43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian
Sebelum penelitian dilakukan, peneliti melengkapi surat ijin penelitian dari Fakultas Psikologi yang kemudian dimasukkan ke beberapa
SMA di Yogyakarta. Pada tanggal 9 Januari 2015, peneliti mendapatkan ijin untuk melakukan pengambilan data di SMA Kolese de Britto sekaligus
menyerahkan contoh skala pola asuh dan sikap terhadap kenakalan remaja. Penelitian disepakati dilaksanakan pada tanggal 13 Januari 2015 di empat
kelas IPA. Kelas yang digunakan tersebut dari kelas X-IPA 2, X-IPA 3, X- IPA 3 dan X-IPA 4 dan dimulai pada pukul 10.15 sampai 14.00.
B. Deskripsi Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah remaja yang memiliki usia maksimal 18 tahun, yaitu siswa SMA kelas X. Subjek pada penelitian ini
berjumlah 102 orang, akan tetapi yang hanya 52 orang yang masuk dalam kriteria dan 50 orang lainnya tidak masuk dalam penelitian karena
memiliki pola asuh di luar otoriter, permisif dan demokratis. Berikut adalah deskripsi subjek dari penelitian :
C. Deskripsi Data Penelitian
1. Data Sikap terhadap Kenakalan Remaja Dari penelitian yang dilakukan, diperoleh gambaran skor skala
yang dapat dilihat pada tabel berikut ini. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 4.1 Tabel skor mean teoritik dan empirik
Skala Skor Teoritik
Skor Empirik
Xmin Xmax
Mean Xmin
Xmax Mean
Sikap terhadap Kenakalan Remaja
38 152
95 41
83 62
Dari data statistik tersebut diketahui bahwa mean empirik untuk skala Sikap terhadap Kenakalan Remaja lebih kecil dari mean
teoritiknya mean empirik mean teoritik. Hal tersebut menunjukkan bahwa subjek penelitian memiliki sikap terhadap kenakalan yang
cenderung negatif atau tidak mendukung. 2. Kategorisasi
Pada penelitian ini, pola asuh dari masing-masing subjek penelitian ditentukan oleh kedua aspek yang dimiliki variabel pola
asuh. Dalam Hong 2012 kedua aspek tersebut adalah demandingness dan responsiveness. Demandingness merupakan aspek pola asuh yang
memperlihatkan bagaimana orang tua mengotrol setiap perilaku dari anak, sedangkan responsiveness merupakan aspek kehangatan dalam
hubungan antara orang tua dan anak. Pola asuh dalam penelitian ini adalah pola asuh otoriter,
permisif dan demokratis. Menurut Hong 2012 penentuan jenis pola asuh orang tua dapat dilihat dari dinamika kedua aspek. Dalam
penelitian ini, besarnya nilai pada masing-masing aspek ditentukan dari skor murni atau z-score pada aspek demandingness dan
responsiveness. Pola
asuh otoriter
ditentukan dari
aspek demandingness yang memiliki skor murni lebih dari 0,5 dan aspek
responsiveness dibawah 0,5. Pola asuh permisif dapat dilihat dari aspek responsiveness yang lebih tinggi daripada aspek demandingness,
sedangkan ketika kedua aspek tersebut sama-sama di atas 0,5 dapat disimpulkan bahwa subjek tersebut diasuh oleh orang tua
menggunakan sistem demokratis. Tabel 4.2
Tabel jumlah subjek pada masing-masing pola asuh No. Pola asuh
Frekuensi Presentase
1. Otoriter
20 20,8
2. Permisif
17 14,6
3. Demokratis
15 17,7
Jumlah 52
100
Akan tetapi yang digunakan dalam penelitian ini adalah subjek yang memiliki pola asuh orang tua yang berjenis otoriter, permisif dan
demokratis. Hal ini disebabkan oleh karena menurut laporan Baumrind dalam Yusuf 2010 pola asuh hanya memiliki 3 jenis.
Dalam penelitian ini, peneliti menemukan bahwa dalam pola asuh orang tua terhadap anak ternyata terdapat jenis pola asuh yang tidak
terdefinisi karena tidak termasuk dalam ketiga jenis pola asuh tersebut apabila dilihat dari dinamika kedua aspek dalam pola asuh orang tua.