1.7.3. Asas Kepastian Hukum
Asas Kepastian hukum merupakan asas dalam negara hukum yang mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan, kepatutan, dan keadilan
dalam setiap kebijakan Penyelenggaraan Negara. Esensi Negara Hukum terdapat asas legalitas dan kepastian hukum, Asas Legalitas di ilhami atas pemikiran untuk
membatasi kekuasaan penguasa dengan bersaranakan hukum. Pembatasan ini menjadi penting untuk mengimbangi kewenangan yang diberikan kepada
pemerintah untuk ikut sertacampur tangan dalam kehidupan pribadi. Pembatasan ini bertujuan untuk mencegah penguasa melanggar hak-hak individu, sedangkan
sarana yang membatasi campur tangan Negara pada kehidupan individu diatur dalam undang-undang
16
. Dengan demikian maka dapat dikatakan undang-undang merupakan landasan
keabsahan campur tangan negara dalam kehidupan pribadi, diluar kewenangan yang diberikan oleh undang-undang dianggap sebagai suatu pelanggaran dalam
kehidupan pribadi. Selanjutnya tujuan utama dalam asas legalitas adalah menciptakan kepastian hukum agar pemerintah tidak bertindak sewenang-wenang.
Asas kepastian hukum merupakan asas yang mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan,
kepatutan, keadilan,
dalam setiap
kebijakan penyelenggaraan Negara. Sedangkan asas legalitas merupakan asas yang selalu
dijunjung tinggi oleh setiap negara yang menyatakan dirinya sebagai Negara
16
Hotma P. Sibuea, 2010, Asas Negara Hukum, Peraturan Kebijakan Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik
, Erlangga, Jakarta hal. 32
hukum
17
, artinya setiap wewenang pemerintah atau badan-badan pemerintah harus berdasarkan peraturan perundang-undangan. Asas kepastian hukum diberlakukan
untuk jaminan perlindungan hukum bagi masyarakat maupun aparat pemerintahan.
Terciptanya suatu kepastian hukum dalam suatu peraturan hukum apabila dikaitkan dengan asas pembentukan peraturan Perundang-Undangan yang baik,
maka asas kepastian hukum dapat dikaitkan dengan asas kejelasan rumusan sebagaimana yang diatur dalam Pasal 5 huruf Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan. Menurut penjelasan Pasal 5 huruf f Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011, asas kejelasan rumusan
adalah bahwa setiap Peraturan Perundang-Undangan harus memenuhi persyaratan teknis penyusunan Peraturan Perundang-Undangan, sistematika, pilihan kata atau
istilah, serta bahasa hukum yang jelas dan mudah dimengerti sehingga tidak menimbulkan berbagai macam interpretasi dalam pelaksanaannya.
Jadi dalam hal ini kepastian hukum dapat diartikan bahwa suatu aturan hukum harus dirumuskan dan dibentuk secara jelas, sehingga dapat memberikan
kepastian bagi pemerintah dalam mengambil suatu tindakan hukum. begitu juga dalam hal pemberian visa C317 bagi WNA yang karena penyatuan keluarga
terhadap mereka diberikan untuk melakukan pekerjaan danatau usaha untuk memenuhi kebutuhan hidup dia danatau keluarganya. Kebijakan ini dirumuskan
secara jelas yaitu diatur dalam pasal 61 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian sehingga tidak menimbulkan suatu kekeliruan dalam
17
Indroharto, 2004, Usaha Memahami Undang-Undang tentang Peradilan Tata Usaha Negara
, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, Hal. 83
pemaknaannya atau tidak bertentangan antara Pasal yang satu dengan yang lainnya, hal ini merupakan kebijakan pembaharuan yang menjamin Hak Asasi
Manusia HAM, namun kita ketahui bahwa masalah ketenagakerjaan merupakan kewenangan Menakertrans dimana Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
Tentang Ketenagakerjaan mewajibkan bahwa TKA harus memiliki sponsor dari perusahaan tempat dia bekerja selaku Pemberi kerja tetapi disharmoni antara
kedua Undang-Undang tersebut dihilangkan oleh aturan baru yaitu Permennakertrans nomor 12 Tahun 2013 Tentang TCPTKA sehingga orang asing
pelaku kawin campur dapat bekerja di Indonesia dapat memberikan suatu kepastian hukum.
1.7.4. Teori Kewenangan