Kebijakan Pengawasan Penggunaan Tenaga Kerja Asing

1. Terbukti melakukan tindak pidana terhadap Negara sebagaimana diatur dalam peraturan perundang - undangan; 2. Melakukan kegiatan yang membahayakan keamanan Negara; 3. Melanggar pernyataan integrasi; 4. Mempekerjakan tenaga kerja asing tanpa izin kerja; 5. Memberikan informasi yang tidak benar dalam pengajuan permohonan Izin Tinggal Tetap; 6. Orang Asing yang bersangkutan dikenai Tindakan Administratif Keimigrasian; 7. Putus hubungan perkawinan Orang Asing yang kawin secara sah dengan Warga Negara Indonesia karena perceraian danatau atas putusan pengadilan, kecuali perkawinan yang telah berusia 10 sepuluh tahun atau lebih. 2.3. Pengawasan Tenaga Kerja Asing Di Indonesia

2.3.1. Kebijakan Pengawasan Penggunaan Tenaga Kerja Asing

Indonesia sebagai salah satu anggota WTO World Trade Organization telah sepakat dan menyetujui bahwa pasar bebas khususnya untuk sektor perdagangan barang goods dan jasa services dikawasan negara-negara ASEAN sudah dimulai pada tahun 2003, sedangkan dikawasan Asia Pasifik diberlakukan mulai 2010 dan untuk kawasan dunia pada tahun 2020. Terkait hal tersebut diatas tidak menutup kemungkinan akan terjadi peningkatan jumlah Tenaga Kerja Asing yang masuk ke Indonesia, karena kebutuhan modal dan teknologi serta tenaga terampil, sehingga untuk melindungi Tenaga Kerja Lokal, telah ditetapkan berdasarkan asas kebutuhan dan keberadaan tenaga kerja asing sesuai ditetapkan berdasarkan atas permintaan dari Pengguna tenaga kerja. Ancaman globalisasi terhadap masuknya tenaga kerja asing dan bahkan peningkatan jumlah tenaga kerja asing dipasar kerja nasional akan semakin kompleks, bukan hanya merupakan ancaman kepada tenaga kerja indonesia di segmen labor shortage pasar kerja terampil dan pendidikan relatif tinggi namun juga kepada tenaga kerja indonesia pada segmen labor surplus pasar kerja tidak terampil dengan pendidikan relatif rendah. 46 Oleh karena itu kebijakan yang perlu diterapkan oleh pemerintah terkait dengan penggunaan tenaga kerja asing harus tetap mengacu pada prinsip selektivitas selektive policy dan satu pintu One Gate Policy, dengan tujuan agar kebijakan tersebut tidak menimbulkan dampak negatif khususnya terhadap masalah keamanan security dan berkurangnya kesempatan kerja bagi tenaga kerja Indonesia, maka penggunaan TKA harus mempertimbangkan asas dalam sistem penilaian kelayakan penggunaan tenaga kerja asing yang meliputi : 47 a. Asas Hubungan Bilateral dimana pada prinsipnya penggunaan TKA dipertimbangkan sepanjang TKA yang akan dipekerjakan berasal dari negara yang mempunyai hubungan bilateral dengan negara Republik Indonesia; b. Asas Sponsorship bahwa TKA yang dapat bekerja di Indonesia hanya atas permintaan penggunan atau pemberi kerja artinya bahwa TKA tersebut tidak diperbolehkan bekerja secara mandiri; c. Asas Manfaat yang dapat dirinci antara lain sebagai berikut: 1. Pertumbuhan ekonomi Pada prinsipnya penggunaan TKA harus membawa dampak positif terhadap pertumbuhan perekonomian Indonesia, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat. 2. Perluasan Kesempatan Kerja Penggunaan TKA harus mampu menciptakan kesempatan kerja baik secara langsung maupun tidak langsung kepada tenaga kerja Indonesia, artinya sebagai Multiplier effect terhadap perluasan kesempatan kerja bagi tenaga kerja lokal. 3. Keseimbangan Pendapatan 46 Sumarprihatiningrum C., 2006, Penggunaan Tenaga Kerja di Indonesia, HIPSMI Himpunan Pembina Sumberdaya Manusia Indonesia, Jakarta, hal., 54 47 Ibid., hal., 54 Penggunaan TKA senantiasa harus mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pemberian pendapatan yang seimbang dan wajar antara TKA dengan tenaga kerja Indonesia. Dalam asas ini yang perlu diperhatikan adalah keseimbangan dalam pemberian gaji dan upah serta pendapatan lain antara TKA dengan tenaga kerja Indonesias. 4. Alih Kemampuan dan Ketrampilan Aspek ini menekankan bahwa setiap penggunaan TKA yang dipekerjakan di Indonesia harus bersedia mengalihkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi serta ketrampilannya kepada tenaga kerja Indonesia. 5. Asas Kebutuhan Jabatan TKA adalah jabatan yang memang belum dapat dilaksanakan oleh Tenaga Kerja Indonesia baik secara kualitas maupun kuantitas. 6. Asas Selektivitas Penggunaan TKA harus didasarkan pada rencana kebutuhan nyata dan atas kelayakan syarat jabatan, kelangkaan jabatan, dan tingkat kesulitan kerja. 7. Asas Sementara Waktu Prinsip penggunaan TKA hanya bersifat sementara, dalam arti setelah TKA selesai melaksanakan tugasnya, maka pengguna harus segera mengembalikan TKA tersebut ke negara aslanya. 8. Asas Keamanan TKA yang dipekerjakan harus telah mendapatkan security clearance dari instansi yang berwenang. 9. Asas Legalitas Pengguna TKA dalam mempekerjakan TKA harus memiliki izin mempekerjakan TKA yang diterbitkan oleh Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Selain keberadaan tenaga kerja asing harus berdasarkan asas tersebut diatas, juga berdasarkan kebutuhan dan manfaat, khususnya yang terkait dengan transfer kemampuan tenaga kerja asing kepada tenaga kerja Indonesia Transfer of Technology and Knowledge . Sebagaimana telah diamanatkan dalam Undang- Undang Nomor 13 Tahun 2003, karena dalam kesepakatan WTO masih dikenal adanya prinsip National Policy Obyektif artinya dalam pasar bebasliberalisasi tetap berdasarkan pada aturan dari negara yang bersangkutan. Sejalan dengan hal ini Indonesia telah menjadi anggota WTO World Trade Organization sejak tahun 1994 dan sebagai komitmen serta konsekuensinya, maka Indonesia harus membuka pasarnya terhadap perdagangan barang dan jasa dari negara anggota WTO lainnya dan tidak dapat lagi menutup diri dari masuknya barang dan jasa asing untuk diperdagangkan di Indonesia, dan salah satu bentuk perdagangan jasa asing di Indonesia adalah TKA Tenaga Kerja Asing. Pasar kerja bebas merupakan salah satu peluang dalam memecahkan masalah kesempatan kerja bagi angkatan kerja Indonesia yang saat ini belum mendapatkan kesempatan kerja di dalam negeri. Peluang kesempatan kerja dalam pasar kerja bebas, akan menjadi lebih terbuka lagi bagi tenaga kerja Indonesia, apabila kebijakan yang dibuat oleh instansi yang berwenang di bidang ketenagakerjaan juga tetap memperhatikan ketentuan dan peraturan ketenagakerjaan dari negara- negara anggota WTO yang lain, karena dalam pasar kerja bebas berlaku asas reciprocal kesamaan perlakuan timbal balik antara negara pengirim maupun negara penerima jasa tenaga kerja. Untuk mengantisipasi masuknya tenaga kerja asing diharapkan ada kelengkapan peraturan yang mengatur persyaratan tenaga kerja asing, serta pengamanan penggunaan tenaga kerja asing. Peraturan tersebut harus mengatur aspek-aspek dasar dan bentuk peraturan yang mengatur tidak hanya di tingkat Menteri, dengan tujuan penggunaan tenaga kerja asing secara selektif dengan tetap memprioritaskan TKI. Indonesia telah mengatur penggunaan TKA melalui Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dalam Bab VIII Pasal 42-49. Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi kemudian menerbitkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 12 Tahun 2013 Tentang Tata Cara Penggunaan Tenaga Kerja Asing selanjutnya disebut Permenakertrans Nomor 122013 tentang TCPTKA Permenakertrans Nomor 122013 Tentang TCPTKA ini merupakan amanat Pasal 42 ayat 1 dan Pasal 43 ayat 4 UU Nomor 13 tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan untuk pengaturan lebih rinci mengenai tata cara penggunaan TKA di Indonesia. Dan Permennakertrans Nomor 122013 tentang TCPTKA ini merupakan revisi dari Permenakertrans TKA 02MENIII2008 sebagai langkah perbaikan untuk pengawasan penggunaan TKA di Indonesia. Hal baru yang diatur dalam Permenakertrans Nomor 122013 tentang TCPTKA mewajibkan perusaahaan atau korporasi yang mempergunakan tenaga kerja asing bekerja di Indonesia membuat RPTKA Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing kecuali bagi pemberi kerja yang mempekerjakan TKA yang berstatus kawin campuran tidak mengurus Pengesahan RPTKA dan TA 01. Ketentuan lain yang diperbarui adalah izin Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing RPTKA untuk pekerjaan sementara, diatur lebih rinci dan jelas, hal ini diatur dalam Pasal 8 menyebut empat jenis pekerjaan yang bersifat sementara yaitu pemasangan mesin, elektrikal, layanan purnajual, dan produk dalam masa penjajakan usaha. Meski lebih rinci, tidak ada perubahan Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing IMTA untuk pekerjaan sementara. Perubahan penting lainnya adalah mengenai kompetensi, dalam aturan lama, pekerjaan yang mensyaratkan kompetensi hanya untuk TKI yang harus kompeten tapi dalam aturan yang baru, TKA harus menunjukkan sertifikat kompetensinya diatur dalam pasal 26 syarat ini dicantumkan untuk menindaklanjuti hasil monitoring KPK terhadap lembaga negara termasuk Kemenakertrans. Ini juga sejalan dengan spirit UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang mendorong kompetensi kerja. Kompetensi itu antara lain dibuktikan lewat sertifikat kompetensi dan jika sertifikat kompetensi tak ada, maka TKA harus sudah punya pengalaman di bidang tersebut minimal lima tahun sebelum menduduki jabatan tertentu. Pemberi kerja juga harus mencermati pasal 32 Permenakertrans Nomor 122013 Tentang TCPTKA dimana diatur tentang besaran kompensasi penggunaan TKA, adapun besaran kompensasi senilai 100 dolar AS berlaku untuk satu jabatan dan per bulan untuk setiap TKA. Selain aturan tersebut diatas diatur pula tentang jabatan-jabatan tertentu yang dapat ataupun dilarang diduduki oleh Tenaga Kerja Asing antara lain : Jabatan-Jabatan Yang Dapat Diduduki Oleh TKA diatur dalam : a. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor KEP.247MENX2011 Tentang Jabatan Yang Dapat Diduduki Oleh TKA Pada Katagori Konstruksi, diatur jabatan TKA pada katagori Konstruksi dapat diduduki oleh TKA paling lama 5 lima tahun dan tidak dapat diperpanjang, kecuali jabatan Komisaris dan Direktur sebagai pemilik modal. b. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 462 Tahun 2012 Tentang Jabatan Yang Dapat Diduduki Oleh TKA Pada Katagori Jasa Pendidikan diatur jabatan TKA pada katagori Jasa Pendidikan dapat diduduki oleh TKA paling lama 5 lima tahun dan tidak dapat diperpanjang, kecuali jabatan Komisaris dan Direktur sebagai pemilik modal. c. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 463 Tahun 2012 Tentang Jabatan Yang Dapat Diduduki Oleh TKA Pada Katagori Industri Pengolahan Golongan Pokok Industri Bahan Kimia Dan Barang Dari Bahan Kimia jabatan TKA pada katagori ini dapat diduduki oleh TKA paling lama 5 lima tahun dan tidak dapat diperpanjang, kecuali jabatan Komisaris dan Direktur sebagai pemilik modal. d. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 464 Tahun 2012 Tentang Jabatan Yang Dapat Diduduki Oleh TKA Pada Katagori Perdagangan Besar Dan Eceran Serta Reparasi Dan Perawatan Mobil Dan Sepeda Motor, jabatan TKA pada katagori ini dapat diduduki oleh TKA paling lama 5 lima tahun dan tidak dapat diperpanjang, kecuali jabatan Komisaris dan Direktur sebagai pemilik modal. e. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 707 Tahun 2012 Tentang Jabatan Yang Dapat Diduduki Oleh TKA Pada Katagori Transportasi Dan Perdagangan Golongan Pokok Angkutan Udara, jabatan TKA pada katagori ini dapat diduduki oleh TKA paling lama 5 lima tahun dan tidak dapat diperpanjang, kecuali jabatan Komisaris dan Direktur sebagai pemilik modal. f. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 708 Tahun 2012 Tentang Jabatan Yang Dapat Diduduki Oleh TKA Pada Katagori Kesenian, Hiburan Dan Rekreasi Golongan Pokok Kegiatan Hiburan, Kesenian Dan Kreatifitas Dan Golongan Pokok Olahraga Dan Rekreasi Lainnya, jabatan TKA pada katagori ini dapat diduduki oleh TKA paling lama 5 lima tahun dan tidak dapat diperpanjang, kecuali jabatan Komisaris dan Direktur sebagai pemilik modal. Jabatan-Jabatan Tertentu Yang Dilarang Diduduki Oleh TKA diatur dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2012 Tentang Jabatan-Jabatan Tertentu Yang Dilarang Diduduki TKA, jabatan tertentu yang dilarang diduduki oleh TKA terutama dibidang Personalia meliputi Direktur Personalia, Manajer Hubungan Industrial, Manajer Personalia, Supervisor Pengembangan Personalia, Supervisor Perekrutan Personalia, Supervisor Penempatan Personalia, Supervisor Pembinaan Karir Pegawai, Penata Usaha Personalia, Kepala Eksekutif Kantor, Ahli Pengembangan Personalia dan Karir, Spesialis Personalia, Penasehat Karir, Penasehat Tenaga Kerja, Pembimbing dan Konseling Jabatan, Perantara Tenaga Kerja, Pengadministrasi Pelatihan Pegawai, Pewawancara Pegawai, Analisis Jabatan, dan Penyelenggara Keselamatan Kerja Pegawai. Dengan adanya aturan-aturan yang baru khususnya pengawasan Penggunaan TKA diharapkan bisa mengakomodir kedua kepentingan yaitu kepentingan pemberi kerja dan juga TKA sehingga tercipta kondisi kondusif yang pada akhirnya tenaga kerja Indonesia juga memiliki peluang kesempatan kerja yang sama dalam pasar kerja bebas sepanjang kebijakan yang dibuat oleh instansi yang berwenang dibidang ketenagakerjaan juga tetap memperhatikan ketentuan ketenagakerjaan dari negara-negara WTO.

2.3.2. Prosedur dan Persyaratan Sebagai Tenaga Kerja Asing Di Indonesia