Mendirikan rumah sakit-rumah sakit dan klinik-klinik untuk penderita Memberikan pelayanan pemeriksaan dan pengobatan dengan mengunjungi Mendirikan lembaga tunanetra guna memberi bekal keterampilan untuk Mencegah penyakit mata dengan memajukan higiene se

31 Pendirian perkumpulan Centrale Vereeniging tot bevordering der Oogheelkunde in Nederlandsch-Indie, memiliki tujuan untuk menolong penderita penyakit mata , memberantas kebutaan, dan memperbaiki nasib penyandang tunanetra, serta memajukan ilmu penyakit mata. Untuk mencapai tujuan itu maka ditetapkan usaha-usaha:

a. Mendirikan rumah sakit-rumah sakit dan klinik-klinik untuk penderita

penyakit mata, dan memberi bantuan kepada lembaga lain yang bermaksud memberikan sarana tersebut.

b. Memberikan pelayanan pemeriksaan dan pengobatan dengan mengunjungi

kampung-kampung dan desa-desa.

c. Mendirikan lembaga tunanetra guna memberi bekal keterampilan untuk

bekerja bagi penderita yang mengalami kebutaan.

d. Mencegah penyakit mata dengan memajukan higiene sekolah dan menunjuk

dokter-dokter sekolah..

e. Memberi saran kepada pemerintah atau penguasa guna mengadakan tindakan

bagi penderita penyakit mata, penyandang tunanetra, dan pemberatansan penyakit mata.

f. Melalui cara-cara yang legal dan sah menurut hukum untuk meningkatkan

usaha- usaha mencapai tujuan tersebut di atas. Berdasarkan kuasa yang diterima oleh Centerale Vereeniging tot bevordering der Ooghleelkunde in Nederlandsch-Indie, Dr. Yap Hong Tjoe 32 membangun sebuah rumah sakit mata di atas tanah seluas 2.995 meter persegi di Yogyakarta tepatnya di jalan Yap-Boulevard yang sekarang bernama jalan Cik Ditiro, sekaligus juga mencari dana untuk pembangunannya. Dana yang diperoleh antara lain dari Pemerintah Hindia Belanda, Pemerintah Kasultanan Yogyakarta, perusahaan perkebunan dan para dermawan. Pada tanggal 12 November 1922 dilakukan peletakan batu pertama pembangunan rumah sakit mata oleh Sri Sultan Hamengku Buwono VIII . Akhirnya pada tanggal 29 Mei 1923 bangunan rumah sakit mata yang kemudian diberi nama Prinses Juliana Gasthuis voor Ooglijders diresmikan penggunaannya, selain itu rumah sakit mata ini juga sering disebut Rumah Sakit CVO. Oleh CVO sendiri Dr Yap Hong Tjoen diangkat sebagai direktur. Untuk melanjutkan cita-citanya dan melaksanakan tujuan pendirian Centrale Vereenoging tot bevordering der Oogheelkunde in Nederlandsch-Indie pasal 2 stauten vd CVO, tentang tujuan pada butir d, yaitu memperbaiki penyandang tunanetra, maka pada tanggal 12 September 1926, Dr Yap Hong Tjoen mendirikan sebuah lembaga yang diberi nama Stichting Vorstenlandsch Blinden Institut. Lembaga ini bertujuan memberikan keterampilan kepada penyandang tunanetra yang berasal dari berbagai pelosok pedesaan . Pada tahun 1927 Vorstenlandsch Blinden Instituut mendirikan panti perawatan dan pendidikan keterampilan bagi penyandang tunanetra. Panti ini kemudian diberi nama Balai Mardi Wuto. Di Balai Mardi Wuto, para penyandang 33 tunanetra dididik dan diberi ketrampilan supaya dapat mandiri dan menjadi lebih baik kesejahteraannya. Sampai sebelum pendudukan Jepang di Indonesia, Prinses Juliana Gastuis voor Ooghijders dan Balai Mardi Wuto mengala mi perkembangan yang cukup baik. Banyak penderita penyakit mata dapat tertolong sedangkan yang mengalami kebutaan banyak ditampung dan diberi pendidikan dan keterampilan guna membekali hidupnya. Ketika pemerintah pendudukan Jepang tiba di Yogyakarta tahun 1942, Prinses Juliana Gasthuis voor Ooglijders berganti nama menjadi Rumah Sakit Mata Dr. Yap untuk menghilangkan yang ada hubungannya dengan pemerintahan penjajah Belanda. Namun demikian, Rumah Sakit Mata Dr. Yap tetap diusik oleh bala tentara pendudukan Jepang, bahkan Dr. Yap Hong Tjoen ditangkap dan ditawan. Sejak saat itu hingga sekarang nama Rumah Sakit Mata Dr. Yap tidak pernah mengalami perubahan Pada tahun 1948, Dr. Yap Kie Tiong putra Dr Yap Hong Tjoen, kembali ke Indonesia setelah menyelesaikan pendidikannya di Belanda. Melalui Akte Notaris No 53 tanggal 17 Juni 1949 di hadapan Notaris J. Hofstade di Semarang, Dr. Yap Hong Tjoen menyerahkan kuasa sepenuhnya kepada putranya Dr.Yap Kie Tiong. Selama kepemimpinan Dr Yap Kie Tiong sampai beliau wafat tanggal 9 Januari 1969 tidak ada perubahan struktur dewan pengurus. Sebelum meninggal Dr. Yap Kie Tiong sempat menulis sepucuk surat wasiat berkaitan 34 dengan kelangsungan Rumah Sakit Mata Dr. Yap yang ditujukan kepada Kanjeng Gusti Paku Alam VIII, Bapak Soemito Kolopaking, Mr. Soemarman, dan dua orang anggota yang tidak disebutkan namanya. Isi wasiat tersebut antara lain “permintaan mengambil alih Rumah Sakit Mata Dr. Yap guna kepentingan masyarakat “ Dengan meninggalnya Dr Yap Kie Tiong menyebabkan Rumah Sakit Mata Dr. Yap mengalami kekosongan kekuasaan, yang akhirnya mempengaruhi kelangsungan kegiatan rumah sakit. Akhirnya dibentuknyalah yayasan penyantun Rumah Sakit Mata Dr. Yap, dan pada tanggal 9 November 1972 dibentuklah Yayasan Rumah Sakit Mata Dr. Yap Prawirohusodo sebagai pengelola Rumah Sakit Mata Dr. Yap. Pada tanggal 1 Agustus 2002 Yayasan Rumah Sakit Mata Dr. Yap Prawirohusodo berubah menjadi Yayasan Dr. Yap Prawirohusodo. Sampai saat ini yayasan inilah yang mengkoordinir Rumah Sakit Mata Dr. Yap dan juga Badan Usaha Sosial Mardi Wuto.

2. LOKASI RUMAH SAKIT MATA Dr. YAP

Rumah Sakit Mata Dr. Yap terletak di tengah-tengah kota Yogyakarta, tepatnya berada di jalan Cik Di Tiro nomor 5 Yogyakarta. Letaknya yang strategis sangat mudah dijangkau masyarakat, sehingga pelayanan rumah sakit bisa lebih optimal. 35

3. FALSAFAH,MOTO,VISI,MISI DAN TUJUAN

a. Falsafah