Medan Traditional Handicraft Center (Arsitektur Metafora)
DAFTAR PUSTAKA
Anthony C. Antoniades, 1990, ‘Phoetic of Architecture’. Charles Jenks, 1970, ’The Languages of Post Modern’.
http://kamusbahasaindonesia.org/tradisional#ixzz2KmPK4UFD,diakses 08Maret2013.
http://www.unosa.net/2012/04/gedung-allandale-v-sebuah-cabin-dari.html, diakses 08Maret2013.
http://unique77unique.blogspot.com/2010/05/cctv-tower-china-central television.html diakses 09Maret2013.
http://wisatamelayu.com/id/object.php?a=Z2cvSlRYL1M%3D=&nav=geo09Maret20 13.
Koran Tribun,13 Maret 2013 pukul 20.14 Wib.
Medan Dalam Angka 2012 , diakses 13 Maret 2013 pukul 13.50 Wib.
Neufert, Ernst. 1997 .Data ArsitekJilid I Edisi 33, TerjemahanSunartoTjahjadi. Jakarta: PT. Erlangga.
Neufert, Ernst. 1997 .Data Arsitek Jilid I Edisi 33, Terjemahan Sunarto Tjahjadi. Jakarta: PT. Erlangga.
(2)
BAB III
ELABORASI TEMA
3.1. Pengertian Tema
Pengertian Arsitektur Metafora dapat diketahui dengan mengerti arti masing-masing kata.
Arsitektur
Adapun beberapa pengertian Arsitektur adalah :
- Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam artian yang lebih luas, arsitektur mencakup merancang dan membangun keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari level makro yaitu perencanaan kota, perancangan perkotaan, arsitektur lansekap, hingga ke level mikro yaitu desain bangunan, desain perabot dan desain produk.
- Menurut Le Corbusier, Arsitektur adalah pengaturan massa yang dilakukan dengan tepat, penuh pemahaman dan magnifisen. Massa- massa itu disatukan dan ditonjolkan dalam suatu penyinaran cahaya, kubus, kerucut, silinder, piramid, yang merupakan bentuk- bentuk primer yang kegunaannya jelas.
- Arsitektur merupakan perpaduan antara seni dan teknik bangunan yang di dalamnya termasuk perencanaan, konstruksi, dan penyelesaian dekoratif yang mempelajari bentuk fisik ruang buatan sebagai tempat bagi manusia yang berhubungan dengan segala kompleksitas kebutuhan kehidupannya, baik individu maupun kelompok.Arsitektur adalah ilmu yang timbul dari ilmu-ilmu lainnya dan dilengkapi dengan proses belajar; dibantu dengan penilaian terhadap karya tersebut sebagai karya seni1
Metafora
Metafora merupakan bagian dari gaya bahasa yang digunakan untuk menjelaskan sesuatu melalui persamaan dan perbandingan.
Metafora berasal dari bahasa latin, yaitu “Methapherein” yang terdiri dari 2 buah kata yaitu “metha” yang berarti: setelah, melewati dan “pherein” yang berarti: membawa. Secara etimologis diartikan sebagai pemakaian kata-kata bukan arti sebenarnya, melainkan sebagai lukisan yang berdasarkan persamaan dan perbandingan.Pada awal tahun 1970-an muncul ide untuk mengkaitkan arsitektur dengan bahasa, menurut Charles Jenks dalam bukunya “The Language of Post
(3)
Modern Architecture” dimana Arsitektur dikaitkan dengan gaya bahasa, metafora yang sebagai kode yang ditangkap pada suatu saat oleh pengamat dari suatu obyek dengan mengandalkan obyek lain dan bagaimana melihat bangunan sebagai suatu yang lain karena adanya kemiripan.Menurut Geoffrey Broadbent, 1995 dalam buku “Design in Architecture”, transforming : figure of speech in which a name of description term is transferred to some object different from. Dan juga menurutnya, metafora dalam arsitektur adalah salah satu metode kreatifitas yang ada dalam desain spektrum perancang.
Arsitektur Metafora
Pengertian Metafora dalam Arsitektur adalah kiasan atau ungkapan bentuk, diwujudkan dalam bangunan dengan harapan akan menimbulkan tanggapan dari orang yang menikmati atau memakai karyanya2.
Prinsip-prinsip metafora :
- Mencoba atau berusaha memindahkan keterangan dari suatu subjek ke subjek lain.
- Mencoba atau berusaha untuk melihat suatu subjek seakan-akan sesuatu hal yang lain.
- Mengganti fokus penelitian atau penyelidikan area konsentrasi atau penyelidikan lainnya (dengan harapan jika dibandingkan atau melebihi perluasan kita dapat menjelaskan subjek yang sedang dipikirkan dengan cara baru).
3.2. InterpretasiTema
Metafora mengidentifikasikan hubungan antara benda dimana hubungan tersebut lebih bersifat abstrak daripada nyata serta mengidentifikasikan pola hubungan sejajar. Dengan metafora seorang perancang dapat berkreasi dan bermain-main dengan imajinasinya untuk diwujudkan dalam bentuk karya arsitektur.
Pendekatan metafora dalam mendisain biasanya dilakukan dengan analogi. Dalam mencari bentuk arsitektur ketika merancang, tidak jarang kita akan menggunakan analogi
(4)
dari sebuah benda untuk diterjemahkan ke dalam bentuk-bentuk arsitektur. Dengan melakukan ini, kita seolah memindahkan karakter pada benda yang sebelumnya ke dalam arsitektur, sehingga bentuk arsitektur yang muncul adalah penggambaran dari karakteristik tersebut. Metode ini dilakukan dengan mengambil suatu makna tertentu yang akan ‘dibawa’ oleh suatu bentuk arsitektur. Seringkali kemudian, bentuk arsitektural yang muncul melambangkan makna yang dikenakan padanya tersebut.
Metafora dapat mendorong arsitek untuk memeriksa sekumpulan pertanyaan yang muncul dari tema rancangan dan seiring dengan timbulnya interpretasi baru. Karya – karya arsitektur dari arsitek terkenal yang menggunakan metoda rancang metafora,hasil karyanya cenderung mempunyai langgam Postmodern.
Ada tiga kategori dari metafora:
• Intangible Metaphor (metafora abstrak)
Yang termasuk dalam kategori ini misalnya suatu konsep, sebuah ide, kondisi manusia atau kualitas-kualitas khusus (individual, naturalistis, komunitas, tradisi dan budaya). Rancangan arsitektur yang mengacu kepada hal-hal yang bersifat abstrak dan tidak dapat dibendakan, misalnya: sosial, budaya, kondisi manusia. Rancangan arsitektur yang menggunakan metafora ini adalah Nagoya City Art Museum karya Kisho Kurokawa yang membawa unsur sejarah dan budaya didalamnya.
• Tangible Metaphors (metafora konkrit)
Dapat dirasakan dari suatu karakter visual atau material. Rancangan arsitektur yang mengacu kepada benda-benda nyata dan dapat dirasakan secara visual. Rancangan yang menggunakan metafora ini adalah Stasiun TGV karya Calatrava yang menerjemahkan bentuk burung terbang kedalam bangunan.
• Combined Metaphors (penggabungan antara keduanya)
Dimana secara konsep dan visual saling mengisi sebagai unsur-unsur awal dan visualisasi sebagai pernyataan untuk mendapatkan kebaikan kualitas dan dasar. Rancangan arsitektur yang memiliki metafora abstrak dan konkrit didalamnya. Rancangan arsitektur yang menggunakan metafora ini adalah EX Plaza Indonesia karya Budiman Hendropurnomo yang menjadikan gaya kinetik pada sebuah mobil sebagai konsepnya, yang diterjemahkan menjadi gubahan masa lima kotak yang miring sebagai ekspresi gaya kinetik mobil, kolom-kolom penyangganya sebagai ban mobil.
(5)
1. mencoba atau berusaha memindahkan keterangan dari suatu subjek ke subjek lain. 2. mencoba atau berusaha untuk melihat suatu subjek seakan-akan sesuatu hal yang lain.
3. mengganti fokus penelitian atau penyelidikan area konsentrasi atau penyelidikan lainnya (dengan harapan jika dibandingkan atau melebihi perluasan kita dapat menjelaskan subjek yang sedang dipikirkan dengan cara baru).
Kegunaan penerapan Metafora dalam Arsitektur sebagai salah satu cara atau metode sebagai perwujudan kreativitas Arsitektural, yakni sebagai berikut :
1. Memungkinkan untuk melihat suatu karya Arsitektural dari sudut pandang yang lain. 2. Mempengaruhi untuk timbulnya berbagai interprestasi pengamat.
3. Mempengaruhi pengertian terhadap sesuatu hal yang kemudian dianggap menjadi hal yang tidak dapat dimengerti ataupun belum sama sekali ada pengertiannya.
4. Dapat menghasilkan Arsitektur yang lebih ekspresif.
3.3. Keterkaitan Tema dengan Judul
Medan Traditional Handicraft Center ini adalah suatu bangunan yang merupakan pusat kegiatan para pengrajin kerajinan tangan Medan. Yang tujuannya adalah memperkenalkan produk-produk unggulan UMKM Kota Medan melalui kegiatan pameran, serta para pengunjung tidak hanya di kenalkan dengan kerajinan tangan saja namun secara umum para pengunjung dapat berinteraksi dengan para pengrajin secara langsung.
Tema Metafora diambil dan diterapkan pada perancangan Medan Traditional Handicraft Center ini untuk menciptakan suatu bangunan yang mampu menarik perhatian orang, mampu memberi kesan dan citra tersendiri, serta mampu menggugah persepsi dan imajinasi orang yang melihatnya. Selain agar mampu menampilkan bentuk semenarik mungkin sehingga dapat memberikan nilai estetika tersendiri terhadap kawasan sekitar. Bangunan ini akan lebih mengarah kebentukan salah satu kerajinan tangan yaitu kipas bambu.
(6)
3.4. Studi Banding Tema Sejenis 3.4.1 Stasiun TGV, Prancis
Stasiun TGV yang terletak di Lyon, Perancis, adalah salah satu contoh karya arsitektur yang menggunakan gaya bahasa metafora konkrit karena menggunakan kiasan obyek benda nyata (tangible). Stasiun TGV ini dirancang oleh Santiago Calatrava, seorang arsitek kelahiran Spanyol. Melalui pendekatan tektonika struktur, Santiago Calatrava merancang
Stasiun TGV dengan konsep metafora seekor burung. Bagian depan bangunan ini runcing seperti bentuk paruh burung. Dan sisi lain bangunan juga dirancang menyerupai bentuk sayap burung.
Gambar 3.1 Stasiun TGV, Prancis
Gambar 3.2 Interior Stasiun TGV, Prancis
(7)
3.4.2 Museum of Fruit
Penggunaan metafora sebagai channel untuk kreatifitas arsitektural telah popular diantara arsitek pada abad ini. Metafora telah ditemukan untuk menjadi channel yang sangat kuat, lebih berguna bagi pencipta dari pada pengguna. Melalui metafora, imajinasi perancang bisa diuji dan dikembangkan. Mereka yang memiliki daya imajiasi yang tinggi tidak akan mengalami kesulitan dalam menggunakan metafora, bahkan metafora akan semakin memperluas dan memperdalam daya imajinasi mereka (Antoniades, 1992).
Bangunan ini bertemakan metafora terutama bila sifat-sifat sesuatu yang lain itu sesuai dengan fungsi bangunan yangdirancang. Terlebih lagi bila hasil rancangan atau bentuk akhir dari rancangannya nanti menghasilkan interpretasi yang berbeda di antara pengamat dan penggunan bangunan, sehingga metaforanya bisa menjadi rahasia perancang. Kehadiran metafora terlihat pada bangunan yang menjadi obyek kasus, yaitu
Gambar 3.3 Museum of Fruit
(8)
Museum of Fruit. Pada bangunan ini, sang perancang menghadirkan sifat-sifat buah dan bibit dalam bentuk bangunan. Sehingga dapat dikatakan bahwa bangunan Museum of Fruit ini merupakan perumpamaan Arsitektur sebagai sebaran bibit dan buah. Bukan hanya bentuk buah atau bibit yang dimunculkan pada bentuk arsitektural bangunan ini, tapi juga sifat-sifatnya. Hal inilah yang membuat bangunan ini dikatakan memiliki tema metafora. Terlebih lagi bentuk dan sifat buah atau bibit yang diambil tersebut sesuai dengan fungsi bangunannya yaitu sebagai Museum buah-buahan. Jadi dalam pencapaian ide bentuknya, Itsuko Hazegawa mentransfer sifat-sifat buah dan bibit ke dalam bangunan. Kategori Metafora dan penerapannya dalam desain arsitektur.
(9)
BAB IV
ANALISIS
4.1 Analisa Kondisi Tapak dan Lingkungan
4.1.1 Analisa Lokasi Tapak dalam Skala Kota dan Region
Gambar 4.1 Peta Lokasi Site Sumber: Hasil Olah Data Primer
(10)
4.1.2 Kondisi Eksisting Lahan
Kota Medan berada di provinsi Sumatera Utara pulau Sumatera dan secara geografis pada 2°27’-2°47’ LU dan 98°35’-98°44’BT dengan luas ±26.510 Hektar, atau 36% dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara. Berada pada 2.5-37.5 meter di atas permukaan laut, dengan kondisi topografi yang relatif datar atau tidak berkontur. Kota Medan memili iklim tropis dengan suhu minimum antara 22.6°C-24.4°C dan suhu maksimumnya antara 32.3°C-33.9°C.
Deskripsi kondisi eksisting lokasi sebagai tapak rancangan: Kasus Proyek : Medan Traditional Handicraft Center
Status Proyek : Fiktif
Pemilik Proyek : Pemerintahan Kota Medan (Dekranasda Medan) Lokasi Lahan : Jl. Brigjen Katamso, Kecamatan Medan Maimun Batas Utara : Ruko /Pertokoan
Batas Selatan : Kantor pertanahan Batas Barat : Ruko /Pertokoan Batas Timur : Rumah penduduk Luas Lahan : ± 1,5Ha (± 15.000 m2) Kontur : relatif datar
KDB : 60 %
Bangunan Eksisting : Lahan Kosong& hunian Potensi Lahan :
Terletak di jalan arteri primer kota Medan Berada pada kawasan wisata
Transportasi lancar dan baik dengan adanya sarana jalan raya yang lebar. Luas site mendukung ± 1,5Ha
Berada dekat dengan beberapa sarana pusat wisata seperti, Istana Maimun, Taman Deli, perpustakaan, Kantor pertanahan, mall, hotel yang dapat menarik para pengunjung.
(11)
A. Pertokoan/Ruko
B.
Hunian/ Rumah
penduduk
C. Kantor
pertanahan
D. Pertokoan/Ruko
Gambar 4.2Kondisi Eksisting Lokasi SiteSumber: Hasil Olah Data Primer
Gambar 4.3 Ilustrasi Kondisi Eksisting Lokasi Site Sumber: Hasil Olah Data Primer
A
B
C D
(12)
4.1.3Tata Guna Lahan
Di dalam RTRUK (Rencana Umum Tata Ruang Kota Medan), lokasi yang berada di Jl. Brigjen Katamso, Kecamatan Medan Maimun dilihat berdasarkan kondisi eksisting, Kecamatan Medan Maimun mempunyai potensi tinggi dalam sektor perdagangan dan jasa. Dengan adanya perkembangan kota maka fungsi dan peranan Kecamatan Medan Maimun menjadi meningkat, yaitu bukan saja melayani Kecamatan Medan Maimun dan sekitarnya akan tetapi juga melayani seluruh Wilayah Kota Medan. Dengan kata lain lokasi ini sangat berpotensial untuk dibangunnya bangunan yang bersifat meningkatan perekonomian dalam bentuk pengembangan UMKM kerajinan tangan di Kota Medan.
Peta Tata Guna Lahan dalam Radius 500 meter :
: Pertokoan dan hunian : Istana Maimun : Rumah sakit / klinik
: Hotel : Mesjid Raya : RTH
: Kantor : Mall / Yuki : Taman Deli
Empat unsur potensial dari lokasi ini, yaitu :
SITE
Gambar 4.4 Peta Tata Guna Lahan
(13)
Terletak di pusat kota
Berada pada kawasan pusat perkembangan kota Perkantoran
Sektor perdagangan dan jasa Transfortasi lancar dan baik
Luas site mendukung sekitar 1,5Ha
Melihat dari lokasi yang ada di Jl. Brigjen Katamso, terdapat beberapa bangunan yang dapat menjadi pendukung bagi perletakan Medan Traditional Handicraft Center yang memiliki tujuan sebagai pusat kerajinan tangan yang ada di Medan. Diantaranya :
Kantor
Istana Maimun Taman Deli Mesjid Raya Yuki
Perhotelan dll.
(14)
4.1.4 Bulk (Ketebalan Bangunan)
Bangunan di sekitar site memiliki KDB 60% ,dengan ketebalan bangunan relatif mulai 3 sampai 4 lantai. Kondisi sekitar site sangat padat. Namun untuk potensi perdagangan dan pusat promosi hasil kerajinan tangan sangat sesuai di daerah ini karna dapat menjadi faktor pendukung kepada bangunan yang ada di sekitar site.
Gambar 4.6Peruntukan lahan berdasarkan fungsinya
Tanggapan :
Desain massa bangunan diharapkan dapat memberikan kelegaan bagi para pengguna dengan memperhitungkan luas bangunan hanya 60% dari site. Letak massa bangunan diberikan jarak dengan badan jalan untuk menciptakan
(15)
4.1.5 Sarana dan Prasarana
Prasarana yang mendukung pada site diantaranya :
Jalan Brigjen Katamso yang cukup lebar dan memiliki jalur 2 arah, memungkinkan sirkulasi kendaraan yang cukup lancar.
Fasilitas air bersih Fasilitas listrik Fasilitas pedestrian Fasilitas telepon
SITE Sebelah Utara
berbatasan dengan Pertokoan / Ruko,
Lokasi Site
Sebelah Timur berbatasan dengan perumahan / hunian
Sebelah selatan berbatasan dengan kantor pertanahan Sebelah barat
berbatasan dengan pertokoan /ruko
Gambar 4.7Analisa batas site
(16)
Sarana yang mendukung pada site meliputi bidang ekonomi, budaya, sosial, diantaranya : Perkantoran
Pertokoan Taman Mesjid Hotel Mall
(17)
4.1.6 Skyline
Pada skyline, terlihat bangunan disekitar memiliki ketinggian antara 2-7 lantai. Oleh karena itu diharapkan ketinggian bangunan tidak terlalu menonjol dengan lingkungan sekitar. Banyak cara untuk menonjolkan bangunan selain dari ukuran dan ketinggian. Diharapkan bangunan ini akan menonjol dalam segi desaign dan kenyamanan pengguna yang diharapkan akan banyak menarik minat pengguna.
Gambar 4.9Analisa skyline
A
B
Gambar 4.10Skyline
B
A
(18)
4.1.7 Eksisting Bangunan Sekitar Site
pertokoan
kantor
Taman
Mesjid
Mall
Rumah sakit
Kolam
Hotel
Istana maimun
permukiman
Gambar 4.11Analisa bangunan eksisting sekitar site
Hotel
Mall / Yuki
Mesjid Lokasi Site
Istana Mamun
Kolam Renang
Taman Deli Permukiman
penduduk
Kantor
Ruko Rumah Sakit
Tabel 4.1 bangunan eksisting sekitar site
(19)
Lokasi site yang berada di sekitar bangunan pertokoan, Istana Maimun, Taman Deli, serta perhotelan, sangat mendukung fungsi site sebagai pusat kerajinan tangan yang mewadahi para pengrajin untuk mempromosikan produk-produk unggulan mereka.
4.2 Analisa Potensi dan Kondisi Site 4.2.1 Analisa Sirkulasi
Sirkulasi Kenderaan
Keterangan
Jalan dengan kepadatan tinggi
Jalan dengan kepadatan sedang
Jalan dengan kepadatan rendah
Gambar 4.12 Analisa sirkulasi sekitar siteA
B
C
D
Tabel 4.2 Keadaan jalan eksisiting sekitar site
(20)
Pada site terdapat jalur kereta api yang sudah tidak dipergunakan lagi terlihat dengan adanya penimbunan pada rel baik itu dengan menggunakan aspal seperti yang terdapat pada Jl. Mesjid, dan ada juga warga yang menimbun dengan cor beton. Dan terdapat sebagian warga telah mendirikan rumah mereka diatas rel tersebut.
A.
Jl. Brigjen Katamso
B.
Jl.Mesjid
C.
JL.Mahakam
D.
JL.Sisimangaraja
Jalan Brigjen Katamso
pada sisi ini merupakan
jalur
terpadat
pada
kawasan ini, tetapi pada
jam-jam
tertentu.
Dengan jalur 2 arah
dengan
lebar
jalan
sekitar 12m.
Jalan
mesjid
ini
merupakan
jalan
dengan
intensitas
kepadatan cukup padat
/sedang dengan lebar
jalan sekitar 10m, dan
jalur 2 arah
Jalan
Mahkama
memiliki lebar jalan
sekitar 7m dengan
intensitas kenderaan
rendah dengan jalur 2
arah.
Jalan
Sisimangaraja
memiliki lebar jalan
sekitar 12m ,dengan
jalur 2 arah. Intensitas
pada
jalan
ini
termaksud
jalur
terpadat pada daerah
ini.
TANGGAPAN :
Jalan Brigjen katamso dijadikan sebagai jalur untuk mengakses kenderaan ke dalam site. Ini dilakukan untuk mempermudah dalam mengakses langsung ke site.
Sedangkan out dari lokasi juga berada di jalan Mahkama.
(21)
4.2.2 Analisa Pencapaian
Gambar 4.14 Analisa pencapaian sekitar site
Lokasi site berada di bagian pusat kota yang dalam pencapaiaan menuju lokasi lebih mudah. Site dapat dicapai dengan menggunakan kenderaan pribadi serta kendaraan umum.
Permasalahan :
Pada jalan Brigjen Katamso ini angkutan pribadi dan umum sangat banyak, namun pada jam-jam tertentu pada arah Simpang pertemuan Jl. Brigjen Katamso dengan Jl. Masjid merupakan titik jumlah kendaraan tertinggi, rawan macet.
Usulan :
Jalur entrance/masuk diletakkan pada arah Barat agak lebih jauh dari persimpangan, untuk mempermudah jalur sirkulasi. Lebih dekat ke arah kantor pertanahan.
Out berada di Jl.Mahkama.
(22)
ELIDA FITRI AFRIANI PANE (090406018) Page 51
4.2.3 Analisa Vegetasi
Pada kondisi eksisting, vegetasi yang ada pada site sangat sedikit karena kondisi
eksistingnya merupakan lahan kosong. Adapun vegetasi yang ada adalah pohon besar yang
tidak terawat lagi.
Gambar 4.15 Analisa vegetasi
Usulan :
vegetasi pada lokasi akan di perbanyak karana fasad bangunan akan mengarah ke jalan Brigjen Katamso yaitu arah barat dari site yang nantinya akan menyerap panas yang lebih banyak. Dan tanaman akan dirawat kembali untuk memperbaiki kondisi tanaman yang telah ada.
(23)
4.2.4 Analisa View
View sebelah utara
berhadapan
dengan pertokoan /
ruko , kurang
bagus ( - - -)
View sebelah timur
berhadapan langsung
dengan hunian
permukiman
masyarakat , kurang
bagus ( - - - ).
View arah selatan berhadapan
langsung dengan kantor Pertanahan
, kurang bagus ( - - - ) .
View arah Barat
berhadapan dengan arah
jalan Brigjen Katamso.
Posisinya bagus karna
dengan jalan utama ( + +
Gambar 4.16Analisa view
(24)
4.2.5 Analisa Kebisingan dan Matahari
(+ + + )
(+ - - )
(+ + - )
(+ - - )
Keterangan :
: Sangat Bising
: Tidak terlalu Bising
: Tidak bising
(+ + + )
(+ + - )
( + -- )
Masalah :
Matahari :
Site akan menerima banyak sinar matahari, yang dapat meningkatkan suhu pada bangunan.
Kebisingan :
Tingkat kebisingan pada site tergolong lumayan bising, dimana site sebelah barat ini merupakan jalan Brigjen Katamso yang selalu banyak di lewati kendaraan.
Gambar 4.17 Analisa kebisingan dan matahari
(25)
4.2.6 Analisa Arsitektur Kota
Kondisi terpadat pada daerah yang bangunannya rata-rata berketinggian 1 hingga 7 lantai dan sekitar 80 %bangunannya berketinggian 3 lantai karna sekitar site merupakan kawasan pertokoan.
Untuk arsitektur bangunan yang berada di sekitar site terdapat beberapa bangunan lama yang berarsitektur beragam seperti Istana Maimun, Mesjid Raya.
Usulan :
Matahari :
Pada fasad sisi timur diberi banyak bukaan, dan pada sisi barat mengurangi bukaan serta penggunaan shading / bentukan-bentukan yang bisa mengurangi panas ke dalam bangunan. Memamfaatkan pohon sebagai Buffer.
Kebisingan :
Pemamfaatan tanaman dan Buffer sebagai peredam kebisingan.
(26)
4.3 Analisa Non Fisik 4.3.1 Analisa Kegiatan
Kegiatan yang di klasifikasikan didalam bangunan ini yaitu :
Kegiatan reguler, merupakan kegiatan yang setiap hari dilakukan di dalam gedung kerajinan tangan. Yaitu :
Pameran Live Show Kegiatan belajar
- Kegiatan Insidential (sewaktu-waktu), merupakan kegiatanyang hanya dilakukan berkala ataupun untuk event-event tertentu saja. Misalnya kegiatan seminar kerajinan tangan, lomba, talkshow, ataupun kegiatan bermanfaat lainnya.
- Kegiatan Tambahan, yaitu kegiatan diluar pameran tersebut yang turut mendukung kelangsungan fungsi Tradisional Handicraft Center. Misalnya cafe, perpustakaan, maupun aktifitas ibadah dalam mushola.
Potensi :
Dengan desain Arsitektur yang beragam nantinya diharapkan bangunan ini akan menjadi salah satu bagian dari lingkungan sekitar, yang dapat menarik perhatian masyarakat konsumen secara regional dan manca negara untuk datang berkunjung ke sana.
(27)
4.3.2 Analisa Pengguna dan Pola kegiatan
Adapun lingkup perencanaan pengguna kegiatan didalam gedung sebagai berikut : o Masyarakat umum
o Wisata asing
o Komunitas pencinta budaya o Wartawan
o Pengelolah proyek : Direktur, Sekertaris, Manager, dan lain-lain o Cleaning service
o Keamanan
o Penyewa restoran : Manager, Koki, Pegawai Penyewa retail : Manager, Pegawai
o Teknisi
o Petugas pengiriman barang
Berdasarkan pengguna pola kegiatan di bagi 3 yaitu :
1. Unit pelayanan umum (pola kegiatan pengunjung) Pada lantai 1
Diagram 1. Pola kegiatan Pengunjung
ATM Center
Stand Kerajinan
tangan
Main Entrance
Main Hall
R. Informasi
Perpustakaan
Mini
Stand Kerajinan
tangan
Stand Kerajinan
tangan
Stand Kerajinan
tangan
Stand Kerajinan
tangan
Gedung
Serba Guna
(28)
2. Unit pelayanan administrasi (pola kegiatan pengelola)
Diagram 2. Pola kegiatan Pengelola
Area Tunggu
Main Entrance
Kantor Pengelolah
Unit Pelayan Umum
Kantor Manager
Kantor Direktur
(29)
4.3.3 Analisa Kebutuhan Ruang Berdasarkan Jenis Kegiatan
Dari kegiatan yang telah diprogramkan, maka dibutuhkan ruang inti : o Galeri / Ruang Kerajinan Tangan
o Restoran
o Ruang Serbaguna o Ruang kantor o Perpustakaan mini o Cafe
o Musholla o Ruang Servis o Ruang Parkir
Kemudian ruang-ruang tersebut dikelompokkan ke dalam fasilitas-fasilitas : Fasilitas Pelayanan Umum
o Hall / Lobby o Ruang informasi o Servis
o Cafe
o Perpustakaan o Musholla Failitas Pamer
o Ruang Pamer / Kerajinan o Servis
Fasilitas Kantor
o Bagian Informasi o Ruang Kantor o Ruang Manager o Ruang Direktur o Servis
Fasilitas Pelayanan Teknis o Loading dock o Gudang o Servis
(30)
Fasilitas Parkir
o Sepeda / sepeda motor o Mobil
o Bus
4.3.4 Analisa Fungsional
4.3.4.1 Analisa Jumlah Pengunjung
Data pengunjung dianalisis berdasarkan pendekatan terhadap jumlah kunjungan wisatawan ke Kota Medan.
Tahun
Mancanegara
Nusantara
Jumlah
2007
15,04
15,04
87,08
2008
17,49
17,49
88,10
2009
*
*
*
2010
11,55
88,45
89,02
2011
11,77
88,23
90,35
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Medan tahun 2012
Proyeksi penambahan rata-rata wisatawan adalah :
x 100 % = 0,011
x 100% = 0,010
x 100% = 0,014
Rata-rata penambahan pengunjung wisatawan :
= 0,01%
Sedangkan jumlah total wisatawan yang berkunjung ke Kota Medan adalah 192.650/ tahun. Jadi Penambahan pengunjung proyeksi 10 tahun kedepan adalah :
Pt = Po (1+r)n
Pt = 192.650 (1 + 0.0001)22-12
(31)
Pt = 192.650 (1,0009003) Pt = 192.650 org/ tahun
Jumlah pengunjung perhari = 192.560/365 hari = 527 org/hari anggap total pengunjung 533 orang/hari untuk wisatawan yang berkunjung ke Kota Medan.
Jadi asumsi jumlah pengunjung yang akan datang ke gedung Traditional Handicraft ini adalah sekitar 60% dari total wisatawan yang datang perharinya ke Kota Medan.
Pengunjung = 60% x 533 = 267 org.
4.3.4.2 Analisa Daya Tampung Gedung Kerajinan Tangan
Diperoleh jumlah pengunjung Traditional Handicraft Center ini adalah267 orang maksimum dengan menggunakan asumsi, jumlah pengunjung yang akan di tampung di dalam Medan Traditional Handicraft
Jumlah pengunjung Handicraft center : 267orang Daya tampung perpustakaan : 35 orang Daya tampung pengunjung per standnya : 90 orang Daya tampung Cafe/ restaurant : 100 orang
4.3.5 Program Ruang
Adapun deskripsi kebutuhan ruang serta besaran ruang yang di inginkan adalah :
Fasilitas UtamaRuang
Luas yang dibutuhkan
Sumber
Standart
Perhitungan
Luas (m
2)
Enterence hall
Lobby
NAD
1-5 m
2/orang
1,5x 193 orang
290
Galeri
NAD
2D : 3-5 m
2/ kerajinan
tangan
(32)
- Ruang Kerajinan
Bambu & Rotan
- Ruang Kerajinan
Ukiran Kayu Manis
- Ruang Kerajinan
Sulaman Bordir
- Ruang Kerajinan
Daun Waru
- Ruang Kerajinan
Lampu Hias
3x 120 orang
3 x87 orang
3 x 87 orang
3 x 88 orang
3 x 71 orang
360
262
262
262,5
220,5
Ruang serba guna
-Ruang penonton
-Stage
NAD
0,84 m
2/bangku
187 org x 0,84= 168
205
26,5
Sirkulasi 30 %
Total
1888,5
566,5
2455
Fasilitas Penunjang
Ruang
Luas yang dibutuhkan
Sumber
Standart
Perhitungan
Luasan
Restaurant / Cafe
NAD
1,1 m
2/org
Kapasitas maksimum
100 org, jadi 100 x 1,1
120
(33)
= 120
Perpustakaan
AS
2,32-3m
2/org
2,5 x 28 org
70
Musholla
AS
55 m
255
ATM Center
AS
26m
226
Toilet
AS
64 m
264
Gudang
AS
90 m
295
Sirkulasi 30 %
Total
430
129
559
Fasilitas Pengelola
Ruang
Luas yang Dibutuhkan
Sumber
Standart
Perhitungan
Luasan
Ruang Direktur
AS
24 m
224
Ruang Manager
AS
18 m
218
Ruang Staf
NAD
1,5-2m
22 x 35 orang
71
Ruang tunggu
NAD
44 m
244
Sirkulasi 30 %
Total
157
47
204
Tabel 4.6 Program ruang fasilitas Pengelola(34)
Fasilitas Service
Ruang
Luas
Sumber
Standart
Perhitungan
Luasan
Ruang Utilitas/ME
AS
162m
2162
Sirkulasi 30 %
Total
162
48
210
Fasilitas Parkir
Ruang
Luas yang dibutuhkan
Sumber
Standart
Perhitungan
Luasan
Parkir kendaraan
Roda empat
NAD
1 Mobil 2,5 x 5=12,5m
2Pengunjung max 267 ,
Diasumsikan pengguna
roda empat 60% dari
jumlah pengunjung =
160 orang
Asumsi 1 mobil = 4org
160/4 =40 mobil
50 x 12,5= 625m
2625
Bus
NAD
1 bus 12,5 x 2,5 = 31,25 Untuk bus asumsi 5%
dari jumlah pengunjung
= 15 Orang, asumsi 3
mobil Max 3 x 31,25 =
93,75
94
Tabel 4.7 Program ruang fasilitas service(35)
Parkir sepeda motor
NAD
1 motor = 1 x 2 =2
Untuk Motor 20% dari
jumlah pengunjung,
20% x 267 = 53 org
1 motor max 2org,
60/2 = 30 motor
30x 2m = 60
60
Pejalan kaki
asumsi 5% dari jumlah
pengunjung 20 orang
20
Sirkulasi 100 %
Total
799
799
1598
REKAPITULASI LUASAN RUANG :
1. Fasilitas Utama : 2455 2. Fasilitas Penunjang : 559 3. Fasilitas Pengelola : 204 4. Fasilitas servis : 210 5. Fasilitas parkir : 1598 Luas Kebutuhan Ruang
: 5.026 m
2Keterangan :
o NAD : Neufert Architect Data o NMH : New Metric Hand Book
o BPDS : Building Planning & Desaign Standart o TP : Theatre Planning
o MEE : Mechanical & Electrical EquipmenT o SB : Studi Banding
(36)
4.3.6 Deskripsi Persyaratan dan Kriteria Ruang.
Deskripsi persyaratan dan kriteria ruang pada Tradisional Handicraft Center ini adalah sebagai berikut:
Tabel 4.9 Kriteria Ruangan
NAMA
RUANG
PARAMETER
VIEW PENCAHAYA
AN
PENGHAWAAN KETENANGAN
KETER
ANGAN
Entrance hall
√
A
A
X
Lobby
√
A
B
X
R.serba guna
x
A
A
√
Stand
kerajinan
√
A
A
X
perpustakaan
x
A
A
√
Restaurant
√
A
A
x
R Direktur
x
A
B
X
R. Manager
x
A
A
√
R.Kantor
x
A
B
x
Musholla
√
A
B
√
Gudang
x
A
B
x
Toilet
x
A
B
√
R. ME
x
A
B
x
Keterangan :
A: Baik sekali X : Tidak
(37)
BAB V
KONSEP PERANCANGAN
5.1 Konsep Dasar
Konsep dasar perancangan mengintegrasikan penerapan tema arsitektur metafora. Yang mana mengikuti kepada hasil pengolahan data dari analisa, penzoningan dan tema.
Adapun bentukan massa bangunan yang diambil adalah bentukan dari salah satu kerajinan tangan yang ada. Seperti kita ketahui produk kerajinan dari bambu atau rotan merupakan salah satu ciri khas produk kerajinan tangan yang paling banyak kita jumpai di Kota Medan.
Jadi bentukan yang diambil adalah bentukan kipas bambu yang mana kipas bambu ini merupakan hasil salah satu olahan kerajinan tangan yang terbuat dari bambu. Dan sampai saat ini kerajinan bambu merupakan salah satu kerajinan yang sangat populer pada umum nya di daerah Medan.
Dan juga bentukan dari kipas ini dipilih karena tentunya dalam persepsi masyarakat secara umum bentukan kipas ini akan lebih mudah diartikan sebagai salah satu olahan kerajinan tangan yang di tuangkan ke dalam bentuk bangunan secara keseluruhan.
(38)
5.2 Konsep Bentukan Massa
5.3 Konsep Rencana Tapak
5.3.1 Konsep Penzoningan
KONSEP MASSA
Gambar 5.2 lustrasi Konsep Massa Sumber : Hasil Olah Data Primer
KONSEP PENZONINGAN
Gambar 5.3 Ilustrasi Konsep Penzoningan
AREA PUBLIK
AREA PENGELOLAH
SINAR BARAT
BAGIAN INI AKAN TERPAPAR MATAHARI BARAT YANG MENIMBULKANPANAS SINAR BARAT TANAMAN YANG BERFUNGSI SEBAGI BUFFER PEMANFAATAN KOLAM
SITE
-JL. BRIGJEN KATAMSO SEBAGAI JALAN UTAMA.
-MERUPAKAN JALUR PUBLIK YANG RAMAI
-TINGKAT KEBISINGAN TINGGI
ENTRANCE
POSISI ENTRANCE BERADA JAUH DARI JALN UTAMA
DAN KEBISINGAN
PENGELOLAH
BERADA DI SUDUT BANGUNAN DAN MENGARAH KE
BELAKANG
AREA KERAJINAN
(39)
5.3.2 Konsep Sirkulasi PARKIR MOBIL PARKIR SEPEDA MOTOR JALUR KELUAR KENDERAA JALUR MASUK KENDERAA PARKIR PENGELOLA H KETERAN JALUR PEJALAN
Gambar 5.4 Konsep Sirkulasi Pengunjung Sumber : Hasil Olah Data Primer
KONSEP SIRKULASI PAMERAN
R. KERAJINAN R. KERAJINAN R. KERAJINAN R. KERAJINAN R. KERAJINAN PERPUSTAKAAN MINI
MAIN HALL R. INFORMASI
R. SERBA GUNA Gambar 5.5 Konsep Sirkulasi Pengunjung Pameran
(40)
JALUR SIRKULAS
I
R.SERBA GUNA
K. KAYU MANIS K. SULAMAN BORDIR K.DAUN WARU K.LAMPU HIAS KANTOR PENGELOLAH K.BAMBU/ROTAN
Gambar 5.6 Konsep Alur Sirkulasi Pameran Sumber : Hasil Olah Data Primer
Gambar 5.7 Konsep Penerapan Tema Pada Bangunan Sumber : Hasil Olah Data Primer
KONSEP TEMA METAFORA
BENTUK MASSA BERMETAFORA DARI BENTUKAN KIPAS
ORNAMEN PADA ATAP MEMPERTEGAS BENTUKAN KIPAS UNSUR AIR DAN TANAMAN SEBAGAI UNSUR ALAM ORNAMEN LIST BAMBU SEBAGAI ORNAMEN FASAD BANGUNAN
(41)
Gambar 1. Site Plan Gambar 2. Ground Plan Gambar 3. Denah Lt. 1
Gambar 4. Tampak Depan dan Belakang Gambar 5. Tampak Samping
Gambar 6. Tampak Depan dan Belakang Site Gambar 7. Potongan
Gambar 8. Detail Sambungan
Gambar 9. Detail Ornamen pada Atap Gambar 10. Rencana Pondasi
Gambar 11. Detail Pondasi Gambar 12. Tampak Atap Gambar 13. Rencana Atap Gambar 14. Rencna Elektrikal Gambar 15. Rencana Sanitasi
Gambar 16. Rencana Air Condisioner Gambar 17. Rencana Smoke Detector Gambar 18. Rencana Sprinkler
Gambar 19. Detail Arsitektur Gambar 20. 3D Site Plan Gambar 21. 3D Tampak Depan Gambar 22. 3D Tampak Samping Kiri
(42)
Gambar 25. View dari Jalan Brigjen Katamso Gambar 26. View Barat
Gambar 27. Suasana Eksterior Dimalam Hari Gambar 28. View Barat dimalam Hari
Gambar 29. Tampak Bangunan di Malam Hari Gambar 30. Eksterior Bangunan
Gambar 31. Interior Hall
Gambar 32. Interior Ruang Kerajinan Bambu Gambar 33. Foto-foto Maket
Gambar 34. Poster 1 Gambar 35. Poster 2
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
Gambar 20. 3D Site Plan
Gambar 21. 3D Tampak Depan
Gambar 22. 3D Tampak Samping kiri
Gambar 23. 3D Tampak Samping Kanan
(63)
Gambar 25. View Dari Jalan Brigjen Katamso
Gambar 26. View Barat
(64)
Gambar 28. View Barat di Malam hari
(65)
(66)
\
Gambar 31. Interior Hall
(67)
(68)
(69)
(70)
BAB II
DESKRIPSI PROYEK 2.1. Tinjauan Umum
1. Judul : Medan Traditional Handicraft Center 2. Tema : Arsitektur Metafora
3. Status Proyek : Fiktif
4. Pemilik Proyek : Dekranasda
5. Sumber Dana : Pemerintah Kota Medan
2.2. Terminologi Judul 2.2.1 Arti Kata
Judul proyek ini adalah Medan Traditional Handicraft Center terdiri dari 4 kata dengan pengertian sebagai berikut:
Medan –Nama kota dimana akan dibangunnya proyek ini. Merupakan ibu kota Sumatera Utara, Indonesia.
Traditional –Dalam bahasa Indonesia berarti Tradisional. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, tradisional adalah sikap dan cara berpikir serta bertindak yang selalu berpegang teguh pada norma dan adat kebiasaan yg ada secara turun-temurun.
Handicraft – Dalam bahasa Indonesia berarti kerajinan tangan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kerajinan tangan adalah pekerjaan tangan (bukan mesin); dapat diartikan juga hasil dari kerajinan atau buatan tangan sendiri.
Center –Pusat, sentral adalah bagian paling penting dari sebuah kegiatan atau organisasi; tempat aktivitas utama, dari kepentingan khusus yang di kosentrasikan; suatu tempat dimana yang menarik aktifitas atau fungsi terkumpul atau terkonsentrasi.
Maka secara keseluruhan Medan Traditional Handicraft Center adalah sebuah tempat yang mewadahi penggunan yaitu para pengrajin untuk dipusatkan di satu tempat sebagai pusat promosi hasil UMKM khususnya kerajinan tangan serta memberikan sarana bagi pengunjung bangunan untuk memenuhi rasa keingintahuan serta wawasan pengetahuan tentang kebudayaan khususnya hasil kerajinan tangan dari Kota Medan.
(71)
Melalui sarana wisata ini di harapkan para pengunjung dapat berinteraksi langsung dengan para pengrajin dan dapat menggunakan peralatan yang telah disediakan untuk membuat salah satu dari beberapa kerajinan tangan tersebut.
2.2.2 Produk Unggulan Daerah Medan
Pada gedung Medan Traditional Handicraft Center ini akan di jadikan sebagai pusat para pengrajin serta mempromosikan produk unggulan Kota Medan. Hal ini akan memudahkan masyarakat Medan maupun luar Kota Medan untuk memndapatkan buah tangan ciri khas Medan tanpa harus mendatangi para pengrajin satu persatu yang menyebar di Kota Medan.
Contoh kerajinan yang akan di pamerkan pada Medan Traditional Handicraft Center adalah :
Kerajinan Bambu/Rotan
Salah satu kerajinan yang ada di medan dan banyak di gemari oleh masyarakat Medan maupun luar kota adalah kerajinan bambu /rotan. Dalam pengolahannya terdapat beragam jenis kerajinan tangan yang dapat dihasilkancontohnya mulai dari furniture, tas, payung, keranjang buah, cermin, dan lain-lain.
Rotan dan bambu merupakan salah satu benda yang mempunyai daya jual rendah. Tapi jika rotan dan bambu diolah menjadi sebuah kerajinan tangan, maka akan mempunyai daya jual yang tinggi. Dalam menekuni kerajian anyaman bambu dan rotan bukan hal yang mudah, namun membutuhkan ketekunan dan keterampilan yang mudah diasah disertai seni yang dapat menciptakan hal-hal yang baru. Permintaan mebel dan hasil kerajinan dari rotan asal Medan, Sumatera Utara, belakangan ini mulai meningkat
(72)
sehingga memicu kembali kegairahan di kalangan pengrajin.Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), Medan, Qamarul Fattah di Medan, Minggu mengatakan, permintaan yang mulai kembali banyak atas hasil kerajinan rotan itu dilaporkan para pengrajin .
Permintaaan yang tinggi atas hasil kerajinan itu juga terlihat dari banyaknya penjualan dan pemesanan produk itu saat pameran produk UMKM. Menyikapi permintaan yang mulai bangkit lagi, Dinas Koperasi dan UMKM Medan semakin meningkatkan
pembinaan dan bantuan kepada pengrajin,”katanya. Pembinaan dan bantuan antara lain
meningkatkan penjualan melalui tetap mengikut sertakan usaha kerajinan rotan dalam berbagai pameran. Dengan ikut pameran, pengrajin diharapkan semakin bisa megenalkan produknya serta mengetahui selera pasar atau konsumennya.
Kerajinan Lampu Hias
Hasil kerajinan tangan lampu hias Saf Handycraft di Jalan Mantri Medan yang memakai bahan-bahan limbah atau sisa pabrik telah menembus pasar luar negeri (ekspor). Pengrajin Saf Handycraft, Safri Ali di Medan mengatakan, sejumlah produk lampu hias dan kerajinan lainnya tersebut telah dipasarkan ke Amerika, Jepang, Malaysia dan Singapura. peluang pasar dari produk kerajinan lampu hias tersebut cukup menjanjikan baik untuk dalam negeri maupun luar negeri.
(73)
Banyak pembeli dari daerah lainnya di Indonesia yang datang untuk membeli produk ini, guna dipasarkan lagi kepada masyarakat. Produk kerajinan lampu hias itu, juga diminati wisatawan mancanegara maupun domestik yang datang ke Medan untuk dijadikan souvenir. Bahan baku untuk produk lampu hias tersebut seperti kayu, kerang, kelapa, dan lainnya tidak ada masalah karena cukup tersedia. Benda-benda yang bagi kebanyakan orang tak lagi terpakai tetap berharga. Misalnya kayu-kayu sisa pabrik, atau bahkan ranting-ranting pohon yang banyak ditemui di jalanan.
Guna memperluas pemasaran, pengrajin Saf Handycraft mengaku mengikuti berbagai pameran dalam negeri maupun luar negeri, salah satunya aktif dalam pameran di Pekan Raya Sumatera Utara (PRSU). Ajang pameran kerajinan terbesar tahunan Inacraft (International Handicraft Trade Fair) di Jakarta dan beberapa pameran lainnya seperti di Malaysia dan Singapura juga tak luput dijadikan ajang promosi produk ini.
Kerajinan Sulaman Bordir
Untuk memperkuat ekonomi keluarga serta meningkatkan potensi daerah dalam memaksimalkan peluang pasar cukup berpotensial di Medan. Salah satunya kerajinan tangan sulaman bordir yang mulai dilirik masyarakat maupun para pengunjung. Khusunya motif dan gaya sulaman bordir yang dihasilkan tidak meniru daerah lain.
(74)
Hal tersebut dikatakan Kepala Dinas Perdagangan dan Industri (Disperindag) Medan Drs HT Basyrul Kamali MM, dalam tinjauannya kepada 35 ibu rumah tangga mendapat pelatihan sulaman bordir di Kelurahan Helvetia Timur.
Menurutnya, Medan sebagai salah satu pangsa pasar terbesar untuk produk sulaman bordir harus menjadi tuan di daerahnya sendiri, sehingga pandangan masyarakat yang menganggap kualitas daerah luar bisa bergeser ke hasil karya pelaku usaha lokal.
“Untuk itu perajin sulaman bordir di Medan diimbau tidak lagi meniru motif dan gaya sulaman daerah lain seperti Bukittinggi, Palembang, Jambi dan daerah lainnya agar produk lokal memiliki kualitas dan gaya tersendiri yang dilirik oleh pasar.
Produk lokal saat ini telah menciptakan desain dan gaya sendiri diantaranya pengrajin batik di kecamatan Medan Tembung, para perajin tersebut telah membuat berbagai corak dan motif ciri khas Medan atau daerah lain di Sumatera Utara.
Dalam kesempatan itu Basyrul mengatakan untuk mengasah keterampilan ibu rumah tangga dan mengembangkan kemampuan menghasilkan karya cipta yang memiliki nilai jual, Pemko Medan giat mengadakan pelatihan.
Diantaranya sebanyak 35 ibu rumah tangga di Kelurahan Helvetia Timur, Kecamatan Medan Helvetia dilatih keahlian menjahit sulaman bordir selama 20 hari di aula kelurahan.Untuk mendukung pelatihan, Pemko Medan melalui Disperindag menyerahkan lima unit mesin jahit sebagai hibah yang diharapkan dapat digunakan secara terus menerus oleh para ibu rumah tangga setempat untuk mengasaha keterampilan.
Gambar 2.4.Contoh Produk kerajinan sulaman Medan
(75)
Disamping itu, para peserta pelatihan juga diberikan bantuan peralatan pelatihan seperti kain, benang, dan fasilitas penunjang lainnya dibimbing oleh seorang instruktur berpengalaman termasuk pengetahuan tentang motif sulaman.
Disamping instruktur, pelatihan juga diawasi langsung oleh Lurah Helvetia Timur Zul Fahri Ahmadi selama 20 hari berlangsungnya pelatihan tersebut.
Kerajinan Ukiran Kayu Manis
Permintaan barang hasil kerajinan berupa ukiran dari bahan kayu manis di Kota Medan meningkat hingga 70 % terutama menjelang bulan suci Ramadhan. Kerajinan berupa ukiran dari bahan kayu manis dari Kota Medan, tidak hanya diminati warga setempat, melainkan juga digandrungi wisatawan mancanegara (wisman) dari Singapura. Pengrajin ukiran kayu, Aradi mengatakan kerajinan ukiran dari kayu manis tersebut kian digemari wisman karena bentuknya yang unik dan baunya yang harum. Tidak hanya wisatawan lokal yang menyukai kerajinan itu, tetapi banyak juga wisatawan asing yang datang juga menyukainya,” katanya.
Pemilik Kun Art yang berlokasi di Jalan Danau Singkarak Gang Madrasah No 22-B Medan itu, mengaku setiap harinya bisa memproduksi puluhan hasil kerajinan apabila didukung oleh keadaan cuaca yang bagus. Dia mengakui untuk mendapatkan bahan baku tidak sulit karena bahannya bisa dicari di pasar-pasar tradisional di Medan. Modal juga tidak masalah, karena keuntungan bisa mencapai Rp10 juta per bulan ujar Aradi yang sudah menekuni bisnis itu sejak tahun 2006 lalu. Menurut dia, modal utama membuat kerajinan tangan itu adalah keterampilan, kreativitas yang tinggi dan desain yang menarik.
(76)
Ada banyak jenis kerajinan ukiran dari kayu manis yang telah dibuat dalam berbagai bentuk, seperti kotak perhiasan, kotak kue, kotak tisu, vas bunga, bingkai foto dan lainnya. Puluhan jenis ukiran kayu manis buatannya dijual dengan harga yang bervariasi mulai dari Rp150.000 hingga Rp250.000. Aradi berharap, kerajianan ukiran kayu manis buatannya itu kedepannya bisa menembus pasar ekspor agar seni kerajinan daerah bisa lebih dikenal di luar negeri.
Kerajinan Tangan dengan Bahan Dasar Daun Kering (Daun Waru)
Kerajinan tangan dari daun merupakan proses kerajinan tangan yang memanfaatkan daun sebagai sarana kerajinan hingga membentuk ornamen seni yang indah dan penuh makna. Tujuannya adalah untuk mengurangi sampah daun, memanfaatkan dan memproses daun menjadi kreasi seni kerajinan tangan dari daun (Jauhari, 2007). Contoh daun yang biasa digunakan pada kerajinan tangan ini adalah daun Waru, daun Sekapa, daun Lamtoro, dan pelepah pisang. Bahan pelengkap yang lain juga bisa digunakan tergantung motif yang ingin dibuat. Hasil dari kerajinan tangan ini seperti album foto dan buku catatan. Kerajinan tangan dengan bahan dasar daun kering ini sangat diminati di mancanegara. Sehingga kebanyakan pemesan berasal dari luar negeri.
Ada tiga tahap dalam proses pembuatan kerajinan tangan dengan bahan dasar daun kering. Yaitu tahap pembuatan motif, pembuatan lembaran atau isi dan tahap pengecatan. Beberapa tahapan pada proses pembuatan kerajinan tangan, yaitu sebagai berikut.
(77)
1. Tahap Pembuatan Motif
Tahap yang pertama secara umum pada proses pembuatan kerajinan tangan memiliki cara pembuatan yang hampir sama yaitu pembuatan motif. Yang membedakan hanya dari segi bahan yang digunakan.
2. Tahap Pembuatan Lembaran
Untuk membuat lembaran disesuaikan dengan ketebalan atau berapa lembar yang akan dibuat. Tali gubal dipasang pada lembaran, disetiap lembaran disatukan dengan kertas Dursla untuk bisa membedakan halaman foto. Setelah proses pembuatan lembaran selesai maka lembaran ditempelkan pada bagian depan dan belakang yang sudah disatukan lebih awal menggunakan lem Fox.
3. Tahap Pengecatan
Untuk menyempurnakan pembuatan kerajinan tangan tersebut maka diperlukannya tahap pengecatan. Tahap ini merupakan tahap pengolesan bahan menggunakan pernis agar menjadi lebih mengkilat. Tujuannya agar bahan bisa menjadi tahan lama dan terlihat lebih indah.
(78)
2.3.
Pendekatan Pemilihan Tapak dan Lokasi 2.3.1 Kriteria Pemilihan LokasiUntuk memilih lokasi site yang sesuai, maka harus mempertimbangkan beberapa kriteria sehingga diharapkan mampu memberikan kenyamanan dan kemudahan bagi penggunanya. Kriteria-kriteria tersebut diantaranya :
1. Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK) Kota Medan
2. Akses menuju lokasi ( hubungannya dengan sarana transfortasi )
Pencapaian harus relatif mudah dan dekat dengan jalan utama serta transfortasi yang mudah diakses.
Kondisi jalan yang baik, sehingga transportasi yang menuju ke lokasi berjalan dengan lancar.
3. Luas Lahan
Harus memadai dan cukup untuk menampung seluruh fasilitas yang telah direncanakan.
4. Kelengkapan sarana dan prasarana kawasan yang meliputi : Infra struktur
Utilitas kawasan harus bisa memenuhi semua kebutuhan yang ada pada fasilitas yang ada di dalam ruangan.
5. Persyaratan lain
Lokasi harus cocok digunakan sebagai tempat edukasi dan rekreasi indoor yang memiliki suasana tidak terlalu ramai dan macet.
Tabel 2.1. Rencana Pusat Pelayanan Kota Medan 2030
NO PUSAT
PELAYANAN
FUNGSI WILAYAH PELAYANAN
A Pusat Pelayanan Kota di Pusat Kota
Pusat kegiatan perdagangan/bisnis; Pusat kegiatan jasa dan
kegiatan pemerintahan provinsi dan kota;
Pusat pelayanan ekonomi
Kota Medan, Kec. Medan Polonia, Kec. Medan Baru, Medan Petisah, Kec. Medan Timur, kec.Medan Barat, Kec. Medan Kota;
Provinsi Sumatera Utara Internasional
B Pusat Pelayanan Kota dibagian Utara
Pusat Kegiatan Jasa dan Perdagangan regional
Pusat pelayanan transportasi; Pusat kegiatan sosial-budaya Pusat kegiatan industri
Kota Medan Bagian Utara;
Provinsi Sumatera Utara Regional
1 Subpusat pelayanan kota Medan Belawan
pusat pelayanan transportasi laut,
pusat kegiatan bongkar muat dan impor – ekspor,
(79)
pusat kegiatan industri, dan pusat kegiatan perikanan
2 Subpusat pelayanan kota Medan Labuhan
Pusat Kegiatan Jasa dan Perdagangan
Pusat pelayanan transportasi Pusat pelayanan kesehatan
Kec. Medan Labuhan
3 Subpusat Pelayanan kota Medan Maimun
Pusat kegiatan Jasa dan perdagangan
Pusat pemerintahan Pusat perekonomian Pusat pendidikan Pusat kesehatan
Kec. Medan Maimun
4 Subpusat pelayanan kota Medan Marelan
Pusat kegiatan perdagangan kebutuhan pokok (pasar induk); Pusat kegiatan rekreasi dan
wisata
Kec, Medan Marelan; Kabupaten Deli Serdang
5 Subpusat pelayanan kota Medan Perjuangan
Pusat kegiatan
perdagangan/bisnis Pusat pelayanan olahraga
Kec. Medan Perjuangan dan Kec. Medan
Tembung 6 Subpusat
pelayanan kota Medan Area
Pusat pelayanan ekonomi Pusat pelayanan transportasi
Kec. Medan Area, Kec. Medan Kota, Kec. Medan Denai, Kec, Medan Amplas
7 Subpusat pelayanan kota Medan Helvetia
Pusat pelayanan ekonomi Pusat pelayanan transportasi
wilayah bagian Barat
Pusat kegiatan sosial-budaya
Kec. Medan Helvetia, Kec. Medan Petisah, Kec. Medan Sunggal 8 Subpusat
pelayanan kota Medan Selayang
Pusat kegiatan
perdagangan/bisnis Pusat Pendidikan
Kec. Medan Tuntungan, kec. Medan Baru, Kec. Medan Selayang, kec. Medan Johor
9 Subpusat pelayanan
kotaMedan Timur
Pusat kegiatan
perdagangan/bisnis
Pusat pelayanan transportasi (TOD);
Pusat kegiatan sosial-budaya
Kec. Medan Deli, Kec. Medan Timur, Kec. Medan Barat
(80)
Keberadaan kawasan perencanaan dapat dilihat pada peta di bawah ini :
Gambar 2.7 Pembagian Wilayah Kota Medan
Medan Belawan
pusat pelayanan transportasi laut,
pusat kegiatan bongkar muat dan impor – ekspor, pusat kegiatan industri, dan pusat kegiatan perikanan Medan Labuhan
Pusat Kegiatan Jasa dan Perdagangan
Pusat pelayanan transportasi Pusat pelayanankesehatan Permukiman
Medan Perjuangan
Pusat kegiatan perdagangan/bisnis
Pusat pelayanan olah raga Medan Marelan
Pusat kegiatan perdagangan kebutuhan pokok (pasar induk); Pusat kegiatan
rekreasi dan wisata Medan Helvetia Pusat pelayanan
ekonomi Pusat pelayanan
transportasi wilayah bagian Barat Pusat kegiatan
sosial-budaya
Medan Area
Pusat pelayanan ekonomi Pusat pelayanan
transportasi Medan Selayang
Pusat kegiatan perdagangan/bisnis Pusat Pendidikan
Medan Timur
Pusat kegiatan perdagangan/bisnis Pusat pelayanan transportasi
(TOD)
Pusat kegiatan sosial-budaya
Medan Maimun Pusat kegiatan Jasa
dan perdaganga Pusat pemerintahan Pusat perekonomian Pusat pendidikan Pusat kesehatan
(81)
2.3.2
Alternatif Lokasi TapakAdapun yang menjadi alternatif tapak terdapat 3 alternatif lokasi site, yaitu: 1. Alternatif 1
Terdapat di Jl.Perintis Kemerdekaan, Kelurahan Persiapan Perintis, Kecamatan Medan Timur, Medan
Luas Site : ± 3.2 ha Batas Site antara lain :
Utara : Jl. Perintis Kemerdekaan Timur : Jl.Timor
Selatan : Jl.Sena Barat : Jl. Gaharu
2. Alternatif 2
Terdapat di Jl. Gatot Subroto, Kecamatan Medan Petisah, Medan Luas Site : ±3.2 ha
Batas Site antara lain : Utara : Jl. Kompleks Ruko Timur : Jl. Medan Fair Plaza Selatan : Jl. Gatot Subroto Barat : Jl. Iskandar Muda Baru
(82)
3. Alternatif 3
Terdapat di Jl. Brigjen Katamso, Kelurahan Suka raja, Kecamatan Medan Maimun, Medan
Luas Site : ± 1.5 ha Batas Site antara lain : Utara : Ruko /Pertokoan Timur : Rumah penduduk Selatan : Kantor pertanahan Barat : Ruko /Pertokoan
Gambar 2.9 Peta Jl. Gatot Subroto
(83)
Tabel 2.2 Kriteria Lokasi
KRITERIA LOKASI
ALTERNATIF 1 Jl. Perintis Kemerdekaan Kec.Medan Timur
ALTERNATIF 2 Jl. Gatot Subroto Kec.Medan Petisah ALTERNATIF 3 Jl. Brigjen Katamso, Kec.Medan Maimun
Tingkatan Jalan Jalan Arteri Primer
(5)
Jalan Arteri Primer
(5) Jalan Arteri Primer (5) RUTRK (Pengembangan Perdagangan dan Rekreasi) Sesuai (5) Sesuai (5) Sesuai (5) Pencapaian ke Lokasi Pencapaian mudahkarena berada dijalur utama pusat kota namun daerah ini sangat rentan
macet.
(4)
Pencapaian mudahkarena berada dijalur utama pusat kotaserta didukungdengan adanyasarana angkutanumum yang banyakdidaerah
ini. (5) Pencapaian mudahkarena berada dijalur utama pusat kotaserta didukungdengan adanyasarana angkutanumum yang banyakdidaerah ini. (5) Pengenalan Entrance Entrance cukup mudah diakses karena diorientasikan ke
jalan ini, dan lokasi dekat Hotel
Angkasa serta
Entrance sangat mudah karena berada pada jalan primer serta daerah sekitar site yang banyak dikenal lama oleh masyarakat kota
Medan (5) Entrance cukup mudah diakses karena diorientasikan
ke jalan yang lebih mudah untuk di akses
(84)
Taman Budaya yang menjadi place of identity
(5)
dan lokasi dekat dengan Kawasan Wisata serta kuliner membuat jalan ini banyak kenal (5) Fungsi
pendukung di
sekitar lokasi RS. Pirnngadi, Hotel Grand Angkasa, Universitas Nommensen, Taman Budaya, Gedung Perkantoran, Gedung Indosat. (4)
Hotel Asean, Plaza Medan Fair, Medan Plaza, Perkantoran dan
Bank, Sarana Pendidikan.
(4)
Sarana wisata, istana Maimun,Yuki Simpang raya, , Hotel, Amaliun Food court/Jajanan Malam, Taman Deli, (5) Kepadatan Bangunan Sangat padat (3) Sangat padat (3) Sangat padat (3) Sirkulasi Kenderaan Arus kendaraan cukup lancar dan
padat dimana pada jam tertentu
volume kendaraan yang lewat tinggi dan adanya lebar jalan
1 arah yang cukup besar.
(4)
Arus kendaraan padat. Karena terletak di persimpangan jalan dengan lampu
merah yang cukup padat
(3) Arus kendaraan cukup lancar walau banyak dilalui oleh kendaraan dengan adanya
lebar jalan 2 arah. (5)
(85)
Fungsi Eksisting Lahan Kosong &Hunian (4) Lahan Kosong (5) Lahan kosong &hunian (5)
Sarana Angkutan Umum Banyak (5) Banyak (5) Banyak (5)
Kondisi Jalan Baik
(5)
Baik
(5)
Baik
(5)
Total Nilai 44 45 48
Peringkat 3 2 1
Keterangan :
5 : Baik sekali 3 : Cukup 1 : Buruk 4 : Baik 2 : Kurang
Dari penilaian beberapa kriteria-kriteria dan di atas serta memenuhi persyaratan maka terpilih site alternatif 3 yaitu Jl. Brigjen Katamso, Kelurahan Suka raja, Kecamatan Medan Maimun, Medan.
(86)
2.4 Studi Banding Proyek Sejenis 2.4.1 Kompleks Kraft Kuala Lumpur
Kompleks Kraft ini adalah tempat yang terkenal untuk melihat kerajinan tangan asli Malaysia. Terletak di sepanjang Jalan Conlay di Kuala Lumpur, itu dibawah kepengurusan Development Corporation Kerajinan Malaysia - sebuah badan konstitusional di bawah Departemen Kebudayaan, Seni dan Warisan. Gedung ini menyajikan beberapa kerajinan Malaysia eksklusif, seperti, sutra kaftan, jubah, perak, produk mengkuang, gelas, tembikar, batik sutra lukisan, dan songket (brokat materi). Dan menyajikan beberapa kegiatan dan bberapa program dalam gedung ini, dimana semua orang dapat mengeksplorasi budaya malaysia. Pada kompeks ini di bagi menjadi 4 blog kawasan utama, yaitu Craft Museum, Craft Village, Galery-galery kerajinan tangan, serta Boutique Craft.
Gambar 2.11 pusat kerajinan tangan
(87)
Pada kegiatan demonstrasi kerajinan tangan dan sesi interaktif secara langsung disediakan di Craft Village. Disini pengunjung dapat berinteraksi langsung dengan para pengrajin. Sedangkan pada daerah galeri dipamerkan hasil- hasil kreativitas para pengrajin yang ada. Sedangkan untuk mendapatkan produk kerajinan tangan para pengunjung dapat memperolehnya setelah mengunjungi Craft Boutique disana terdapat bermacam-macam souvenir yang dapat di beli.
(88)
2.4.2 Pusat Kerajinan Dekranasda, Bogor Kota Bogor memiliki berbagai macam kerajinan, salah satunya terdapat di jl.Binamarga,Bogor untuk mengetahuinya kita tidak perlu mendatangi tempat para pengrajin satu-persatu. Cukup datang ke Dekranasda (Dewan Kerajinan Nasional Daerah) Kota Bogor yang merupakan showroom hasil karya para pengrajin dari kota hujan ini. Ternyata banyak sekali jenis-jenis kerajinan yang dipamerkan. Mulai dari lukisan, patung, batik, wayang, bahkan
produk makanan dan minuman khas Bogorpun dapat diperoleh disini.
Pusat kerajinan tangan ini memiliki showroom yang dikelolah oleh bidang promosi. Selain kegiatan administratif showroom, pengelolah juga bertugas untuk menerima
Gambar 2.14 Pusat kerajinan Bogor
Gambar 2.15 Kerajinan tangan yang disediakan
(89)
barang-barang kerajinan yang disampaikan oleh para pengrajin di Kota Bogor untuk dipromosikan sekaligus dipasarkan kepada para pengunjung showroom.
Pada tahun 2013 ini, Dekranasda akan membangun gedung sekretariat Dekranasda dan tambahan gedung showroom di kecamatan yang berbeda di Bogor. Pusat Kerajinan tangan ini sudah 30 tahun berdiri. Hasil kerajinan tangan yang ada dipusat Dekranasda Kota Bogor ini murni hasil kerajinan warga bogor.
Selain sebagai Pusat Informasi dan Promosi Pusat Kerajinan Kota Bogor merupakan sentral kegiatan atau “Rumah” bagi para pengrajin Kota Bogor dalam melakukan berbagai aktivitas dan sinergitas dalam usaha pengembangan kerajinan Kota Bogor. Yang memprioritaskan :
Sebagai area wisata belanja dan sarana peningkatan pengetahuan dan wawasan baik bagi kalangan umum maupun dunia pendidikan khususnya dalam mempelajari seni kerajinan budaya daerah Kota Bogor.
Melayani penjualan produk kerajinan tangan baik secara langsung maupun pesanan.
Menerima kunjungan tamu rombongan wisatawan maupun masyarakat umum.
Bukan setiap hari pukul 09.00 WIB s/d 16.00 WIB kecuali hari libur Nasional dengan fasilitas lengkap (Toilet, ruang AC, lahan parkir dekat dengan pusat jajanan) dengan akses lokasi yang mudah di jangkau.
(90)
2.4.3 SME Tower dan Gedung Smesco ,Jakarta
SME Tower (Gedung SME) dan SMESCO Convention Center beralamat di jalan Jendral Gatot Subroto Kav.94, Kelurahan Pancoran, Jakarta Selatan. Gedung SMESCO atau Small and Medium Enterprise and Cooperatives atau dalam bahasa Indonesia Usaha Kecil dan Menengah dan Koperasi. Gedung utama yang terdiri dari 17 lantai berada di bawah manajemen LLP-KUKM. Bangunan utama ini banyak digunakan untuk area kantor, namun beberapa lantai seperti lantai dasar digunakan untuk pameran produk UKM. Gedung UKM ini memamerkan beberapa produk terbaik di Indonesia yang dibuat oleh anak bangsa dari berbagai penjuru daerah. Untuk melestarikan dan mempromosikan warisan budaya Indonesia dengan tetap mengembangkan desain merupakan salah satu misi galeri ini dalam rangka untuk mencapai produk yang semakin hari semakin kompetitif dan meningkatkan nilai ekonomisnya. Sejalan dengan program pemerintah, UKM Tower ini diharapkan akan menjadi acuan bagi pengembangan UKM dan industri kreatif koperasi dan menghilangkan persepsi masyarakat luas bahwa produk UKM berkualitas buruk. Adapun pengaturan ruang perlantainya sebagai berikut :
FLOOR FUNCTION
Basement 1-2 Parking Area
Ground Floor
UKM Gallery
Bank Negara Indonesia (BNI)
Main Building Promenade Exhibition Hall Gambar 2.16 SME Tower dan Smesco Jakarta
(91)
BNI ATM Coffee Toffee
Telkom Smesco SME Center
2nd Floor UKM Gallery
3rd Floor UKM Propinsi
4th Floor
Nareswara Function Hall Business Lounge Business Center Meeting Rooms
5th Floor
Lembaga Layanan Pemasaran Koperasi Usaha Kecil dan Menengah (LLP-KUKM)
Indonesia Creative Centre (ICC) Trading Board
6th Floor
PT.Inspectorate (IOL Indonesia) PT. Mitra Mandiri Informatika PT. Graha Rayhan Triputra
7th Floor Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP)
8th Floor Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP)
9th Floor Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP)
11th Floor Lembaga Pengelola Dana Bergulir KUKM (LPDB-KUKM)
12th Floor
UKM Propinsi
PT. Human Power Indonesia
14th Floor PT. Bank Syariah Mega Indonesia
15th Floor UKM Propinsi
16th Floor PT. Infomedia Nusantara
17th Floor Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP)
Sedangkan UKM yang dilayani di gedung ini adalah :
UKM TAHUN 2013
Jumlah UKM yang terlayani 560 UKM
Jumlah UKM Provinsi yang terlayani 19 Propinsi
Jumlah Produk 124 Jenis Produk
Bangunan ini juga memiliki ruang serbaguna yang disebut Nareswara berada pada lantai 4 memiliki kapasitas pengunjung hingga 1000 orang dan memiliki fasilitas lain seperti ruang rapat kecil, pusat bisnis, dan Longe bisnis.
(92)
Lain dari Aula Gedung UKM Tower terdapat Convention Hall. Gedung ini terdiri dari 2 lantai dengan kapasitas tampung hingga 2.500 orang dan di tambah tempat duduk pada daerah balkon yang bisa menampung hingga 500 orang. Dan terdapat ruang ganti pria dan wanita. Biasanya convention hall ini digunakan untuk festival musik, konser, upacara penghargaan, fashion show dan lain-lain.
Gambar 2.17 Interior Nareswara
Gambar2.18 Denah Nareswara
(93)
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki berbagai ragam budaya yang dilatarbelakangi suku-suku dari daerah setempat. Ragam budaya tersebut memiliki ciri khas masing-masing daerah sesuai dengan kondisi masyarakat yang mendiaminya. Yang mana masih bercirikan tradisional dan bahkan masih ada yang bersifat premitif. Yang artinya seni itu masih berakar dari masyarakat seni yang berkembang dari masa lalu.
Kekayaan ragam budaya Indonesia yang tersebar luas di beberapa daerah kepulauan Nusantara ini memiliki nilai-nilai estesis yang tinggi, terutama dilihat dan diukur dari nilai seninya. Seni bangunan, seni tari, seni kerajinan, seni pahat, seni ukir, dan seni hias atau seni ornamen, merupakan jenis-jenis ragam budaya yang dimiliki daerah-daerah setempat yang bercirikan tradisional. Bahkan seni sastra daerah terus menerus dipelihara dan dijaga kelestariannya.
Terutama pada kerajinan tangan yang merupakan barang seni yang seharusnya di hargai oleh manusia karena barang seni mempunyai nilai yang sangat tinggi dan barang seni sendiri juga merupakan warisan dari nenek moyang yang harus dijaga dan dikembangkan terutama kerajinan tangan. Kerajinan tangan adalah alat untuk memperkenalkan kebudayaan masyarakat. Keyakinan, tradisi dan adat istiadat setiap masyarakat , bentuk kebudayaan umum masyarakat tersebut. Oleh karena itu karya-karya tangan seseorang merupakan salah satu cara untuk memanifestasikan kekayaan dan kepercayaannya. Dengan kata lain semangat hidup nenek moyang dan karya-karya peninggalan para pendahulu, dapat ditemukan dalam karya-karya seni tradisional di tengah masyarakat yang bersangkutan.
Dari sisi produksi ,pemasaran, peningkatan mutu serta bidang pendidikan dan penelitiannya, kerajinan tangan telah terabaikan. Dengan adanya perkembangan zaman dan perkembangan teknologi sekarang sangat mungkin dapat menghilangnya hasil kerajinan tangan yang sejak dahulu telah ada jika tidak adanya pelestarian akan hasil budaya tersebut. Memungkinkan timpangnya keseimbangan pandangan yang menganggap segala sesuatu yang baru yang datang dari luar sebagai tanda kemajuan sedangkan sesuatu yang datangnya dari dalam kebudayaan sendiri dianggap telah ketinggalan zaman yang disebabkan kurangnya pengenalandan pemberdayaan hasil dari
(94)
generasi yang meneruskan untuk membuat kerajinan tangan dan juga keahlian yang semakin merosot ini menyebabkan adanya tidak keseragaman mutu barang kerajinan yang dibuat. Keadaan ini akan mengakibatkan suatu kerugian besar akan hilangnya warisan budaya sebagai peninggalan sejarah yang tidak ternilai harganya.
Agar hal seperti itu tidak sampai terjadi maka dibutuhkan sebuah wadah untuk memusatkan para pengrajin yang ada di Medan. Oleh karenanya, upaya dalam mempromosikan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan program yang strategis dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat pada umumnya serta pembangunan ekonomi pada khususnya. Dalam hal ini pemerintah harus dapat berperan aktif sebagai penyedia prasarana bagi para pengrajin daerah demi kebangkitan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang ada di Kota Medan. Dengan adanya program pemerintah dalam memusatkan para pengrajin yang ada di Medan di harapkan bangunan yang akan didirikan ini dapat dengan mudah berintegrasi dengan lingkungan sekitar serta dapat dicapai oleh masyarakat dengan skala yang lebih besar sehingga dapat menampung lebih banyak pengunjung dan memberikan pengalaman yang lebih beragam melalui kemungkinan penyediaan tempat yang dapat memberikan informasi tentang kerajinan tangan,sarana pembelajaran bagi pelajar dengan cara dapat berinteraksi langsung dengan para pengrajin yang telah dipusatkan khusus di dalam gedung ini, sertadapat mempromosikan hasil kerajinan tangan tradisional khas Sumatera Utarayaitu : “ MEDAN TRADITIONAL HANDICRAFT CENTER DI MEDAN” dengan fasilitas yang tersedia didalam gedung seperti gallery, perpustakaan kecil mengenai buku-buku panduan pembelajaran tentang kebudayaan Sumatera Utara, ruang pertunjukan hasil-hasil kerajinan tangan dari suku yang berbeda yang ada di Sumatera Utara, serta ruangan pengrajin dari setiap suku yang setiap pengunjung nantinya dapat berinteraksi langsung dengan si pengrajin.
1.2. Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dari perencangan Medan Traditional Handicraf Center ini adalah :
Menyediakan sebuah tempat yang mewadahi untuk pemusatan kerajinan tangan yang ada di Kota Medan.
Menyediakan sebuah tempat yang memadai dalam pemasaran produk-produk lokal Kota Medan.
Merencanakan desain yang menampung dan mewadahi pengetahuan masyarakat terutama pelajar dalam wawasan kebudayaan Sumatera Utara.
(95)
Merencanakan dan menyelenggarakan peragaan langsung oleh para pengrajin di hadapan masyarakat.
Tujuan dilaksanakannya kasus proyek ini adalah :
Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat khususnya kaum pelajar tentang hasil kerajinan tangan Kota Medan.
Memperkenalkan produk-produk unggulan UMKM Kota Medan melalui kegiatan pameran yang dilakukan setiap hari.
Membangkitkan minat masyarakat untuk berperan aktif dalam pengembangan ataupun melestarikan hasil kerajinan tangan khas Medan.
Menjadi sarana pembelajaran bagi masyarakat khususnya bagi para pelajar.
1.3. Perumusan Masalah
Dalam mendesain dan membangun sebuah bangunan, pastinya seorang desainer pada umumnya memiliki standar-standar perencanaan yang perlu diperhatikan dan diperlukan studi banding. Dari rumusan-rumusan yang ada, masalah yang akan dihadapi adalah :
Bagaimana menciptakan suasana ruang dalam yang nyaman pada bangunan bagi para pengguna bangunan .
Bagaimana memilih lokasi yang tepat untuk mewujudkan desain rancangan kasus proyek yang dapat menampung seluruh program ruang yang dibutuhkan.
Bagaimana pengolahan program ruang yang saling berintegrasi dengan fungsi ruang yang berbeda.
Bagaimana memahami dan menerapkan tema yang diangkat dan mewujutkannya pada bangunan melalui proses perancangan dan pendekatan unsur kerajinan tangan yang dapat diterapkan pada desain.
(96)
1.4. Metode Pendekatan
Adapun metode pendekatan masalah yang dapat dilakukan untuk pemecahan masalah proyek ini adalah :
1. Pendekatan Fungsi :
Menyediakan sebuah tempat yang mewadahi dalam memusatkan para pengrajin yang ada di sekitar Kota Medan.
Menyediakan suatu wadah yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat akan kegiatan yang dapat meningkatkan dan mengembangkan kualitas pengetahuan masyarakat khususnya generasi muda tentang kerajinan tangan tradisional dalam bidang pembuatan dan pelestariannya.
Menyediakan ruang interaksi langsung dengan para pengrajin. 2. Pendekatan Desain
Mendalami dan mengetahui kebutuhan para pengrajin.
Merancang bangunan yang menerapkan nilai-nilai arsitektural Metaforapada berbagai bagian pada bangunan Medan Traditional Handicraft Center ini.
3. Pendekatan Persyaratan Umum
Pemilihan lokasi tapak yang cukup strategis untuk Handicraft Center. Pengolahan tapak, penataan ruang dalam dan luar.
Integrasi fungsi di dalam bangunan dan tapak terhadap lingkungan wilayah kota.
4. Pengumpulan Data
Mencari studi banding dalam memperoleh data-data dan gambaran akan bagaimana sebuah Handicraft Center dan program apa saja yang disediakan. Studi berbagai sumber pustaka yang berkaitan dengan standar-standar arsitektur dalam perencanaan sebuah Handicraft Center dan tema Arsitektur Metafora.
1.5. Lingkup dan Batasan Proyek
Adapun batasan perencanaan proyek ini adalah sebagai pusat para pengrajin yang mewadahipara pengrajin dalam mempromosikan produk kerajinan tangan serta kegiatan pembelajaran tentang pengetahuan akan kerajinan tangan yang ada di Kota Medan dan pusat pemberdayaan hasil kerajinan tangan Kota Medan.
(97)
Lingkup perencanaanya adalah sebagai pusat para pengrajin kerajinan tangan sebagai wadah pembelajaran, pengenalan, pemahaman, dan rekreasi hasil kebudayaan bagi masyarakat terutama generasi muda skala nasional khususnya Medan. Dengan menyediakan fasilitas berbagai macam alat untuk membuat kerajinan tangan dan menghadirkan orang yang telah ahli dalam pengerjaan kerajinan tangan tersebut. Sehingga para pengunjung khususnya para pelajar dapat berinteraksi langsung dengan para pengrajin. Dengan kata lain para pengunjung tidak hanya berkunjung untuk melihat, melainkan dapat sambil belajar.
1.6. Asumsi
Asumsi-asumsi diperlukan terutama yang berkaitan dengan hal-hal berikut : Asumsi tapak yang terutama berkaitan dengan kondisi dan topografi.
Pemilik proyek yang diasumsikan adalah organisasi UMKM dibawah kepengelolahan DEKRANASDA (Dewan Kerajinan Nasional Daerah)
Asumsi-asumsi penentuan program ruang terutama yang berkaitan dengan pengadaan ruang dan penentuan besaran ruang untuk mewadahi kegiatan tertetu.
(1)
Bab III
.
Elaborasi Tema
3.1 Pengertian Tema ... 31
3.2 Interpretasi Tema ... 31
3.3 Keterkaitan Tema dengan Judul ... 34
3.4 Studi Banding Tema Sejenis ... 35
3.4.1. Stasiun TGV, Prancis ... 35
3.4.2. Museum of Fruit ... 36
Bab IV
.
Analisa
4.1. Analisa Kondisi Tapak dan Lingkungan ... 384.1.1. Analisa Lokasi Tapak dalam Skala Kota dan Region ... 38
4.1.2. Kondissi Eksisiting Lahan ... 39
4.1.3 Tata Guna Lahan ... 41
4.1.4 Bulk (Ketebalan Bangunan) ... 43
4.1.5 Sarana dan Prasarana ... 44
4.1.6 Skyline ... 46
4.1.7 Eksisiting Bangunan Sekitar Site ... 47
4.2. Analisa Potensi dan Kondisi Site ... 48
4.2.1. Analisa Sirkulasi ... 48
4.2.2. Analisa Pencapaian ... 50
4.2.3. Analisa Vegetasi ... 51
4.2.4. Analisa View ... 52
4.2.5. Analisa Kebisingan dan Matahari ... 53
4.2.6. Analisa Arsitektur Kota ... 54
4.3. Analisa Non Fisik ... 55
4.3.1. Analisa Kegiatan ... 55
4.3.2. Analisa Pengguna dan Pola Kegiatan ... 56
4.3.3. Analisa Kebutuhan Ruang Berdasarkan Jenis Kegiatan ... 58
4.3.4. Analisa Fungsional ... 59
4.3.4.1 Analisa Jumlah Pengunjung ... 59
4.3.4.2 Analisa Daya Tampung Gedung Kerajinan Tangan ... 60
(2)
vi
Bab V. Konsep Perancangan
5.1. Konsep Dasar ... 66
5.2. Konsep Bentukan Massa ... 67
5.3. Konsep Rencana Tapak ... 67
5.3.1 Konsep Penzoningan ... 67
5.3.2 Konsep Sirkulasi ... 68
DAFTAR PUSTAKA ... xii
(3)
DAFTAR GAMBAR
HALAMAN
Gambar 2.1 Produk Kerajinan Bambu ... 9
Gambar 2.2 Produk Kerajinan Rotan ... 10
Gambar 2.3 Produk Kerajinan Lampu Hias ... 11
Gambar 2.4 Contoh Produk Kerajinan Sulaman ... 12
Gambar 2.5 Contoh Produk Kerajinan dari Kayu ... 13
Gambar 2.6 Contoh Produk Kerajinan Daun Waru ... 14
Gambar 2.7 Pembagian Wilayah Kota Medan ... 18
Gambar 2.8 Peta Jl. Perintis Kemerdekaan ... 19
Gambar 2.9 Peta Jl. Gatot Subroto ... 20
Gambar 2.10 Jl. Brigjen Katamso ... 20
Gambar 2.11 Pusat Kerajinan Tangan ... 24
Gambar 2.12 Komplek Kerajinan Malaysia ... 24
Gambar 2.13 Kerajinan Malaysia ... 25
Gambar 2.14 Pusat Kerajinan Bogor ... 26
Gambar 2.15 Kerajinan Tangan yang disediakan ... 26
Gambar 2.16 SME Tower dan Smesco Jakarta ... 28
Gambar 2.17 Interior Nareswara ... 30
Gambar 2.18 Denah Nareswara ... 30
Gambar 2.19 Convention hall ... 30
Gambar 3.1 StasiunTGV, Prancis ... 35
Gambar 3.2 Interior Stasiun TGV ... 35
Gambar 3.3 Museum Of Fruit ... 36
Gambar 3.4 Eksterior Museum of Fruit ... 36
Gambar 4.1 Peta Lokasi Site ... 38
Gambar 4.2 Kondisi Lokasi Eksisting Site ... 40
Gambar 4.3 Ilustrasi Kondisi Eksisiting Lokasi Site ... 40
Gambar4.4 Peta Tata Guna Lahan ... 41
Gambar 4.5 Massa Bangunan Potensial ... 42
Gambar 4.6 Peruntukan Lahan Berdasarkan Fungsi ... 43
(4)
viii
Gambar4.9 Analisa Skyline ... 46
Gambar 4.10 Skyline ... 46
Gambar 4.11 Analisa Bangunan Eksisiting Sekitar Site ... 47
Gambar 4.12 Analisa Sirkulasi Sekitar Site ... 48
Gambar 4.13 Kondisi Rel Sekitar Site ... 49
Gambar 4.14 Analisa Pencapaian ... 50
Gambar 4.15 Analisa Vegetasi ... 51
Gambar 4.16 Analisa View ... 52
Gambar 4.17 Analisa kebisingan dan Matahari ... 54
Gambar 4.18 Bangunan Lama ... 44
Gambar 5.1 Konsep Bentuk Massa ... 66
Gambar 5.2 Ilustrasi Konsep Massa ... 67
Gambar 5.3 Ilustrasi Konsep Penzoningan ... 67
Gambar 5.4Konsep Ilustrasi Pengunjung ... 68
Gambar 5.5 Konsep Sirkulasi Pengunjung Pameran ... 68
Gambar 5.6 Konsep Alur Sirkulasi Pameran ... 69
Gambar 5.7 Konsep Penerapan Tema pada Bangunan ... 69
(5)
DAFTAR TABEL
HALAMAN
Tabel 1.1 Kerangka Berfikir ... 6
Tabel 2.1 Rencana Pusat Pelayanan Kota Medan 2030 ... 16
Tabel 2.2 Kriteria Lokasi ... 21
Tabel 4.1 Bangunan Eksisiting Sekitar Site ... 47
Tabel 4.2 Keadaan Jalan Eksisiting Sekitar Site ... 48
Tabel 4.3 Jumlah Kunjungan Wisatawan ... 59
Tabel 4.4 Program Ruang Fasiltas Utama ... 60
Tabel 4.5 Program Ruang Fasiltas Penunjang ... 61
Tabel 4.6 Program Ruang Fasilitas Pengolahan ... 62
Tabel 4.7 Program Ruang Fasilitas Service ... 63
Tabel 4.8 Program Ruang Fasilitas Parkir ... 63
(6)
x
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 1. Pola Kegiatan Pengunjung ... 56 Diagram 2. Pola Kegiatan Pengelolah ... 57