bulat pipih. Akar cabai rawit terdiri dari akar tunggang yang tumbuh lurus ke pusat bumi dan akar serabut yang menyebar ke samping Cahyono, 2003.
3. Kandungan kimia dan manfaat tanaman cabai rawit hijau
Kandungan kimia cabai rawit antara lain kapsaisin, kapsantin, kapsarubin, karoten, karotenoid, minyak lemak, vitamin A, B dan C Guntur,
2010. Manfaat cabai rawit hijau antara lain dapat menjaga kesehatan mata, menambah nafsu makan, menormalkan kembali kaki dan tangan yang lemas,
batuk berdahak, melegakan hidung tersumbat pada sinusitis, migrain. Cabai rawit yang memiliki rasa pedas apabila masuk ke dalam meridian jantung dan
pankreas dapat menimbulkan sensasi panas. Ekstrak buah cabai rawit mempunyai daya hambat terhadap pertumbuhan Candida albicans. Daya
hambat ekstrak cabal rawit 1 mgmL setara dengan 6,20 mcgmL nistatin dalam formamid Sentra Informasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, 2005.
B. Kapsaisin
Kapsaisin 8-metil-N-vanilil-6-nonenamida merupakan suatu zat aktif cabai yang dapat memberikan efek panas dalam cabai. Kapsaisin dapat
menimbulkan iritasi pada mammalian termasuk manusia dan menimbulkan rasa terbakar dan panas pada jaringan yang tersentuh. Kapsaisin disebut juga
kapsaisinoid dan merupakan suatu metabolit sekunder dari cabai. Kapsaisin memiliki sifat hidrofobik, tidak berwarna, tidak berbau, dan bentuk kristalnya
dapat digunakan sebagai bahan campuran lilin Sanatombik, 2008.
Kapsaisin mempunyai aktivitas antioksidan dengan menangkap radikal bebas. Gugus fenol pada kapsaisin yang akan bertanggungjawab atas aktivitas
antioksidan dalam mendonorkan elektron kepada radikal bebas Henderson and Slickman, 1999.
Gambar 1. Struktur Senyawa Kapsaisin Bickler, 2000
C. Radikal Bebas
Radikal bebas adalah atom atau kelompok atom dengan nomor berpasangan elektron ganjil dan dapat terbentuk ketika oksigen berinteraksi
dengan molekul tertentu Sportmedweb, 2005. Radikal bebas merupakan suatu atom atau gugus atom yang memiliki satu
elektron tidak berpasangan. Radikal bebas bersifat sangat reaktif dan memiliki energi yang tinggi karena memiliki elektron tidak berpasangan Fessenden dan
Fessenden, 1982. Penangkap radikal bebas menyebabkan elektron menjadi berpasangan
yang kemudian menyebabkan penghilangan warna yang sebanding dengan jumlah elektron yang diambil Sunarni, 2005.
D. Antioksidan
Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menghambat oksidasi yang diperantarai oleh oksigen. Oksidasi memegang peranan penting dalam pertahanan
tubuh terhadap penyakit. Hal tersebut disebabkan senyawa antioksidan dapat mencegah pengaruh buruk yang disebabkan oleh senyawa-senyawa radikal bebas.
Radikal bebas tersebut beberapa di antaranya toksik beracun dan sangat reaktif sehingga dapat mempercepat proses penuaan dan kematian Niki, 1987;
Goodman, 1999. Menurut Halliwel 2000, antioksidan memiliki aktivitas sebagai berikut:
1. Menurunkan konsentrasi oksigen. 2. Mencegah inisiasi rantai pertama dengan menangkap radikal penginisiasi
seperti radikal hidroksil. 3. Mengikat ion logam dalam bentuk yang tidak akan menurunkan spesies
penginisiasi seperti radikal hidroksil dan tidak mendekomposisi peroksida lipid menjadi radikal peroksi atau alkoksi.
4. Mendekomposisi peroksida dengan mengubah menjadi produk non radikal seperti alkohol.
5. Memecah rantai pada radikal intermediet seperti radikal peroksi dan alkoksi yang ditangkap untuk mencegah abstraksi hidrogen selanjutnya.
E. Metode DPPH 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil