Pembuatan Tepung Secara Umum Landasan Teori

Sulfit berinteraksi dengan gugus karbonil. Hasil reaksi itu akan menikat melanoidin sehingga mencegah timbulnya warna cokelat. Sulfur dioksida dapat berfungi sebagai antioksidan Winarno, 1992. Menurut Hui 1992, tujuan penggunaan sulfit antara lain sebagai kontrol browning enzimatik dan non enzimatik, penghambat pertumbuhan mikroba, antioksidan, pereduksi dan agen bleaching. Jumlah penyerapan dan penahanan residu SO 2 dalam bahan yang dikeringkan dipengaruhi oleh, antara lain: varietas, kemasakan, dan ukuran bahan, konsentrasi SO 2 yang digunakan, waktu sulfuring, suhu, kecepatan aliran udaran dan kelembaban udara selama pengeringan serta keadaan penyimpanan Susanto dan Saneto, 1994. Maksimum penggunaannya natrium metabisulfit sebanyak 2000-3000 ppmbahan. Natrium metabisulfit yang berlebihan akan hilang sewaktu pengeringan Margono, Suryati dan Hartinah, 1993.

G. Pembuatan Tepung Secara Umum

Tepung adalah bahan padatan yang diperoleh dari proses penggilingan suatu bahan dalam bentuk butiran-butiran halus yang mengandung kadar air 10-13. Tepung dapat diperoleh dari hasil pertanian yang mengandung karbohidrat yang tinggi. Beberapa masalah yang sering dihadapi adalah terbentuknya warna coklat karena terjadinya reaksi pencoklatan enzimatis, terutama bila mengandung gula pereduksi. Belum lagi masalah cita rasa produk akhir yang susah dihilangkan Buckle, et.al., 1987. Akhir-akhir ini telah ada upaya untuk mengolah ubi jalar menjadi bentuk tepung. Tepung ubi jalar mempunyai banyak kelebihan antara lain: 1 lebih luwes untuk pengembangan produk pangan dan nilai gizi, 2 lebih tahan disimpan sehingga penting sebagai penyedia bahan baku industri dan harga lebih stabil, 3 memberi nilai tambah pendapatan produsen dan menciptakan industri pedesaan serta meningkatkan mutu produk Heriyanto dan Winarto, 1998. Pengolahan ubi jalar menjadi tepung hanya memerlukan teknologi yang sederhana. Caranya ubi jalar dikupas kemudiian dicuci bersih selanjutnya dipotong tipis-tipis atau disawut dengan pisau atau alat pemotong lainnya. Chips kemudian dijemur di bawah sinar matahari atau menggunakan alat pengering dengan suhu maksimum 60 C ± 5 jam. Tepung bisa dimasukkan kantung plastik atau toples kaleng tertutup rapat yang tahan disimpan dalam waktu enam bulan. Untuk menghasilkan tepung berkualitas baik, sawut atau irisan umbi sebelum dijemur atau dikeringkan direndam terlebih dahulu dalam larutan natrium metabisulfit Heriyanto et al., 2001. Gambar 7 adalah salah satu contoh pembuatan tepung dengan perendaman sodium metabisulfit. Diagram alir proses pembuatan tepung ubi jalar disajikan pada Gambar 7. Ubi jalar segar dibersihkan dan dikupas disawut dirajang direndam dalam larutan Na-metabislfit dikeringkan digiling dan diayak 80 mesh Tepung ubi jalar Gambar 7. Proses Pembuatan Tepung Ubi Jalar Modifikasi antarlina dan Utomo, 1998

H. Analisa Keputusan

Menurut Siagian 1987, anilisis keputusan adalah suatu kesimpulan dari suatu proses untuk memilih yang terbaik dari sejumlah altrenatif yang ada. Tujuan dari analisis keputusan adalah untuk menemukan keputusan secepat-cepatnya. Ketepatan keputusan tergantung dari informasi yang dapat dikumpulkan dan diolah dalam analisa mengambil keputusan berarti menjatuhkan pilihan pada salah satu alternatif yang paling baik untuk itu harus berarti mempunyai ukuran dan kriteria tertentu. Proses pengambilan keputusan didahului dengan mengetahui adanya permasalahan, alternatif-alternatif yang ada serta kriteria untuk mengukur atau membandingkan setiap alternatif yang memberikan hasil atau keuntungan paling besar dengan resiko paling kecil serta paling efektif. Jadi masalah yang mempersulit adanya alternatif yang harus dipilih sebagai landasan untuk tindakan yang harus dilaksanakan. Assauri, 1980.

I. Analisa Finansial

Tujuan dari analisis finansial adalah untuk mengetahui laba rugi dalam suatu perusahaan. Data yang diperoleh dari analisis mutu kemudian diuji dengan analisis sidik ragam untuk mengetahui pengaruh perlakuan-perlakuan terhadap produk yang dihasilkan. Data sekunder berupa harga-harga baik bahan baku maupun produk yang dihasilkan. Analisis finansial yang dilakukan meliputi : analisis nilai uang dengan metode Break Event Point BEP, Net Present Value NPV, Rate of Return dengan metode Internal Rate of Return IRR dan Payback Periode PP Susanto dan Saneto, 1994.

a. Break Event Point BEP

Break Event Point BEP adalah suatu keadaan tingkat produksi tertentu yang menyebabkan besarnya biaya produksi keseluruhan sama dengan besarnya nilai atau hasil penjualan, jadi pada keadaan tersebut perusahaan tidak mendapatkan keuntungan dan juga tidak mengalami kerugian Susanto dan Saneto, 1994. Perhitungan BEP dapat ditentukan dengan persamaan sebagai berikut : 1 Biaya titik impas BEP Rp = FC 1 – Vc P 2 Presentase titik impas BEP = BEP Rp x 100 P 3 Kapasitas titik impas Kapasitas titik impas adalah jumlah produksi yang harus dilakukan untuk mencapai titik impas. BEP unit = FC P – Vc Keterangan : FC : Biaya tetap P : Pendapatan Vc : Biaya tidak tetap

b. Net Present Value NPV

Susanto dan Saneto, 1994 Net Present Value NPV adalah selisih antara nilai investasi saat sekarang dengan nilai penerimaan kas bersih di masa yang akan datang. Suatu kegiatan proyek dapat dipilih bila NPV 0. NPV dapat ditunjukkan dengan persamaan sebagai berikut : n NPV = ∑ Bt – Ct t - 1 1 + i’ Keterangan : Bt : Penerimaan pada tahun t Ct : Pengeluaran pada tahun t t : 1, 2, 3, .........,n n : Umur ekonomis proyek i : Suku bunga bank

c. Payback Periode PP

Susanto dan Saneto, 1994 Payback Periode PP merupakan perhitungan jangka waktu yang dibutuhkan untuk pengembalian modal yang ditanam pada proyek, nilai tersebut berupa presentase maupun waktu baik tahun maupun bulan. Payback Periode tersebut harus lebih kecil dari nilai ekonomis proyek. Kriteria ini memberikan nilai bahwa proyek yang akan dipilih jika mempunyai waktu Payback Periode yang paling cepat. Rumus Payback Periode adalah sebagai berikut : PP = I Ab Keterangan : I : Jumlah modal Ab : Penerimaan bersih pertahun

d. Internal Rate of Return IRR

Susanto dan Saneto, 1994 Internal Rate of Return IRR merupakan tingkat suku bunga yang menunjukkan persamaan antara nilai penerimaan bersih sekarang dengan jumlah investasi modal awal dari suatu proyek yang sedang dikerjakan. Dengan kata lain IRR adalah tingkat suku bunga yang akan menyebabkan NPV = 0. Bila nilai IRR suatu proyek lebih besar dari suku bunga yang berlaku, maka proyek dinyatakan layak untuk dilaksanakan. Rumus perhitungan IRR sebagai berikut : IRR = i’ + NPV” x i” - i’ NPV’ - NPV” Keterangan : i’ : Tingkat suku bunga sekarang i” : Tingkat suku bunga yang akan datang NPV’ : NPV positif hasil percobaan nilai NPV” : NPV negatif hasil percobaan nilai

e. Gross Benefit Cross Ratio

Gross Benefit Cross Ratio adalah merupakan perbandingan antara penerimaan kotor dengan biaya kotor yang telah di present valuekan dirupiahkan sekarang. Kriteria ini memberikan pedoman bahwa proyek akan dipilih apabila Gross BC 1, bila proyek memiliki Gross BC = 1 tidak akan dipilih. n ∑ Bt t - 1 1 + i’ Gross BC = n ∑ Ct t – 1 1 + i Keterangan : Bt : Penerimaan pada tahun ke-t Ct : Biaya pada tahun ke-t n : Umur ekonomis proyek i : Suku bunga bank

J. Landasan Teori

Umbi bengkuang merupakan bagian yang paling banyak dikonsumsi dari tanaman bengkuang. Bagian dalam umbi mengandung gula, pati, dan inulin. Uniknya, inulin tidak dapat segera diasup oleh tubuh sebagai sumber gula, tetapi perlu proses pemecahan lebih lanjut oleh enzim inulinase. Inulin adalah senyawa karbohidrat alamiah yang merupakan polimer dari unit-unit fruktosa. Polisakarida ini dapat dihasilkan oleh beberapa tanaman umbi-umbian seperti pada dahlia, Jerusalem artichoke dan chicory dan berperan sebagai karbohidrat cadangan Gupta, et.al., 1990. Kandungan karbohidrat dalam umbi bengkuang yang tinggi sebanyak 12,8 . Setiap 100 gr bengkuang maka umbi bengkuang dapat dimanfaatkan untuk bahan baku pembuatan tepung. Kendala yang sering dihadapi dalam proses pembuatan tepung adalah terjadinya browning baik secara enzimatis maupun non enzimatis. Untuk mencegah terjadinya proses pencoklatan pada pembuatan tepung bengkuang perlu dilakukan perendaman pada bahan baku. Salah satunya dengan natrium metabisulfit. Perendaman dalam larutan natrium metabisulfit bertujuan untuk mencegah reaksi pencoklatan. Sulfit digunakan dalam bentuk gas SO2, garam Na atau K sulfit, bisulfit dan metabisulfit. Bentuk efektifnya sebagai pengawet adalah asam sulfit yang tidak teroksidasi dan terutama terbentuk pada pH dibawah 3 Syarief dan Irawati, 1988. Larutan sulfit bertujuan untuk mencegah terjadinya browning secara enzimatis maupun non enzimatis, selain itu juga sulfit berperan sebagai pemutih timbulnya warna coklat. Pada browning non enzimatis, sulfit dapat berinteraksi dengan gugus karbonil yang mungkin ada pada bahan. Hasil reaksi tersebut akan mengikat melanoidin sehingga mencegah timbulnya warna coklat. Sedangkan pada browning enzimatis, sulfit akan mereduksi ikatan disulfida pada enzim, sehingga enzim tidak dapat mengkatalis oksidasi senyawa fenolik penyebab browning Anonymous, 2010. Mekanisme pencoklatan enzimatis menurut Susanto dan Saneto 1994, disebabkan pecahnya sel bahan hasil pertanian akibat kerusakan mekanis, sehingga menyebabkan senyawa fenol yang ada dalam vakuola keluar dan bertemu dengan enzim yang ada dalam sitoplasma. Dengan adanya oksigen dan katalis logam akan terbentuk senyawa quinon. Reaksi selanjutnya terjadi secara spontan dan tidak lagi tergantung oleh enzim atau oksigen. Bentuk quinon mengalami hidrolisis menjadi bentuk hidroksi. Selanjutnya hidroksi quinon mengalami polimerisasi dan menjadi polimer berwarna coklat yang akhirnya menjadi melanin berwarna coklat. Ada dua macam reaksi browning non enzimatis yaitu karamelisasi dan reaksi maillard. Menurut Winarno 1997, browning enzimatis memerlukan adanya enzim fenol oksidase dan oksigen yang harus berhubungan dengan substrat tertentu. Pencoklatan enzimatis terjadi dalam jaringan buah-buahan dan sayuran yang banyak mengandung substrat fenolik, yang dirusak dengan adanya pemotongan, pengupasan, pengirisan dan penggilingan. Bahan yang mudah mengalami pencoklatan harus diproses secepat mungkin. Reaksi pencoklatan dapat dihentikan dengan pemanasan pada suhu tinggi secukupnya untuk denaturasi enzim. Dibutuhkan temperatur yang tepat untuk beberapa enzim, waktu dan lama pemanasan yang tepat, pH rendahasam dan faktor lainnya.

K. Hipotesis