polresta Medan.
b. Melakukan tindakan penegakkan Kode Etik bagi personil Polresta Medan
yang melakukan pelanggaran displin. 8. Kasat Bimmas adalah unsur pelaksanan pada tingkat Mapolresta yang
bertugas membina dalam batas kewenangannya menyelenggarakan bimbingan masyarakat dan pembinaan kemitraan dalam lingkungan Polresta. Dalam
pelaksanaan tugasnya Sat Bimmas menyelenggarakan Fungsi : a.
Penyelenggaraan managemen bimbingan masyarakat yang meliputi penyuluhan masyarakat, pembinaan ketertiban masyarakat, pembinaan
pengembangan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa dalam rangka peningkatan kesadaran dan ketaatan warga masyarakat terhadap hukum
dan perundang-undangan, tumbuh kembangnya peran serta masyarakat dalam pembinaan keamanan dan ketertiban serta terjadinyta hubungan
Polri dan masyarakat yang kondusif bagi pelaksanaan tugas kepolisian. b.
Pembinaan hubungan kerja sama dengan organisasi lembaga tokoh sosial kemasyarakatan dan instansi pemerintah khusunya pemerintah
daerah dalam kontek otonomi daerah dalam upaya meningkatkan kesadaran ketaatan warga masyarakat pada hukum dan peraturan
perundang-undangan, terbinanya ketertiban masyarakat, pengembangan
Universitas Sumatera Utara
pengamanan swakarsa dan pembinaan hubungan Polri dan masyarakat yang kondusif bagi pelaksanaan tugas kepolisian.
9. Kasat Intelkam adalah unsur pelaksana pada tingkat Polresta Medan yang bertugas memberikan bimbingan tehnis atas pelaksanaan Fungsi Intelejen dan
keamanan di lingkungan Polresta Medan serta menyelenggarakan Fungsi tersebut yang bersifat terpusat pada tingkat Wilayah antar Polresta Medan
dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas Operasional pada tingkat Polresta Medan. Dalam pelaksanaan tugasnya Sat Intelkam menyelenggarakan
Fungsi : a.
Melaporkan semua informasi penting kepada Kapolresta Medan secara cepat dan tepat sebagai bahan pertimbangan dalam rangka memelihara
serta meningkatkan dinamika Operasional Kepolisian. b.
Menyusun Kirka dan Prediksi tentang situasi Kamtibmas maupun masalah-masalah khusus yang menonjol dan memberikan saran kepada
Kabag Ops untuk menyelenggarakan Operasi Mandiri Kepolisian. c.
Mengelola sumber daya yang tersedia secara optimal serta meningkatkan kemampuan dan daya gunanya.
d. Menjabarkan dan menindaklanjuti setiap kebijakan Pimpinan.
e. Dalam melaksanakan tugasnya wajib menerapkan prinsip koordinasi,
integrasi dan sinkronisasi baik dalam lingkungan satuan organisasi Polresta Medan maupun dalam hubungannya dengan Instansi Pemerintah
dan lembaga lainnya.
Universitas Sumatera Utara
f. Membina dan menyelenggarakan fungsi intelijen dalam bidang keamanan,
termasuk persandian baik sebagai bagian dari kegiatan satuan-satuan atas maupun sebagai bahan masukan penyusunan rencana kegiatan operasional
Polresta Medan dan peringatan dini bagi seluruh jajaran Polresta Medan. g.
Memberikan pelayanan dalam bentuk surat ijin keterangan yang menyangkut orang asing, senjata api dan bahan peledak, kegiatan sosial
politik masyarakat dan surat keterangan rekaman kejahatan SKCK Criminal Record pada warga masyarakat yang membutuhkan serta
melakukan pengawasanpengamanan atas pelaksanaannya. h.
Menyelenggarakan kegiatan operasional intelijen keamanan guna terselenggaranya deteksi dini early detection dan peringatan dini early
warning termasuk melalui pemberdayaan seluruh personel dalam mengemban fungsi intelijen.
i. Menyelenggarakan kegiatan pengumpulan, penyimpanan dan
pemutakhiran biodata tokoh formalinformal organisasi sosialmasyarakatpolitik pemerintah.
j. Menyelenggarakan dokumentasi dan penganalisaan terhadap
perkembangan lingkungan strategik serta penyusunan produk intelijen baik untuk kepentingan pimpinan maupun untuk mendukung kegiatan
operasi intelijen. k.
Menyusun perkiraan intelijen keamanan dan penyajian hasil analisis setiap perkembangan yang perlu mendapat perhatian pimpinan.
Universitas Sumatera Utara
10. Kasat Lantas adalah unsur pelaksana pada tingkat Polresta Medan yang bertugas memberikan bimbingan tehnis atas pelaksanaan Fungsi Lalu Lintas
dilingkungan Polresta Medan serta menyelenggarakan dan melaksanakan Fungsi tersebut yang bersifat terpusat pada tingkat wilayah antar Polsek
dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas operasional pada tingkat Polresta Medan. Dalam melaksanakan tugasnya Sat Lantas menyelenggarakan Fungsi :
a. Melaksanakan perintah-perintah pelaksanaan operasi khusus dibidang Lalu
Lintas baik secara terpadu maupun mandiri. b.
Melaksanakan dan memperhatikan bimbingan teknis dari Pembina Fungsi, termasuk melaksanakan Kamtibcar Lantas di wilayahnya sesuai dengan
tugasnya c.
Mengelola sumber daya yang tersedia secara optimal serta meningkatkan kemampuan dan daya gunanya.
d. Menyelenggarakan Administrasi, Registrasi dan identifikasi kendaraan
bermotor dan pengemudi. 11. Kasat Narkoba bertugas membina Fungsi dan menyelenggarakan kegiatan-
kegiatan penyelidikan dan penyidikan tindak pidana, termasuk fungsi identifikasi dalam rangka penegakan hukum. Dalam pelaksanaan tugas dan
kewajibannya Kasat Narkoba dibantu oleh Kanit dan Kasubnit. Kasat Narkoba Polresta Medan bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada
Kapolresta Medan dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari dibawah kendali Waka Polresta Medan. Dalam melaksanakan tugasnya Sat Narkoba
menyelenggarakan Fungsi:
Universitas Sumatera Utara
a. Mengelola sumber daya yang tersedia secara optimal serta meningkatkan kemampuan dan daya gunanya.
b. Mengelola ketertiban administrasi keuangan perbendaharaan baik yang diadakan melalui program APBN maupun bantuan dari Pemda
masyarakat serta menggunakannya seoptimal mungkin bagi keberhasilan pelaksanaan tugas.
c. Menjabarkan dan menindak lanjuti setiap kebijakan Pimpinan. d. Dalam melaksanakan tugasnya wajib menerapkan prinsip koordinasi,
integrasi dan sinkronisasi baik dalam lingkungan satuan organisasi Polresta Medan maupun dalam hubungannya dengan Instansi
Pemerintah dan lembaga lainnya. e. Membina dan menyelenggarakan fungsi penyelidikanpenyidikan
tindak pidana, termasuk fungsi identifikasi dan fungsi laboratorium forensik lapangan dalam rangka penegakan hukum serta kegiatan-
kegiatan lain yang menjadi tugas Sat Narkoba dalam lingkungan Polresta Medan.
f. Menyelenggarakan kegiatan penyelidikanpenyidikan tindak pidana umum dan tertentu, dengan memberikan pelayananperlindungan
khusus kepada korban pelaku remaja, anak-anak dan wanita, dalam rangka penegakan hukum sesuai dengan ketentuan hukum yang
berlaku. g. Menyelenggarakan penyuluhan ke instansi pemerintahan, sekolah dan
masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
8. Kasat Reskrim bertugas membina Fungsi dan menyelenggarakan kegiatan- kegiatan penyelidikan dan penyidikan tindak pidana, termasuk fungsi
identifikasi dalam rangka penegakan hukum, koordinasi dan pengawasan operasional dan administrasi penyidikan PPNS sesuai ketentuan hukum dan
peraturan yang berlaku. Dalam pelaksanaan tugas dan kewajibannya Kasat Reskrim dibantu oleh Kanit dan Kasubnit. Kasat Reskrim Polresta Medan
bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada Kapolresta Medan dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari dibawah kendali Waka Polresta Medan.
Dalam melaksanakan tugasnya Sat Reskrim menyelenggarakan Fungsi: a.
Mengelola sumber daya yang tersedia secara optimal serta meningkatkan kemampuan dan daya gunanya.
b. Mengelola ketertiban administrasi keuangan perbendaharaan baik yang
diadakan melalui program APBN maupun bantuan dari Pemda masyarakat serta menggunakannya seoptimal mungkin bagi keberhasilan
pelaksanaan tugas. c.
Menjabarkan dan menindak lanjuti setiap kebijakan Pimpinan. d.
Dalam melaksanakan tugasnya wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi dan sinkronisasi baik dalam lingkungan satuan organisasi
Polresta Medan maupun dalam hubungannya dengan Instansi Pemerintah dan lembaga lainnya.
e. Membina dan menyelenggarakan fungsi penyelidikanpenyidikan tindak
pidana, termasuk fungsi identifikasi dan fungsi laboratorium forensik
Universitas Sumatera Utara
lapangan dalam rangka penegakan hukum serta kegiatan-kegiatan lain yang menjadi tugas Sat Reskrim dalam lingkungan Polresta Medan.
f. Menyelenggarakan kegiatan penyelidikanpenyidikan tindak pidana umum
dan tertentu, dengan memberikan pelayananperlindungan khusus kepada korban pelaku remaja, anak-anak dan wanita, dalam rangka penegakan
hukum sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. g.
Menyelenggarakan fungsi identifikasi baik untuk kepentingan penyidikan maupun pelayanan umum.
h. Menyelenggarakan fungsi tekhnis dan koordinasi pengawasan
operasional dan administrasi penyidikan PPNS 9. Kasat Sabhara adalah unsur pelaksana pada tingkat Polresta Medan yang
bertugas memberikan bimbingan tehnis atas pelaksanaan Fungsi Sabhara dilingkungan Polresta serta menyelenggarakan dan melaksananakan fungsi
tersebut yang bersifat terpusat pada tingkat Wilayah antar Polsek dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas operasional pada tingkat Poltabes MS
dan jajaran. Dalam melaksanakan tugasnya Sat Sabhara menyelenggarakan Fungsi :
a. Menyusun rencana dan melaksanakan mobilisasi kekuatan Polresta Medan serta mengadakan latihan kemampuan Dalmas.
b. Pembinaan Fungsi Sabhara Kepolisian dalam lingkungan Polresta Medan beserta Polsek jajarannya
Universitas Sumatera Utara
c. Menyiapkan kekuatan bagi kepentingan pengamanan unjuk rasa dan pengendalian masa serta pemanfaatannya untuk kegiatan patroli antar
wilayah dilingkungan Polresta Medan beserta Polsek jajarannya. d. Memberikan bantuan operasional atas pelaksanaan fungsi Sabhara
pada tingkat Polresta Medan. e. Pembinaan pengamanan obyek-obyek khusus Pariwisata.
f. Melaksanakan administrasi operasional termasuk pengumpulan, pengolahan dan penyajian data informasi baik yang berkenaan
dengan aspek pembinaan maupun pelaksanaan fungsinya. g. Sat Sabhara Polresta Medan dipimpin oleh Kasat Sabhara yang
bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas dan kewajibannya kepada Kapolresta Medan dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di
koordinasikan oleh Kabag Ops maupun Waka Polresta Medan. Struktur organisasi Kepolisian wilayah hukum Poltabes Medan terdiri dari
1.388 personil yakni :
70
1. Pimpinan
: 2 Personil 2.
Taud Tata Urusan dalam : 16 Personil
3. Bag Min Bagian Administrasi
: 40 Personil 4.
Bag Ops Bagian Operasional : 37 Personil
5. Telematika Telekomunikasi dan Informatika
: 6 Personil 6.
Sat Intelkam Satuan Intelijen dan keamanan : 91 Personil
7. Satuan Samapta
: 368 Personil
70
Paparan Kapoltabes, Op.cit. hal. 20
Universitas Sumatera Utara
8. Bina Mitra
: 12 Personil 9.
Sat Pam Obsus Satuan Pengamanan Obyek Khusus : : 128 Personil
10. Sat Narkoba
: 59 Personil 11.
Sat Reskrim Reserse Kriminal : 260 Personil
12. Sat Lantas Satuan Lalu Lintas
: 300 Personil 13.
Unit P3D Unit Profesi Pengamanan Penegak Kode Etik : 50 Personil
14. Ur Dokkes Urusan Kedokteran dan Kesehatan
: 14 Personil 15.
Juru Bayar : 5 Personil.
Berdasarkan hasil studi pada Sat Lantas Satuan Lalu Lintas, Sat Samapta Satuan Samapta, dan Sat Pam Obsus Satuan Pengamanan Objek Khusus
ditemukan beberapa personil yang pindah kesatuan, hal ini mengakibatkan data tersebut berubah yakni :
71
Satuan Lantas : 312 personil
Satuan Samapta : 320 personil
Satuan Pam Obsus : 140 personil
3. Operasi Khusus Kepolisian Resor Kota Besar Medan
Penanggulangan kejahatan yang dilaksanakan secara rutin akan membuat pihak kepolisian mengerti betul apa yang terjadi dalam suatu wilayah, dalam
melakukan penanggulangan kejahatan tentunya tidak sama disetiap daerah, harus diketahui keadaan sosial, budaya dan culturalnya sehingga penanggulangan
kejahatan akan lebih efektif. setiap hari petugas samapta, lantas dan pam obsus
71
Hasil wawancara pada Sat Lantas, Sat Samapta, Sat Pam Obsus, tanggal 25 April 2011
Universitas Sumatera Utara
bergerak melakukan patroli dan mencatat hal-hal yang berkembang, dan dilaporkan perharinya sehingga dapat diketahui kejahatan yang timbul dalam
daerah yang kondisi sosial, budaya dan kultural daerah tersebut, dan setelah itu dapat dibuatlah suatu penanggulangan yang tepat. Penanggulangan tersebut bisa
dalam bentuk lebih memusatkan personel pada masalah yang terjadi bisa pula dengan melakukan operasi khusus. Operasi khusus dilaksanakan dijajaran
polrestabes dilakukan sesuai pertimbangan kadar kerawanan kejahatan serta lokasi dimana kejahatan sering terjadi. Lain halnya dengan Sat Pam Obsus ketika
ditayakan tentang operasi khusus kepada Kanit Patroli PAM-OBVIT, Iptu Subeno SH ia mengemukakan bahwa “Mengenai operasi khusus, tidak ada operasi khusus
yang diadakan oleh Sat Pam Obsus, dan Pam Obsus hanya bersifat memback-up satuan sejajarannya di Poltabes Medan dan dibawahnya.”
72
Operasi khusus dilaksanakan dijajaran Polrestabes dilakukan sesuai pertimbangan kadar kerawanan kejahatan serta lokasi dimana kejahatan sering
terjadi. Dengan menimbang, mengingat sampai sejauh mana tingkat kerawanan dijenis kejahatan yang meresahkan masyarakat dalam laporan dan pengaduan
yang diterima oleh polisi.
73
Berdasarkan hasil wawancara kepada Iptu Tony Simanjuntak, beliau mengatakan sebelum mengadakan operasi khusus maka ada evaluasi kerja tiap
minggu melalui Anev analisa dan Evaluasi, jika dilihat ada perkembangan yang
72
Hasil wawancara dengan Kanit Patroli Pam Obvit, IPTU SUBENO, SH, Tanggal 26 April 2011.
73
Hasil wawancara dengan Anggota Min Ops Lantas Poltabes Medan, BRIPKA M. GINTING, tanggal 26 April 2008
Universitas Sumatera Utara
terjadi maka diadakan operasi khusus.
74
Bentuk-bentuk operasi khusus yang pernah dilakukan : a.
Opsus Curat Operasi khusus pencurian dengan pemberatan, b.
Opsus Curanmor Operasi khusus pencurian kendaraan bermotor Opsus narkoba Operasi khusus narkoba
c. Opsus pekat Operasi khusus penyakit masyarakat
75
Operasi Khusus yang dilaksanakan harus berdasarkan skala prioritasnya dalam penentuan itu, hal yang menjadi pertimbangan tersebut antara lain:
1. Dari semua jenis gangguan Kamtibmas dibagi menjadi gangguan yang
bersifat poltis, gangguan kriminalitas dan gangguan ketertiban masyarakat. 2.
Dari gangguan semua jenis kriminalitas diprioritaskan bebrapa yang penting, yang mempunyai dampak keresahan dalam frekwensi tinggi dengan jalan
dipadukan dengan bobot dan kemungkinan yang terjadinya. 3.
Sasaran operasi diklasifikasikan menjadi: a.
sasaran selektif dengan skala prioritas. b.
sasaran selektif non-prioritas. c.
sasaran rutin. 4. sasaran selektif dengan skala prioritas ditanggulangi dengan operasi khusus
kepolisian.
76
Operasi khusus pada dasarnya merupakan perluasan Keputusan Kepala Kesatuan tentang cara bertindak yang dipilih setelah mendengar dan
74
Hasil wawancara dengan Kanit Patroli Samapta Poltabes Medan, IPTU TONY SIMANJUNTAK, SH, tanggal 03 April 2011
75
Hasil wawancara dengan Anggota Min Ops Lantas Poltabes Medan, BRIPKA M. GINTING tanggal 26 April 2011
76
Soerdjono Soekanto, Op.cit, hal 30
Universitas Sumatera Utara
mempertimbangkan saran serta perkiraan staf. Keputusan ini yang nantinya merupakan pola penanggulangan.
1. Operasi Terpadu : melibatkan unsur intelejen dalam menggambarkan keadaan
kriminalitas pada unit penindakan yang dimaksud merupakan upaya paksa terhadap sasaran penindakan tersangka atau barang bukti yang telah diselidiki
oleh unit intelejen, yang dilampirkan dengan pemeriksaan terhadap tersangka atau barang bukti serta upaya paksa lainnya dalam rangka penyidikan perkara
serta mengajukan ke Kejaksaan. Kegiatan represif ini didukung oleh fungsi preventif yang lain, serta dilaksanakan pula kegiatan rehabilitasi wilayah dan
prevensi lanjutan yang pelaksanaannya dapat dilakukan oleh pengemban fungsi binmas dan fungsi preventif.
2. Razia Selektif : Upaya penanggulangan dengan penghadangan dan
pemeriksaan terhadap kendaraan-kendaraan di jalan-jalan umum operasi terbuka.
3. Peningkatan Penjagaan strongpoint dan observasi : Biasanya dilakukan
dengan berpakaian preman, dapat juga dilaksanakan dengan berpakaian dinas terhadap daerah-daerah yang merupakan daerah rawan kejahatan. Adapun
upaya preventif lain yang dilaksanakan adalah patroli-patroli kepolisian yang dilaksanakan secara terarah dengan daerah operasi yang telah ditentukan.
4. Macam-macam Patroli Kepolisian; dalam prakteknya yang termasuk kegiatan
patroli adalah semua bentuk kegiatan yang mempunyai tujuan utama pencegahan kejahatan, baik dilakukan dengan jalan kaki serta kendaraan.
Bentuk kegiatan ini dikembangkan dalam :
Universitas Sumatera Utara
a. Patroli rutin, yaitu patroli yang dilaksanakan pada waktu-waktu tertentu
dengan melalui daerah-daerah, tempat-tempat atau jalur-jalur tertentu secara rutin.
b. Patroli Selektif, yaitu patroli yang dilaksanakan melalui pemilihan waktu
dan tempat secara selektif untuk menngamankan tempat-tempat yang dianggap rawan.
c. Patroli insidental, patroli yang dilaksanakan apabila terjadi peristiwa atau patroli yang dapat menimbulkan deterrence effect efek jera terhadap
suatu gangguan.
77
B. Implementasi Peraturan Kode Etik Polri Dalam Penyelesaian Penyelewengan Kode Etik Polri
Anggota Polri yang melakukan tindak pidana diadukandilaporkan oleh masyarakat, anggota Polri atau sumber lain yang dapat dipertanggungjawabkan
Pasal 10 ayat l Peraturan Kapolri No. Pol. 8 tahun 2006 yang disampaikan pada pimpinan anggota Polri tersebut, Unit Provos atau Unit Pelayanan Kepolisian
YANDUAN, YANMAS. Unit Provos kemudian menindak lanjuti laporanaduan tindak pidana tersebut dengan melakukan pemeriksaan pendahuluan
penyelidikan. Dalam pemeriksaan pendahuluan penyelidikan ini apabila alat bukti dirasa belum lengkap oleh Unit Provos maka kewenangan penyelidikan
diambil alih oleh Unit Paminal. Unit Paminal tidak hanya melakukan penyelidikan untuk mencari alat bukti tetapi juga mengamankan segala sesuatu
77
Walter. C. Reckles, diterjemahkan oleh Soedjono D., Penanggulangan Keiahatan. Alumni. Bandung, 1983, hal 68
Universitas Sumatera Utara
yang berhubungan dengan kasus tindak pidana tersebut dalam kaitannya dengan ada atau tidaknya kode etik profesi Polri yang dilanggar sehingga kasusnya tidak
menjadi melebar atau agar masalah tidak berkembang menjadi lebih parah.
78
Proses penyelidikan tidak hanya Unit Paminal yang melakukan penyelidikan, tetapi juga Unit Reskrim. Unit Reskrim melakukan penyelidikan
hanya untuk mencari dan mengumpulkan alat bukti yang berhuhungan dengan tindak pidana tersebut. Alat bukti yang didapatkan oleh Paminal dan Reskrim
telah diperoleh suatu_dugaan kuat telah terjadi pelanggaran kode etik dan
adanya tindak pidana, maka selanjutnya unit Paminal memberikan laporan kepada Unit Provos
untuk kemudian dilanjutkan pada proses penyidikan terhadap adanya pelanggaran kode etik dan Unit Reskrim melanjutkan pada proses penyidikan terhadap tindak pidana yang
telah terjadi sesuai dengan yang telah diatur dalam KUHAP.
79
Penyidikan yang dilakukan oleh Provos benar-benar telah terbukti bahwa terjadi adanya pelanggaran kode etik, dalam hal ini juga diperkuat dengan adanya
bukti yang diperoleh penyidik reskrim hahwa telah terjadi suatu tindak pidana, maka selanjutnya Provos menyerahkanmengirimkan berkas perkara kepada
pejabat yang berwenang KaPolwiltabes Medan dan mengusulkan untuk dibentuk Komisi Kode Etik Polri. Setelah menerima berkas perkara tersebut, kemudian
pejabat yang berwenang KaPolwiltabes Medan meminta saran dari pengemban fungsi Pembinaan Hukum Polda Pembinaan Hukum hanya terdapat pada Polda
tiap tiap daerah Provinsi terhadap berkas perkara adanya pelanggaran kode etik tersebut dan selanjutnya pejabat yang berwenang Kapolwil membentuk Komisi
78
Wawancara dengan AKP. Y. Agus Sugito Kanit Paminal, tanggal 27 April 2011
79
Ibid
Universitas Sumatera Utara
Kode Etik. Suatu perbuatan yang dilakukan oleh seorang anggota Polri dikatakan
sebagai pelanggaran kode etik, apabila anggota Polri tersebut telah melakukan perbuatan tidak sebagaimana yang diatur dalam peraturan Kode Etik Profesi Polri.
Dalam Kode Etik Profesi Polri diatur rnengenai adanya suatu kesadaran moral dalam hati nurani setiap anggota Polri sehingga setiap anggota Polri yang telah
memilah kepolisian sebagai profesinya, dengan rasa radar dan penuh tanggung jawab menjalankan kewajibannya sesuai dengan aturan atau norma yang mengikat
baginya.
80
Dalam kaitannya dengan anggota Polri yang melakukan tindak pidana, maka sebenarnya anggota Polri tersebut tidak hanya melanggar kode etik saja,
namun juga telah melanggar PP No. 2 tahun 2003 tentang Peraturan Disiplin Anggota Polri. Pada pasal 4 1 PP No. 2 tahun 2003 disebutkan bahwa dalam
pelaksanaan tugas, anggota Kepolisian Republik Indonesia wajib: mentaati segala peraturan perundang-undangan dan peraturan kedinasan yang berlaku. Pasal
tersebut disebutkan mentaati segala peraturan perundang-undangan dapat diartikan bahwa setiap anggota Polri wajib mentaati segala peraturan perundang-
undangan yang berlaku secara positif di Indonesia, termasuk salah satunya adalah KUHP Kitab UndangUndang Hukum Pidana. Terdapat anggota Polri yang
melakukan tindak pidana ada 3 tiga peraturan yang telah dilanggarnya yaitu Oleh sebab itu, dalam peraturan Kapolri No. Pol. 7 tahun 2006 terdapat
4 empat kelompok nilai moral yaitu etika kepribadian, etika kenegaraan, etika kelembagaan dan etika dalam hubungan dengan masyarakat.
80
Sadjijono, Etika Hukum, Laksilang Medialanta, Yogyakarta, 2008, hal 79
Universitas Sumatera Utara
KUHP Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, PP No. 2 tahun 2003 tentang Peraturan Disiplin Anggota Polri dan Peraturan Kapolri No. Pol. 8 tahun 2006
tentang Kode Etik Profesi Polri. Karena terdapat 3 tiga peraturan yang telah dilanggar maka berdasarkan pasal 16 Kode Etik Profesi Polri, dimana disebutkan:
Apabila terjadi pelanggaran kumulatif antara pelanggaran disiplin dengan Kode Etik Profesi, maka penyelesaiannya dilakukan melalui disiplin atau sidang Kode
Etik Polri berdasarkan pertimbangan Atasan Ankum dari Terperiksa dan pendapat serta saran hukum dan Pengemban Fungsi Pembinaan Hukum. Di Polwiltabes
Medan, jika terjadi tindak pidana maka pelaksanaannya melalui sidang kode etik yang dilakukan setelah adanya putusan sidang di peradilan umum.
Seorang anggota Polri yang melakukan pelanggaran kode etik akan disidangkan melalui sidang komisi kode etik Polri sebagaimana yang telah diatur
dalam pasal 11 ayat 1 kode etik profesi Polri yaitu : 1 Sidang Komisi Kode Etik Polri dilakukan terhadap pelanggaran :
a
Kode Etik Polri sebagaimana dimaksud dalam Peraturan ini;
b
Pasal 12, pasal 13 dan pasal 14 Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2003 tentang Pemberhentian Anggota Polri serta Pasal 13 Peraturan
Pemerintah Nomor 2 Tahun 2003 tentang Peraturan Disiplin Anggota Polri.
Pada pasal 11 ayat 1 huruf a Kode Etik Profesi Polri tersebut adalah 4 empat etika yaitu etika kepribadian, etika kenegaraan, etika kelembagaan dan
etika dalam hubungan dengan masyarakat diatur dalam pasal 3 sampai dengan pasal 10 Kode Etik Profesi Polri. Sedangkan yang dimaksud dalam pasal 11 ayat
1 huruf b Kode Etik Profesi Polri adalah : Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2003
Universitas Sumatera Utara
Pasal 12 1 Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia diberhentikan tidak dengan
hormat dan dinas Kepolisian Negara Republik Indonesia apabila: a di pidana penjara berdasarkan putusan pengad Ian yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap dan menurut pertimbangan pejabat yang berwenang tidak dapat dipertahankan untuk tetap berada dalam
dinas Kepolisian Negara Republik Indonesia;
b
diketahui kemudian memberikan keterangan palsu danatau tidak benar pada saat mendaftarkan diri sebagai calon anggota Kepolisian Negara
Republik Indonesia;
c
melakukan usaha atau kegiatan yang nyata-nyata bertujuan mengubah Pancasila, terlibat dalam gerakan, atau melakukan kegiatan yang
menentang Negara danatau Pemerintah Republik Indonesia secara tidak sah.
2 Pemberhentian sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dilakukan setclah melalui sidang Komisi Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik
Indonesia.
Pasal 13
1
Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia dapat diberhentikan tidak dengan hormat dari dinas Kepolisian Negara Republik Indonesia
karena melanggar sumpahjanji anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia, sumpahjanji jabatan, danatau Kode Etik Profesi Kepolisian
Negara Republik Indonesia.
2
Pemberhentian sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dilakukan setclah melalui sidang Komisi Kode Etik Profesi K.epolisian Negara Republik
Indonesia.
Pasal 14 1 Anggota Kepolisian Negara Republik Indeonesia diberhentikan tidak
dengan hormat dari dinas Kepolisian Negara Republik Indonesia apabila:
a
meninggalkan tugasnya secara tidak sah dalam waktu lebih dari 30 tiga puluh hari kerja secara berturut-turut;
b
melakukan perbuatan dan berperilaku yang dapat merugikan dinas Kepolisian;
c
melakukan bunch diri dengan maksud menghindari penyidikan danatau tuntutan hukum atau meninggal dunia sebagai akibat tindak
pidana yang dilakukannya; atau
d
menjadi anggota danatau pengurus partai politik.
Universitas Sumatera Utara
2 Pemberhentian sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dilakukan setelah melalui sidang Komisi Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik
Indonesia.
Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2003 : Pasal 13
Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia yang dijatuhi hukuman disiplin
Bari 3 tiga kali dan dianggap tidak patut lagi dipertahankan statusnya sebagai anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia, dapat diberhentikan
dengan hormat atau tidak dengan hormat dari dinas Kepolisian Negara Republik Indonesia melalui Sidang Komisi Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik
Indonesia.
Dapat dijelaskan bahwa menurut pasal 11 ayat I huruf b, Sidang Komisi Kode Etik Polri juga dapat dilakukan apabila terjadi perlanggaran berupa
melakukan tindak
pidana, melakukan pelanggaran sumpah janji, meninggalkan tugas atau hal lain serta telah telah dijatuhi hukuman disiplin lebih dari 3 tiga kali.
Sidang Komisi Kode Etik terhadap anggota Polri yang melakukan tindak pidana dapat dilaksanakan apabila telah ada putusan dari pengadilan umum yang
telah mempunyai kekuatan hukum tetap, karena apabila sidang Komisi Kode Etik dilaksanakan terlebih dahulu sebelum sidang di peradilan umum, maka putusan
dari sidang Komisi Kode Etik akan menjadi cacat. Dasarnya adalah sebagaimana disebutkan dalam pasal 12 ayat 1 huruf a PP
No. 1 tahun 2003 bahwa seorang anggota Polri yang melakukan tindak pidana dapat diberhentikan dengan tidak hormat melalui putusan sidang Komisi Kode
Etik apabila telah dinyatakan dipidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, jelas apabila putusan Komisi Kode
Etik Profesi Polri dilaksanakan terhadap anggota Polri yang diduga melakukan tindak pidana dan anggota Polri tersebut dijatuhi sanksi yang terberat yaitu PTDH
Universitas Sumatera Utara
Pemberhentian Tidak Dengan Hormat, namun ternyata pada saat sidang peradilan umum anggota Polri tersebut
.
justru dijatuhi putusan bebas karena tidak terbukti melakukan tindak pidana, maka sidang Komisi Kode Etik yang telah
dilaksanakan terlebih dahulu tadi telah menjatuhkan suatu putusan tanpa adanya alat bukti yang kuat yaitu hasil putusan dari peradilan umum.
Sehingga dapat dikatakan bahwa sidang Komisi Kode Etik Profesi Polri yang dilaksanakan terlebih dahulu sebelum sidang peradilan umum terhadap
anggota Polri yang dapat melakukan tindak pidana tidak akan menunjukkan nilai- nilai keadilan.
81
Setiap anggota Polri yang melakukan peianggaran Kode Etik akan dikenakan sanksi sebagaimana telah diatur dalam pasal 11 ayat 2 dan ayat 4
Peraturan Kode Etik Profesi Polri dimana disebutkan: Pasal 11
2 Anggota Polri yang melakukan pelanggaran Kode Etik sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf a dikenakan sanksi berupa:
a
perilaku pelanggar dinyatakan senagai perbuatan tercela;
b
kewajiban pelanggar untuk meminta maaf secara terbatas ataupun secara langsung;
c
kewajiban pelanggar untuk mengikuti pembinaan ulang profesi;
d
perlanggar dinyatakan tidak layak lagi untuk menjalankan profesifungsi kepolisian.
4 Pelanggaran terhadap pasal 12, pasal 13 dan pasal 14 Peraturan Pemerintali Nomor 1 tahun 2003 tentang Pemberhentian Anggota Polri serta pasal 13
Peraturan Pemerintah Nomor 2 tahun 2003 tentang Peraturan Disiplin Anggota Polri sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf b dikenakan sanksi
sesuai yang berlaku pada Peraturan Pemerintah dimaksud.
Pasal 11 ayat 4 Peraturan Kode Etik Profesi Polri tersebut di atas menjelaskan hahwa pelanggaran Kode Etik Profesi Polri berupa melakukan tindak
81
Ibid
Universitas Sumatera Utara
pidana akan dikenakan
sanksi sebagaimana yang diatur dalam PP No. 1 tahun 2003 tentang Pemberhentian Anggota Polri yaitu sanksi Pemberhentian Tidak Dengan
Hormat PTDH. Kernudian dalam pasal 15 Kode Etik Profesi Polri disebutkan: Anggota Polri yang diputuskan pidana dengan hukuman pidana penjara minimal 3
tiga bulan yang telah berkekuatan hukum tetap, dapat direkomendasikan oleh anggota sidang Komisi Kode Etik Polri tidak layak untuk tetap dipertahankan sebagai
anggota Polri. Sehingga dengan kata lain anggota Polri yang melakukan tindak pidana dan
dipidana penjara lebih dari 3 tiga bulan dapat dikenalcan sanksi Pemberhentian Dengan Hormat PDH atau Pemberhentian Tidak Dengan Hormat PTDH dan
putusan sanksi administratif berupa rekomendasi untuk dapat atau tidaknya Diberhentikan Dengan Hormat PDH atau Diberhentikan Tidak Dengan Hormat
PTDH dan dinas Polri diajukan oleh Ketua Komisi Kepada Kepala Kesatuan Terperiksa paling lambat 8 delapan hari sejak putusan sidang dibacakan, sehingga
kemudian dengan segera Kepala Kesatuan Terperiksa melaksanakan hasil putusan dari Sidang Komisi Kode Etik tersebut pasal 11 ayat 8 Peraturan Kapolri No. Pol. 8
tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Komisi Kode Etik Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Pada pembahasan sebelumnya di atas, penulis telah menyebutkan bahwa dalam prakteknya dilapangan, anggota Polri yang melakukan tindak pidana akan
disidangkan melalui sidang kode etik setelah sidang di peradilan umum. Dalam praktiknya masih banyak kerancuan di wilayah satu dengan yang lain pelaksanaan
tidak sama. Di wilayah lain seperti misalnya di Polwil Malang, seorang anggota Polri yang melakukan tindak pidana akan disidang secara berurutan yaitu sidang
Universitas Sumatera Utara
disiplin, sidang peradilan umum serta sidang kode etik.
82
Sebenarnya hal tersebut bertentangan dengan yang telah diatur dalam pasal 16 Kode Etik Profesi Polri, dimana disebutkan, Apabila terjadi pelanggaran
kumulatif antara pelanggaran disiplin dengan Kode Etik Profesi, maka penyelesaiannya dilakukan melalui disiplin atau sidang Kode Etik Polri
berdasarkan pertimbangan Atasan Ankum dari Terperiksa dan pendapat serta saran hukum dan Pengemban Fungsi Pembinaan Hukum. Nampak jelas bahwa
terjadi pebedaan terhadap bagaimana penerapan Peraturan Kode Etik Profesi Polri dilapangan. Dalam prakteknya, dilokasi tempat penulis melakukan penelitian
yaitu Polwiltabes Medan, anggota Polri yang melakukan tindak pidana pasti akan disidang kode etik.
C. Kendala dan Cara Mengatasi Masalah Yang Dihadapi Oleh Polwiltabes Medan Dalam Menerapkan Kode Etik Profesi Polri Terhadap Anggota
Polri yang Melakukan Tindak Pidana 1. Kendala Yang Dihadapi Oleh Polwiltabes Medan
Dalam menerapkan Kode Etik Profesi Polri terhadap anggota Polri yang melakukan tindak pidana terdapat beberapa kendala yang dihadapi oleh
Polwiltabes Medan . Kendala tersebut antara lain: Dalam menegakkan hukum terhadap anggota Polri dijajaran Polwiltabes Medan sebagaimana yang telah
terjadi selama ini, terkadang masih sering kali terdapat kerancuan atau tumpang tindih terhadap penggunaan dasar hukumnya yakni antara penerapan PP No. 2
82
Ibid
Universitas Sumatera Utara
tahun 2003 tentang Peraturan Disiplin Anggota Polri dengan Peraturan Kapolri No. Pol. 7 tahun 2006 tentang Kode Etik Profesi Polri. Sehingga tidak heran di
wilayah lain hal tersebut mengakibatkan adanya 3 tiga jenis sidang yang hares dilaksanakan oleh anggota Polwiltabes Medan yang melakukan tindak pidana,
yakni sidang disiplin, sidang peradilan umum serta sidang Kode Etik.
83
Sedangkan upaya polwiltabes medan untuk mengatasi kendala dalam menerapkan kode etik profesi polri terhadap anggota Polri yang melakukan tindak
pidana
2. Cara Mengatasi Kendala Yang Dihadapi Oleh Polwiltabes Medan
Untuk mengatasi kendala yang telah tersebut di atas, Polwiltabes Medan telah melakukan upaya-upaya sebagai berikut : Dalam penanganan terhadap
anggota Polri dijajaran Polwiltabes Medan yang melakukan tindak pidana, Provos Polwiltabes Medan lebih mengoptimalkan pasal 16 Kode Etik Profesi
Polri dimana dalam pasal tersebut telah jelas diatur bahwa apabila terjadi pelanggaran kumulatif antara pelanggaran disiplin dengan Kode Etik Profesi
Polri, maka penyelesaiannya dilakukan dengan eara memilih salah sate vaitu sidang disiplin atau sidang Komisi Kode Etik. Dengan mengoptimalkan pasal 16
Kode Etik Profesi Polri tersebut, maka diharapkan tidak ada lagi terjadinya tumpang tindih antara PP No. 2 tahun 2003 tentang Peraturan Disiplin Anggota
Polri dengan Peraturan Kapolri No. Pol. 7 tahun 2006 tentang Kode Etik Profesi Polri. Bentuk pengoptimalan yang dilakukan oleh Polwiltabes Medan adalah
meningkatkan kualitas SDM Sumber Daya Manusia anggota Polwiltabes Medan
83
Wawancara dengan AM. Y. Agus Sugito Kanit Parninal, tanggal 28 April 2010.
Universitas Sumatera Utara
terhadap kemampuan dalam menterjemahkan dan menerapkan suatu bahasa hukum.
84
84
Ibid
Universitas Sumatera Utara
BAB III UPAYA POLRI DALAM PENINGKATAN PROFESIONALISME DAN
CITRA POLRI DALAM HAL PENEGAKAN KODE ETIK POLRI
A. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Kode Etik Anggota Polri Dalam Peningkatan Profesionalitas Polri
1. Faktor Eksternal
1 Kekuatan b
Makin aktifnya kontrol eksternal dari DPR, Komnasham, Komisi Ombusman, BPK, dan LSM kepada Polri memotivasi peningkatan sumber
daya dan kinerja Polri termasuk kinerja penegak hukum Kode Etik angota Polri.
c Adanya lembaga kompolnas yang bertugas memberikan saran kepada
Presiden tentang penyelenggaran tugas Polri yang professional dan mandiri.
d Meningkatnya peran serta media cetak maupun elektronik dalam
menyebarluaskan informasi tentang keberhasilan pelaksanaan tugas Polri maupun dalam hal tindakan atau perilaku Polri yang kontra produktif.
e Masyarakat relative masih percaya terhadap Polri dalam penegakan hukum
khusunya terhadap penegakan hukum Kode Etik anggota Polri. f
Peningkatan kerjasama internasional dengan Polri yang menghargai otonomi Polri dalam menjalankan tugasnya, setidaknya dapat mencontoh
tingkat Kode Etik para Polisi negara maju.
85
Universitas Sumatera Utara
g Apresiasi masyarakat terhadap paradigma baru Polri sebagai Polisi yang
berwatak sipil yang diwujudkan dalam implementasi perpolisian masyarakat.
85
2 Kendala a
Lambannya pemulihan ekonomi pemerintah berakibat kesejahteraan anggota Polri belum dirasakan, memicu tumbuhnya tindakan hukum
melanggar hukum anggota Polri. b
Masih ada anggota legislatif yang skeptif dan vocal menyuarakan tentang ketidakmampuan Polri dalam melaksanakan tugasnya sebagai penegak
hukum, pemelihara Kamtibmas serta pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat, karena adanya kepentingan politik yang memboncengi.
c Adanya usaha istansi pemerintah tertentu yang mengatasnamakan
kepentingan masyarakat untuk menempatkan institusi Polri dibawah suatu departemen tertentu.
d Masih banyak pandangan negatif terhadap Polri dari pejabat negara, elit
politik, pejabat publik maupun masyarakat sehingga respon kepada Polri juga negatif walaupun langkah reformasi telah dilakukan oleh organisasi
Polri. e
Masih adanya interpensi pejabat negara, elit politik terhadap pelaksanaan tugas Polri mempengaruhi penegak hukum Kode Etik anggota Polri.
f Lembaga Kompolnas belum sepenuhnya berfungsi dengan baik karena
produk kinerjanya baru sebatas pemberian saran kepada Presiden tentang
85
Adhie G, Good Governance Dan Clean Government Di Internal Polri, Makalah Kode Etik Polri, UWKS, Surabaya, 2011, hal. 2
Universitas Sumatera Utara
tugas pokok, fungsi dan peranan Polri. g
Masih ada LSM yang bersifat skeptic atas pelaksanaan tugas Polri khusunya dalam penegakan hukum.
h Tingkat kepercayaan masyarakat terhadap Polri masih rendah takut
berurusan dengan Polri, sebagi akibat persepsi masa lampau dimana Polri dalam mengahadapi masyarakat lebih menonjolkan kekerasan yang pada
akhirnya kurang peduli untuk melakukan pengawasan dan enggan mengadukan tindakan negatif anggota Polri, kalaupun mengadukan akan
tetapi enggan memberikan kesaksian sehingga kesulitan dalam melakukan penyidikannya.
i Pemanfaatan media masa dalam menyebarluaskan informasi yang
berlebihan dan menyudutkan masih adanya KKN dalam tubuh Polri.
86
2. Faktor Internal
1 Kekuatan
a
Paradigma baru Polri sebagai Polisi yang berwatak sipil dan dekat dengan rakyat.
b
Adanya komitmen pimpinan Polri untuk mewujudkan sosok Polri yang professional, obyektif, transparan dan akuntabel dalam pelaksanaan
tugasnya dan menciptakan Polri yang bersih dan berwibawa dalam rangka perwujudan Good Governance dan Clean Government di internal Polri
sebagaimana yang dicanangkan dalam Grand Strategy 2005 2025.
c
Adanya peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar pelakasanaan
86
Ibid
Universitas Sumatera Utara
tugas Provos Polri dalam penegakan hukum peraturan Kode Etik anggota Polri.
d
Adanya sruktur organisasi dan fungsi Provos Polri yang tergelar dari tingkat Markas Besar polri sampai dengan tingkat satuan kewilayahan
Polri terendah.
e
Adanya kebijakan Pimpinan Polri yang konsisten untuk memberikan tindakan hukum yang tegas punishment bagi anggota Polri yang
melakukan pelanggaran hukum dan memberikan penghargaan Reward bagi yang berprestasi dalam pelaksanakan tugasnya.
f
Polri telah menerapkan sistem akuntabilitas kinerja aparat Pemerintah dalam bentuk laporan akuntabilitas kinerja aparat pemerintah Lakip
sehingga setiap kegiatan selalu dilakukan pengawasan dan dipertanggungjawabkan.
g
Motivasi dan dedikasi penegak hukum Kode Etik anggota Polri masih cukup tinggi dalam menjalankan tugasnya.
87
2 Kelemahan a
Penerapan hukum kode etik yang relatif sering bersifat subyektif dan tidak transparan
b
Masih ada di antara Pimpinan satuan selaku Ankum yang belum sepenuhnya memberikan atensi atas pelaksanaan tugas penegakan hukum
Kode Etik anggota Polri termasuk kepada petugas Provos Polri.
c Tingkat pemahaman dan penerapan aturan hukum oleh Penyildik Provos Polri
87
Ibid., hal. 3
Universitas Sumatera Utara
dalam penyidikan perkara pelanggaran
Kode Etik
masih rendah. d
Tingkat
Kode Etik
, kesadaran dan kepatuhan Anggota Polri atas peraturan
Kode Etik
yang mengikat dan berlaku baginya masih relatif rendah sehingga pelanggaran
Kode Etik
tetap terjadi. e
Masih banyak campur tangan, intervensi dari Para pejabat Polri dalam pelaksanaan penegakan hukum
Kode Etik
anggota Polri sehingga hasil dari penegakan hukum yang dicapai masih relatif subyektif.
f Penegakan hukum
Kode Etik
anggota Polri sering terkesan kurang transparan.
88
3. Faktor Budaya
Dewasa ini dalam pembangunan kultur Kepolisian dituntut untuk melakukan perubahan dari militeristik menjadi perilaku yang mencerminkan
Polisi Sipil, demokratis, menjunjung tinggi supremasi hukum dan menjunjung tinggi HAM. Polisi dituntut untuk memenuhi harapan masyarakat,
mengaplikasikan arah dan tujuan demokratisasi dan pemberdayaan masyarakat secara proporsional serta membangun, kemitraan antara polisi dengan masyarakat
sehingga fungsi kepolisian harus dapat mencerminkan semangat aparatur negara yang baik, tertib dan berdisiplin. Sebagaimana paradigma baru Polri dalam
landasan teori selain itu juga dilandasi dari nilai-nilai reformasi Polri mulai dari keunggulan, integritas, akuntabilitas, transparansi dan berkelanjutan. Oleh
karenanya untuk menghasilkan fungsi Kepolisian dengan cerminan tersebut di atas tentu perlu didahului dengan :
1 Pembangunan kultur individu Kepolisian.
88
Ibid., hal. 5
Universitas Sumatera Utara
Di kalangan Kepolisian di berbagai negara telah mencoba membangun empat lapisan kultur polisi
89
a
Membangun mentalitas dasar bahwa masyarakat dengan polisi adalah mitra, namun tetap tegas dalam menegakkan hukum.
yaitu :
b
Sistem keyakinan dasar yang mengatur perilaku hubungan dengan masyarakat, baik dengan orang yang melakukan kejahatan maupun orang
yang bukan perilaku kejahatan.
c
Mempelajari ethos kerja atau semangat polisi dalam lingkungan kerjanya sehingga menjadi motivasi sebagai polisi yang baik.
d Memiliki pedoman pola berpikir dan berperilaku yang membentuk profil polisi dalam tugas di lapangan
2 Pembangunan kultur organisasi Kepolisian. Keanekaragaman latar belakang kultur setiap individu polisi
sebagaimana polisi di negara Indonesia mencerminkan adanya berbagai perbedaan kultur individu tersebut, hal ini berdampak pada warna kultur
pluralistik namun harmonisasi harus dikembangkan sehingga akan bermuara dalam pelaksanaan tugas yang efektif. Demikian juga dalam pengambilan
keputusan yang berakar dari masing-masing anggota polisi perlu diarahkan kepada kultur organisasi polisi yang mengacu pada visi, dan misinya. Polisi
dan masyarakat yang demokratis, pemolisiannya mengacu pada prinsip- prinsip demokratis, yaitu antara lain : berdasarkan supremasi hukum,
memberikan jaminan dan perlindungan hak asasi manusia, transparan,
89
A. Kadarmanta “Membangun Kultur Kepolisian ”, PT. Forum Media Utama, Jakarta, 2007, Hal. 43.
Universitas Sumatera Utara
bertanggung jawab kepada publik, berorientasi kepada masyarakat, serta adanya pembatasan dan pengawasan kewenangan polisi. Untuk itu perlu
membangun komitmen kebersamaan seluruh personel polisi untuk menegakan supremasi hukum melalui:
a
Keteladanan seluruh pemimpin dalam organisasi Kepolisian secara berjenjang.
b
Membangun rasa kebanggaan sebagai anggota Kepolisian secara terus- menerus sehingga tumbuh kasadaran akan pentingya kebanggaan
terhadap profesi Kepolisian tersebut.
c
Membangun kemitraan dengan masyarakat, tolak ukurnya adalah bahwa sosok polisi sipil dan demokratis dalam menegakan hukum dan hak asasi
manusia telah dirasakan oleh masyarakat. Institusi polisi memiliki keberanian membuka diri untuk menerima masukan dari masyarakat dan
menindaklanjutinya demi kepentingan masyarakat sebagai stake holders.
d
Sosialisasi kepada masyarakat tentang sistem pengawasan Internal Polri diantaranya implementasi penegakan hukum Kode Etik anggota Polri
sehingga masyarakat diharapkan ikut secara aktif memonitor, mengawasi bahkan melaporkan bila ada pelanggaran Kode Etik anggota Polri guna
tegaknya Kode Etik anggota Polri.
Universitas Sumatera Utara
B. Strategi Penegakan Hukum Kode Etik Anggota Polri Yang Diharapkan Guna Mewujudkan Profesionalisme dalam rangka memantapkan citra
Polri 1. Penegakan Hukum Kode Etik Anggota Polri Yang Diharapakan
a. Kondisi Penegakan Hukum Kode Etik Anggota Polri Yang Diharapkan.
Bahwa inti dan arti dari penegakan hukum secara konsepsional terletak pada kegiatan menyerasikan hubungan nilai - nilai yang terjabarkan dalam kaidah-
kaidah dan mengejawantah dalam sikap dan tindak untuk menciptakan, memelihara dan mempertahankan kedamaian pergaulan hidup. Sedangkan untuk
penegakan hukum sebagai suatu proses pada hakikatnya merupakan penerapan diskresi menyangkut membuat keputusan yang tidak secara ketat diatur oleh
kaidah hukum, akan tetapi mempunyai unsur penilaian pribadi. Oleh karena itu untuk menghasilkan tegaknya hukum termasuk dalam hal ini tegaknya hukum
Kode Etik anggota Polri, maka penegakan hukum secara konsepsional maupun penegakan hukum sebagai suatu proses haruslah terwujud dengan indikator bahwa
penegakan hukum Kode Etik anggota Polri haruslah dengan kondisi sebagai berikut :
1 Aturan Hukum.
Undang-undang atau aturan hukum merupakan pedoman, pegangan serta titik awal dari proses penegakan hukum yang tujuannya adalah agar aturan hukum
tersebut mempunyai dampak positif haruslah mencakup beberapa azas seperti tidak berlaku surut, undang-undang yang dibuat penguasa lebih tinggi
berkedudukan lebih tinggi, aturan hukum yang bersifat khusus menyampingkan
Universitas Sumatera Utara
yang bersifat umum, aturan hukum yang berlaku belakangan membatalkan yang terdahulu, aturan hukum tidak dapat diganggu gugat dan aturan hukum merupakan
suatu sarana untuk mencapai kesejahteraan spiritual dan material bagi masyarakat maupun pribadi melalui pelestarian ataupun pembaharuan. Oleh karenanya dalam
penegakan hukum peraturan Kode Etik anggota Polri aturan hukumnya juga harus mencerminkan azas-azas tersebut di atas dalam arti:
90
a Substansi atau materi aturan hukum Kode Etik anggota Polri harus
mencerminkan persoalan secara tepat yaitu dapat dipahami dengan mudah, tidak boleh ada pertentangan internal antar pasal-pasal, tidak boleh
bertentangan dengan aturan yang lebih tinggi. b
Rumusannya harus secara jelas, tegas. c
Harus memuat sanksi yang equivalen atau setara dengan kepentingan hukum yang dilanggar.
2 Aparat Penegak Hukum Kode Etik
Aparat penegak hukum adalah manusia yang akan menerapkan hukum Kode Etik anggota Pori dalam hal ini Provos Polri sebagai satuan fungsi yang
bertugas membantu Pimpinan untuk membina dan menegakkan Kode Etik serta memelihara tata tertib kehidupan anggota Polri serta Pimpinan Ankum atau
atasan yang berhak menghukum adalah atasan yang karena jabatannya diberi kewenangan menjatuhkan hukuman Kode Etik kepada bawahan yang
dipimpinnya. Faktor aparat dalam konteks penegakan hukum adalah sangat
90
Ibid
Universitas Sumatera Utara
penting, seorang ahli hukum Belanda yang sangat terkenal, Prof. Taverne
91
, berucap beri aku hakim yang baik, jaksa yang baik, serta polisi yang baik maka
dengan hukum yang buruk sekalipun akan memperoleh hasil yang lebih baik. Maka profil aparat yang dibutuhkan dalam rangka penegakan hukum Kode Etik
anggota Polri adalah :
92
a
Aparat yang menguasasi hukum.
b
Memiliki keterampilan teknis yuridis.
c
Berintegritas.
d
Profesional.
e
Bersih, memiliki komitmen pada keadilan, serta berani dan disipilin.
f
Bahwa aparat penegak hukum Kode Etik tersebut di atas perlu disokong oleh policy organisasi yang kondusif seperti : adanya program peningkatan
keahlian yang terus menerus, adanya sinkronisasi penugasan dengan keahlian sehingga dapat menjalankan wewenangnya secara tepat, tidak adanya
intervensi kekuasaan yang dapat mengganggu tugas yang sedang dilaksanakan, jaminan penghasilan yang memadai, serta tersedianya sistem
monitoring yang efektif untuk memantau setiap langkah pelaksanaan tugas.
3 Sarana dan Fasilitas.
Aspek yang tidak kalah pentingnya dalam penegakan hukum Kode Etik anggota Polri adalah aspek sarana dan fasilitas meliputi peralatan yang memadai,
keuangan yang cukup, apakah sarana dan fasilitas yang ada sudah sesuai dengan yang dibutuhkan dan masih dapat dipakai, apakah sarana yang ada telah
91
Ahmad Ali, Fungsi Mahkamah Agung dalam Praktek Sehari-Hari, 1998, Jakarta, Hal. xiv
92
Adhie G, Op.Cit., hal. 6
Universitas Sumatera Utara
digunakan secara efektif dan sarana apa yang perlu diadakan. Berkaitan dengan hal tersebut, maka sarana dan fasilitas yang perlu diadakan untuk proses
penegakan hukum Kode Etik anggota Polri adalah :
93
a
Alat transportasi dan alat komunikasi.
b
Alat deteksi.
c
Ruang kerja yang kondusif.
d
Peralatan administrasi yang memadai.
e
Komputer dan internet yang memiliki program dan jaringan luas.
6
Sarana pustaka hukum sebagai bahan referensi bagi para penyidik Provos.
7
Dana yang cukup seperti : a.
Terpenuhinya hak-hak anggota mulai dari gaji sampai dengan tunjangan jabatan atau pun fungsional.
b. Tidak adanya pembebanan finansial kepada para penegak hukum Kode
Etik anggota Polri. c.
Tersedianya anggaran yang cukup atau memadai mulai dari penyelidikan Provos, pemeriksaan, Provos sampai pada kegiatan penjatuhan hukuman
Kode Etik oleh Ankum.
4 Anggota Polri.
Anggota Polri sebagai objek dalam penegakan hukum Kode Etik adalah cukup mempengaruhi keberhasilan dari penegakan hukum Kode Etik anggota
Polri yang mempunyai tujuan untuk merniperbaiki dan mendidik anggota Polri
93
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
yang melakukan pelanggaran Kode Etik. Setiap kegiatan atau usaha yang bertujuan untuk menciptakan warga masyarakat termasuk anggota Polri untuk
mentaati peraturan atau hukum tidak menjamin akan menghasilkan kepatuhan masyarakat atau anggota Polri tehadap peraturan yang ada. Oleh karenanya dalam
rangka mewujudkan tegaknya hukum Kode Etik anggota Polri dapat dilakukan usaha atau kegiatan berupa :
94
a Penjatuhan hukuman Kode Etik haruslah setimpal dengan pelanggaran Kode
Etik yang dilakukan sehingga hukuman Kode Etik itu dapat diterima oleh rasa keadilan.
b Peningkatan pemahaman anggota Polri terhadap peraturan hukum Kode Etik
anggota Polri. c
Pemberian teladan ketaatan terhadap hukum. d
Pembinaan kesadaran hukum. e
Pembinaan tanggung jawab sosial sebagai warga negara. f
Tradisi penegakan hukum Kode Etik yang benar dan konsekuen untuk menghindari kekecewaan masyarakat.
7 Komitmen seluruh anggota Polri terhadap pembentukan Kode Etik nya dengan titik berat pada keberhasilan pelaksanaan tugas sesuai amanat dan
harapan warga masyarakat.
94
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Dengan demikian maka dalam rangka tegaknya hukum Kode Etik, diharapkan anggota Polri dapat berpartisipasi aktif dengan bentuk sikap dan
perilaku :
95
1
Taat terhadap peraturan dan perundang-undangan yang berlaku termasuk terhadap peraturan hukum Kode Etik anggota Polri.
2
Mentaati sumpah janji anggota Polri atau sumpah dan janji jabatan. 3
Melaksanakan tugas dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab. 4
Mampu memberi contoh dan menjadi teladan terhadap bawahan. 5
Tidak menyalahgunakan wewenang yang ada pada dirinya. 6
Mentaati ketentuan-ketentuan jam kerja. 7 Bertindak adil dan bijaksana terhadap bawahannya.
2. Indikator terwujudnya Profesionalitas Polri Dalam Menegakkan Peraturan Kode Etik Polri
Dengan demikian indikator keberhasilan atau tegaknya, Kode Etik anggota Polri kiranya sejalan dengan upaya mewujudkan beberapa kriteria yang
menjadi prasyarat bagi terwujudnya Profesionalitas di Internal Polri yaitu :
96
1
Tegaknya, Kode Etik anggota Polri yang merupakan perwujudan daripada transparansi dan akuntabilitas Polri terhadap masyarakat.
2
Meningkatnya kepercayaan masyarakat kepada institusi Polri berkat keberhasilan penegakan hukum Kode Etik anggota Polri juga merupakan
upaya mewujudkan transparansi dan akuntabilitas Polri terhadap masyarakat.
3
Memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat
95
Ibid., hal. 5
96
Ibid., hal. 7
Universitas Sumatera Utara
dengan sebaik-baiknya dan respon terhadap laporan atau pengaduan masyarakat merupakan upaya mewujudkan komitmen seluruh anggota Polri
untuk meberikan pelayanan kepada pelanggannya dalam hal ini masyarakat.
4
Melaksanakan tugas dengan penuh kesadaran dan rasa tanggung jawab, profesional, transparan, akuntabel dan tanpa diskriminasi serta bermitra
dengan masyarakat dan keterlibatan masyarakat dalam pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat merupakan upaya mewujudkan visi
Polri yang berwawasan ke depan dan terhapusnya praktek pelaksanaan tugas
Polri yang bersifat diskriminatif.
5
Mentaati peraturan perundang-undangan yang berlaku baik yang berhubungan dengan tugas kedinasan maupun yang berlaku secara umum
serta tidak adanya pungutan yang tidak sah dan tidak adanya budaya setoran merupakan upaya mewujudkan terciptanya sistem kelembagaan dan
pengelolaan organisasi Polri yang bersih, efisien, efektif, transparan, profesional dan akuntabel.
6
Tidak adanya atau paling tidak berkurangnya pungutan secara tidak sah dan tidak adanya budaya setoran ataupun pembebanan financial dari atasan
kepada bawahan merupakan upaya meniadakan praktek KKN di Internal Polri
7
Membimbing menjadi contoh teladan dan mendorong semangat bawahannya untuk meningkatkan prestasi kerja merupakan upaya
mewujudkan visi Polri yang berwawasan ke depan dan terciptanya sistem kelembagaan dan pengelolaan organisasi Polri yang bersih, efisien, efektif,
Universitas Sumatera Utara
transparan, profesional dan akuntabel. Dari uraian tentang kontribusi tegaknya Kode Etik anggota Polri akan
mewujudkan Profesionalitas di Internal Polri, maka ibarat bola salju yang memiliki multiple efek positif hal tersebut secara otomatis akan semakin
meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap Polri yang pada akhimya akan memantapkan citra Polri.
3. Kebijakan Polri Guna Mewujudkan Profesionalitas Polri
1
Memperpendek rantai birokrasi pelayanan berupa laporan atau pengaduan masyarakat sehingga mempercepat tindakan pelayanan di bidang
penyidikan penegakan hukum Kode Etik.
2
Peningkatan kualitas dan kuantitas personel Provos Polri dengan cara mengajukan usulan kepada Desumdaman KaPolri, dan melaksanakan
pelatihan melekat.
3
Meningkatkan pelaksanaan pengawasan intern dan ekstern dengan menindaklanjuti setiap permasalahan serta meningkatkan akses publik dan
akuntabilitas.
4
Melaksanakan koordinasi dengan kesatuan wilayah ataupun kesatuan fungsi untuk kesamaan faham dalam penegakan hukum Kode Etik anggota
Polri. 5 Mensosialisasikan peraturan Kode Etik anggota Polri kepada masyarakat
dalam rangka menurnbuhkan partisipasi aktif masyarakat balk dalam bentuk monitor dan mengawasi penegakan hukum Kode Etik anggota
Universitas Sumatera Utara
Polri maupun kepedulian dan keberanian melaporkan setiap adanya pelanggaran Kode Etik anggota Polri.
97
4. Implementasi Strategi. a. Program Jangka Pendek 1 Tahun .
98
1 Peningkatan kualitas Penyidik Provos
a
Menyusun rencana kegiatan pelatihan teknis pelaksanaan penyidikan perkara Pelanggaran Kode Etik, kegiatan rapat kerja teknis Internal Provos
dan kegiatan pelaksanaan supervise Internal Provos.
b
Melaksanakan kegiatan pelatihan teknis pelaksanaan Penyidikan perkara pelanggaran Kode Etik dengan materi pelatihan :
1
Pembuatan laporan pengaduan, teknik penyelidikan.
2
Teknik pemeriksaan saksi dan terperiksa.
3
Penerapan pasal, pembuatan resume dan pemberkasan perkara pelanggaran Kode Etik.
4
Pembuatan persangkaan dan tuntutan perkara pelanggaran Kode Etik.
5
KUH Pidana dan KUHAP.
6
Juklak dan Juknis penyidikan tindak pidana.
7 Peraturan Kapolri No.7 dan No.8 Tahun 2006 tentang Kode Etik Profesi
Polri.
c Melaksanakan kegiatan rapat kerja teknis internal Provos.
d Melaksanakan kegiatan Supervisi pengawasan internal Provos guna
97
Ibid
98
Wawancara dengan AKP. Y. Agus Sugito Kanit Paminal, tanggal 28 April 2011
Universitas Sumatera Utara
mengevaluasi sejauh mana implementasi hasil pelaksanaan pelatihan. e
Menyelenggarakan pendidikan kejuruan Provos 2 Meningkatkan kesadaran dan kepatuhan anggota Polri terhadap Kode Etik :
a
Konsistensi atau tindakan tegas terhadap anggota Polri yang melakukan pelanggaran
Kode Etik termasuk anggota Proves Polri
yang menyalahgunakan wewenang.
b
Membangun pemahaman dan kesamaan paham pelaksanaan penegakan hukum Kode Etik anggota Polri :
1
Menyusun rencana pelaksanaan sosialisasi tentang ketentuan hukum pelaksanaan penegakan hukum Kode Etik anggota Polri maupun arti
penting tegaknya Kode Etik bagi di organisasi masyarakat dan bangsa kepada para Pimpinan kesatuan Polri selaku Ankum dan kepada
anggota Polri secara keseluruhan.
2
Melaksanakan kegiatan Sosialisasi tentang Peraturan Kode Etik kepada para Pimpinan Kesatuan Polri selaku Ankum maupun kepada Anggota
Polri secara keseluruhan sehingga tidak terjadi lagi perbedaan persepsi yang berujung pada disharmonisasi hubungan kerja antar anggota
Provos Polri dengan anggota Polri lainnya maupun dengan antar satuan masingmasing selain itu tidak adanya intervensi dari pejabat Polri
tertentu dalam proses penegakan hukum Kode Etik anggota Polri. 3 Mengevaluasi sejauh mana terwujudnya pemahaman dan kesamaan
paham tentang Pelaksanaan Penegakan Hukum Kode Etik Anggota Polri lebih dari itu meningkatnya kesadaran dan kepatuhan anggota
Universitas Sumatera Utara
Polri terhadap Kode Etik. 3 Pengadaan dan pengelolaan sarana pendukung tugas penegakan Hukum Kode
Etik.
a
Mengajukan pengadaan sarana pendukung tugas penegakan hukum Kode Etik berupa kebutuhan anggaran riil pelaksanaan tugas penegakan hukum
Kode Etik, kebutuhan anggaran pengadaan Pustaka mini Hukum.
b
Mengelola anggaran pelaksanaan tugas penegakan hukum Kode Etik secara efektif dan efisien sesuai peruntukannya dengan prinsip tidak ada kegiatan
tanpa ada dukungan anggaran sehingga penegakkan hukun Kode Etik tanpa menimbulkan ekses terjadinya pungutan tidak sah.
1
Menyusun rencana pelaksanaan sosialisasi tentang ketentuan hukum pelaksanaan penegakan hukum Kode Etik anggota. Polri maupun arti
penting tegaknya Kode Etik bagi di organisasi masyarakat dan bangsa kepada para Pimpinan kesatuan Polri selaku Ankum dan kepada
anggota Polri secara keseluruhan.
2
Melaksanakan kegiatan Sosialisasi Kode etik Polri kepada para Pimpinan Kesatuan Polri selaku Ankum maupun kepada Anggota
Polri secara keseluruhan sehingga tidak terjadi lagi perbedaan persepsi yang berujurg pada dishamionisasi hubungan kerja antar anggota
Provos Polri dengan anggota Polri lainnya maupun dengan antar satuan masing-masing selain itu tidak adanya intervensi dari pejabat
Polri tertentu dalam proses penegakan hukum Kode Etik anggota Polri.
Universitas Sumatera Utara
3 Mengevaluasi sejauh mana terwujudnya pemahaman dan kesamaan paham tentang Pelaksanaan Penegakan Hukum Kode Etik Anggota
Polri lebih dari itu meningkatnya kesadaran dan kepatuhan anggota Polri terhadap Kode Etik
4 Membangun pemahaman masyarakat tentang pelaksanaan penegakkan hukum Kode Etik anggota Polri sebagai bentuk transparansi dan akuntabilitas kinerja
Polri kepada masyarakat.
a
Menyusun rencana pelaksanaan sosialisasi tentang ketentuan hukum pelaksanaan penegakkan hukum Kode Etik anggota Poiri kepada, kalangan
elit legislatif dan eksekutif maupun masyarakat umum sebagai stake holders Pihak yang berkepentingan Polri.
b
Menangani atau merespon setiap laporan pengaduan masyarakat yang dilakukan secara cepat, tepat dan transparan dengan menilai motivasi
pelapor tanpa merugikan anggota Polri sebagai terlapor serta menginformasikan perkembangan penyidikannya kepada pelapor sebagai
wujud pertanggung jawaban dan transparansi tugas Provos kepada masyarakat sekaligus menghindari terjadinya KKN.
c
Mengevaluasi sejau hmana terwujudnya pemahaman elit legislatif, eksekutif maupun masyarakat dengan harapan adanya kepercayaan
terhadap fungsi dari penegakkan hukum Kode Etik yang muaranya adalah tumbuhnya partisipasi aktif masyarakat sehingga Kode Etik anggota Polri
terus meningkat.
Universitas Sumatera Utara
b. Program Jangka Sedang 3 Tahun
Dilaksanakan secara paralel dengan pelaksanaan kegiatan pada program Jangka Pendek, dengan melaksanakan kegiatan sebagai berikut:
99
1 Membangun dan memelihara komitmen Pimpinan Polri untuk tegaknya Kode Etik, anggota Poiri.
a
Seluruh Pimpinan membangun komitmen yang kuat bersama-sama seluruh anggotanya melakukan dan sekaligus menjadi agen-agen perubahan yang
dimaksudkan adalah perubahan sikap perilaku yang menyimpang dari nilai-nilai paradigma baru Polri termasuk yang ada dalam peraturan Kode
Etik anggota Polri yang muaranya adalah keteladanan para Pimpinan Polri daiam mentaati peraturan Kode Etik anggota Polri.
b
Mengkoordinasikan kegiatan untuk menyusun produk tentang hubungan dan rata cara kerja HTCK pelaksanaan penegakan hukum Kode Etik
anggota Polri dengan kegiatan :
1
Membentuk kelompok kerja penyusun HTCK dengan melibatkan peran Pimpinan Satuan Polri selaku Ankum.
2
Menyelesaikan penyusuna produk HTCK.
3
Mensosialisasikan kepada seluruh satuan wilayah maupun satuan fungsi.
2 Melakukan kerja sama dengan Lembaga Kompolnas dalam rangka mempersiapkan dan mendukung peran Kompolnas tidak hanya sebatas
pemberi saran kepada Presiden tentang kinerja Polri, akan tetapi juga sebagai
99
Ibid., hal. 9
Universitas Sumatera Utara
kontrol sekaligus mitra bagi Polri dengan saling tukar informasi. 3 Memelihara dan meningkatkan hubungan kerja sama dengan media sehingga
dapat berperan sebagai kontrol bagi anggota Polri, untuk tetap berpartisipasi aktif secara proporsional dengan penyebaran informasi yang tidak tendensius
bahkan mengarah kepada fitnah dalarn penegakkan hukum Kode Etik anggota Polri.
4 Memelihara dan meningkatkan motivasidedikasi penegak hukum
Kode Etik
Provos dengan cara antara lain:
a Merubah mindset bahwa satuan fungsi Provos diawaki oleh anggota Polri
yang kurang berkompeten dengan menempatkan personel Polri yang berkualitas balk intelektual, integritas maupun moralnya.
b Mempertimbangkan waktu lama penugasan anggota Polri di komunitas
Provos untuk menghindari kejenuhan tugas pada satu tempat tertentu setidaknya 2-3 tahun.
c Melakukan penilaian terhadap kinerja anggota Provos untuk selanjutnya
dapat promosikan. d
Diberikan tunjangan fungsional penyidik bagi mereka yang bertugas sebagai penyidik dalam penegakkan hukum Kode Etik.
c. Program Jangka Panjang 5 Tahun
Dilaksanakan secara Paralel bersamaan dengan Pelaksanaan kegiatan pada program Jangka Pendek dan Jangka Sedang, dengan melaksanakan kegiatan
sebagai berikut :
100
100
Ibid
Universitas Sumatera Utara
1 Perbaikan atau merevisi aturan hukum kode etik 2 Mengimplementasikan nilai-nilai paradigma baru Polri sebagai polisi yang
berwatak sipil dan nilai-nilai reformasi Polri dalam proses penegakkan hukum Kode Etik anggota Polri seperti
a
Dalam melakukan penyidikan pelanggaran Kode Etik hendaknya didasarkan pada keunggulan yang berorientasi prestasi, dedikasi
maupun kejujuran bukan karena kepentingan pribadi ataupun golongan.
b
Dalam penyidikan sampai dengan penjatuhan sanksi hukuman Kode Etik didasari oleh komitmen menjunjung tinggi nilai-nilai etik dan
moral. c Pelaksanaan penyidikan pelanggaran Kode Etik sampai dengan
penjatuhan hukuman Kode Etik harus dapat dipertanggung jawabkan, transparan, tidak diskriminuatif dan berkelanjutan yang berorientasi
pada menitikberatkan secara terus-menerus Kode Etik anggota Polri. 3 Membangun dan memelihara hubungan kerja sama dengan pihak kontrol
eksternal lainnya seperti DPR, Komnasham maupun BPK dengan maksud saling bertukar informasi secara proporsional dalam kaitan peningkatan
penegakan hukum Kode Etik anggota Polri. Untuk mencapai pencitraan Brand Polri yang profesional, bermoral dan
modern dalam pelaksanaan tugas pokoknya maka Polri harus memposisikan diri
positioning sebagai Polisi dengan paradigma barunya yaitu Polisi berwatak sipil
yang disiplin serta terwujudnya profesionalitas di Internal Polri. Maka yang pertama, dengan paradigma baru Polri sebagai Polisi berwatak sipil yang disiplin
Universitas Sumatera Utara
serta penerapan kode etik yang benar di Internal Polri tersebut selanjutnya di publikasikan kepada masyarakat agar tercipta persepsi positif sehingga
masyarakat turut berpartisipasi aktif dalam mewujudkan tegaknya hukum Kode Etik anggota Polri.
Dengan posisi demikian Polri harus bisa mencerminkan keunggulan kompetitif dibandingkan organisasi yang lain. Untuk mencapai posisi tersebut
harus ditopang oleh kemampuan menegakan peraturan di lingkungan internalnya yaitu hukum Kode Etik anggota Polri. Sebagai contohnya dilakukan dengan cara-
cara transparan, akuntabel, integritas, tidak diskriminatif dan berkelanjutan serta dengan melibatkan masyarakat dalam penegakan hukum Kode Etik anggota Polri
sebagai kontrol. Polri memposisikan dirinya sebagai Polisi yang Disiplin dan beretika
serta terwujudnya profesionalitas di Internal Polri adalah merupakan suatu janji Polri kepada masyarakat sebagai pelanggan yang tentunya sesuai dengan tuntutan
dan perkembangan masyarakat dewasa ini dan diharapkan Pori dapat memenuhi tuntutan sesuai harapan masyarakat tersebut Public Expectation sehingga
masyarakat pun dan citra Polri semakin mantap yang pada akhirnya akan berpartisipasi aktif dalam pelaksanaan tugas Polri.
Apabila proses tersebut berjalan mulus secara terus-menerus maka akan semakin memperkokoh citra Polri yang profesional, bermoral, modern dan
dipercaya masyarakat demikian seterusnya.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN