b. Prinsip-Prinsip Dasar Good Corporate governance
Dalam keputusan Menteri BUMN No. Kep-117M-MBU2002 tentang penerapan GCG juga dijabarkan tentang prinsip-prinsip yang dirumuskan oleh
OECD sebagai berikut : 1. Transparansi, yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan
keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan relevan mengenail perusahaan.
2. Kemandirian, yaitu suatu keadaan di mana perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh atau tekanan dari
pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.
3. Akuntanbilitas, yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggung jawaban organ sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif
4. Pertanggungjawaban, yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan prinsip-
prinsip korporat. 5. Kewajaran, yaitu keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak-hak
stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
3. Rasio Kecukupan Modal Capital Adequacy Ratio = CAR
Rasio permodalan sering disebut juga rasio-rasio solvabilitas atau Capital Adequacy Ratio.
Analisis solvabilitas digunakan untuk: 1 ukuran kemampuan bank tersebut untuk menyerap kerugian-kerugian yang tidak dapat dihindarkan, 2
sumber dana yang diperlukan untuk membiayai kegiatan usahanya sampai batas tertentu, karena sumber-sumber dana dapat juga berasal dari hutang penjualan aset
yang tidak dipakai dan lain-lain, 3 alat pengukuran besar kecilnya kekayaan bank tersebut yang dimiliki oleh para pemegang sahamnya, dan 4 dengan modal
yang mencukupi, memungkinkan manajemen bank yang bersangkutan untuk bekerja
dengan efisiensi yang tinggi, seperti yang dikehendaki oleh para pemilik modal pada bank tersebut. Pada rasio permodalan, dapat diukur antara lain: capital adequacy
Universitas Sumatera Utara
ratio yang merupakan indikator utama pengukuran kesehatan bank untuk melihat
kinerja keuangan bank secara keseluruhan. .
Seperti yang telah diuraikan pada paragraf di atas, penggunaan modal bank dimaksudkan untuk memenuhi segala kebutuhan guna menunjang kegiatan
operasi bank. Jumlah modal bank dianggap tidak mencukupi apabila tidak memenuhi maksud-maksud tersebut. Namun, dalam praktiknya, menetapkan
berapa besarnya jumlah wajar kebutuhan modal suatu bank adalah tugas yang cukup kompleks. Modal merupakan faktor penting dalam upaya mengembangkan
usaha bank. Hal ini mengingat bahwa modal juga dibutuhkan dalam rangka pengembangan usaha yang sehat dan dapat menampung risiko kerugian.
Menurut Muljono 2002 : 236, “Secara populer modal dapatlah didefinisikan sebagai sejumlah dana yang ditanamkan ke dalam suatu perusahaan
oleh para pemiliknya untuk pembentukan suatu badan usaha dan dalam perkembangannya modal tersebut dapat susut karena kerugian ataupun
berkembang karena keuntungan-keuntungan yang diperolehnya.” Sedangkan fungsi modal menurutnya adalah:
a. Sebagai ukuran kemampuan bank tersebut untuk menyerap kerugian- kerugian yang tidak dapat dihindarkan,
b. Sebagai sumber dana yang diperlukan untuk membiayai kegiatan usahanya sampai batas-batas tertentu, karena sumber-sumber dana dapat juga berasal
dari utang penjualan aset yang tidak terpakai dan lain-lain, c. Sebagai alat pengukur besar kecilnya kekayaan yang dimiliki oleh para
pemegang saham, dan d. Dengan modal yang mencukupi memungkinkan bagi manajemen bank
yang bersangkutan untuk bekerja dengan efisiensi yang tinggi, seperti yang dikehendaki oleh para pemilik modal pada bank tersebut
Modal terbagi atas:
Universitas Sumatera Utara
1. Modal inti, yang terdiri dari modal disetor, modal sumbangan, cadangan-cadangan yang dibentuk dari laba setelah pajak, dan
laba yang diperoleh setelah diperhitungkan pajak, dan 2. Modal pelengkap, yang terdiri dari cadangan-cadangan yang
dibentuk tidak berasal dari laba, modal pinjaman, dan pinjaman subordinasi.
Besar kecilnya kecukupan modal sebuah bank menurut Abdullah 2005 : 67 dipengaruhi oleh:
1. Tingkat kualitas manajemen bank, 2. Tingkat likuiditas yang dimilikinya,
3. Tingkat kualitas dari aset, 4. Struktur deposito,
5. Tingkat kualitas dari sistem dan prosedurnya, 6. Tingkat kualitas dan karakter para pemilik saham,
7. Kapasitas untuk memenuhi kebutuhan keuangan jangka pendek
maupun jangka panjang, dan 8. Riwayat pemupukan modal dan peraturan pembagian laba yang
diperolehnya.
Menurut Abdullah 2005 : 60, Capital Adequacy Ratio CAR merupakan rasio yang membandingkan antara jumlah modal bank dengan seluruh
aktiva yang dimiliki. Melalui rasio ini akan diketahui kemampuan menyanggah aktiva bank terutama kredit yang disalurkan dengan sejumlah
modal bank. Semakin tinggi rasio ini semakin besar daya tahan bank dalam menghadapi penyusutan nilai harta bank yang timbul karena adanya
harta yang bermasalah.
Bank Indonesia sebagai otoritas moneter menetapkan ketentuan mengenai kewajiban penyediaan modal minimum yang harus selalu dipertahankan setiap
bank. Ketentuan pemenuhan permodalan minimum bank yang disebut juga Capital Adequacy Ratio
CAR. Bank dapat mengetahui berapa modal minimal
Universitas Sumatera Utara
yang harus dicapai bank bila bank memiliki sejumlah aktiva tertimbang menurut risiko Risk Weighted Assets melalui tingkat CAR. Namun sebenarnya penurunan
angka CAR bank bukanlah suatu masalah sepanjang masih memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank of Internasional Settlements BIS, yakni minimal
sebesar delapan persen dan berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No.512PBI2003 tentang kewajiban penyediaan modal minimum bank umum
dengan memperhitungkan risiko pasar, bank harus menyediakan modal minimum sebesar 8 dari aktiva tertimbang menurut risiko.
4. Kelembagaan Perbankan