BAB 5 PEMBAHASAN
Penelitian ini merupakan studi deskriptif untuk mengumpulkan data-data tentang pola asupan nutrisi akibat kehilangan sebagian gigi pada masyarakat yang
tidak dan menggunakan GTSL di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal berdasarkan daerah dan jumlah gigi yang hilang. Studi analitik yang
dilakukan bertujuan untuk mengamati hubungan antara karakteristik masyarakat berdasarkan daerah dan jumlah gigi yang hilang dengan pola asupan nutrisi secara
keseluruhan, kesulitan saat mengunyah, terbatasnya pilihan makanan, kesulitan memakan makanan tertentu, kesulitan memakan makanan yang mengandung
karbohidrat, kesulitan memakan makanan yang mengandung protein, kesulitan memakan makanan yang mengandung lemak, kesulitan memakan makanan yang
mengandung vitamin A, vitamin B, vitamin C, vitamin D, vitamin E, dan vitamin K, serta kesulitan memakan makanan yang mengandung mineral.
5.1 Karakteristik Masyarakat yang Kehilangan Sebagian Gigi yang Tidak Menggunakan Gigitiruan Sebagian Lepasan di Kelurahan
Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal
Pada penelitian ini, kelompok usia yang paling banyak tidak menggunakan GTSL terdapat pada kelompok usia di atas 60 tahun, berjenis kelamin laki-laki, dan
tingkat pendidikan SD. Dari hasil penelitian, sampel pada kelompok usia di atas 60 tahun dan berjenis kelamin laki-laki lebih banyak karena kemungkinan kurang
mementingkan estetis. Sampel dengan pendidikan akhir SD lebih banyak kemungkinan disebabkan jumlah sampel dengan pendidikan akhir SD kurang
memiliki pengetahuan dan kepedulian terhadap kesehatan gigi dibandingkan sampel dengan tingkat pendidikan akhir perguruan tinggi, SMA dan SMP.
2,21
Berdasarkan keadaan gigi geligi, jumlah sampel terbanyak adalah pada karakteristik jumlah gigi
yang hilang lebih dari 10 gigi, dengan daerah gigi yang hilang pada daerah anterior dan posterior. Hal ini disebabkan karena sampel yang didapat lebih banyak pada usia
di atas 60 tahun yang mengalami banyak kehilangan gigi di anterior dan posterior dan kurang mementingkan estetis.
5.2 Karakteristik Masyarakat yang Kehilangan Sebagian Gigi yang Menggunakan Gigitiruan Sebagian Lepasan di Kelurahan Tanjung
Rejo Kecamatan Medan Sunggal
Pada penelitian ini, kelompok usia yang paling banyak menggunakan GTSL terdapat pada kelompok usia 20-39 tahun, berjenis kelamin perempuan, dan tingkat
pendidikan SMA. Dari hasil penelitian, sampel pada kelompok usia 20-39 tahun dan yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak kemungkinan masih mencari estetis.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Baran yang melaporkan bahwa pemakai GTSL lebih banyak berjenis kelamin perempuan.
21
Sampel dengan pendidikan akhir SMA lebih banyak kemungkinan disebabkan jumlah sampel dengan pendidikan akhir
SMA memiliki pengetahuan dan kepedulian terhadap kesehatan gigi dibandingkan sampel dengan tingkat pendidikan akhir SMP dan SD. Berdasarkan keadaan gigi
geligi, jumlah sampel terbanyak adalah pada kelompok anterior dan anterior posterior dengan masing masing jumlah gigi yang hilang 1-6 gigi. Hal ini disebabkan karena
sampel yang didapat lebih banyak pada usia 20-39 tahun yang mengalami sedikit kehilangan gigi dan masih mementingkan estetis. Pada kelompok daerah kehilangan
gigi di anterior, hal ini sesuai dengan penelitian Shilgi dkk yang melaporkan pemakai GTSL yang paling banyak adalah sampel dengan kehilangan gigi pada daerah
anterior.
27
Namun berdasarkan jumlah kehilangan gigi, hasil ini tidak sesuai dengan penelitian Knezovic-Zlataric yang melaporkan pemakai GTSl yang paling banyak
adalah sampel dengan kehilangan lebih dari 10 gigi.
29
5.3 Pola Asupan Nutrisi Akibat Kehilangan Sebagian Gigi pada Masyarakat yang Tidak Menggunakan Gigitiruan Sebagian Lepasan
di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Berdasarkan Daerah dan Jumlah Gigi yang Hilang
5.3.1 Pola Asupan Nutrisi Akibat Kehilangan Sebagian Gigi pada
Masyarakat yang Tidak Menggunakan Gigitiruan Sebagian Lepasan di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal
Berdasarkan Daerah Anterior dan Jumlah Gigi yang Hilang
Masyarakat tidak merasakan perubahan pola asupan nutrisi secara keseluruhan, kesulitan saat mengunyah, keterbatasan pemilihan makanan, kesulitan
memakan makanan yang mengandung karbohidrat, lemak, vitamin A, vitamin B, vitamin C, vitamin D, vitamin K, dan mineral. Kesulitan memakan makanan tertentu
dirasakan masyarakat pada semua kelompok dengan jumlah gigi yang hilang 1-5 gigi, 6-10 gigi, dan lebih dari 10 gigi. Kesulitan memakan yang mengandung protein
dirasakan masyarakat pada kelompok dengan jumlah gigi yang hilang 6-10 gigi dan lebih dari 10 gigi. Kesulitan memakan yang mengandung vitamin E dirasakan
masyarakat pada kelompok dengan jumlah gigi yang hilang 1-5 gigi dan lebih dari 10 gigi. Berdasarkan wawancara yang dilakukan tidak terdapat penurunan kemampuan
pengunyahan dan pemilihan makanan pada sampel yang telah mengalami kehilangan gigi pada daerah anterior. Individu tidak merasakan kesulitan saat mengunyah jika
mengalami kehilangan gigi pada daerah anterior.
8-9
Kesulitan memakan makanan yang mengandung protein dan vitamin E dirasakan oleh individu yang telah
mengalami kehilangan gigi disebabkan jenis makanan tersebut konsistensinya yang keras, oleh karena masyarakat yang mengalami kehilangan gigi lebih cenderung
memilih makanan yang mudah dikunyah. Hal ini sesuai dengan penelitian Hung dkk bahwa individu yang telah mengalami kehilangan gigi cenderung memakan makanan
yang mudah dikunyah.
8
Uji Chi-Square menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan p 0,05 antara daerah dan jumlah gigi yang hilang dengan perubahan
pola asupan nutrisi secara keseluruhan.
5.3.2 Pola Asupan Nutrisi Akibat Kehilangan Sebagian Gigi pada Masyarakat yang Tidak Menggunakan Gigitiruan Sebagian
Lepasan di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Berdasarkan Daerah Posterior dan Jumlah Gigi yang Hilang
Masyarakat yang merasakan perubahan pola asupan nutrisi secara keseluruhan, kesulitan saat mengunyah, pilihan makanan terbatas, kesulitan memakan
makanan yang mengandung karbohidrat, protein, lemak, dan vitamin E paling tinggi pada kelompok dengan jumlah gigi yang hilang lebih dari 10 gigi dan pada kelompok
dengan jumlah gigi yang hilang 6-10 gigi. Kesulitan memakan makanan tertentu dan mineral paling tinggi dirasakan masyarakat pada kelompok dengan jumlah gigi yang
hilang lebih dari 10 gigi dan pada kelompok dengan jumlah gigi yang hilang 1-5 gigi dan 6-10 gigi. Kesulitan memakan makanan yang mengandung vitamin A, vitamin B,
dan vitamin K hanya dirasakan masyarakat pada kelompok dengan jumlah gigi yang hilang lebih dari 10 gigi. Kesulitan memakan makanan yang mengandung vitamin C
dan vitamin D hanya dirasakan masyarakat pada kelompok dengan jumlah gigi yang hilang lebih dari 10 gigi. Berdasarkan wawancara yang dilakukan terdapat penurunan
kemampuan pengunyahan dan pemilihan makanan pada sampel yang telah mengalami kehilangan gigi pada daerah posterior. Individu yang kehilangan gigi pada
daerah posterior dan jumlah gigi hilang lebih dari 10 gigi, sangat merasakan penurunan kemampuan pengunyahan.
Masyarakat yang mengalami kehilangan gigi lebih cenderung memilih makanan yang mudah dikunyah seperti vitamin C dan
vitamin D. Hasil ini sesuai dengan penelitian Hugo dkk dan Hung dkk yang melaporkan bahwa individu yang mengalami kehilangan gigi dalam jumlah banyak
akan merasakan kesulitan dalam pengunyahan.
4,8
Hal ini juga sesuai dengan penelitian Yoshihara dkk yang menyatakan bahwa adanya penurunan pola asupan
nutrisi, seperti mineral dan vitamin pada orang yang telah mengalami kehilangan gigi atau memiliki jumlah gigi yang sedikit disebabkan menurunnya kemampuan
pengunyahan.
13
Seseorang yang kehilangan gigi pada bagian posterior dan memiliki jumlah gigi yang sedikit cenderung memilih makanan yang lebih mudah dikunyah.
8-9
Uji Chi-Square menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan p 0,05 antara daerah dan jumlah gigi yang hilang dengan perubahan pola asupan nutrisi
secara keseluruhan.
5.3.3 Pola Asupan Nutrisi Akibat Kehilangan Sebagian Gigi pada Masyarakat yang Tidak Menggunakan Gigitiruan Sebagian
Lepasan di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Berdasarkan Daerah Anterior dan Posterior dan Jumlah Gigi
yang Hilang
Masyarakat yang merasakan perubahan pola asupan nutrisi secara keseluruhan, kesulitan saat mengunyah, pilihan makanan terbatas, kesulitan memakan
makanan tertentu, kesulitan memakan makanan yang mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin E, vitamin K, dan mineral paling tinggi pada kelompok
dengan jumlah gigi yang hilang lebih dari 10 gigi dan pada kelompok dengan jumlah gigi yang hilang 6-10. Kesulitan memakan makanan yang mengandung vitamin A
paling tinggi dirasakan masyarakat pada kelompok dengan jumlah gigi yang hilang lebih dari 10 gigi dan pada kelompok dengan jumlah gigi yang hilang 6-10 gigi.
Kesulitan memakan makanan yang mengandung vitamin B dan vitamin C paling tinggi dirasakan masyarakat pada kelompok dengan jumlah gigi yang hilang lebih
dari 10 gigi dan pada kelompok dengan jumlah gigi yang hilang 6-10. Kesulitan memakan makanan yang mengandung vitamin D hanya dirasakan masyarakat pada
kelompok dengan jumlah gigi yang hilang lebih dari 10 gigi. Berdasarkan wawancara yang dilakukan terdapat penurunan kemampuan pengunyahan dan pemilihan
makanan pada sampel yang telah mengalami kehilangan gigi pada daerah anterior dan posterior. Individu yang kehilangan gigi pada daerah anterior dan posterior dengan
jumlah gigi hilang lebih dari 10 gigi, sangat merasakan penurunan kemampuan pengunyahan. Hasil ini sesuai dengan penelitian Hugo dkk yang melaporkan bahwa
individu yang mengalami kehilangan gigi dalam jumlah banyak akan merasakan kesulitan dalam pengunyahan.
4,8
Hal ini juga sesuai dengan penelitian Yoshihara dkk yang menyatakan bahwa adanya penurunan pola asupan nutrisi, seperti mineral dan
vitamin pada orang yang telah mengalami kehilangan gigi atau memiliki jumlah gigi yang sedikit disebabkan menurunnya kemampuan pengunyahan.
13
Seseorang yang kehilangan gigi pada bagian posterior dan memiliki jumlah gigi yang sedikit
cenderung memilih makanan yang lebih mudah dikunyah.
8-9
Uji Chi-Square menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan p 0,05 antara daerah dan
jumlah gigi yang hilang dengan perubahan pola asupan nutrisi secara keseluruhan.
5.4 Pola Asupan Nutrisi Akibat Kehilangan Sebagian Gigi pada Masyarakat yang Menggunakan Gigitiruan Sebagian Lepasan di
Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Berdasarkan Daerah dan Jumlah Gigi yang Hilang
5.4.1 Pola Asupan Nutrisi Akibat Kehilangan Sebagian Gigi pada
Masyarakat yang Menggunakan Gigitiruan Sebagian Lepasan di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal
Berdasarkan Daerah Anterior dan Jumlah Gigi yang Hilang
Masyarakat tidak merasakan perubahan pola asupan nutrisi secara keseluruhan, kesulitan saat mengunyah, keterbatasan pemilihan makanan, kesulitan
memakan makanan yang mengandung karbohidrat, vitamin A, vitamin B, vitamin C, vitamin D, vitamin K dan mineral. Kesulitan memakan makanan tertentu dirasakan
masyarakat pada kelompok dengan jumlah gigi yang hilang 1-5 gigi, 6-10 gigi, dan lebih dari 10 gigi. Kesulitan memakan yang mengandung protein hanya dirasakan
masyarakat pada kelompok dengan jumlah gigi yang hilang 1-5 gigi. Kesulitan memakan yang mengandung lemak hanya dirasakan masyarakat pada kelompok
dengan jumlah gigi yang hilang lebih dari 10 gigi yaitu 1 orang. Kesulitan memakan yang mengandung vitamin E hanya dirasakan masyarakat pada kelompok dengan
jumlah gigi yang hilang 6-10 gigi. Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan bahwa pada pemakai GTSL tidak ditemukan perubahan pola asupan nutrisi secara
keseluruhan. Kesulitan pengunyahan hanya dirasakan oleh beberapa masyarakat kemungkinan disebabkan tidak terbiasa menggunakan GTSL dan makanan tersebut
memiliki konsistensi yang keras. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Barretto dkk yang melaporkan bahwa pemakaian GTSL dapat meningkatkan kemampuan pengunyahan.
17
Uji Chi-Square menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan p 0,05 antara daerah dan jumlah gigi yang hilang dengan perubahan
pola asupan nutrisi secara keseluruhan.
5.4.2 Pola Asupan Nutrisi Akibat Kehilangan Sebagian Gigi pada Masyarakat yang Menggunakan Gigitiruan Sebagian Lepasan di
Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal
Berdasarkan Daerah Posterior dan Jumlah Gigi yang Hilang
Masyarakat tidak merasakan perubahan pola asupan nutrisi secara keseluruhan, kesulitan saat mengunyah, pilihan makanan terbatas, kesulitan memakan
makanan yang mengandung karbohidrat, lemak, vitamin A, vitamin B, vitamin C, vitamin D, vitamin K, dan mineral. Kesulitan memakan makanan tertentu dan yang
mengandung protein dirasakan masyarakat pada kelompok dengan jumlah gigi yang hilang 1-5 gigi, 6-10 gigi dan lebih dari 10 gigi. Kesulitan memakan makanan yang
mengandung vitamin E hanya dirasakan masyarakat pada kelompok dengan jumlah gigi yang hilang lebih dari 10 gigi. Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan
bahwa pada pemakai GTSL tidak ditemukan perubahan pola asupan nutrisi secara keseluruhan. Kesulitan pengunyahan hanya dirasakan oleh beberapa masyarakat
kemungkinan disebabkan tidak terbiasa menggunakan GTSL dan makanan tersebut memiliki konsistensi yang keras. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Wostman dkk yang melaporkan bahwa pemakaian GTSL dapat meningkatkan kemampuan pengunyahan dan perbaikan nutrisi.
16
Uji Chi-Square menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan p 0,05 antara daerah dan jumlah gigi yang hilang
dengan perubahan pola asupan nutrisi secara keseluruhan.
5.4.3 Pola Asupan Nutrisi Akibat Kehilangan Sebagian Gigi pada Masyarakat yang Menggunakan Gigitiruan Sebagian Lepasan di
Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Berdasarkan Daerah Anterior dan Posterior dan Jumlah Gigi
yang Hilang
Masyarakat tidak merasakan perubahan pola asupan nutrisi secara keseluruhan, kesulitan saat mengunyah, pilihan makanan terbatas, kesulitan memakan
makanan yang mengandung karbohidrat, vitamin A, vitamin B, vitamin C, vitamin D, vitamin K, dan mineral. Kesulitan memakan makanan tertentu dirasakan
masyarakat pada kelompok dengan jumlah gigi yang hilang 1-5 gigi, 6-10 gigi dan lebih dari 10 gigi. Kesulitan memakan makanan yang mengandung protein hanya
dirasakan masyarakat pada kelompok dengan jumlah gigi yang hilang 1-5 gigi. Kesulitan memakan makanan yang mengandung lemak dirasakan masyarakat pada
kelompok dengan jumlah gigi yang hilang 6-10 gigi dan lebih dari 10 gigi. Kesulitan memakan makanan yang mengandung vitamin E dirasakan masyarakat pada
kelompok dengan jumlah gigi yang hilang lebih dari 10 gigi. Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan bahwa pada pemakai GTSL tidak ditemukan perubahan pola
asupan nutrisi secara keseluruhan. Kesulitan pengunyahan hanya dirasakan oleh beberapa masyarakat kemungkinan disebabkan tidak terbiasa menggunakan GTSL
dan makanan tersebut memiliki konsistensi yang keras. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Barretto dkk dan Wostman dkk yang melaporkan
bahwa pemakaian GTSL dapat meningkatkan kemampuan pengunyahan dan perbaikan nutrisi.
16-17
Uji Chi-Square menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan p 0,05 antara daerah dan jumlah gigi yang hilang dengan perubahan
pola asupan nutrisi secara keseluruhan. Adapun kelemahan penelitian ini yaitu tidak tercantumnya data mengenai
lama kehilangan gigi dan lama penggunaan GTSL menyebabkan peneliti sulit meninjau perubahan-perubahan kebiasaan yang terjadi pada pasien, khususnya
kebiasaan dalam konsumsi makanan dan jumlah sampel penelitian yang kurang memadai menyebabkan distribusi sampel tidak merata sehingga hasil tidak valid.
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN