Hubungan antara Pola Asuh dengan Sikap Remaja terhadap Kenakalan Remaja

baik dan buruk dari suatu perbuatan. Selain itu, orang tua selalu memberikan kesempatan pada anak untuk bertanya dan berpendapat. Pola asuh demokratis akan membentuk anak menjadi pribadi yang bersahabat dan memiliki kontrol diri yang baik serta senang bekerja sama dengan orang lain. Pola asuh ini juga akan menyebabkan anak memiliki rasa kesopanan dan memiliki arah masa depan yang jelas. Pola asuh tersebut menyebabkan anak memiliki arah atau gambaran masa depan yang jelas secara pemikiran atau kepercayaan. Secara afektif, pola asuh demokratis akan menyebabkan anak memiliki rasa percaya diri yang sesuai. Sedangkan dalam hal konatif, anak akan tumbuh dengan sikap yang bersahabat dan sopan. Hal ini akan menyebabkan anak suka bekerja sama dengan orang lain. Selain itu, anak akan berkembang dengan memiliki pengendalian diri yang baik. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat diketahui bahwa pola asuh demokratis akan memiliki sikap negative atau tidak mendukung kenakalan remaja. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Gambar 1. Skema Hubungan Pola Asuh dengan Sikap terhadap Kenakalan Remaja Pola asuh demokratis permisif otoriter - Aspek demandingness dan responsiveness sama-sama tinggi - Aspek demandingness rendah dan responsiveness tinggi - Aspek demandingness tinggi dan responsiveness rendah Akibat ke anak : -Impulsif dan agresif -Suka memberontak -Kurang memiliki kepercayaan diri dan kontrol diri -Suka mendominasi -Arah hidup tidak jelas -Prestasi rendah -Kemampaun sosial rendah Akibat ke anak : - Bersahabat dan percaya diri - Punya control diri dan rasa kesopanan - Mau bekerja sama - Punya arah hidup yang jelas dan rasa ingin tahu yang tinggi - Punya kemampuan sosial yang baik Akibat ke anak : -Mudah tersinggung, penakut, pemurung, agresif dan tidak bahagia - Mudah terpengaruh dan stress karena tidak mempunyai arah masa depan yang jelas Sikap negatif atau kurang mendukung kenakalan remaja Kognitif : mempunyai arah masa depan yang tidak jelas Afektif : mudah tersinggung dan tidak punya kepercayaan diri Konatif : sikap agresif, mudah terpengaruh, suka memberontak, tidak punya pengendalian diri dan suka memberontak Kognitif : mempunyai arah masa depan yang jelas Afektif : memiliki rasa percaya diri yang baik Konatif : bersikap bersahabat, punya control diri, senang bekerja sama dan sopan Sikap positif atau mendukung kenakalan remaja

D. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada perbedaan sikap terhadap kenakalan remaja ditinjau dari pola asuh. 31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode komparatif, untuk membandingkan sikap terhadap kenakalan remaja ditinjau dari pola asuh.

B. Identifikasi Variabel Penelitian

Menurut Sarwono 2006 variabel adalah simbol atau konsep yang diasumsikan sebagai seperangkat nilai yang berbeda atau bervariasi antar satu dengan yang lain. Variabel terbagi dalam dua jenis, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Dua variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Variabel bebas : Pola asuh orang tua 2. Variabel terikat : Sikap terhadap Kenakalan remaja

C. Definisi Operasional Penelitian

1. Pola Asuh Orang Tua Pola asuh orang tua merupakan sistem atau cara dalam mendidik anak yang dilakukan oleh orang tua. Pola asuh orang tua ini akan diukur menggunakan skala pola asuh. Di dalam pola asuh orang tua terdapat 2 aspek, yaitu demandingness dan responsiveness. Apabila aspek demandingness dan responsiveness yang dimiliki subjek memiliki nilai z-score yang sama maka menunjukkan bahwa anak di PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI asuh menggunakan pola asuh demokratis. Sedangkan ketika aspek demandingness lebih tinggi daripada responsiveness akan menunjukkan bahwa anak diasuh menggunakan pola asuh otoriter, namun ketika skor responsiveness lebih tinggi daripada demandingness menunjukkan bahwa anak di asuh dengan menggunakan pola asuh permisif. 2. Sikap terhadap Kenakalan Remaja Sikap terhadap kenakalan remaja adalah respon atau pola dasar yang muncul dari manusia ketika berhadapan dengan kenakalan remaja yang terjadi. Skala kenakalan remaja akan diukur berdasarkan aspek dari Jansen, yaitu kenakalan yang menyebabkan korban fisik pada orang lain, korban materi, kenakalan sosial dan kenakalan yang melawan atau bertentangan dengan status remaja tersebut. Sikap terhadap kenakalan remaja akan diukur menggunakan skala sikap terhadap kenakalan remaja. Skala ini akan melihat kenakalan remaja berdasarkan aspek kognitif, afektif dan konatif. Semakin tinggi nilai yang diperoleh oleh subjek, maka subjek memiliki sikap yang positif atau mendukung kenakalan remaja, demikian juga sebaliknya, semakin rendah nilai yang diperoleh maka subjek memiliki sikap yang negatif atau tidak mendukung kenakalan remaja.