dapat diterima, walaupun pada konsentrasi 19,76 µgml tidak memenuhi recovery
, namun pada konsentrasi lainnya memenuhi syarat recovery, sehingga dapat disimpulkan bahwa metode yang digunakan memiliki akurasi
yang baik. 3. Presisi
Presisi dinyatakan dengan nilai CV Coevicient of Variation. Semakin kecil nilai CV maka presisi suatu metode tersebut akan semakin baik.
Persyaratan rentang CV yang baik menurut APVMA cit., Angela, 2012 untuk analit dengan kadar 0,01 sebesar
≤ 20. Dari data yang ditunjukkan pada Tabel VI dan VII menunjukkan nilai CV memenuhi syarat. Hal ini
menunjukkan bahwa metode yang digunakan memiliki presisi yang baik. 4. Spesifisitas
Uji spesifisitas dilakukan dengan mengukur absorbansi larutan etanol yang digunakan sebagai pelarut, kapsaisin, larutan ekstrak etanol buah cabai rawit
hijau pada panjang gelombang 517,5 nm yang merupakan panjang gelombang maksimum DPPH. Hasil pengukuran dari ketiga larutan tersebut tidak terdapat
serapan. Hal ini menunjukkan bahwa metode yang digunakan spesifik terhadap DPPH.
G. Hasil Estimasi Aktivitas Antioksidan dengan Radikal DPPH
Pengujian terhadap daya antioksidan ekstrak etanol buah cabai rawit hijau dilakukan dengan metode DPPH 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil. DPPH merupakan
suatu senyawa yang tidak stabil yang akan tereduksi oleh adanya proses donor
hidrogen yang akan mengubah warna ungu menjadi kuning. Senyawa yang mampu memberikan efek ini dipertimbangkan memiliki daya antioksidan
Halliwell and Gutteridge, 2000. Reaksi umum yang terjadi saat penangkapan DPPH oleh senyawa
antioksidan, yaitu sebagai berikut
Gambar 7. Penangkapan DPPH oleh Senyawa Antioksidan Windono, Soediman, Yudawati, Ermawati, Srielita dan Erowati, 2001
Salah satu senyawa yang terkandung di dalam buah cabai rawit hijau adalah kapsaisin. Senyawa kapsaisin memiliki gugus OH yang dapat
mendonorkan atom hidrogennya untuk radikal bebas DPPH sehingga dapat diketahui daya antioksidannya. Mekanisme penghambatan radikal bebas oleh
kapsaisin ditunjukkan Gambar 8, DPPH dilambangkan sebagai R•. danya senyawa kapsaisin yang memiliki gugus OH akan mendonorkan atom hidrogen
pada elektron bebas DPPH sehingga senyawa radikal DPPH dapat bersifat netral. Penangkapan atom H ini akan menimbulkan perubahan warna pada DPPH yang
semula berwarna ungu akan berubah menjadi kuning.
O CH
3
O H
N H
O CH
3
CH
3
R
+
O CH
3
O N
H O
CH
3
CH
3
+
RH
Gambar 8. Mekanisme Penghambatan Radikal Bebas DPPH oleh Senyawa Kapsaisin
Untuk mengetahui aktivitas antioksidan suatu senyawa dengan metode DPPH, parameter yang digunakan adalah IC
50
. Parameter yang dipakai untuk menunjukan aktivitas antioksidan adalah harga konsentrasi efisien atau efficient
concentration EC
50
atau Inhibition Concentration IC
50
yaitu konsentrasi suatu zat antioksidan yang memberikan penghambatan 50. Zat yang mempunyai
aktivitas antioksidan tinggi, akan mempunyai harga EC
50
atau IC
50
yang rendah Brand-Williams, 1995.
Hasil pengukuran IC
50
untuk baku kapsaisin dan ekstrak etanol buah cabai rawit hijau adalah sebagai berikut
Tabel VIII. Hasil IC
50
Baku Kapsaisin dan Ekstrak Etanol Buah Cabai Rawit Hijau
Larutan IC
50
µgmL SD
CV Replikasi
Rata-rata I
II III
Baku Kapsaisin
16,0778 16,3601
15,5368 15,9961
4,1837 2,6162
Ekstrak etanol buah
cabai rawit hijau
112,1091 122,5962
110,9168 115,2074
6,4266 5,5783
Dari Tabel VIII, CV yang dihasilkan untuk baku kapsaisin adalah 2,6162 dan ekstrak etanol buah cabai rawit hijau adalah 5,5783 sehingga CV memenuhi
persyaratan yaitu ≤ 20. Hasil IC
50
untuk baku kapsaisin 15,9916±4,1827 µgmL dan ekstrak etanol buah cabai rawit hijau 115,2074±5,5783 µgmL. Penggolongan
kekuatan aktivitas antioksidan berdasarkan nilai IC
50
, yaitu lemah 151
– 200 µgmL, sedang 100
– 150 µgmL, kuat 50 – 100 µgmL dan sangat kuat 50 µgmL Ariyanto cit Angela, 2012. Berdasarkan penggolongan tersebut,
aktivitas antioksidan baku kapsaisin termasuk golongan sangat kuat dan aktivitas antioksidan ekstrak etanol buah cabai rawit hijau termasuk golongan sedang.
H. Penetapan Kadar Kapsaisin