BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
PT Perkebunan Nusantara IV merupakan salah satu dari Badan Usaha Milik Negara BUMN di Sumatera Utara, yang lahir dari sejarah panjang mulai dari massa
kolonial. Sejarah PTPN IV merupakan bagian dari sejarah perkebunan di Indonesia dan bahkan bagian dari sejarah Negara Republik Indonesia. Aset perkebunan PTPN
IV berasal dari peninggalan perusahaan kolonial dan pengembangan areal baru setelah Indonesia merdeka. Perusahaan tersebut telah ada sebelum Perang Dunia II yakni, NV
NHM, NV HVA, dan RCMA, siasanya meruakan hasil pengembangan setelah Indonesia merdeka, Seperti Kebun Pasir Mandoge, Sawit Langkat, Tinjowan, Bukit
Lima dan Kopas. PT Pamina merupakan anak perusahaan PTPN IV yang merrupakan pilot project
pemerintah didalam perintisan pabrik minyak sawit nabati berbasis CPO tahun 1978. Sebagai pilot project PT Pamina yang berada di Adolina dan Belawan Kawasan
Pelindo telah berhasil merintis hilirisasi CPO di Indonesia.Dari segi skala ekonomi dan teknologi , PT Pamina sudah ketinggalan zaman sehingga tetap merugi cost
centre. Oleh karena itu, tahun 2008 unit Pamina Belawan diputuskan stop operasi untuk menghindari kerugian yang lebih besar dan menyusun unit Pamina Adolina
stop operasi tahun 2010 bersama dengan keputusan likuidasi PT Pamina secara keseluruhan.
Kemudian agar eks lokasi Pamina Belawan tidak menganggur dan sesuai dengan program hilirisasi, eks Pamina tersebut dibangun industri olein dengan
teknologi modern dan skala ekonomi bekerjasama dengan Musim Mas group swasta
Universitas Sumatera Utara
nasional yang sudah menguasai industri hilir minyak sawit secara global dalam usaha patungan PT Nusantara Mas tahun 2011. Sedangkan eks Pamina Adolina untuk
sementara digunakan untuk unit riset oleokimia sambil mencari mitra strategis dalam industri oleokimia. Suyati. S, 2001
1.2. Permasalahan
a. Bagaimana proses analisa kadar protein dalam bungkil sawit dan apakah sudah
memenuhi Standart Nasional Indonesia SNI di PTPN IV Persero Medan. b.
Mengapa penentuan kadar protein dengan cara Kjeldahl dihitung sebagai kadar protein kasar Crude protein.
1.3. Batasan Masalah