2.1.2.3 Klasifikasi Resin Komposit Berdasarkan Polimerisasi
Resin komposit berdasarkan mekanisme polimerisasi atau aktivasinya dapat dibagi menjadi dua, yaitu: resin komposit diaktivasi kimia dan resin komposit
diaktivasi sinar.
1-4
a. Resin komposit diaktivasi kimia Resin ini dipasarkan dalam bentuk dua pasta. Salah satu pasta berisi inisiator
benzoyl peroxide dan pasta yang lainnya berisi aktivator tertiary amine. Jika kedua bahan dicampur, amine akan beraksi dengan benzoyl peroxide dan membentuk
radikal bebas sehingga mekanisme pengerasan dimulai.
1-4
b. Resin komposit diaktivasi oleh sinar Bahan resin komposit yang dipolimerisasi dengan sinar dipasarkan dalam
bentuk satu pasta dan dimasukkan dalam sebuah tube. Sistem pembentuk radikal bebas yang terdiri atas molekul-molekul fotoinisiator dan aktivator amine terdapat
dalam pasta tersebut. Bila tidak disinari, maka kedua komponen tersebut tidak akan bereaksi. Sebaliknya, sinar dengan panjang gelombang yang tepat 460-485 nm
dapat merangsang fotoinisiator bereaksi dengan amine dan membentuk radikal bebas yang memulai proses polimerisasi.
1-4
2.1.3 Polimerisasi Resin Komposit Sinar
Polimerisasi resin komposit sinar saat ini dapat dilakukan dengan empat jenis sumber sinar, antara lain: lampu Quartz Tungsten Halogen QTH, Light Emiting
Diode LED, lampu argon ion laser, dan lampu plasma.
5,6
Sumber polimerisasi yang paling banyak digunakan adalah halogen QTH dan LED dikarenakan biaya alat
Universitas Sumatera Utara
yang murah, mudah didapatkan, dan spektrum emisi yang memungkinkan terjadi polimerisasi dikenal oleh hampir semua resin komposit.
Dalam penelitiannya, Uhl, dkk. 2005 menyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada Knoop
Hardness antara polimerisasi dengan halogen light curing unit dan LED light curing unit.
5-9
Tahapan polimerisasi resin komposit sinar terdiri atas tahap inisiasi, propagasi, dan terminasi.
Pemaparan terhadap sinar dengan panjang gelombang yang tepat akan merangsang fotoinisiator camphoroquinone. Camphoroquinone yang telah
teraktivasi akan menarik molekul hidrogen yang terdapat pada ikatan rangkap karbon amina organik. Amina organik yang telah kehilangan molekulnya akan menjadi
radikal bebas yang mengaktifkan polimerisasi. Radikal bebas adalah bahan kimia yang sangat mudah bereaksi karena memiliki elektron bebas. Pada tahap inisiasi,
akan terjadi kombinasi radikal bebas dengan monomer untuk menciptakan rantai awal. Tahap kedua adalah tahap propagasi. Pada tahap ini terjadi penambahan
monomer terus menerus yang mendorong terbentuknya rantai polimer. Tahap terakhir adalah tahap terminasi, dimana telah terbentuk molekul yang stabil Gambar 4.
1-5,12
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4. Tahap polimerisasi resin komposit.
3
2.1.4 Teknik Penyinaran Resin Komposit Sinar
Mendapatkan polimerisasi yang adekuat merupakan hal yang diharapkan selama manipulasi bahan resin komposit. Sebab, polimerisasi yang adekuat
menghasilkan resin komposit dengan sifat fisik dan kimia yang optimal. Polimerisasi resin komposit sinar sangat dipengaruhi oleh teknik penyinaran seperti, intensitas
sinar, jarak penyinaran, ketebalan bahan, dan lama penyinaran. Polimerisasi optimal didapatkan jika intensitas sinar minimum yang digunakan adalah 300 mwcm
2
dengan panjang gelombang sinar 400-515 nanometer. Ketebalan bahan resin komposit sinar
yang baik berkisar antara 2,0 - 2,5 mm agar sinar dapat menembus lapisan yang paling bawah. Ujung alat sinar harus diletakkan sedekat mungkin tanpa menyentuh
resin komposit. Hal ini dilakukan untuk meminimalisasi dispersi cahaya light curing unit. Variasi penyinaran resin komposit berkisar antara 20-60 detik. Penyinaran yang
Universitas Sumatera Utara
tidak adekuat kurang akan menyebabkan mengerasnya lapisan luar saja dan menghasilkan lapisan yang tidak matang atau lunak di bagian dasar. Dari berbagai
penelitian ditemukan bahwa penyinaran optimal adalah 40 detik untuk ketebalan bahan 2mm.
5-9,13
2.1.5 Sifat Resin Komposit