Sistem Belajar Ketuntasan Belajar

commit to user ketuntasan minimal. Kegiatan remedial yang berupa tatap muka dengan guru akan diberi kesempatan untuk belajar sendiri, kemudian dilakukan evaluasi dengan cara menjawab pertanyaan sesuai dengan topiknya, membuat rangkuman pelajaran, atau mengerjakan tugas.

c. Sistem Belajar

Tuntas Mastery Learning Mastery Learning adalah suatu filsafat yang mengatakan bahwa dengan sistem pengajaran yang tepat semua siswa dapat belajar dengan hasil yang baik dari hampir seluruh materi pelajaran yang diajarkan di sekolah. Sistem pengajaran ini dikembangkan agar siswa dapat menguasai sejumlah tujuan pendidikan. Dr. Siswojo 1981: 21 menyatakan bahwa ”Mastery Learning belajar tuntas adalah pencapaian taraf penguasaan minimal yang ditetapkan untuk setiap unit bahan pelajaran, baik secara perseorangan maupun kelompok”. Mastery Learning ini adalah proses belajar mengajar yang bertujuan agar bahan ajaran dikuasai secara tuntas, artinya dikuasai sepenuhnya oleh siswa. Belajar tuntas ini merupakan strategi pengajaran yang diindividualisasikan dengan menggunakan pendekatan kelompok Group Based Learning. Mulyani Sumantri dan Johar Permana, 2001: 84 Menurut John B. Carroll 1963 dalam Dr.Siswojo 1981: 15 menyatakan bahwa “Setiap siswa dapat menguasai pokok bahasan tertentu dan dapat belajar sesuai dengan tuntutan dan sasaran yang diharapkan, jika kepada siswa diberikan waktu yang cukup sufficient dan mereka diperlakukan secara tepat appropriate threatment”. Pendapat yang sama juga diungkapkan oleh Oemar Hamalik 1989: 104 bahwa: Bakat seorang siswa dalam suatu bidang pengajaran tertentu dapat diramalkan, baik tingkatnya yaitu bahan yang dipelajari dalam bidang pengajaran itu dalam waktu yang telah ditentukan maupun satuan waktu yang dibutuhkan untuk mempelajari bahan tersebut sampai ke tingkat penguasaan tertentu. Makin lama siswa menggunakan waktu secara sungguh-sungguh untuk belajar, makin tinggi tingkat penguasaan terhadap bahan yang dipelajarinya. Sedangkan waktu yang dibutuhkan ditentukan oleh bakat siswa, kualitas pengajaran dan kemampuan siswa untuk menangkap bahan pelajaran. Dengan commit to user demikian semua siswa dapat mencapai ketuntasan jika kepada siswa diberikan waktu yang cukup dan diperlakukan secara tepat, sehingga siswa yang prestasinya kurang memerlukan waktu yang lebih lama untuk belajar menguasai pokok bahasan yang sama. Bloom dalam Guskey Thomas R, georgetown college 2007 menyatakan bahwa: “Faktor yang prinsipil dalam stategi Mastery Learning adalah mengembangkan prosedur umpan balik dan korektif feedback and corrective pada berbagai taraf atau bagian dari proses belajar dengan memakai berbagai tes”. Tes itu dimaksudkan untuk untuk memberikan umpan balik kepada guru dan siswa mengenai aspek-aspek atau elemen-elemen apa yang telah dikuasai setiap siswa dalam satuan pelajaran tertentu dan apa yang masih perlu dipelajari kembali oleh siswa. Variabel-variabel belajar tuntas: 1 Bakat siswa aptitude Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada korelasi yang cukup tinggi antara bakat dengan hasil belajar. 2 Ketekunan belajar perseverance Ketekunan erat kaitannya dengan dorongan yang timbul dari dalam diri siwa untuk belajar dan mengolah informasi secara efektif dan efisien serta pengembangan minat dan sikap yang diwujudkan dalam setiap langkah instruksional . 3 Kualitas pembelajaran quality of instruction Kualitas pembelajaran merupakan keadaan yang mendorong siswa untuk aktif belajar dan mempertahankan kondisinya agar tetap dalam keadaan yang siap menerima pelajaran. Kualitas pembelajaran ditentukan oleh kualitas penyajian, penjelasan dan pengaturan unsur- unsur tugas belajar. 4 Kesempatan yang tersedia untuk belajar time allowed for learning Penyediaan waktu yang cukup untuk belajar dalam rangka mencapai tujuan instruksional yang ditetapkan dalam suatu mata pelajaran, bidang studi atau pokok bahasan yang berbeda-beda sesuai dengan bobot bahan pelajaran dan tujuan yang ditetapkan. 5 Kemampuan siswa untuk belajar ability to understand instruction Kemampuan atau kesanggupan siswa untuk menerima pelajaran berkaitan erat dengan kemampuan menanggapi rangsangan yang timbul dari lingkungan dan dengan sistem kerja fungsi kognitif yang mencakup taraf intelegensi dan daya kreativitas, bakat khusus, gaya belajar dan daya fantasi. Mulyani Sumantri et al, 2001: 84-85 commit to user Nasution, S 1982: 38-48 juga menyebutkan beberapa faktor yang mempengaruhi penguasaan penuh, yaitu: 1 Bakat untuk mempelajari sesuatu Bakat, misalnya intelegensi, mempengaruhi prestasi belajar. 95 dari anak-anak, termasuk yang berbakat khusus dapat dibimbing untuk penguasaan penuh atas bahan pelajaran tertentu. 2 Mutu pengajaran Pengajaran dan pembelajaran yang bermutu akan memungkinkan peserta didik untuk menguasai suatu tema pembelajaran dalam waktu yang singkat. Mutu pengajaran ditentukan oleh kualitas penyampaian atau penyajian, penjelasan, dan pengaturan unsur-unsur tugas belajar. 3 Kesanggupan untuk memahami pengajaran Kesanggupan untuk menerima dan memahami pelajaran berhubungan erat dengan kemampuan menguasai bahasa lisan dan tulisan. Kemampuan untuk mengerti bahasa tulisan banyak ditentukan oleh cara penyusunan buku teks sedangkan kemampuan mengerti bahasa lisan berhubungan dengan kemampuan guru mengajar. 4 Ketekunan Ketekunan adalah waktu dan kemauan yang diinginkan siswa untuk belajar. Siswa tidak akan menguasai tugas yang diberikan sepenuhnya jika waktu yang diberikan tidak sesuai dengan waktu yang diperlukan. Ketekunan berhubungan dengan minat dan sikap belajar. Jadi peserta didik perlu mempunyai ketekunan dan ketabahan untuk menguasai sesuatu yang dipelajari walaupun mereka perlu mengambil waktu yang lama. 5 Waktu yang tersedia untuk belajar Waktu untuk belajar adalah waktu yang diperlukan untuk belajar. Peserta didik memerlukan waktu yang mencukupi untuk menguasai sesuatu yang dipelajari. Setiap peserta didik mempunyai tahapan kemahiran dan usaha yang berbeda. Kelima variabel atau faktor Mastery Learning tersebut perlu diperhatikan guru ketika melaksanakan pembelajaran tuntas, sehingga siswa dapat mencapai ketuntasan belajar sesuai kriteria yang telah ditetapkan. Proses pembelajaran dengan Mastery Learning tidak lain adalah untuk mempertinggi rata-rata prestasi siswa dalam belajar dengan memberikan kualitas pembelajaran yang lebih sesuai, dengan memberi bantuan serta perhatian khusus bagi siswa-siswa yang lambat agar menguasai kompetensi yang telah ditetapkan. commit to user 1. Ciri-ciri Pembelajaran Dengan Mastery Learning Sistem pembelajaran Mastery Learning mempunyai ciri-ciri antara lain adalah: a Pengajaran didasarkan atas tujuan-tujuan pengajaran telah ditentukan terlebih dahulu. Ini berarti bahwa tujuan dari sistem belajar mengajar adalah agar semua siswa dapat mencapai tingkat penguasaan tujuan khusus pengajaran. Jadi baik cara belajar mengajar maupun alat evaluasi yang digunakan untuk mengetahui keberhasilan siswa harus berhubungan erat dengan tujuan- tujuan pendidikan yang akan dicapai. b Menggunakan satuan pelajaran yang terkecil Cara belajar mengajar dengan prinsip Mastery Learning menurut pembagian bahan pengajaran menjadi unit yang kecil-kecil. Pembagian unit pelajaran menjadi bagian kecil-kecil ini sangat diperlukan guna dapat memperoleh umpan balik secepat mungkin. Guru dapat melakukan usaha perbaikan sedini mungkin, sehingga unit yang mendahului merupakan prasyarat bagi unit selanjutnya. c Memperhatikan perbedaan individu Yang dimaksud dengan perbedaan di sini adalah perbedaan siswa dalam menerima rangsangan dari luar dan dari dalam diri serta laju belajarnya. d Evaluasi dilakukan secara kontinu dan didasarkan atas kriteria Untuk menyediakan informasi tentang baik atau buruknya proses dan hasil kegiatan pembelajaran, maka seorang guru harus menyelenggarakan evaluasi. Evaluasi dapat diartikan sebagai proses menentukan nilai. Untuk dapat menentukan suatu nilai diperlukan adanya kriteria. Kriteria digunakan sebagai dasar membandingkan antara kenyataan atau apa adanya dengan apa harusnya. Perbandingan bisa bersifat mutlak dan bersifat relatif. Perbandingan bersifat mutlak artinya hasil perbandingan tersebut menggambarkan posisi objek yang dinilai ditinjau dari kriteria yang berlaku. Sedangkan perbandingan bersifat relatif artinya hasil perbandingan lebih menggambarkan posisi suatu subjek yang dinilai commit to user terhadap lainnya dengan bersumber pada kriteria yang sama. Untuk mengetahui ketuntasan siswa dengan menggunakan kriteria ketuntasan minimal KKM pada lampiran 28. Evaluasi dilakukan secara kontinu diperlukan agar guru dapat menerima umpan balik yang cepat, sering dan sistematis. Umpan balik dalam proses pembelajaran adalah segala informasi yang diberikan kepada siswa mengenai hasil siswa dalam suatu tes yang mereka kerjakan setelah menyelesaikan suatu proses belajar, yang digunakan untuk mengetahui kemajuan siswa ke arah pencapaian tujuan pengajaran dan sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan serta masukan dalam proses pembelajaran. Slameto 1991: 190 menyatakan bahwa: Umpan balik tidak akan berguna jika tidak disertai dengan proses belajar yang kedua atau berikutnya yang mencakup usaha siswa meluruskan kesalahan atau mengisi kekurangannya dengan memanfaatkan informasi umpan balik tersebut. Unsur-unsur penting dalam proses belajar ulang untuk memperbaiki hasil belajar adalah sebagai berikut: Gambar 2.1 Unsur Penting Dalam Belajar Ulang e Mastery Learning menekankan pembelajaran dengan teman atau sejawat peer instruction, dan bekerja dalam kelompok kecil. Pada sekolah umum, Mastery Learning hampir pasti dikatakan cocok pada periode dan waktu pembelajaran, walaupun masih diperlukan schedule yang fleksibel. Oleh karena itu, solusi terbanyak yang direkomendasikan pada Mastery Learning adalah dengan menggunakan Group-Based Mastery Learning, yaitu Mastery Learning yang didasarkan pada penggunaan pendekatan secara kelompok. Sedangkan Nasution, S 1982: 41 menyatakan bahwa ”Pada dasarnya anak-anak tidak belajar secara kelompok akan tetapi secara individual, menurut cara-caranya masing- Proses Belajar I Proses Belajar II Penilaian mis: tes I Kriteria Perbandingan Informasi Umpan Balik commit to user masing sekalipun ia berada dalam kelompok”. Jadi dalam group-based Mastery Learning, meskipun siswa bekerja secara kelompok secara perorangan siswa bertanggung jawab terhadap belajarnya sendiri. f Menggunakan program perbaikan dan program pengayaan Program perbaikan dan pengayaan adalah sebagai akibat dari penggunaan evaluasi yang kontinu, dan berdasarkan kriteria terhadap perbedaan kecepatan belajar mengajar siswa dan administrasi sekolah. Program perbaikan ditujukan kepada siswa yang belum menguasai tujuan instruksional tertentu atau unit pelajaran yang diberikan. Sedangkan program pengayaan ditujukan kepada siswa yang telah menguasai unit pelajaran yang diberikan. g Menggunakan prinsip siswa belajar aktif Prinsip belajar siswa aktif memungkinkan siswa mendapatkan pengetahuan berdasarkan kegiatan-kegiatan yang dilakukan sendiri. Cara belajar demikian mendorong siswa untuk bertanya bila mengalami kesulitan. Selain itu prinsip siswa belajar aktif dapat mengembangkan ketrampilan kognitif, ketrampilan manual, kreativitas dan logika berfikir. 2. Persiapan Mengajar Dengan Mastery Learning Strategi Mastery Learning dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu menentukan tujuan pengajaran dan tingkat penguasaan serta pelaksanaan dengan prinsip belajar Mastery Learning. a Menentukan tujuan pengajaran dan tingkat penguasaan Tujuan instruksional atau tujuan pengajaran sebenarnya telah tercantum dalam GBPP yang berlaku. Dari tujuan yang masih umum, kita harus menjabarkan tujuan-tujuan yang operasional sehingga dapat mengukur tingkat keberhasilan. Tujuan ini merupakan dasar bagi penyusunan cara belajar mengajar dan tes. Jadi, tes tidak lain adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengetahui sejauh mana siswa menguasai tujuan-tujuan instruksional setelah mereka mengalami proses belajar mengajar yang tergambar pada gambar 2.2. commit to user Tujuan Instruksional Cara belajar mengajar Evaluasi Gambar 2.2 Bentuk Tujuan Instruksional Sebelum mengembangkan tes, hendaknya dapat ditentukan terlebih dahulu tingkat penguasaannya atau standar ketuntasannya. Dengan cara demikian siswa akan berkompetisi untuk mencapai standar ketuntasan yang telah ditentukan. Jadi dalam Mastery Learning setiap individu dilihat penampilannya berdasarkan tingkat penguasaan bahan yang telah tetap dan bukan dilihat penampilannya yang didasarkan atas perbandingan teman-temannya dalam satu kelompok. b Pelaksanaan Pelaksanaan dalam sistem belajar Mastery Learning sebagai berikut : 1. Menentukan pokok bahasan dan luas materi unit pelajaran setelah mengetahui tujuan-tujuan yang akan dicapai dalam satu periode tertentu. 2. Merencanakan pengajaran dan evaluasi. 3. Merencanakan program perbaikan dan pengayaan 3. Model Strategi Mastery Learning Menurut Ischak dan Warji 1987: 27, salah satu model strategi Mastery Learning dapat digambarkan dengan bagan sebagai berikut : Gambar 2.3 Bagan Model Strategi Mastery Learning PRT TIU TIK RP PT E TPB R commit to user Keterangan Gambar : TIU = Tujuan Instruksional Umum yang hendak dicapai Standar Kompetensi. TIK = Tujuan Instruksional Khusus Indikator. PRT = Pre Test. RP = Rencana Pembelajaran. PT = Post Tes. TPB = Tingkat Penguasaan Bahan. E = Enrichment Pengayaan . R = Remedial Perbaikan .

2. Metode Mengajar

Dokumen yang terkait

Hubungan antara persepsi siswa tentang kemampuan mengajar mahasiswa PPKT dengan minat belajar siswa: studi kasus di MTs Nur Asy-Syafi’iyah (YASPINA), Rempoa Ciputat, Tangerang Selatan.

1 50 115

Pengaruh penggunaan strategi mastery learning terhadap hasil belajar IPS siswa Mts Al-Khairiyah tegal parung jakarta selatan tahun ajaran 2014/2015

1 14 146

Penerapan strategi belajar tuntas (mastery learning) untuk pencapaian standar kompetensi dalam pelajaran ekonomi di SMA IT YAPIRA Medang Kabupaten Bogor

0 6 157

KONTRIBUSI FAKTOR-FAKTOR PERSIAPAN GURU MENGAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP Kontribusi Faktor-faktor Persiapan Guru Mengajar terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 12 Surakarta Tahun Ajaran 2016/2017.

0 5 19

KONTRIBUSI MOTIVASI BELAJAR DAN KEAKTIFAN BERORGANISASITERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA SMA Kontribusi Motivasi Belajar dan Keaktifan Berorganisasi terhadap Prestasi Belajar Matematika pada Siswa SMA Al Firdaus Tahun Ajaran 2016/2017.

0 2 16

KONTRIBUSI MOTIVASI BELAJAR DAN KEAKTIFAN BERORGANISASITERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA SMA Kontribusi Motivasi Belajar dan Keaktifan Berorganisasi terhadap Prestasi Belajar Matematika pada Siswa SMA Al Firdaus Tahun Ajaran 2016/2017.

0 2 16

KONTRIBUSI MOTIVASI BELAJAR, PERSEPSI SISWA TENTANG KEMAMPUAN MENGAJAR GURU, DAN PEMANFAATAN FASILITAS Kontribusi Motivasi Belajar, Persepsi Siswa Terhadap Kemampuan Mengajar Guru, dan Pemanfaatan Fasilitas Sekolah Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa

0 5 10

KONTRIBUSI MOTIVASI BELAJAR, PERSEPSI SISWA TERHADAP KEMAMPUAN MENGAJAR GURU, DAN Kontribusi Motivasi Belajar, Persepsi Siswa Terhadap Kemampuan Mengajar Guru, dan Pemanfaatan Fasilitas Sekolah Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII SMP Al-Is

0 1 16

KONTRIBUSI KEHARMONISAN KELUARGA DAN KEDISIPLINAN BELAJAR TERHADAP MINAT BELAJAR MATEMATIKA SISWA Kontribusi Keharmonisan Keluarga Dan Kedisiplinan Belajar Terhadap Minat Belajar Matematika Siswa Kelas X SMA Negeri Colomadu Tahun Ajaran 2014/2015.

0 3 16

KONTRIBUSI MINAT BELAJAR, KEMAMPUAN AWAL SISWA DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR KONTRIBUSI MINAT BELAJAR, KEMAMPUAN AWAL SISWA DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS VIII SEMESTER II TAHUN AJARAN 2010/2011 DI

0 1 15