KONTRIBUSI KEMAMPUAN MATEMATIKA TERHADAP KETUNTASAN BELAJAR FISIKA PADA SISTEM BELAJAR MENGAJAR MASTERY LEARNING SISWA SMA TAHUN AJARAN 2009 2010

(1)

commit to user

KONTRIBUSI KEMAMPUAN MATEMATIKA TERHADAP KETUNTASAN BELAJAR FISIKA PADA SISTEM BELAJAR MENGAJAR MASTERY LEARNING SISWA SMA TAHUN AJARAN

2009/2010

Skripsi

Oleh : Dian Puji Hastuti

X 2306005

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010


(2)

commit to user

ii

KONTRIBUSI KEMAMPUAN MATEMATIKA TERHADAP KETUNTASAN BELAJAR FISIKA PADA SISTEM BELAJAR MENGAJAR MASTERY LEARNING SISWA SMA TAHUN AJARAN

2009/2010

Oleh : Dian Puji Hastuti

X 2306005

Skripsi

Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Dalam Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Fisika Jurusan

Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010


(3)

commit to user

iii

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I;

Drs. Jamzuri, M.Pd NIP. 195211181981031001

Pembimbing II;

Dwi Teguh R., S.Si., M.Si


(4)

commit to user

iv

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada hari : Kamis

Tanggal : 23 Desember 2010

Tim Penguji Skripsi :

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua

Sekretaris

Anggota I

Anggota II

:

:

:

:

Dra. Rini Budiharti, M.Pd

Drs. Trustho Raharjo, M.Pd

Drs. Jamzuri, M.Pd

Dwi Teguh R., S.Si., M.Si

( )

( )

( )

( )

Disahkan oleh

Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta Dekan

Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd NIP. 19600727198702 1 001


(5)

commit to user

v ABSTRAK

Dian Puji Hastuti. KONTRIBUSI KEMAMPUAN MATEMATIKA TERHADAP KETUNTASAN BELAJAR FISIKA PADA SISTEM BELAJAR MENGAJAR MASTERY LEARNING SISWA SMA TAHUN AJARAN 2009/2010. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Desember 2010.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: adakah kontribusi kemampuan matematika terhadap ketuntasan belajar Fisika pada sistem belajar mengajar Mastery Learning.

Penelitian terdiri dari dua variabel, yaitu variabel bebas kemampuan matematika (X) dan variabel terikat ketuntasan belajar Fisika (Y). Penelitian ini menggunakan metode eksperimen, dengan populasi seluruh siswa kelas X SMA Negeri I Sambungmacan berjumlah 192 siswa yang terdiri dari 5 kelas. Secara acak, diambil sampel satu kelas sebagai subyek penelitian, yaitu kelas X-5 di SMA Negeri 1 Sambungmacan. Teknik pengumpulan data dengan teknik dokumentasi dan teknik tes. Digunakan teknik dokumentasi untuk memperoleh data kemampuan matematika siswa yang diambil dari nilai mata pelajaran Matematika Semester I, sedangkan teknik tes digunakan untuk mengukur ketuntasan belajar Fisika yang berupa kemampuan kognitif siswa setelah diberikan perlakuan. Untuk analisis data menggunakan Teknik Analisis Regresi Linear Sederhana dan Teknik Statistik Korelasi.

Berdasar uji normalitas diperoleh Lobs = 0,062 > Ltab untuk variabel X,

Lobs = 0,115 > Ltab untuk variabel Y, dan persamaan garis regresi Yˆ = 23,762 + 0,681X, sehingga uji prasyarat analisis dapat terpenuhi. Karena harga koefisien korelasi sebesar 0,634, koefisien determinasi sebesar 40,2% dan taraf signifikansi sebesar 4,779 maka hipotesis penelitian diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa: “Ada kontribusi kemampuan matematika terhadap ketuntasan belajar Fisika sebesar 40,2%”.


(6)

commit to user

vi ABSTRACT

Dian Puji Hastuti. A CONTRIBUTION OF MATHEMATICS ABILITY TOWARD THE PHYSICS LEARNING PASSING GRADE IN MASTERY LEARNING OF SMA STUDENTS IN THE ACADEMIC YEAR 2009/2010. Skripsi, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty, Sebelas Maret University, December 2010.

This research aims to find out: is there any contribution of mathematics ability toward the physics learning passing grade in mastery learning.

Research consists of two variables, they are the independent variable namely mathematics ability (X) and the dependent variable namely physics learning passing grade (Y). This research used an experimental method, with the population of all students of class X SMA N 1 Sambungmacan totaling 192 students consisting of 5 classes. Randomly, taken one class as a sample which is used as an subject of research, that was class X-5 in SMA N 1 Sambungmacan. Data collection techniques used technical documentation and test techniques. Documentation techniques was used to obtain the data of students mathematics ability which is taken from the scores of Mathematics in Semester I, while the test technique was used to measure the physics learning passing grade in the form of students cognitive ability after given a treatment. For the data analysis was used Analysis Technique of Simple Linear Regression and Correlation Statistics Technique.

Based on the normality test, was founded that Lobs = 0.062> Ltab for

variable X, Lobs = 0.115> Ltab for variable Y, and equation of regression line Yˆ = 23.762 + 0.681 X, so the test of analysis prerequisites was fulfilled. Because the correlation coefficient is 0.634, the coefficient of determination is 40.2% and the significance level is 4.779, the hypothesis was accepted. It can be concluded that: "There's contribution of mathematics ability toward the physics learning passing grade that is 40.2%."


(7)

commit to user

vii

MOTTO

“Sebaik-baik manusia adalah manusia yang paling bermanfaat bagi manusia yang lain”. (Rosululloh SAW)

“Senyuman adalah kunci kebahagiaan. Cinta adalah pintunya; gembira adalah tamannya; iman adalah cahayanya; dan rasa aman adalah dindingnya”. (Laa Tahzan)

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai dari satu urusan, kerjakan dengan sungguh-sungguh urusan yang lain”. (Q.S. Al Insyirah: 5-7)


(8)

commit to user

viii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada : Ibu dan Bapakku tercinta, terima kasih atas kasih sayang, doa, pengorbanan dan perjuangannya untukku.

Adikku Rahma yang selalu memberiku semangat. Keponakanku Ferda yang selalu menghiburku. Fasta AlKhoirot yang selalu mendukungku. Teman-teman P. Fisika angkatan ‘06


(9)

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya penyusunan Skripsi ini dapat diselesaikan, untuk memenuhi sebagian dari persyaratan guna mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penulisan Skripsi ini. Namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan yang timbul dapat diatasi. Oleh karena itu, atas segala bentuk bantuannya disampaikan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian.

2. Ibu. Dra. Hj. Kus Sri Martini, M.Si, Selaku Ketua Jurusan P.MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah menyetujui permohonan penyusunan Skripsi.

3. Ibu. Dra. Rini Budiharti, M.Pd, Selaku Ketua Program Fisika Jurusan P.MIPA Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Bapak Drs. Sutadi Waskito, M.Pd, Selaku Koordinator Skripsi Program Fisika Jurusan P. MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

5. Bapak Drs. Jamzuri, M.Pd, Selaku Dosen Pembimbing I yang telah membimbing dalam penyusunan Skripsi ini.

6. Bapak Dwi Teguh R., S.Si, M.Si, Selaku Dosen Pembimbing II yang telah membimbing dalam penyusunan Skripsi ini.

7. Bapak Sugiyatno, SPd., Selaku Kepala SMA Negeri I Sambungmacan yang telah mengijinkan penulis untuk mengadakan penelitian.

8. Ibu Sulasih, SPd., Selaku guru mata pelajaran Fisika SMA Negeri I Sambungmacan yang telah memberikan waktu mengajar kepada penulis untuk mengadakan penelitian.


(10)

commit to user

x

9. Bapak Drs. Sumarsono, M.Pd, Selaku Kepala SMA Negeri 3 Sragen yang telah mengijinkan penulis untuk mengadakan try out.

10.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang membantu sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.

Semoga amal baik semua pihak tersebut mendapatkan imbalan dari Allah SWT. Penulis berharap semoga Skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Surakarta, Desember 2010


(11)

commit to user

xi DAFTAR ISI

Hal HALAMAN JUDUL……… HALAMAN PENGAJUAN... HALAMAN PERSETUJUAN ... HALAMAN PENGESAHAN………... HALAMAN ABSTRAK... HALAMAN MOTTO... HALAMAN PERSEMBAHAN ... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR ...………... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I PENDAHULUAN………....

A. Latar Belakang Masalah………... B. Identifikasi Masalah………... C. Pembatasan Masalah ………... D. Perumusan Masalah……….... E. Tujuan Penelitian ………... F. Manfaat Penelitian……….. BAB II LANDASAN TEORI ………..

A. Tinjauan Pustaka……….

1. Ketuntasan Belajar Pada Sistem Belajar Mengajar Mastery Learning

a. Pengertian Belajar………... b. Ketuntasan Belajar……….…….….... c. Sistem Belajar Tuntas (Mastery Learning)…………. 2. Metode Mengajar………... a. Metode Demonstrasi……….………..

i ii iii iv v vii viii ix xi xiv xv xvi 1 1 6 6 6 7 7 8 8 8 8 8 12 14 21 22


(12)

commit to user

xii

b. Metode Diskusi ……….. c. Evaluasi Hasil Belajar………. 3. Kemampuan Matematika …….……...………... 4. Pembelajaran Fisika di SMA.………. .

a. Pengertian Fisika………. b. Pembelajaran Fisika di SMA………. c. Materi Pokok Bahasan Listrik Dinamis……….. B. Kerangka Berpikir………..………... C. Perumusan Hipotesis………... BAB III METODOLOGI PENELITIAN……….... A. Tempat dan Waktu Penelitian ……….... 1. Tempat Penelitian ……… 2. Waktu Penelitian………... B. Metode Penelitian ……….. C. Populasi dan Sampel …... D. Variabel Penelitian……….. E. Teknik Pengambilan Data...………... 1. Teknik Dokumentasi……….

2. Teknik Tes………

F. Instrumen Penelitian ………... 1. Validitas Item…..………... 2. Reliabilitas Tes……..……….. 3. Daya Pembeda... 4. Taraf Kesukaran... G. Teknik Analisis Data………...

1. Uji Prasyarat Analisis……… 2. Uji Hipotesis... BAB IV. HASIL PENELITIAN... A. Deskripsi Data ... B. Hasil Analisis Data ... 1. Hasil Uji Prasyarat Analisis...

24 27 29 31 31 32 34 43 44 45 45 45 45 46 46 46 47 47 47 47 47 48 49 50 50 50 54 56 56 59 59


(13)

commit to user

xiii

2. Hasil Uji Hipotesis……… C. Pembahasan Hasil Analisis Data... BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN...

A. Kesimpulan ... B. Implikasi ... C. Saran ... DAFTAR PUSTAKA... LAMPIRAN ...

61 62 64 64 64 65 66 69


(14)

commit to user

xiv

DAFTAR TABEL

Hal Tabel 3.1

Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 4.6 Tabel 4.7

Analisis Varians Regresi Linear Sederhana

Deskripsi Data Nilai Kemampuan Matematika Semester I Distribusi Frekuensi Kemampuan Matematika Siswa

Normalitas Distribusi Frekuensi Dengan Metode Chi Kuadrat Deskripsi Data Nilai Kemampuan Kognitif Fisika

Distribusi Frekuensi Nilai Kemampuan Kognitif Fisika Normalitas Distribusi Frekuensi Dengan Metode Chi Kuadrat Hasil Analisis Variansi Regresi Linear Sederhana

44 56 56 57 58 58 59 61


(15)

commit to user xv DAFTAR GAMBAR Hal Gambar 2.1 Gambar 2.2 Gambar 2.3 Gambar 2.4 Gambar 2.5 Gambar 2.6 Gambar 2.7 Gambar 2.8 Gambar 2.9 Gambar 2.10 Gambar 2.11 Gambar 2.12 Gambar 4.1 Gambar 4.2 Gambar 4.3

Unsur Penting Dalam Belajar Ulang Bentuk Tujuan Instruksional

Bagan Model Strategi Mastery Learning

Arus Elektron Berlawanan dengan Arus Konvensional

Kuat arus Listrik Sebagai Kelajuan Muatan yang Melewati Suatu Luasan Tertentu

Grafik Hubungan Antara V dengan I Rangkaian Bercabang

(a) Dua Buah Lampu yang Dihubungkan Secara Seri

(b) Rangkaian Pengganti Seri

(a) Dua Buah Lampu yang Dihubungkan Secara Palelel (b) Rangkaian Pengganti Paralel

Rangkaian Seri Sumber Tegangan Rangkaian Paralel Sumber Tegangan Paradigma Penelitian

Kurva Normalitas Distribusi Frekuensi Kemampuan Matematika Siswa

Kurva Normalitas Distribusi Frekuensi Ketuntasan Belajar Fisika

Diagram Pencar Antara X dan Y

18 20 20 35 35 37 38 39 39 40 40 41 42 44 57 57 59 59 60


(16)

commit to user

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Hal 1. Jadwal Penelitian

2. Satuan Pembelajaran

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 4. Lembar Kegiatan Siswa

5. Soal Kuis

6. Kunci Jawaban Kuis 7. Tugas

8. Kisi-Kisi Soal Try Out Kemampuan Kognitif 9. Soal Try Out

10.Lembar Jawab

11.Kunci Jawaban Try Out Kemampuan Kognitif 12.Kisi-Kisi Soal Tes Kognitif Listrik Dinamis 13.Soal Tes Kognitif Listrik Dinamis

14.Kunci Jawaban Tes Listrik Dinamis

15.Bagan Model Strategy Mastery Learning Penelitian

16.Hasil Analisis Kuantitatif (Uji Validitas, Realibilitas, Taraf Kesukaran, dan Daya Beda Soal Tes Listrik Dinamis)

17.Contoh Manual Hasil Analisis Kuantitatif (Uji Validitas, Realibilitas, Taraf Kesukaran, dan Daya Beda Soal Tes Listrik Dinamis)

18.Daftar Nilai Matematika Semester I 19.Daftar Nilai Kognitif Fisika

20.Data Induk Penelitian

21.Uji Normalitas Variabel Kemampuan Matematika (X) 22.Uji Normalitas Variabel Ketuntasan Belajar Fisika (Y) 23.Grafik Chi Kuadrat Variabel Kemampuan Matematika 24.Grafik Chi Kuadrat Variabel Ketuntasan Belajar Fisika 25.Tabel Kerja Uji Linearitas X Terhadap Y

26. Perhitungan Uji Linearitas dan Keberartian Regresi

69 70 74 95 112 126 127 138 141 157 158 159 162 174 175 176 176 179 179 182 183 184 185 187 188 190 192 193


(17)

commit to user

xvii 27. Perhitungan Uji Korelasi X Terhadap Y 28.Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 29.Tabel-Tabel Statistik

30.Perijinan

196 198 199


(18)

commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sengaja dan terencana untuk menumbuhkembangkan kepribadian, kemampuan dan perkembangan potensi sumber daya manusia Indonesia agar bermanfaat bagi kepentingan hidupnya sebagai makhluk pribadi maupun sebagai anggota masyarakat. Hal ini sejalan dengan pengertian pendidikan dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 yang berbunyi bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. (UUSPN No. 20 Tahun 2003).

Pendidikan sangat penting untuk pembangunan bangsa, maka pemerintah berusaha meningkatkan mutu pendidikan nasional. Usaha yang ditempuh melalui lembaga pendidikan atau jalur-jalur pendidikan yaitu jalur pendidikan sekolah (formal), jalur pendidikan luar sekolah (informal) dan jalur pendidikan keluarga (nonformal). Jalur pendidikan sekolah adalah jalur pendidikan yang diselenggarakan oleh sekolah melalui kegiatan belajar mengajar yang berjenjang dan berkesinambungan. Jalur pendidikan luar sekolah adalah jalur pendidikan yang diselenggarakan di luar sekolah melalui kegiatan belajar mengajar yang tidak harus berjenjang dan berkesinambungan. Jalur pendidikan keluarga adalah jalur pendidikan yang diselenggarakan oleh keluarga. Setiap lembaga pendidikan di Indonesia akan berusaha untuk dapat meningkatkan mutu atau kualitas pendidikan, baik ditinjau dari kualitas pelaksanaannya maupun kualitas hasil yang dicapai. Pelaksanaan pendidikan yang dimaksud adalah kegiatan belajar mengajar dan unsur-unsur terkait di dalamnya. Sedangkan hasil belajar yang dicapai harus sesuai dengan visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional.


(19)

commit to user

Belajar merupakan proses interaksi secara aktif, yaitu hubungan timbal balik antara individu atau siswa dengan lingkungannya. Dalam belajar, siswa menghadapi berbagai masalah-masalah belajar baik faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa, antara lain: sikap terhadap belajar, motivasi belajar, konsentrasi belajar, pengolahan bahan belajar, menyimpan perolehan hasil belajar, menggali hasil belajar yang tersimpan, kemampuan berprestasi atau untuk hasil belajar, rasa percaya diri siswa, intelegensi dan keberhasilan belajar, kebiasaan belajar, serta cita-cita siswa. Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa, antara lain: guru, sarana dan prasarana pembelajaran, kebijakan penilaian, lingkungan sosial siswa di sekolah, kurikulum sekolah, keluarga dan lain-lain.

Proses belajar mengajar merupakan interaksi yang dilakukan guru dengan siswa dalam situasi pembelajaran, untuk mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar dan mengajar guru tidak hanya sekedar menyampaikan informasi kepada siswa, tetapi guru mempunyai peran penting dalam mendidik dan membelajarkan siswa. Guru diharapkan dapat menciptakan suasana agar siswa lebih mudah dalam memahami materi pelajaran. Tiap pengajaran harus membantu proses belajar, dengan memotivasi siswa untuk giat melakukan sendiri.

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu bidang studi yang dikembangkan dalam pendidikan formal di sekolah karena IPA melatih peserta didik untuk berpikir logis, rasional, kritis, dan kreatif. Fisika merupakan bagian dari IPA yang di dalamnya mencakup gejala-gejala alam. Menurut Gerthsen (1985) yang dikutip oleh Herbert Druxes (1986: 3) mengatakan ”Fisika adalah suatu teori yang menerangkan gejala-gejala alam sesederhana mungkin dan berusaha menemukan hubungan antara kenyataan-kenyataannya. Persyaratan dasar untuk pemecahan persoalannya ialah mengamati gejala-gejala tersebut”. Sedangkan menurut Brockhaus (1972) yang dikutip oleh Herbert Druxes (1986: 3) mengatakan ”Fisika adalah pelajaran tentang kejadian alam, yang memungkinkan penelitian dengan percobaan, pengukuran apa yang didapat, pengujian secara matematis dan berdasarkan peraturan-peraturan umum”. Dari kedua pendapat


(20)

commit to user

tersebut dapat diketahui bahwa Fisika merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari kejadian-kejadian alam yang bersifat fisik dan dapat dipelajari secara pengamatan dan percobaan serta teori, dimana pengajaran ilmu Fisika bertujuan agar siswa mampu menguasai konsep-konsep Fisika dan keterkaitannya serta mampu menggunakan metode ilmiah yang dilandasi sikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.

Proses pembelajaran Fisika hendaknya tidak hanya menekankan segi kognitif saja, tetapi juga sebagai proses sikap ilmiah agar tercapai tujuan. Seperti yang dikemukakan oleh Tabrani Rusyan, Atang Kusdinar, dan Zainal Arifin (1989: 2) bahwa “Belajar produk pada umumnya hanya menekankan segi kognitif saja sedangkan belajar proses memungkinkan tercapainya tujuan belajar baik segi kognitif, psikomotor, maupun afektif”. Oleh karena itu pendidik atau pengajar dalam menentukan metode pembelajaran harus menitikberatkan pada peran aktif siswa sebagai subjek didik.

Seorang guru juga dituntut mampu menggunakan berbagai macam metode secara bervariasi. Metode merupakan cara yang ditempuh guru untuk menciptakan situasi pengajaran yang menyenangkan dan mendukung bagi kelancaran proses belajar dan tercapainya tujuan pembelajaran. Menurut Wina Sanjaya (2009: 147), ”Ada beberapa macam metode pembelajaran yang bisa digunakan untuk mengimpelementasikan strategi pembelajaran, di antaranya metode ceramah, metode demonstrasi, metode dikusi, metode eksperimen, metode pemberian tugas, metode simulasi dan lain-lain”. Salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan adalah metode demonstrasi disertai diskusi. Metode demonstrasi dapat digunakan pada saat guru ingin menunjukkan suatu gejala atau proses pada siswa. Metode demonstrasi dilakukan oleh guru dengan melibatkan siswa, sehingga siswa dapat lebih memahami konsep tersebut. Metode lain yaitu metode diskusi, dimana metode ini merupakan proses interaksi antara dua atau lebih siswa untuk saling tukar menukar pengetahuan dalam pemecahan suatu masalah. Metode yang tepat atau sesuai dengan materi yang disampaikan lebih mempermudah siswa dalam penerimaan materi.


(21)

commit to user

Dalam perkembangan Fisika, Matematika memiliki peranan penting, seperti yang telah dikatakan Karso (1993: 2) bahwa ”Matematika dengan IPA merupakan ilmu dasar yang mempunyai saling keterkaitan yang sangat erat. IPA tidak mungkin dikembangkan tanpa bantuan Matematika, sehingga lebih mendorong IPA untuk berkembang”. Perkembangan Fisika membutuhkan Matematika sebagai alat bantu karena Fisika memerlukan model untuk memahami konsep, prinsip dan hukum dalam bentuk bahasa yang eksak, sehingga melalui Matematika, konsep, prinsip dan hukum dalam Fisika akan dapat ditampilkan lebih sederhana dan lebih mudah dipahami yaitu dengan merumuskannya dalam persamaan matematis. Matematika timbul sebagai hasil pemikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses dan penalaran. Berbeda dengan hasil pikiran manusia yang lain, dalam mempelajari Matematika diperlukan pemahaman tidak cukup dengan hafalan saja. Jadi, kemampuan matematika merupakan penunjang dalam bidang Fisika, di mana kemampuan matematika merupakan kemampuan dan ketrampilan dalam cabang ilmu pengetahuan eksak, terorganisir secara sistematik dan memiliki beberapa karakteristik yang dapat menampilkan konsep-konsep Fisika dalam bentuk persamaan serta menafsirkan data yang digunakan dalam menyelesaikan masalah.

Ketuntasan belajar merupakan tingkat penguasaan minimal oleh siswa terhadap materi pelajaran yang telah disampaikan sesuai dengan tujuan-tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) siswa dituntut untuk dapat memenuhi batas ketuntasan. Untuk memenuhi tuntutan tersebut, maka diperlukan suatu program khusus yang bisa menghilangkan kesulitan-kesulitan belajar bagi siswa agar dapat memenuhi batas ketuntasan dalam belajar. Dr. Siswojo (1981: 21) menyatakan bahwa ”Mastery Learning adalah pencapaian taraf penguasaan minimal yang ditetapkan untuk setiap unit bahan pelajaran, baik secara perseorangan maupun kelompok”. Faktor yang lebih prinsipil dalam strategi Mastery Learning adalah pengembangan prosedur umpan balik. Prosedur umpan balik memberikan informasi kepada guru dan siswa tentang pencapaian hasil belajar. Bloom (1968) dalam Dibenedetto dan Zimmerman (2008) menyatakan bahwa ”Sistem belajar tuntas memungkinkan


(22)

commit to user

90% siswa dapat mencapai hasil belajar yang tinggi dibandingkan dengan proses kurikuler yang hanya mencapai 10%”. Dalam Mastery Learning siswa yang prestasinya kurang memerlukan waktu yang lebih lama untuk belajar menguasai pokok bahasan.

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu oleh Saudari Tutut Lina Indrasari tahun 2009 silam, selain kemampuan matematika, kemampuan awal dan aktivitas belajar juga mempengaruhi banyak sedikitnya kesulitan belajar yang ditemui, sehingga akan menghambat tercapainya ketuntasan belajar. Saudari Ari Susilowati di dalam penelitiannya pada tahun 2009 juga mengungkapkan bahwa ”Adanya Mastery Learning (belajar tuntas) akan mendorong siswa untuk belajar lebih baik, karena siswa dapat belajar semaksimal mungkin untuk mencapai tujuan instruksional”. Jadi, dengan sistem belajar tuntas diharapkan proses belajar mengajar dapat dilaksanakan secara optimal agar tujuan instruksional dapat dicapai.

Salah satu pokok bahasan pada materi pelajaran Fisika adalah Listrik Dinamis. Listrik Dinamis adalah pokok bahasan yang bertujuan membahas mengenai kelistrikan. Materi Listrik Dinamis termasuk materi yang sulit dipahami siswa karena konsepnya yang abstrak dan perlu pencermatan yang mendalam. Untuk mengajarkan materi ini kepada siswa maka perlu upaya penjelasan yang diikuti penjelasan visual untuk lebih memberikan pemahaman, maka keberadaan metode demonstrasi dan diskusi siswa sangat diperlukan.

Bertolak dari latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan judul penelitian sebagai berikut: "KONTRIBUSI KEMAMPUAN MATEMATIKA TERHADAP KETUNTASAN BELAJAR FISIKA PADA SISTEM BELAJAR MENGAJAR MASTERY LEARNING SISWA SMA TAHUN AJARAN 2009/2010".


(23)

commit to user B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut :

1. Kemampuan matematika dapat mempengaruhi ketuntasan belajar Fisika pada sistem belajar mengajar Mastery Learning.

2. Mastery Learning perlu dikembangkan di sekolah-sekolah agar pencapaian

taraf penguasaan siswa dapat maksimal.

3. Ada beberapa macam metode pembelajaran yang bisa digunakan untuk mengimpelementasikan strategi pembelajaran.

C. Pembatasan Masalah

Sehubungan dengan luasnya permasalahan yang timbul dari topik kajian yang dilakukan, maka pembatasan masalah diperlukan guna memperoleh kedalaman kajian untuk menghindari perluasan masalah. Adapun pembatasan masalah dalam hal ini adalah :

1. Subyek penelitian adalah siswa SMA kelas X-5 semester II SMA Negeri 1 Sambungmacan tahun ajaran 2009/2010.

2. Obyek penelitian adalah kemampuan matematika siswa dilihat dari nilai pelajaran Matematika semester I dan ketuntasan belajar Fisika dilihat dari kemampuan kognitif siswa.

3. Ketuntasan belajar dibatasi pada materi pelajaran Fisika yang telah disampaikan, yaitu pada pokok bahasan Listrik Dinamis.

4. Metode mengajar yang digunakan adalah metode demonstrasi disertai diskusi.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : Adakah kontribusi kemampuan matematika terhadap ketuntasan belajar Fisika pada sistem belajar mengajar Mastery Learning siswa SMA tahun ajaran 2009/2010 ?


(24)

commit to user E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui adakah kontribusi kemampuan matematika terhadap ketuntasan belajar Fisika pada sistem belajar mengajar Mastery Learning siswa SMA tahun ajaran 2009/2010.

F. Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian diharapkan dapat :

1. Memberikan suatu alternatif upaya untuk meningkatkan kualitas proses belajar Fisika di Sekolah Menengah Atas.

2. Memberikan dorongan kepada siswa agar memperbesar usahanya dalam mencapai ketuntasan belajar Fisika.

3. Memberikan alternatif kepada guru Fisika untuk menggunakan metode demonstrasi disertai diskusi dalam proses belajar mengajar Fisika dengan Mastery Learning.


(25)

commit to user BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Ketuntasan Belajar Pada Sistem Belajar Mengajar Mastery Learning a. Pengertian Belajar

Dalam proses pembelajaran, belajar memegang peranan penting yang tidak dapat dipisahkan dalam diri manusia. Belajar merupakan bagian kehidupan manusia yang berkaitan dengan berbagai hal yang terjadi dalam diri manusia. Berbagai hal tersebut akan mendukung adanya perubahan tingkah laku yang sesuai dengan hasil belajar. Belajar sudah menjadi kebutuhan manusia untuk dapat mengembangkan diri. Hampir semua kecakapan, ketrampilan, pengetahuan, kebiasaan, kegemaran dan sikap manusia terbentuk, termodifikasi, berkembang karena belajar. Belajar adalah proses, sehingga belajar itu berlangsung secara aktif dan integratif dengan menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai tujuan.

Belajar merupakan suatu pengertian yang sangat kompleks, sehingga banyak ahli menggunakan pengertian tentang belajar dengan ungkapan dan pandangan yang berbeda-beda. Slameto (2010: 2) berpendapat bahwa “Belajar adalah proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Menurut Winkel dalam H. J. Gino (1995: 6), ”Belajar adalah aktivitas mental (psikis) yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat konstan dan berbekas”.

Belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya, juga belajar itu lebih baik, kalau si subyek belajar itu mengalami atau melakukanya, jadi tidak bersifat verbalistik.

(Sardirman A.M., 2010: 20)


(26)

commit to user

Sedangkan Muhibbin Syah (2006: 68) berpendapat bahwa “Belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif”.

Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu dalam interaksi dengan lingkungannya, sehingga diperoleh perubahan yang bersifat menetap dalam diri seseorang yang ditunjukkan dengan adanya perubahan pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, nilai sikap, tingkah laku atau penampilan, serta semua aspek yang ada pada individu berkat pengalaman dan latihan dengan serangkaian kegiatan.

Tujuan belajar merupakan komponen sistem pembelajaran yang sangat penting karena semua komponen dalam sistem pembelajaran atas dasar pencapaian tujuan belajar. Menurut Sardiman A. M (2010: 25-29), “Tujuan belajar itu adalah ingin mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep dan keterampilan, serta pembentukan sikap”. Belajar untuk mendapatkan pengetahuan ditandai dengan kemampuan berpikir. Belajar menanamkan konsep memerlukan suatu keterampilan baik yang berupa jasmani maupun rohani. Belajar untuk pembentukan sikap mental dan perilaku siswa tidak akan lepas dari penanaman nilai-nilai. Dalam hal ini guru tidak sekedar sebagai pengajar tetapi juga sebagai pendidik yang memindahkan nilai-nilai pada anak didiknya sehingga siswa akan tumbuh kesadaran dan kemampuannya untuk mempraktekkan segala sesuatu yang dipelajarinya.

Tujuan belajar menurut Benjamin Bloom seperti yang dikutip oleh H. J. Gino (1995: 19-21) dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu:

1) Ranah Kognitif

a) Pengetahuan, merupakan tingkat terendah tujuan ranah kognitif berupa pengenalan dan pengingatan kembali terhadap pengetahuan tentang fakta, istilah, dan prinsip-prinsip dalam bentuk seperti yang dipelajari.

b) Pemahaman, merupakan tingkat berikutnya dari tujuan ranah kognitif berupa kemampuan mengerti tentang isi pelajaran yang dipelajari tanpa perlu menghubungkannya dengan isi pelajaran lainnya.


(27)

commit to user

c) Penerapan, merupakan kemampuan menggunakan generalisasi atau abstraksi lainnya yang sesuai dalam situasi yang konkret.

d) Analisis, merupakan kemampuan menjabarkan isi pelajaran ke bagian-bagian yang menjadi unsur pokok.

e) Sintesis, merupakan kemampuan menggabungkan unsur-unsur pokok ke dalam struktur yang baru.

f) Evaluasi, merupakan kemampuan menilai isi pelajaran untuk suatu maksud atau tujuan tertentu.

2) Ranah Afektif

a) Menerima, merupakan tingkat terendah tujuan ranah afektif berupa perhatian terhadap stimuli secara pasif yang meningkat secara lebih aktif.

b) Merespon, merupakan kesengajaan untuk menanggapi stimuli dan merasa terikat serta secara aktif memperhatikan.

c) Menilai, merupakan kemampuan menilai gejala atau kegiatan sehingga dengan sengaja merespon lebih lanjut untuk mencari jalan bagaimana dapat mengambil bagian atas apa yang terjadi.

d) Mengorganisasi, merupakan kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai bagi dirinya berdasarkan nilai-nilai yang diresponnya. e) Karakterisasi, merupakan kemampuan untuk

mengkonseptualisasikan masing-masing nilai waktu merespon dengan jalan mengidentifikasi karakteristik nilai atau membuat pertimbangan-pertimbangan.

3) Ranah Psikomotor

a) Gerakan tubuh yang mencolok, merupakan kemampuan gerakan tubuh yang menekankan pada kekuatan, kecepatan, dan ketepatan tubuh yang mencolok.

b) Ketepatan gerakan yang dikoordinasikan, merupakan kemampuan yang berhubungan dengan urutan atau pola dari gerakan yang dikoordinasikan, biasanya berhubungan dengan gerakan mata, telinga, dan badan.

c) Perangkat komunikasi nonverbal, merupakan kemampuan mengadakan komunikasi tanpa kata.

d) Kemampuan berbicara, merupakan kemampuan yang berhubungan dengan komunikasi secara lisan.

Masing-masing ranah terdiri dari sejumlah aspek yang saling berkaitan. Guru harus mengusahakan tercapainya tujuan belajar yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Aspek kognitif, afektif dan psikomotorik hendaknya dipelajari secara menyeluruh dengan mempertimbangkan bobot ketiga aspek tersebut.

Belajar tidak senantiasa berhasil, tetapi seringkali ada hal-hal yang bisa mengakibatkan kegagalan atau setidak-tidaknya menjadikan gangguan yang bisa


(28)

commit to user

menghambat ketuntasan belajar bahkan kemajuan belajar. Kegagalan atau keterlambatan kemajuan belajar biasanya ada faktor yang mempengaruhinya. Beberapa faktor yang mempengaruhi proses belajar yang dirangkum oleh Slameto (2010: 54–70) sebagai berikut:

1) Faktor Internal, yaitu faktor yang berasal dari individu sendiri. Faktor ini berupa:

a) Faktor Jasmaniah

Faktor jasmaniah meliputi dua hal yaitu faktor kesehatan dan cacat tubuh.

b) Faktor Kelelahan

Kelelahan pada seseorang meskipun sulit dipisahkan tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani.

c) Faktor Psikologis

Faktor ini adalah perhatian, pengamatan, tanggapan, fantasi, berfikir intelegensi, dan lain-lain.

2) Faktor Eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar individu, faktor ini berupa:

a) Faktor keluarga

Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga, dan keadaan ekonomi keluarga.

b) Faktor Sekolah

Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar itu mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah.

c) Faktor Masyarakat

Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwatujuan belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku pada individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan saja tetapi juga dapat berbentuk kecakapan, ketrampilan, sikap, kepribadian, minat maupun perubahan-perubahan lainnya yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. Untuk mencapai tujuan belajar ada banyak faktor yang mempengaruhi proses belajar siswa yang berasal dari dalam diri siswa sendiri dan faktor dari luar.


(29)

commit to user b. Ketuntasan Belajar

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dalam melakukan pembelajaran menerapkan pendekatan pembelajaran tuntas (Mastery Learning). Ketuntasan belajar didasarkan pada konsep Mastery Learning. Tuntas artinya habis sama sekali, tidak ada yang tersisa. (Sulchan Yasyin, 1997: 484). Keberhasilan pembelajaran mengandung makna ketuntasan dalam belajar dan ketuntasan dalam proses pembelajaran. Ketuntasan dalam belajar adalah tercapainya kompetensi yang meliputi pengetahuan, ketrampilan, sikap, atau nilai yang diwujudkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Fungsi ketuntasan belajar adalah memastikan semua siswa menguasai kompetensi yang diharapkan dalam suatu materi ajar sebelum pindah ke materi ajar selanjutnya. Patokan ketuntasan belajar mengacu pada standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator yang terdapat dalam kurikulum. Sedangkan ketuntasan dalam proses pembelajaran berkaitan dengan standar pelaksanaannya yang melibatkan komponen guru dan siswa. Dengan demikian ketuntasan belajar yang dimaksud adalah tingkat penguasaan minimal oleh siswa terhadap materi pelajaran yang telah disampaikan sesuai dengan tujuan-tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Dengan diberlakukannya KTSP mengharapkan adanya perubahan kegiatan belajar mengajar di kelas, baik proses kegiatan pembelajaran maupun proses penilainnya (proses dan hasil belajar). Pelaksanaan KTSP menekankan pada konsep penguasaan kompetensi maka jenis penilaian juga harus disesuaikan dengan kekhasan masing-masing kompetensi. Proses penilaian dapat dilakukan dengan perencanaan penilaian, pengumpulan informasi, pelaporan dan penggunaan informasi tentang hasil belajar.

Metode dan teknik penilaian yang dilakukan oleh guru untuk mengetahui proses dan hasil belajar siswa terhadap penugasan kompetensi yang diajarkan oleh guru. Hal ini bertujuan untuk mengukur tingkat ketercapaian ketuntasan kompetensi siswa. Penilaian hasil belajar siswa yang dilakukan oleh guru selain untuk memantau proses, kemajuan dan perkembangan hasil belajar siswa sesuai dengan potensi yang dimiliki, juga sekaligus sebagai umpan balik


(30)

commit to user

kepada guru agar dapat menyempurnakan perencanaan dan proses program pembelajaran.

Sistem penilaian hasil belajar pada Tingkat Satuan Pendidikan menggunakan acuan kriteria tertentu yang sudah direncanakan sebelum pembelajaran dimulai. Penilaian acuan kriteria bukan untuk menentukan posisi seseorang terhadap kelompoknya, hal ini dikarenakan pada tes acuan kriteria berasumsi bahwa hampir semua orang mempunyai kesempatan yang sama untuk belajar apa saja, namun waktu yang dipergunakan bisa berbeda-beda. Kriteria paling rendah untuk menyatakan peserta didik mencapai ketuntasan dinamakan Standar Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM) atau Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). SKBM harus ditetapkan sebelum awal tahun ajaran dimulai. SKBM ditetapkan oleh satuan pendidikan berdasarkan hasil musyawarah guru mata pelajaran di satuan pendidikan atau beberapa satuan pendidikan yang memiliki karakteristik yang hampir sama. Pertimbangan pendidik atau forum MGMP secara akademis menjadi pertimbangan utama dalam penetapan SKBM.

Departemen Pendidikan Nasional dalam Mimin Haryati (2007: 75) mengemukakan bahwa:

Standar Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM) dari setiap indikator pada masing-masing kompetensi dasar ditetapkan antara rentang 1% - 100%. Penentuan standar ini ditentukan oleh masing-masing sekolah dengan memperhatikan tingkat kesukaran materi, faktor essensial materi, daya dukung (sarana-prasarana, kompetensi guru), Intake (kemampuan awal siswa pada awal pembelajaran).

Apabila nilai hasil belajar sama atau lebih besar dari standar ketuntasan belajar minimal, maka siswa tersebut dapat diinterpretasikan tuntas belajar (telah menguasai kompetensi dasar tersebut). Sebaliknya, jika nilai yang diperoleh ternyata di bawah standar, maka dapat diinterpretasikan belum tuntas atau belum lulus belajar. Sehingga siswa yang bersangkutan tidak bisa melanjutkan belajar ke level berikutnya. Seberapapun besarnya jumlah peserta didik yang melampaui batas ketuntasan minimal, tidak mengubah keputusan pendidik dalam menyatakan tuntas (lulus) dan tidak tuntas (tidak lulus) dalam pembelajaran. Acuan kriteria mengharuskan pendidik untuk melakukan layanan remedial bagi yang belum tuntas dan layanan pengayaan bagi yang sudah melampaui kriteria


(31)

commit to user

ketuntasan minimal. Kegiatan remedial yang berupa tatap muka dengan guru akan diberi kesempatan untuk belajar sendiri, kemudian dilakukan evaluasi dengan cara menjawab pertanyaan sesuai dengan topiknya, membuat rangkuman pelajaran, atau mengerjakan tugas.

c. Sistem Belajar Tuntas (Mastery Learning)

Mastery Learning adalah suatu filsafat yang mengatakan bahwa dengan

sistem pengajaran yang tepat semua siswa dapat belajar dengan hasil yang baik dari hampir seluruh materi pelajaran yang diajarkan di sekolah. Sistem pengajaran ini dikembangkan agar siswa dapat menguasai sejumlah tujuan pendidikan. Dr. Siswojo (1981: 21) menyatakan bahwa ”Mastery Learning (belajar tuntas) adalah pencapaian taraf penguasaan minimal yang ditetapkan untuk setiap unit bahan pelajaran, baik secara perseorangan maupun kelompok”.

Mastery Learning ini adalah proses belajar mengajar yang bertujuan agar bahan

ajaran dikuasai secara tuntas, artinya dikuasai sepenuhnya oleh siswa. Belajar tuntas ini merupakan strategi pengajaran yang diindividualisasikan dengan menggunakan pendekatan kelompok (Group Based Learning). (Mulyani Sumantri dan Johar Permana, 2001: 84)

Menurut John B. Carroll (1963) dalam Dr.Siswojo (1981: 15) menyatakan bahwa “Setiap siswa dapat menguasai pokok bahasan tertentu dan dapat belajar sesuai dengan tuntutan dan sasaran yang diharapkan, jika kepada siswa diberikan waktu yang cukup (sufficient) dan mereka diperlakukan secara tepat (appropriate threatment)”. Pendapat yang sama juga diungkapkan oleh Oemar Hamalik (1989: 104) bahwa:

Bakat seorang siswa dalam suatu bidang pengajaran tertentu dapat diramalkan, baik tingkatnya (yaitu bahan yang dipelajari dalam bidang pengajaran itu dalam waktu yang telah ditentukan) maupun satuan waktu yang dibutuhkan untuk mempelajari bahan tersebut sampai ke tingkat penguasaan tertentu.

Makin lama siswa menggunakan waktu secara sungguh-sungguh untuk belajar, makin tinggi tingkat penguasaan terhadap bahan yang dipelajarinya. Sedangkan waktu yang dibutuhkan ditentukan oleh bakat siswa, kualitas pengajaran dan kemampuan siswa untuk menangkap bahan pelajaran. Dengan


(32)

commit to user

demikian semua siswa dapat mencapai ketuntasan jika kepada siswa diberikan waktu yang cukup dan diperlakukan secara tepat, sehingga siswa yang prestasinya kurang memerlukan waktu yang lebih lama untuk belajar menguasai pokok bahasan yang sama.

Bloom dalam Guskey Thomas R, georgetown college (2007) menyatakan bahwa: “Faktor yang prinsipil dalam stategi Mastery Learning adalah mengembangkan prosedur umpan balik dan korektif (feedback and corrective) pada berbagai taraf atau bagian dari proses belajar dengan memakai berbagai tes”. Tes itu dimaksudkan untuk untuk memberikan umpan balik kepada guru dan siswa mengenai aspek-aspek atau elemen-elemen apa yang telah dikuasai setiap siswa dalam satuan pelajaran tertentu dan apa yang masih perlu dipelajari kembali oleh siswa.

Variabel-variabel belajar tuntas: 1) Bakat siswa (aptitude)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada korelasi yang cukup tinggi antara bakat dengan hasil belajar.

2) Ketekunan belajar (perseverance)

Ketekunan erat kaitannya dengan dorongan yang timbul dari dalam diri siwa untuk belajar dan mengolah informasi secara efektif dan efisien serta pengembangan minat dan sikap yang diwujudkan dalam setiap langkah instruksional .

3) Kualitas pembelajaran (quality of instruction)

Kualitas pembelajaran merupakan keadaan yang mendorong siswa untuk aktif belajar dan mempertahankan kondisinya agar tetap dalam keadaan yang siap menerima pelajaran. Kualitas pembelajaran ditentukan oleh kualitas penyajian, penjelasan dan pengaturan unsur-unsur tugas belajar.

4) Kesempatan yang tersedia untuk belajar (time allowed for learning) Penyediaan waktu yang cukup untuk belajar dalam rangka mencapai tujuan instruksional yang ditetapkan dalam suatu mata pelajaran, bidang studi atau pokok bahasan yang berbeda-beda sesuai dengan bobot bahan pelajaran dan tujuan yang ditetapkan.

5) Kemampuan siswa untuk belajar (ability to understand instruction) Kemampuan atau kesanggupan siswa untuk menerima pelajaran berkaitan erat dengan kemampuan menanggapi rangsangan yang timbul dari lingkungan dan dengan sistem kerja fungsi kognitif yang mencakup taraf intelegensi dan daya kreativitas, bakat khusus, gaya belajar dan daya fantasi.


(33)

commit to user

Nasution, S (1982: 38-48) juga menyebutkan beberapa faktor yang mempengaruhi penguasaan penuh, yaitu:

1) Bakat untuk mempelajari sesuatu

Bakat, misalnya intelegensi, mempengaruhi prestasi belajar. 95% dari anak-anak, termasuk yang berbakat khusus dapat dibimbing untuk penguasaan penuh atas bahan pelajaran tertentu.

2) Mutu pengajaran

Pengajaran dan pembelajaran yang bermutu akan memungkinkan peserta didik untuk menguasai suatu tema pembelajaran dalam waktu yang singkat. Mutu pengajaran ditentukan oleh kualitas penyampaian atau penyajian, penjelasan, dan pengaturan unsur-unsur tugas belajar.

3) Kesanggupan untuk memahami pengajaran

Kesanggupan untuk menerima dan memahami pelajaran berhubungan erat dengan kemampuan menguasai bahasa lisan dan tulisan. Kemampuan untuk mengerti bahasa tulisan banyak ditentukan oleh cara penyusunan buku teks sedangkan kemampuan mengerti bahasa lisan berhubungan dengan kemampuan guru mengajar.

4) Ketekunan

Ketekunan adalah waktu dan kemauan yang diinginkan siswa untuk belajar. Siswa tidak akan menguasai tugas yang diberikan sepenuhnya jika waktu yang diberikan tidak sesuai dengan waktu yang diperlukan. Ketekunan berhubungan dengan minat dan sikap belajar. Jadi peserta didik perlu mempunyai ketekunan dan ketabahan untuk menguasai sesuatu yang dipelajari walaupun mereka perlu mengambil waktu yang lama.

5) Waktu yang tersedia untuk belajar

Waktu untuk belajar adalah waktu yang diperlukan untuk belajar. Peserta didik memerlukan waktu yang mencukupi untuk menguasai sesuatu yang dipelajari. Setiap peserta didik mempunyai tahapan kemahiran dan usaha yang berbeda.

Kelima variabel atau faktor Mastery Learning tersebut perlu diperhatikan guru ketika melaksanakan pembelajaran tuntas, sehingga siswa dapat mencapai ketuntasan belajar sesuai kriteria yang telah ditetapkan.

Proses pembelajaran dengan Mastery Learning tidak lain adalah untuk mempertinggi rata-rata prestasi siswa dalam belajar dengan memberikan kualitas pembelajaran yang lebih sesuai, dengan memberi bantuan serta perhatian khusus bagi siswa-siswa yang lambat agar menguasai kompetensi yang telah ditetapkan.


(34)

commit to user 1). Ciri-ciri Pembelajaran Dengan Mastery Learning

Sistem pembelajaran Mastery Learning mempunyai ciri-ciri antara lain adalah:

a) Pengajaran didasarkan atas tujuan-tujuan pengajaran telah ditentukan terlebih dahulu.

Ini berarti bahwa tujuan dari sistem belajar mengajar adalah agar semua siswa dapat mencapai tingkat penguasaan tujuan khusus pengajaran. Jadi baik cara belajar mengajar maupun alat evaluasi yang digunakan untuk mengetahui keberhasilan siswa harus berhubungan erat dengan tujuan-tujuan pendidikan yang akan dicapai.

b) Menggunakan satuan pelajaran yang terkecil

Cara belajar mengajar dengan prinsip Mastery Learning menurut pembagian bahan pengajaran menjadi unit yang kecil-kecil. Pembagian unit pelajaran menjadi bagian kecil-kecil ini sangat diperlukan guna dapat memperoleh umpan balik secepat mungkin. Guru dapat melakukan usaha perbaikan sedini mungkin, sehingga unit yang mendahului merupakan prasyarat bagi unit selanjutnya.

c) Memperhatikan perbedaan individu

Yang dimaksud dengan perbedaan di sini adalah perbedaan siswa dalam menerima rangsangan dari luar dan dari dalam diri serta laju belajarnya. d) Evaluasi dilakukan secara kontinu dan didasarkan atas kriteria

Untuk menyediakan informasi tentang baik atau buruknya proses dan hasil kegiatan pembelajaran, maka seorang guru harus menyelenggarakan evaluasi. Evaluasi dapat diartikan sebagai proses menentukan nilai. Untuk dapat menentukan suatu nilai diperlukan adanya kriteria. Kriteria digunakan sebagai dasar membandingkan antara kenyataan atau apa adanya dengan apa harusnya. Perbandingan bisa bersifat mutlak dan bersifat relatif. Perbandingan bersifat mutlak artinya hasil perbandingan tersebut menggambarkan posisi objek yang dinilai ditinjau dari kriteria yang berlaku. Sedangkan perbandingan bersifat relatif artinya hasil perbandingan lebih menggambarkan posisi suatu subjek yang dinilai


(35)

commit to user

terhadap lainnya dengan bersumber pada kriteria yang sama. Untuk mengetahui ketuntasan siswa dengan menggunakan kriteria ketuntasan minimal (KKM) pada lampiran 28. Evaluasi dilakukan secara kontinu diperlukan agar guru dapat menerima umpan balik yang cepat, sering dan sistematis. Umpan balik dalam proses pembelajaran adalah segala informasi yang diberikan kepada siswa mengenai hasil siswa dalam suatu tes yang mereka kerjakan setelah menyelesaikan suatu proses belajar, yang digunakan untuk mengetahui kemajuan siswa ke arah pencapaian tujuan pengajaran dan sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan serta masukan dalam proses pembelajaran. Slameto (1991: 190) menyatakan bahwa:

Umpan balik tidak akan berguna jika tidak disertai dengan proses belajar yang kedua atau berikutnya yang mencakup usaha siswa meluruskan kesalahan atau mengisi kekurangannya dengan memanfaatkan informasi umpan balik tersebut. Unsur-unsur penting dalam proses belajar ulang untuk memperbaiki hasil belajar adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1 Unsur Penting Dalam Belajar Ulang

e) Mastery Learning menekankan pembelajaran dengan teman atau sejawat

(peer instruction), dan bekerja dalam kelompok kecil.

Pada sekolah umum, Mastery Learning hampir pasti dikatakan cocok pada periode dan waktu pembelajaran, walaupun masih diperlukan schedule yang fleksibel. Oleh karena itu, solusi terbanyak yang direkomendasikan pada Mastery Learning adalah dengan menggunakan Group-Based Mastery Learning, yaitu Mastery Learning yang didasarkan pada penggunaan pendekatan secara kelompok. Sedangkan Nasution, S (1982: 41) menyatakan bahwa ”Pada dasarnya anak-anak tidak belajar secara kelompok akan tetapi secara individual, menurut cara-caranya

masing-Proses

Belajar I Belajar II Proses

Penilaian mis: tes I

Kriteria


(36)

commit to user

masing sekalipun ia berada dalam kelompok”. Jadi dalam group-based Mastery Learning, meskipun siswa bekerja secara kelompok secara perorangan siswa bertanggung jawab terhadap belajarnya sendiri.

f) Menggunakan program perbaikan dan program pengayaan

Program perbaikan dan pengayaan adalah sebagai akibat dari penggunaan evaluasi yang kontinu, dan berdasarkan kriteria terhadap perbedaan kecepatan belajar mengajar siswa dan administrasi sekolah. Program perbaikan ditujukan kepada siswa yang belum menguasai tujuan instruksional tertentu atau unit pelajaran yang diberikan. Sedangkan program pengayaan ditujukan kepada siswa yang telah menguasai unit pelajaran yang diberikan.

g) Menggunakan prinsip siswa belajar aktif

Prinsip belajar siswa aktif memungkinkan siswa mendapatkan pengetahuan berdasarkan kegiatan-kegiatan yang dilakukan sendiri. Cara belajar demikian mendorong siswa untuk bertanya bila mengalami kesulitan. Selain itu prinsip siswa belajar aktif dapat mengembangkan ketrampilan kognitif, ketrampilan manual, kreativitas dan logika berfikir. 2). Persiapan Mengajar Dengan Mastery Learning

Strategi Mastery Learning dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu menentukan tujuan pengajaran dan tingkat penguasaan serta pelaksanaan dengan prinsip belajar Mastery Learning.

a) Menentukan tujuan pengajaran dan tingkat penguasaan

Tujuan instruksional atau tujuan pengajaran sebenarnya telah tercantum dalam GBPP yang berlaku. Dari tujuan yang masih umum, kita harus menjabarkan tujuan-tujuan yang operasional sehingga dapat mengukur tingkat keberhasilan. Tujuan ini merupakan dasar bagi penyusunan cara belajar mengajar dan tes. Jadi, tes tidak lain adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengetahui sejauh mana siswa menguasai tujuan-tujuan instruksional setelah mereka mengalami proses belajar mengajar yang tergambar pada gambar 2.2.


(37)

commit to user

Tujuan Instruksional

Cara belajar mengajar Evaluasi Gambar 2.2 Bentuk Tujuan Instruksional

Sebelum mengembangkan tes, hendaknya dapat ditentukan terlebih dahulu tingkat penguasaannya atau standar ketuntasannya. Dengan cara demikian siswa akan berkompetisi untuk mencapai standar ketuntasan yang telah ditentukan. Jadi dalam Mastery Learning setiap individu dilihat penampilannya berdasarkan tingkat penguasaan bahan yang telah tetap dan bukan dilihat penampilannya yang didasarkan atas perbandingan teman-temannya dalam satu kelompok.

b) Pelaksanaan

Pelaksanaan dalam sistem belajar Mastery Learning sebagai berikut : (1). Menentukan pokok bahasan dan luas materi unit pelajaran setelah

mengetahui tujuan-tujuan yang akan dicapai dalam satu periode tertentu.

(2). Merencanakan pengajaran dan evaluasi.

(3). Merencanakan program perbaikan dan pengayaan 3). Model Strategi Mastery Learning

Menurut Ischak dan Warji (1987: 27), salah satu model strategi

Mastery Learning dapat digambarkan dengan bagan sebagai berikut :

Gambar 2.3 Bagan Model Strategi Mastery Learning PRT

TIU TIK RP PT

E

TPB


(38)

commit to user Keterangan Gambar :

TIU = Tujuan Instruksional Umum yang hendak dicapai (Standar Kompetensi). TIK = Tujuan Instruksional Khusus (Indikator).

PRT = Pre Test.

RP = Rencana Pembelajaran. PT = Post Tes.

TPB = Tingkat Penguasaan Bahan. E = Enrichment ( Pengayaan ). R = Remedial ( Perbaikan ).

2. Metode Mengajar

Mengajar merupakan istilah kunci yang hampir tidak pernah lepas dari pembahasan mengenai pendidikan. Mengajar merupakan suatu upaya yang dilakukan guru agar siswa belajar. Metode merupakan salah satu penunjang utama berhasil atau tidak seorang guru dalam mengajar . Di samping kecakapan dan ketrampilan mengajar, guru juga harus memiliki dan menguasai metode-metode mengajar yang tepat untuk topik-topik pelajaran yang diajarkannya agar hasil belajar dapat tercapai sebagaimana yang diharapkan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia: "Metode adalah cara-cara yang tersusun dan teratur untuk mencapai tujuan khususnya dalam hal ilmu pengetahuan". (Sulchan Yasyin,1997: 335). Syaiful Sagala (2009: 168) berpendapat bahwa "Metode adalah cara yang digunakan oleh guru dalam mengorganisasikan kelas pada umumnya atau dalam menyajikan bahan pelajaran pada khususnya". Mengenai metode, Wina Sanjaya (2009: 147) berpendapat bahwa ”Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang sudah disusun tercapai secara optimal”. Sedangkan Mulyani Sumantri et al (2001: 114) mengungkapkan bahwa “Metode merupakan cara-cara yang ditempuh guru untuk menciptakan situasi pengajaran yang benar-benar menyenangkan dan mendukung bagi kelancaran proses belajar dan tercapainya prestasi belajar yang memuaskan”.


(39)

commit to user

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa metode mengajar adalah cara yang teratur berdasarkan pendekatan tertentu yang digunakan guru untuk melaksanakan strategi saat penyampaian materi pelajaran guna mencapai tujuan pengajaran yang optimal. Dalam pengajaran secara umum ada beberapa metode mengajar antara lain: metode ceramah, metode demonstrasi, metode eksperimen dan lain-lain. Dalam hal ini akan dibahas lebih lanjut tentang metode mengajar yaitu metode demonstrasi dan metode diskusi.

a. Metode Demonstrasi

Wina Sanjaya (2009: 152) berpendapat bahwa "Metode demonstrasi

adalah metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan

mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekadar tiruan". Menurut Syaiful Sagala (2009: 210), “Metode demonstrasi adalah pertunjukan tentang proses terjadinya suatu peristiwa atau benda sampai pada penampilan tingkah laku yang dicontohkan agar dapat diketahui dan dipahami oleh peserta didik secara nyata atau tiruannya”. Sedangkan Mulyani Sumantri et al (2001: 133) menyatakan bahwa:

Metode demonstrasi diartikan sebagai cara penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada peserta didik suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik dalam bentuk sebenarnya maupun dalam bentuk tiruan yang dipertunjukkan oleh guru atau sumber belajar lain yang memahami atau ahli dalam topik bahasan yang harus didemonstrasikan.

Metode demonstrasi biasanya berkenaan dengan tindakan-tindakan atau prosedur yang harus dilakukan, misalnya proses mengatur sesuatu, melakukan, dan menggunakan komponen-komponen yang akan membentuk sesuatu, ataupun membandingkan suatu cara dengan cara lain dan mengetahui atau melihat kebenaran sesuatu. Dalam penggunaan metode demonstrasi disertai kelebihan dan kekurangan penggunaan metode ini.

Tujuan penggunaan metode demonstrasi adalah

1) Mengajarkan suatu proses atau prosedur yang harus dimiliki peserta didik atau dikuasai peserta didik


(40)

commit to user

3) Mengembangkan kemampuan pengamatan pandangan dan penglihatan para peserta didik secara bersama-sama.

Adapun kelebihan dari metode demonstrasi yaitu :

1) Membuat pelajaran jadi lebih jelas dan lebih kongkrit dan menghindari verbalisme.

2) Memudahkan peserta didik memahami bahan pelajaran 3) Proses pengajaran akan lebih menarik.

4) Merangsang peserta didik untuk lebih aktif mengamati dan dapat mencobanya sendiri.

5) Dapat disajikan bahan pelajaran yang tidak dapat dilakukan dengan menggunakan metode yang lain.

Sedangkan kelemahan dari metode demostrasi yaitu : 1) Memerlukan waktu yang banyak.

2) Memerlukan kematangan dalam perancangan atau persiapan. 3) Memerlukan ketrampilan guru secara khusus.

4) Keterbatasan dalam sumber belajar, alat pelajaran, situasi yang harus dikondisikan, dan waktu untuk mendemonstrasikan sesuatu

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan metode demonstrasi adalah: persiapan demonstrasi dan pelaksanaan demonstrasi.

1) Tahap persiapan.

Di dalam persiapan ada beberapa hal yang harus dilakukan, yaitu :

a) Mengatur tempat duduk yang memungkinkan semua siswa dapat melihat dengan jelas apa yang didemonstrasikan.

b) Merumuskan tujuan yang harus dicapai oleh siswa setelah proses demonstrasi berakhir.

c) Mengemukakan tugas-tugas yang harus dilakukan oleh siswa.

d) Mempersiapkan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan dilakukan.

e) Melakukan uji coba demonstrasi, yang meliputi segala peralatan yang diperlukan.


(41)

commit to user 2) Pelaksanaan demonstrasi

Tahap pelaksanaan demonstrasi meliputi :

a) Memulai demonstrasi dengan kegiatan-kegiatan yang merangsang siswa. b) Menciptakan suasana yang menyejukkan dengan menghindari suasana

yang menegangkan.

c) Meyakinkan bahwa semua siswa mengikuti jalannya demonstrasi dengan memperhatikan reaksi seluruh siswa.

d) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk secara aktif memikirkan lebih lanjut sesuai dengan apa yang dilihat dari proses demonstrasi. 3) Langkah mengakhiri demonstrasi

Setelah demonstrasi selesai, proses pembelajaran perlu diakhiri dengan: a) Mengevaluasi bersama tentang jalannya proses demonstrasi.

b) Memberikan tugas-tugas tertentu kepada siswa.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode demostrasi merupakan cara mengajar di mana seorang guru memperlihatkan suatu proses atau gejala kepada siswa dengan menggunakan alat bantu agar ilmu pengetahuan yang diberikan oleh pengajar dapat segera dipahami oleh siswa dan dapat memberikan gambaran kepada siswa tentang konsep yang dipelajari melalui peragaan yang dilakukan guru di kelas. Dengan begitu siswa akan lebih memahami konsep yang telah didapatkan bersama dengan guru melalui demonstrasi.

b. Metode Diskusi

Diskusi ialah percakapan ilmiah yang responsif berisikan pertukaran pendapat yang dijalin dengan pertanyaan-pertanyaan problematis pemunculan ide-ide dan pengujian ide-ide ataupun pendapat dilakukan oleh beberapa orang yang tergabung dalam kelompok itu yang diarahkan untuk memperoleh pemecahan masalahnya dan untuk mencari kebenaran. (Syaiful Sagala, 2009 : 208).

Diskusi bukanlah debat yang bersifat mengadu argumentasi. Wina Sanjaya (2009: 154) yang menyatakan bahwa ”Metode diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu permasalahan. Tujuan utama metode diskusi adalah untuk memecahkan suatu permasalahan, menjawab


(42)

commit to user

pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan siswa, serta untuk membuat suatu keputusan”.

Mulyani Sumantri et al (2001: 124) berpendapat bahwa "Metode diskusi diartikan sebagai siasat penyampaian bahan pengajaran yang melibatkan peserta didik untuk membicarakan dan menemukan alternatif pemecahan suatu topik bahasan yang bersifat problematis”. Dalam hal ini, guru, siswa, dan atau kelompok siswa memiliki perhatian yang sama terhadap topik yang dibicarakan dalam diskusi.

Metode diskusi bertujuan untuk :

1) Melatih siswa mengembangkan kemampuan bertanya, berkomunikasi, menafsirkan dan menyimpulkan bahasan.

2) Melatih dan membentuk kestabilan sosial-emosional.

3) Mengembangkan kemampuan berfikir sendiri dalam memecahkan masalah sehingga tumbuh konsep diri yang lebih positif.

4) Mengembangkan keberhasilan siswa dalam menemukan pendapat. 6) Melatih siswa berani berpendapat tentang suatu masalah.

Dalam penelitian ini juga menggunakan metode diskusi, yang mempunyai kelebihan maupun kelemahan. Kelebihan dari metode diskusi yaitu: 1) Dapat mendorong partisipasi siswa secara aktif, baik sebagai partisipan,

penanya, penyanggah, maupun sebagai ketua atau moderator diskusi. 2) Menimbulkan kreativitas dalam ide, pendapat, gagasan, prakarsa, ataupun

terobosan-terobosan baru dalam pemecahan masalah.

3) Menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, dan partisipasi demokratis. 4) Melatih kestabilan emosi dengan menghargai dan menerima pendapat orang

lain dan tidak memaksakan pendapat sendiri sehingga tercipta kondisi memberi dan menerima.

5) Keputusan yang dihasilkan kelompok akan lebih baik dari pada yang dihasilkan sendiri.

Sedangkan kelemahan dari metode diskusi adalah

1) Sulit menemukan topik masalah yang sesuai dengan tingkat berfikir siswa dan yang memiliki relevansi dengan lingkungan.


(43)

commit to user 2) Memerlukan waktu yang tidak terbatas

3) Pembicaraan atau pembahasan sering meluas dan mengambang. 4) Didominasi oleh orang-orang tertentu yang biasanya aktif.

5) Memerlukan alat yang fleksibel untuk membentuk tempat yang sesuai. 6) Kadang tidak membuat penyelesaian yang tuntas walaupun kesimpulan telah

disepakati namun dalam implementasinya sangat sulit dilaksanakan.

7) Perbedaan pendapat dapat mengundang reaksi di luar kelas bahkan dapat menimbulkan bentrokan fisik.

Agar penggunaan diskusi berjalan dengan efektif, maka perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :

1) Langkah persiapan.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam persiapan diskusi di antaranya : a) Merumuskan tujuan yang ingin dicapai.

b) Menentukan jenis diskusi yang dapat dilaksanakan sesuai tujuan yang ingin dicapai.

c) Menetapkan masalah yang akan dibahas.

d) Mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan teknis pelaksanaan diskusi.

2) Pelaksanaan diskusi

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan diskusi adalah : a) Memeriksa segala persiapan yang dianggap dapat mempengaruhi

kelancaran diskusi.

b) Memberikan pengarahan sebelum pelaksanaan diskusi.

c) Melaksanakan diskusi sesuai aturan main yang telah ditetapkan.

d) Memberikan kesempatan yang sama kepada peserta diskusi untuk mengeluarkan gagasan dan ide-idenya.

e) Mengendalikan pembicaraan pada pokok persoalan yang sedang dibahas. 3) Menutup diskusi

Akhir dari proses pembelajaran dengan menggunakan diskusi hendaklah dilakukan hal-hal sebagai berikut:


(44)

commit to user

a) Membuat pokok-pokok pembahasan sebagai kesimpulan sesuai dengan hasil diskusi.

b) Mereview jalannya diskusi dengan meminta pendapat dari seluruh peserta sebagai umpan balik untuk perbaikan selanjutnya.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode diskusi merupakan cara mengajar dimana lebih bersifat bertukar pengalaman atau pendapat untuk menentukan keputusan tertentu secara bersama-sama.

c. Evaluasi Hasil Belajar

Untuk menyediakan informasi tentang baik atau buruknya proses dan hasil kegiatan pembelajaran, maka seorang guru harus menyelenggarakan evaluasi. Kegiatan evaluasi yang dilakukan guru mencakup evaluasi pembelajaran dan evaluasi hasil belajar. Evaluasi pembelajaran merupakan proses sistematis untuk memperoleh informasi tentang keefektian proses pembelajaran dalam membantu siswa mencapai tujuan pengajaran secara optimal. Sedangkan evaluasi hasil belajar merupakan kegiatan untuk menentukan nilai belajar siswa melalui penilaian hasil belajar. Dari kegiatan evaluasi hasil belajar kita dapat mengetahui tingkat kekeberhasilan yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti suatu kegiatan pembelajaran, dimana tingkat keberhasilan tersebut ditandai dengan skala nilai berupa angka atau huruf. Apabila tujuan utama kegiatan evaluasi hasil belajar ini sudah terealisasi, maka hasilnya dapat difungsikan dan ditujukan untuk berbagai keperluan.

Hasil dari kegiatan evaluasi hasil belajar pada akhirnya difungsikan dan ditujukan untuk keperluan diagnostik dan pengembangan, seleksi, kenaikan kelas, dan penempatan.

Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. … . Penilaian ini berfungsi sebagai: (1) Alat untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan instruksional. Dengan fungsi ini maka penilaian harus mengacu kepada rumusan-rumusan tujuan instruksional. (2) Umpan balik pada perbaikan proses belajar-mengajar. Perbaikan mungkin dilakukan dalam hal tujuan instruksional, kegiatan belajar siswa, strategi mengajar guru, dll. (3) Dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar siswa kepada para orang tuanya. Dalam laporan tersebut dikemukakan kemampuan dan kecakapan


(45)

commit to user

belajar siswa dalam bidang studi dalam bentuk nilai-nilai prestasi yang dicapainya.

(Nana Sudjana, 2008: 3-4)

Evaluasi hasil belajar merupakan suatu proses yang sistematis. Agar proses evaluasi hasil belajar dapat dilaksanakan oleh seorang guru atau penilai, maka ada beberapa tahapan atau langkah kegiatan yang perlu dilaksanakan oleh seorang penilai. Tahapan prosedur evaluasi hasil belajar yang perlu dilalui seseorang penilai meliputi: persiapan, penyusunan alat ukur (tes), pelaksanaan pengukuran, pengolahan hasil pengukuran, penafsiran hasil pengukuran, pelaporan dan penggunaan hasil evaluasi. Ditinjau dari segi kegunaan untuk mengukur siswa, maka dibedakan atas adanya 3 macam tes yaitu tes diagnostik, tes formatif dan tes sumatif. Suharsimi Arikunto (2002: 33-40) menyatakan bahwa:

Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa, sehingga berdasarkan kelemahan-kelemahan-kelemahan-kelemahan tersebut dapat dilakukan pemberian perlakuan yang tepat. Tes diagnostik dapat dilakukan pada awal belajar, sedang belajar atau akhir belajar. Tes formatif merupakan tes yang dilaksanakan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah terbentuk setelah mengikuti program tertentu. Manfaat tes formatif tersebut adalah sebagai penguatan, perbaikan dan diagnosis. Sedangkan tes sumatif adalah tes yang dilaksanakan setelah program yang lebih besar berakhir. Manfaat dari tes sumatif adalah untuk menentukan nilai dan mengukur ketercapaian program.

Pendapat yang sama juga diungkapkan oleh Nana Sudjana (2008: 5), yang menyatakan bahwa:

Dilihat dari fungsinya, jenis penilaian ada beberapa macam yaitu penilain formatif, penilain sumatif, penilaian diagnostik, penilai selektif, penilaian penempatan. Penilaian formatif adalah penilaian yang dilaksanakan pada akhir program mengajar untuk melihat keberhasilan proses belajar-mengajar itu sendiri. Penilaian sumatif adalah penilaian yang dilaksanakan pada akhir unit program, yaitu akhir catur wulan, akhir semester, dan akhir tahun. Penilaian diagnostik adalah penilaian yang bertujuan untuk melihat kelemahan-kelemahan siswa serta faktor penyebabnya. Penilaian selektif adalah penilaian yang bertujuan untuk keperluan seleksi, misalnya ujian saringan masuk ke lembaga pendidikan tertentu. Penilaian penempatan adalah penilaian yang ditujukan untuk mengetahui ketrampilan prasyarat yang diperlukan bagi suatu program belajar dan penguasaan belajar seperti yang diprogramkan sebelum memulai kegiatan belajar untuk program itu.


(46)

commit to user

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pada prinsipnya evaluasi hasil belajar merupakan kegiatan berencana dan berkesinambungan. Evaluasi hasil belajar merupakan usaha mengukur pencapaian tujuan kegiatan belajar yang mencerminkan perubahan tingkah laku, kecakapan dan status siswa dalam menelaah pelajaran dalam jangka waktu tertentu. Untuk mengetahui tinggi rendahnya prestasi belajar siswa digunakan suatu alat evaluasi, yaitu berupa tes buatan guru bidang studi masing-masing.

3. Kemampuan Matematika

Matematika menggunakan bahasa yang dinyatakan dengan simbol-simbol dan istilah yang benar dan tepat yang telah disepakati bersama. Matematika disebut bahasa, sebab matematika merupakan bahasa simbol yang berlaku secara universal (Internasional) dan sangat padat makna dan pengertiannya. (Karso dan Hendro Darmodjo, 1993: 12). Bahasa matematika ini, digunakan untuk siapa saja, kapan saja dan di mana saja pasti akan mempunyai pengertian yang sama. Sehingga dengan menggunakan Matematika maka konsep-konsep dalam Fisika akan dapat ditampilkan lebih sederhana dan lebih mudah dipahami yaitu dengan merumuskannya dalam persamaan matematis dan simbol.

Matematika timbul sebagai hasil pemikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses dan penalaran. Dalam mempelajari Matematika diperlukan pemahaman tidak cukup dengan hafalan saja. Selain itu, dalam mempelajari matematika tidak lepas dari penelaahan bentuk-bentuk atau struktur-struktur yang abstrak, kemudian dalam mempelajarinya kita mencari hubungannya. Jadi, Fisika dalam perkembangannya membutuhkan Matematika sebagai alat bantu karena Fisika memerlukan model untuk memahaminya.

Margono dalam Puruhita (2009: 20) menyatakan bahwa “Metematika adalah pengetahuan yang disusun secara deduktif”. Dalam matematika tidak menerima generalisasi yang berdasarkan observasi, eksperimen, coba-coba (induktif) seperti halnya ilmu pengetahuan alam dan ilmu-ilmu pengetahuan


(47)

commit to user

umumnya. Kebenaran generalisasi dalam matematika harus dapat dibuktikan secara deduktif.

Matematika terdiri dari empat bahasan yang luas, yaitu: Aritmatika, Aljabar, Geometri dan Analisis (http://www.Fisika.net/A Brief of Mathematics/Miftachul Hadi (Fisika LIPI) revisi terakhir: 14 Juli 2005). Karso et al (1993: 13) juga mengemukakan bahwa ”Matematika itu sebagai seni dan ratunya ilmu”. Matematika sebagai seni karena dalam matematika terlihat unsur-unsur keindahan, keteraturan, keterurutan dan ketetapan seperti halnya seni, indah dipandang dan diresapi. Sedangkan matematika sebagai ratunya ilmu karena matematika itu tidak bergantung dengan bidang studi lain tetapi merupakan alat serta pelayan ilmu lain. Sebagai abdi atau pelayan, Matematika adalah ilmu dasar yang mendasari dan melayani berbagai ilmu pengetahuan lain. Kemampuan matematika merupakan penunjang bagi bidang lain, salah satunya adalah IPA. Matematika dengan IPA merupakan ilmu dasar yang mempunyai saling keterkaitan yang sangat erat. IPA tidak mungkin dikembangkan tanpa bantuan matematika, sehingga lebih mendorong IPA untuk berkembang. (Karso et al, 1993: 1). Pernyataan ini sejalan dengan pernyataan Abdullah Aly seperti yang dikutip oleh Anik (2009: 15) yaitu “Peranan Matematika dalam IPA antara lain adalah sebagai faktor penunjang untuk semesta dan dapat menjelaskan sesuatu yang tak dapat dijangkau oleh pengalaman empiris”.

Beberapa karakteristik dalam kemampuan matematika menurut Soedjadi dalam Anik (2009: 14-15) antara lain :

a) Memiliki objek kajian abstrak

Dalam Matematika objek dasar yang dipelajari adalah abstrak. Objek ini merupakan objek pikiran yang meliputi fakta, konsep, operasi, serta prinsip. Dari objek itulah dapat disusun suatu pola dan struktur Matematika.

b) Berpola pikir deduktif

Pola pikir deduktif merupakan pemikiran yang berpangkal pada hal yang bersifat umum dan diarahkan pada hal yang bersifat khusus. Hal ini dapat terwujud dalam hal yang sederhana maupun tidak.

c) Memiliki simbul yang kosong dalam arti

Rangkaian simbol-simbol yang ada dapat membentuk suatu model Matematika. Model Matematika dapat berupa persamaan, pertidaksamaan, bangun geometri dan sebagainya.


(1)

commit to user

berdistribusi normal, dan sebaliknya jika L

obs

> L

tabel

maka sampel berasal dari

populasi yang berdistribusi tidak normal.

Berdasarkan hasil perhitungan uji normalitas diperoleh hasil sebagai

berikut :

1)

Untuk variabel kemampuan matematika (X) menunjukkan harga statistik uji

L

obs

= 0,062 dan harga kritik L

0.05; 36

= 0,148. Karena L

obs

tidak melebihi harga

L

tabel

(L

0.05; 36

) maka dapat dikatakan bahwa sampel berasal dari populasi yang

berdistribusi normal. (Lampiran 21)

2)

Untuk variabel ketuntasan belajar Fisika (Y) menunjukkan harga statistik uji

L

obs

= 0,115 dan harga kritik L

0.05; 36

= 0,148. Karena L

obs

tidak melebihi harga

L

tabel

(L

0.05; 36

) maka dapat dikatakan bahwa sampel berasal dari populasi yang

berdistribusi normal. (Lampiran 22)

b. Uji Linearitas

dan Keberartian Regresi

1)

Diagram Pencar

Hubungan dari masing-masing variabel bebas (X) dengan variabel terikat

(Y) dapat dilihat dari diagram pencar sebagai berikut :


(2)

commit to user

Persamaan dari regresi linear Y

ˆ = 23,76 + 0,68X. Gambar grafik

menunjukkan adanya hubungan antara X dengan Y dengan arah regresi

positif dan berarti.

2)

Uji linearitas regresi X terhadap Y

Dari hasil uji linearitas pada lampiran 26 yang telah dilakukan diperoleh

F

hitung

sebesar 0.515. F

hitung

dikonsultasikan pada F

tabel(17,17;0.05)

dan diperoleh

nilai sebesar 2,29. Karena F

hitung

< F

tabel(17,17; 0,05)

= 0,515 < 2,29; berarti

antara variabel X dengan variabel Y mempunyai hubungan regresi yang

berbentuk linear.

3)

Uji keberartian regresi

Dari hasil uji keberartian pada lampiran 26 yang telah dilakukan, diperoleh

F

hitung

sebesar 22,823. F

hitung

dikonsultasikan pada F

tabel (1,34;0,05)

dan

diperoleh nilai sebesar 4,13. Karena F

hitung

> F

tabel(1,34;0,05)

= 22,823 > 4,13;

maka persamaan garis regresi linier X

terhadap Y berarti.

2.

Hasil Uji

Hipotesis

Analisis regresi X terhadap Y tercantum pada lampiran dengan hasil

sebagai berikut :

a.

Persamaan regresi linear sederhana X dan Y

Y

ˆ = a + bX

Y

ˆ = 23,762 + 0,681X

Tabel 4.7. Hasil Analisis Variansi Regresi Linear Sederhana

Sumber

Variansi

Dk

Jumlah Kuadrat

(JK)

Rerata Jumlah

Kuadrat (RJK)

F

F

tabel

Total

36

198503

198503

Regresi (a)

Regresi (b/a)

Residu (S)

1

1

34

196988.028

608.485

906.487

196988,028

608,485

26,661

22,823 4,13

Tuna Cocok (TC)

Galat (G)

17

17

308,320

598,167

18,136

35,186

0,515

2,29

berarti


(3)

commit to user

b.

Koefisien korelasi sederhana

Dari hasil perhitungan pada lampiran 27, diperoleh hasil r

hitung

= 0,634. Artinya

ada korelasi atau hubungan positif yang tinggi antara kemampuan matematika

(X) terhadap ketuntasan belajar Fisika (Y).

c.

Koefisien determinasi

Kontribusi kemampuan matematika (X) terhadap ketuntasan belajar Fisika (Y)

diperoleh sebesar = (0,634)

2

x 100% = 40,165% = 40,2 %

d.

Uji signifikan koefisien korelasi Sederhana

Dari hasil perhitungan pada lampiran 27, diperoleh hasil t

hitung

= 4,779 dan

t

tabel(0,05;36)

= 1,69. Karena t

hitung

> t

tabel(0,05;36)

= 4,779 >1,69; maka koefisien

korelasi antara kemampuan matematika (X) terhadap ketuntasan belajar Fisika

(Y) signifikan.

3.

Pembahasan Hasil Analisis Data

Berdasarkan hasil analisis dan hasil interpretasi data dapat dijelaskan

sebagai berikut :

Semua sampel yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari populasi

yang terdistribusi normal, sehingga semua kesimpulan yang berlaku bagi sampel

dapat digeneralisasikan pada populasi. Dari uji linearitas menunjukkan bahwa

variabel X dengan Y mempunyai hubungan regresi yang berbentuk linear.

Ho = r = 0 dan Ha = r

0 maka hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis

alternatif (H

a

) diterima, ini berarti hipotesis yang menyatakan “Ada kontribusi

kemampuan matematika terhadap ketuntasan belajar Fisika pada sistem belajar

mengajar Mastery Learning siswa SMA tahun ajaran 2009/2010”, dapat diterima.

Persamaan regresi linear sederhana X terhadap Y adalah = 23,762 + 0,681X.

Dari persamaan regresi linear = 23,762 + 0,681X dapat diinterpretasikan bahwa

siswa yang memiliki kemampuan matematika sebesar 23,762 setiap kenaikan satu

unit kemampuan matematika meningkatkan ketuntasan belajar siswa sebesar

0,681.

Derajat hubungan antara kemampuan matematika dengan ketuntasan

belajar Fisika dapat diketahui dari besarnya harga koefisien korelasi yang


(4)

commit to user

dihasilkan sebesar 0,634, sedangkan untuk keberartian regresi sebesar F

hitung

:

22,283. Hal ini dapat menunjukkan bahwa kriterium ketuntasan belajar Fisika

dapat diprediksikan dari prediktor kemampuan matematika. Nilai positif

mempunyai arti bahwa variabel kemampuan matematika memberikan sumbangan

positif terhadap variabel ketuntasan belajar. Populasi siswa yang mempunyai

kemampuan matematika yang baik diharapkan memperoleh nilai Fisika yang baik

sesuai kriteria ketuntasan belajar Fisika.

Besarnya koefisien determinasi menunjukkan sumbangan atau kontribusi

kemampuan matematika terhadap ketuntasan belajar Fisika. Dalam penelitian ini

diperoleh koefisien determinasi sebesar 40,2%. Jadi, dari data statistik tersebut

dapat dilihat kemampuan matematika memberikan sumbangan yang cukup besar

terhadap ketuntasan belajar Fisika. Hal ini menunjukkan bahwa prediktor

kemampuan matematika dapat memprediksi ketuntasan belajar Fisika siswa

sebesar 40,2%, sedangkan sisanya sebesar 59,8% masih ada faktor lain yang tidak

bisa diabaikan dalam upaya mengatasi masalah ketuntasan belajar Fisika baik

secara internal ataupun eksternal, atau dengan kata lain 59,8% merupakan

faktor-faktor lain yang turut berperan dalam mempengaruhi ketuntasan belajar siswa.


(5)

commit to user

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa data dan pembahasan, penelitian ini dapat

disimpulkan sebagai berikut :

1.

Ada kontribusi kemampuan matematika terhadap ketuntasan belajar Fisika

pada sistem belajar mengajar Mastery Learning siswa SMA tahun ajaran

2009/2010.

2.

Kemampuan matematika memberikan kontribusi sebesar 40,2% terhadap

ketuntasan belajar Fisika.

3.

Hasil penelitian ini menginformasikan bahwa kemampuan menghitung,

menelaah bentuk yang abstrak dan menghubungkannya, menalar, memahami

persamaan serta menafsirkan data sangat diperlukan dalam menyelesaikan

masalah (soal-soal Fisika) sehingga dapat mewujudkan pencapaian nilai yang

maksimal.

B.

Implikasi

1.

Implikasi Teoritis

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi bahwa kemampuan

matematika berpengaruh terhadap ketuntasan belajar Fisika siswa. Siswa yang

mempunyai kemampuan matematika yang baik maka nilai Fisikanya juga baik.

2.

Implikasi Praktis

Secara praktis, hasil penelitian ini bermanfaat bagi guru bidang studi

Fisika bahwa mengetahui kemampuan matematika siswa sangat penting untuk

proses belajar mengajar. Dengan mengetahui kemampuan matematika siswa, guru

dapat menentukan langkah selanjutnya dalam proses belajar mengajar.


(6)

commit to user

C.

Saran

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dapat disarankan sebagai berikut :

1.

Kepada Siswa

Siswa hendaknya terus dapat berusaha meningkatkan kemampuan

matematika, misalnya: menghitung, menelaah soal bentuk yang abstrak dan

menghubungkannya, menalar, memahami persamaan serta menafsirkan data yang

digunakan dalam menyelesaikan masalah agar kesulitan belajar yang ditemui

segera dapat diatasi sehingga dapat mencapai ketuntasan belajar sesuai kriteria

yang telah ditetapkan.

2.

Kepada Guru

a.

Sebelum proses belajar mengajar, sebaiknya guru mengetahui kemampuan

matematika siswa sehingga dapat menentukan proses belajar mengajar

selanjutnya.

b.

Guru diharapkan mampu membantu siswa dalam mencapai ketuntasan belajar

Fisika.

3.

Kepada Orangtua

Orangtua diharapkan mampu membantu mengatasi masalah belajar

siswa di rumah.

4.

Kepada Peneliti Lanjutan

a.

Sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan dengan melibatkan variabel-variabel

lain yang juga mempengaruhi ketuntasan belajar siswa.

b.

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk mengadakan


Dokumen yang terkait

Hubungan antara persepsi siswa tentang kemampuan mengajar mahasiswa PPKT dengan minat belajar siswa: studi kasus di MTs Nur Asy-Syafi’iyah (YASPINA), Rempoa Ciputat, Tangerang Selatan.

1 50 115

Pengaruh penggunaan strategi mastery learning terhadap hasil belajar IPS siswa Mts Al-Khairiyah tegal parung jakarta selatan tahun ajaran 2014/2015

1 14 146

Penerapan strategi belajar tuntas (mastery learning) untuk pencapaian standar kompetensi dalam pelajaran ekonomi di SMA IT YAPIRA Medang Kabupaten Bogor

0 6 157

KONTRIBUSI FAKTOR-FAKTOR PERSIAPAN GURU MENGAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP Kontribusi Faktor-faktor Persiapan Guru Mengajar terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 12 Surakarta Tahun Ajaran 2016/2017.

0 5 19

KONTRIBUSI MOTIVASI BELAJAR DAN KEAKTIFAN BERORGANISASITERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA SMA Kontribusi Motivasi Belajar dan Keaktifan Berorganisasi terhadap Prestasi Belajar Matematika pada Siswa SMA Al Firdaus Tahun Ajaran 2016/2017.

0 2 16

KONTRIBUSI MOTIVASI BELAJAR DAN KEAKTIFAN BERORGANISASITERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA SMA Kontribusi Motivasi Belajar dan Keaktifan Berorganisasi terhadap Prestasi Belajar Matematika pada Siswa SMA Al Firdaus Tahun Ajaran 2016/2017.

0 2 16

KONTRIBUSI MOTIVASI BELAJAR, PERSEPSI SISWA TENTANG KEMAMPUAN MENGAJAR GURU, DAN PEMANFAATAN FASILITAS Kontribusi Motivasi Belajar, Persepsi Siswa Terhadap Kemampuan Mengajar Guru, dan Pemanfaatan Fasilitas Sekolah Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa

0 5 10

KONTRIBUSI MOTIVASI BELAJAR, PERSEPSI SISWA TERHADAP KEMAMPUAN MENGAJAR GURU, DAN Kontribusi Motivasi Belajar, Persepsi Siswa Terhadap Kemampuan Mengajar Guru, dan Pemanfaatan Fasilitas Sekolah Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII SMP Al-Is

0 1 16

KONTRIBUSI KEHARMONISAN KELUARGA DAN KEDISIPLINAN BELAJAR TERHADAP MINAT BELAJAR MATEMATIKA SISWA Kontribusi Keharmonisan Keluarga Dan Kedisiplinan Belajar Terhadap Minat Belajar Matematika Siswa Kelas X SMA Negeri Colomadu Tahun Ajaran 2014/2015.

0 3 16

KONTRIBUSI MINAT BELAJAR, KEMAMPUAN AWAL SISWA DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR KONTRIBUSI MINAT BELAJAR, KEMAMPUAN AWAL SISWA DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS VIII SEMESTER II TAHUN AJARAN 2010/2011 DI

0 1 15