BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian
1. Data Penelitian
Objek penelitian ini adalah Bank Umum Nasional yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2001 sampai 2006. Pada tanggal 30 November 2007
BEJ Bursa Efek Jakarta dan BES Bursa Efek Surabaya resmi berganti nama menjadi Bursa Efek Indonesia BEI. Oleh karena peneliti mendapatkan data dari
situs resmi Bursa Efek Jakarta yang telah berganti nama menjadi Bursa Efek Indonesia, maka peneliti mencantumkan situs resmi yang telah berganti nama
tersebut sebagai tempat memperoleh data. Setelah dilakukan pemilihan sampel purposive sampling
maka diperoleh 10 bank. Berikut daftar bank yang menjadi sampel:
Tabel 4.1 Daftar Sampel Bank-bank Umum Nasional
NO KODE
NAMA EMITEN TANGGAL
BERDIRI TANGGAL
LISTING
1 BBCA
Bank Central Asia Tbk. 10 Agustus 1955
31 Mei 2000 2
BDMN Bank Danamon Tbk.
16 Juli 1956 6 Desember 1989
3 BNII
Bank Internasional Indonesia Tbk. 15 Mei 1959
21 November 1989 4
LPBN Bank Lippo Tbk.
11 Maret 1948 10 November 1989
5 BMRI
Bank Mandiri Tbk. 2 Oktober 1998
14 Juli 2003 6
MEGA Bank Mega Tbk.
15 April 1969 17 April 2000
7 BBNI
Bank Negara Indonesia Tbk. 5 Juli 1946
25 November 1996 8
BNGA Bank Niaga Tbk.
26 September 1955 29 November 1989
9 NISP
Bank NISP Tbk. 4 April 1941
20 Oktober 1994 10
BNLI Bank Permata Tbk.
17 Desember 1954 15 Januari 1990
Sumber: situs www.bei.co.id
Universitas Sumatera Utara
Setelah melakukan tabulasi data, peneliti memaparkan dalam bentuk tabel rasio keuangan dari aspek permodalan bank untuk sampel dari tahun sebelum
penerapan GCG yaitu 2001 sampai tahun 2003 dengan tujuan melihat perbandingan rata-rata rasio keuangan tertinggi dan terendah setiap bank selama
tiga tahun berturut-turut. Hal yang menjadi perhatian yaitu penetapan tahun 2003 sebagai titik pisah
cut off data dimana, hal ini disebabkan karena adanya surat keputusan menteri BUMN pada tahun 2002 tentang penerapan GCG pada BUMN di Indonesia.
Berikut ini dipaparkan data variabel penelitian sekaligus tabulasi rata-rata yang menjadi analisis sebelum penerapan GCG dalam penelitian ini:
Tabel 4.2 Rasio Keuangan CAR tahun 2001-2003
Sebelum Penerapan Good Corporate Governance
No Nama Emiten
2001 2002
2003 1
Bank Central Asia 32,60
32,20 28,70
2 Bank Danamon
35,00 25,00
26,80 3
Bank Internasional Indonesia -47,00
33,00 22,00
4 Bank Lippo
23,00 21,00
16,70 5
Bank Mandiri 26,40
23,40 27,70
6 Bank Mega
9,00 13,00
14,00 7
Bank Negara Indonesia 14,20
15,90 18,20
8 Bank Niaga
16,00 12,00
11,60 9
Bank NISP 9,00
12,00 13,80
10 Bank Permata
8,00 10,00
10,80 Sumber : Data Sekunder yang selanjutnya dikelola oleh peneliti
Tabel di atas menunjukkan rasio keuangan aspek permodalan CAR setiap bank selama tahun 2001 sampai dengan 2003, yaitu tahun sebelum dilakukannya
penerapan GCG secara konsisten dan menyeluruh pada setiap aspek perbankan. Pada tahun 2003, Bank Danamon terlihat memiliki CAR tertinggi sebesar 35
dengan acuan CAR standar yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan Bank of
Universitas Sumatera Utara
International Settlements BIS yaitu sebesar 8. Angka 35 menunjuk jauh di
atas standar yang telah ditetapkan. Namun, pada tahun 2002 dan 2003, Bank Danamon mengalami gejala penurunan setiap tahunnya. Gejala ini bisa saja terjadi
dikarenakan komponen-komponen yang mempengaruhi CAR antara lain dipengaruhi oleh :
1. Tingkat kualitas manajemen bank, 2. Tingkat likuiditas yang dimilikinya,
3. Tingkat kualitas dari aset, 4. Struktur deposito,
5. Tingkat kualitas dari sistem dan prosedurnya, 6. Tingkat kualitas dan karakter para pemilik saham,
7. Kapasitas untuk memenuhi kebutuhan keuangan jangka pendek
maupun jangka panjang, dan 8. Riwayat pemupukan modal dan peraturan pembagian laba yang
diperolehnya.
Apabila melihat skema terurut di atas, GCG juga turut bekerja untuk mempengaruhi CAR bank Danamon, khususnya mempengaruhi kualitas
manajemen bank.. Pada tahun 2001-2003, bendera GCG belum berdiri di Bank Danamon. Bank Central Asia juga mengalami gejala yang sama dengan Bank
Danamon. Pada tahun 2001 memiliki CAR sebesar 32.60, tahun 2002 mengalami penurunan menjadi 32.20, dan pada tahun 2003, kembali mengalami
penurunan menjadi 28.7. Bank Internasional Indonesia BII memiliki CAR terendah pada tahun
2001, jauh di bawah standar yang telah ditetapkan Bank Indonesia BI dan Bank of Internasional Settlements
BIS, yaitu sebesar 47. Selama tiga tahun berturut-turut, 2001-2003, BII secara perlahan membenahi kinerja keuangan
sehingga pada tahun 2002, BII membuktikan diri dengan memiliki CAR sebesar
Universitas Sumatera Utara
33 dan pada tahun 2003, BII mengalami penurunan CAR menjadi 22. Peningkatan CAR pada tahun 2003, tidak bisa dijadikan acuan untuk menentukan
bahwa kinerja keuangan BII membaik, karena kinerja keuangan tidak hanya ditentukan oleh solvabilitas saja, melainkan dilihat juga profitabilitas dan
rentabilitas bank tersebut. Tahun 2003 merupakan tahun di mana penerapan GCG belum dilakukan.
Tahun 2002, surat keputusan menteri BUMN tentang penerapan GCG, namun, sosialisasi tentang penerapan GCG baru dimulai pada perbankan pada tahun 2003,
sehingga peneliti menjadikan 2003 sebagai titik pisah data untuk tahun sebelum penerapan GCG.
Berikut ini merupakan pemaparan data CAR sebagai variabel penelitian dari tahun 2004 sampai tahun 2006 merupakan tahun yang dijadikan titik ukur
penerapan GCG pada perbankan sampel. yang menjadi analisis setelah penerapan GCG dalam penelitian ini :
Tabel 4.3 Rasio Keuangan CAR tahun 2004-2006
Sesudah Penerapan Good Corporate Governance
No Nama Emiten
2004 2005
2006 1
Bank Central Asia 24,30
21,66 22,21
2 Bank Danamon
27,00 23,48
22,33 3
Bank Internasional Indonesia 20,89
22,41 24,08
4 Bank Lippo
20,87 21,38
26,78 5
Bank Mandiri 25,28
23,65 25,30
6 Bank Mega
13,53 11,13
15,92 7
Bank Negara Indonesia 17,92
16,67 15,95
8 Bank Niaga
10,43 17,31
17,45 9
Bank NISP 15,11
19,95 17,13
10 Bank Permata
11,44 9,90
14,80 Sumber : Data Sekunder yang selanjutnya dikelola oleh peneliti
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan data pada tabel 4.2 di atas, maka dapat dilihat bahwa rata-rata variabel penelitian cukup merata. Hal ini berarti, tidak begitu terlihat CAR yang
paling menonjol. Variabel penelitian CAR tertinggi pada tahun 2004, dimiliki oleh Bank Danamon yaitu sebesar 27. Namun, seperti terlihat pada tabel 4.2 di
atas, GCG tidak begitu menunjukkan perbaikan dari segi kinerja keuangan pada Bank Danamon. Hal ini terlihat karena pada tahun 2005 dan 2006, bank Danamon
kembali mengulangi gejala yang sama seperti tahun 2002 dan 2003. CAR yang dimiliki bank Danamon pada tahun 2005 mengalami penurunan menjadi 23.48
dan pada tahun 2006 kembali mengalami penurunan menjadi 22.33. Walaupun masih berada jauh di atas CAR minimun standar yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia maupun Bank of Internasional Settlements BIS yaitu sebesar 8. Gejala naik turun CAR, namun masih dalam tingkat aman, menunjukkan bahwa
modal yang tersedia di bank tersebut masih mampu untuk menutupi resiko-resiko yang melekat pada aktivitas operasional bank tersebut.
Pada tahun 2005, Bank Central Asia BCA mengalami keunggulan dari segi aspek permodalan. Secara berturut-turut, pada tahun 2005 dan 2006, BCA
memiliki CAR yang mengalami perubahan yang statis. Berdasarkan data pada tabel 4.2 di atas, dapat juga diperhatikan bahwa
pada tahun 2001 Bank Permata memiliki CAR paling rendah jika dibandingkan dengan bank sampel lainnya yaitu sebesar 11.44. Walaupun, pada tahun 2001-
2003, Bank Permata secara perlahan memupuk CAR seperti terlihat pada tabel 4.1. Pada tahun 2005, Bank Permata mengalami penurunan CAR menjadi 9.9
yang sedikit mendekati angka standar yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan
Universitas Sumatera Utara
BIS. Gejala penurunan CAR ini tidak dapat dijelaskan secara eksplisit karena peneliti tidak memaparkan rasio keuangan perbankan lainnya dalam penelitian ini
dengan alasan penulis lebih melihat CAR, karena CAR merupakan rasio dari aspek permodalan sebagai indikator utama dalam penilaian kesehatan bank dalam
artian mencakup kinerja keuangan bank. Tahun 2006, tingkat CAR pada Bank Permata kembali mengalami peningkatan yang cukup berarti jika dibandingkan
dari tahun 2004 dan tahun 2005 yaitu menjadi 14,8 yang merupakan perkembangan yang baik dilihat dari aspek permodalan, namun, tidak bisa
dijadikan acuan untuk menjadikan bank tersebut dalam kategori sehat ataupun memiliki kinerja keuangan yang baik.
Setelah melihat CAR pada masing-masing bank sampel pada tahun 2001- 2003 tahun sebelum penerapan GCG dan tahun 2004-2006 tahun sesudah
penerapan GCG, untuk melihat lebih jelas ada atau tidaknya perubahan CAR, maka, penulis melakukan tabulasi CAR rata-rata yang dipaparkan penulis dalam
bentuk tabel sebagai berikut :
Tabel 4.4 Rata-Rata CAR Sebelum dan Sesudah Penerapan GCG
No Nama Emiten
CAR rata-rata sebelum GCG
CAR rata-rata sesudah GCG
1 Bank Central Asia
31,16 22,72
2 Bank Danamon
28,95 24,27
3 Bank Internasional Indonesia
2,67 22,46
4 Bank Lippo
20,22 23,01
5 Bank Mandiri
25,85 24,74
6 Bank Mega
12,00 13,53
7 Bank Negara Indonesia
16,10 16,85
8 Bank Niaga
13,19 15,06
9 Bank NISP
11,59 17,40
10 Bank Permata
9,60 12,05
Sumber : Data Sekunder yang selanjutnya dikelola oleh peneliti
Universitas Sumatera Utara
Tabel di atas menunjukkan rata-rata CAR masing-masing bank sebelum penerapan GCG periode tahun 2001-2003 dan sesudah penerapan GCG periode
tahun 2004-2006. Beberapa bank menunjukkan peningkatan rata-rata CAR yang cukup signifikan setelah penerapan GCG. Namun, sebaliknya, beberapa bank juga
mengalami penurunan CAR setelah penerapan GCG. Seperti Bank Central Asia yang mengalami penurunan CAR rata-rata, dimana CAR sebelum penerapan GCG
sebesar 31.16, sedangkan CAR sesudah GCG menurun drastis menjadi 22.72 Hal ini terjadi karena jika dibandingkan dengan CAR per tahunnya, Bank Central
Asia memang mengalami penurunan CAR, sebagai contoh pada tahun 2003 Bank Central Asia memiliki CAR sebesar 28.65 dan pada tahun 2004, setelah
menerapkan GCG menurun menjadi 24.30. Walaupun CAR bank tersebut di atas 8, yang berarti seluruh bank-bank di atas telah memenuhi kewajiban modal
minimum yang telah disyaratkan Bank Indonesia dan BIS yaitu minimal 8 , namun, hal ini belum bisa menjadi indikator adanya perbaikan kinerja setelah
penerapan GCG. Bank Danamon juga mengalami hal yang sama dengan Bank Central Asia.
Keadaan CAR yang mengalami penurunan yaitu sebelum penerapan GCG, Bank ini memiliki CAR rata-rata sebesar 28.95, sedangkan CAR rata-rata sesudah
penerapan GCG dinyatakan sebesar 24.72. Penurunan yang juga bersifat drastis walaupun masih berada dalam angka standar yang ditetapkan oleh Bank Indonesia
dan BIS. Keadaan yang masih sama juga terhadap posisi CAR Bank Mandiri rata- rata sebelum dan sesudah penerapan GCG. Bank Mandiri merupakan salah satu
bank nasional yang berstatus Badan Hukum Milik Negara BHMN. CAR rata-
Universitas Sumatera Utara
rata sebelum penerapan GCG yang dimiliki Bank Mandiri sebesar 25.85 sedangkan CAR rata-rata sesudah penerapan GCG sebesar 24.74. Penurunan
yang dialami tidak terlalu merosot seperti Bank Central Asia dan Bank Danamon. Walaupun begitu, hal ini tetap saja menjadi sebuah tinjauan ulang mengapa untuk
bank yang berstatus BHMN namun mengalami penurunan CAR setelah penerapan GCG.
Bank Central Asia, Bank Danamon, Bank Mandiri merupakan contoh kasus bank yang mengalami penurunan CAR rata-rata setelah penerapan GCG.
Bank-bank lainnya mengalami peningkatan CAR rata-rata setelah penerapan GCG. Bank Internasional Indonesia BII mengalami peningkatan CAR rata-rata
yang cukup pesat. CAR rata-rata sebelum GCG yang dimiliki oleh BII yaitu 2.67 berada jauh di bawah angka standar CAR minimum yang ditetapkan oleh
Bank Indonesia dan BIS. Namun, CAR sesudah penerapan GCG meningkat menjadi 22.46. Perbedaan CAR rata-rata ini menunjukkan adanya salah satu
gejala perbaikan kinerja keuangan setelah penerapan GCG yang konsisten dan menyeluruh, bahkan pada tahun 2006, BII memiliki CAR sebesar 24.08. Angka
tersebut merupakan angka yang cukup baik, berada cukup jauh di atas angka standar Bank Indonesia dan BIS. Bank Permata juga mengalami kondisi yang
tidak jauh berbeda dengan BII. Walaupun CAR rata-rata yang dimiliki oleh Bank Permata sebelum penerapan GCG tidak berada di bawah angka standar 8,
namun, masih berada tidak jauh di atas 8 yaitu sebesar 9.6. Seiring, penerapan GCG, Bank Permata terus mengadakan perbaikan kinerja keuangan sehingga
Universitas Sumatera Utara
mempengaruhi aspek permodalam pada bank tersebut terlihat dari CAR rata-rata GCG yang perlahan mengalami peningkatan sebesar 12.05.
Bank NISP merupakan bank swasta nasional asing yang mampu menunjukkan perbaikan kinerja keuangan setelah penerapan GCG dimana, CAR
rata-rata sebelum penerapan GCG sebesar 11.59 mengalami peningkatan menjadi 17.40. Tahun 2005 dinyatakan sebagai tahun peningkatan CAR yang
cukup memuaskan yaitu sebesar 19.95, namun, mengalami penurunan CAR pada tahun 2006 menjadi 17.13. Hal ini bukan merupakan hal yang terlalu
mengecewakan karena grafik CAR yang dimiliki oleh Bank NISP dari tahun ke tahun t2001-2006 menunjukkan garis yang cukup baik. Bank Niaga juga
mengalami perbaikan kinerja keuangan secara perlahan setelah penerapan GCG. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan CAR sebelum GCG yaitu sebesar
13.19 menjadi 15.06 setelah penerapan GCG. Pada Januari 2008, bukan merupakan sesuatu yang mengherankan jika Bank Niaga berhasil menduduki
peringkat kedua pada peringkat 10 perusahaan publik terbaik dalam penerapan GCG versi investor dengan total 87.90 yang memiliki predikat sangat
terpercaya. Bank Mega dan Lippobank merupakan bank swasta nasional asing yang
memiliki perkembangan CAR rata-rata sebelum dan sesudah penerapan GCG yang tidak begitu signifikan. Hal ini terlihat dari posisi CAR rata-rata yang
dimiliki oleh Bank Mega sebelum penerapan GCG yaitu sebesar 0.12 dan setelah penerapan GCG mengalami peningkatan sebesar 1.53 menjadi 13.53. Tidak
jauh berbeda dengan Lippobank yang memiliki CAR rata-rata sebelum penerapan
Universitas Sumatera Utara
GCG sebesar 20.22 dan CAR rata-rata setelah penerapan GCG meningkat menjadi 23.01. Walaupun, kedua bank tersebut tidak mengalami peningkatan
CAR yang cukup signifikan, namun, hal ini belum tentu menentukan bahwa kinerja keuangan pada kedua bank tersebut tidak jauh berbeda antara sebelum dan
sesudah GCG. Hal tersebut masih perlu pengujian ataupun pembuktian dengan uji analisis statisitik.
2. Statistik Deskriptif