Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Perlindungan hukum terhadap warga negara asing yang kawin campur dalam memperoleh pekerjaan di Indonesia telah diakomodir dalam Undang- Undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian. Dalam undang-undang Keimigrasian yang baru ini diatur bahwa orang asing yang kawin dengan warga negara Indonesia diberikan kesempatan untuk bekerja dan berusaha di Indonesia. Ketentuan ini merupakan ketentuan pembaharuan yang menjamin Hak Asasi Manusia HAM, sejalan dengan kebijakan dalam Undang-Undang Kewarganegaraan Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2006 dimana dalam Pasal 19 ayat 1 ditentukan bahwa warga negara asing yang kawin secara sah dengan warga negara Indonesia dapat memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia dengan menyampaikan pernyataan menjadi warga negara di hadapan Pejabat. Hal ini memberikan peluang dan kesempatan kepada setiap orang baik laki-laki ataupun perempuan untuk memperoleh kewarganegaraan Indonesia karena asas penyatuan keluarga atau karena perkawinan dan berhak untuk hidup layak di Indonesia. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian Pasal 61 menentukan bahwa Pemegang Izin Tinggal Terbatas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 huruf e dan huruf f dan pemegang Izin Tinggal Tetap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 ayat 1 huruf b dan huruf d dapat melakukan pekerjaan danatau usaha untuk memenuhi kebutuhan hidup danatau keluarganya. Adapun bunyi Pasal 52 huruf e dan f adalah bahwa Izin Tinggal Terbatas diberikan kepada orang asing yang kawin secara sah dengan warga negara Indonesia atau anak dari orang asing yang kawin secara sah dengan warga negara Indonesia. Demikian juga dalam Pasal 54 huruf b dan d ditentukan bahwa Izin Tinggal Tetap dapat diberikan kepada keluarga karena perkawinan campuran dan kepada orang asing eks warga negara Indonesia dan eks subyek anak berkewarganegaraan ganda Republik Indonesia. Dari ketentuan diatas maka bagi orang asing pelaku kawin campur dan keluarganya bisa berusaha dan bekerja di Indonesia dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan hidup yang layak bagi dia dan keluarganya. Disisi lain bagi orang asing yang bekerja di Indonesia diatur dalam Undang- Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan ditentukan syarat-syarat dan kewajiban Pemberi Kerja yang menggunakan TKA harus memperoleh izin tertulis dari Menteri atau Pejabat yang ditunjuk, harus memiliki Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing yang selanjutnya disingkat dengan RPTKA , wajib melakukan penunjukan tenaga kerja WNI sebagai pendamping TKA serta kewajiban untuk memulangkan TKA ke negara asalnya jika hubungan kerja telah berakhir. Orang asing yang datang ke Indonesia dapat bekerja apabila ada yang mempekerjakan dan pekerjaan tersebut harus benar-benar sesuai dengan kualifikasi yang dimiliki serta dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan atau kegiatan yang ada di dalam negeri. 1 Dengan demikian orang asing yang hanya memiliki kualifikasi yang dibutuhkan di pasar kerja dalam negerilah yang dapat diberikan izin masuk dan tinggal untuk bekerja sebagai Tenaga Kerja Asing TKA di Indonesia, dengan kata lain hanya orang asing yang memiliki kualifikasi yang benar-benar dibutuhkan oleh pasar kerja di Indonesia yang bisa bekerja di Indonesia dan akan diberikan Visa Tinggal Terbatas untuk bekerja di Indonesia. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan yang selanjutnya akan disingkat menjadi UUK dan dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2013 Tentang Tata Cara Penggunaan Tenaga Kerja Asing Yang selanjutnya akan disingkat dengan Permennakertrans tentang TCPTKA menentukan bahwa yang dimaksud dengan Tenaga Kerja Asing TKA adalah warga negara asing pemegang visa dengan maksud bekerja di wilayah Indonesia. Adapun prosedur orang asing yang akan bekerja sebagai TKA di Indonesia wajib memiliki penjamin di Indonesia yaitu Pemberi Kerja TKA seperti : instansi pemerintah, badan-badan internasional, perwakilan negara asing, kantor perwakilan dagang asing, kantor perwakilan perusahaan asing, kantor perwakitan berita asing, perusahaan swasta asing, badan hukum yang didirikan berdasarkan hukum Indonesia atau badan usaha asing yang terdaftar di instansi berwenang di Indonesia, lembaga sosial, keagamaan, pendidikan dan kebudayaan serta usaha jasa impresariat. 1 Sumarprihatiningrum C, 2006, Penggunaan Tenaga Kerja Asing Di Indonesia, , Himpunan Pembina Sumberdaya Manusia Indonesia HIPSMI, Jakarta , hal., 3 Bagi Pemberi Kerja TKA hanya dapat mempekerjakan Tenaga Kerja Asing dalam hubungan kerja untuk jabatan tertentu dan waktu tertentu serta harus memiliki Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing RPTKA yaitu rencana penggunaan TKA pada jabatan tertentu yang dibuat oleh pemberi kerja TKA untuk jangka waktu tertentu yang disahkan oleh Menteri atau Pejabat yang ditunjuk. RPTKA ini akan digunakan sebagai dasar untuk mendapatkan Izin Mempekerjakan Tenaga Asing IMTA, karena setiap Pemberi Kerja yang mempekerjakan TKA wajib memiliki izin tertulis dari Menteri atau Pejabat yang ditunjuk. Keharusan memiliki RPTKA dikecualikan bagi Pemberi Kerja TKA dari instansi pemerintah, badan-badan internasional, perwakilan negara asing Pasal 5 ayat 2 Permennakertrans RI Nomor 12 Tahun 2013 Tentang TCPTKA dan Pemberi Kerja yang mempekerjakan TKA yang berstatus kawin campuran Pasal 30 ayat 3 Permennakertrans RI Nomor 12 Tahun 2013 Tentang TCPTKA, tetapi pengecualian tersebut hanyalah tidak perlu mengurus pengesahan RPTKA dan juga persetujuan Visa bekerja TA-01 bagi TKA yang berstatus kawin campur. Menurut hasil penelitian Charles Christian bahwa Undang-Undang Keimigrasian yang baru yaitu Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 memberikan kesempatan kepada orang asing pelaku kawin campur dengan sponsor istri atau suami untuk bekerja di Indonesia, bertentangan dengan peraturan ketenagakerjaan yaitu Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 yang mana masih mengharuskan setiap orang asing yang bekerja di Indonesia memiliki sponsor dari perusahaan tempat dimana mereka bekerja, sehingga terlihat kedua Undang-Undang tersebut disharmoni dan dapat menimbulkan ketidakpastian hukum bagi WNA khususnya orang asing pelaku kawin campur yang ingin bekerja di Indonesia. 2 Namun disharmoni tersebut dihilangkan oleh Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI nomor 12 tahun 2013 tentang Tata Cara Penggunaan Tenaga Kerja Asing. Dalam Permennakertrans tersebut diatur ketentuan pengecualian bagi pemberi kerja yang akan mempekerjakan TKA yang berstatus kawin campur dalam tata cara permohonan Izin Mempekerjakan Tenaga Asing IMTA, dimana pengecualian tersebut Pemberi Kerja TKA yang akan mempekerjakan TKA yang berstatus kawin campur tidak perlu mengurus pengesahan RPTKA dan juga persetujuan Visa bekerja TA-01 bagi TKA yang berstatus kawin campur, karena mereka sudah tinggal di Indonesia dengan Visa Penyatuan Keluarga. Namun demikian bagi WNA pelaku perkawinan campuran jika akan bekerja sebagai TKA di Indonesia tetap perlu Penjamin selaku Pemberi Kerja yang akan mengurus RPTKA maupun IMTA nya, dan Penjamin yang dalam hal ini Korporasilah yang bertanggung jawab atas keberadaan dan kegiatan Orang Asing selama berada di wilayah Indonesia, hal ini diatur dalam Pasal 63 ayat 2 UU Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian, dimana ditentukan bahwa Penjamin bertanggung jawab atas keberadaan dan kegiatan Orang Asing yang dijamin selama tinggal di Wilayah Indonesia serta berkewajiban melaporkan setiap perubahan status sipil, status Keimigrasian, dan perubahan alamat, namun pengaturan tentang kaidah hukum yang menjelaskan konsepsi-konsepsi tanggung 2 Charles Christian , 2013, Politik Hukum Pemberian Izi Politik Hukum Pemberian Izin Tinggal Terbatas Bagi WNA Yang Bekerja Dan Atau Menikah Di Indonesia, Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang, http:hukum.ub.ac.idwp- contentupload201304jurnal-Charles.pdf , diakses 23 Desember 2013. jawab penjamin sebagai pemberi kerja atas keberadaan dan kegiatan orang asing masih kabur, dalam ketentuan umum belum dijelaskan secara jelas dan pasti, apa yang dimaksud pada kata “penjamin bertanggung jawab atas keberadaan dan kegiatan dengan keberadaan dan kegiatan orang asing, mengingat ada dua pihak yang bertanggung jawab terhadap orang asing pelaku perkawinan campuran yang juga akan menjadi TKA, penanggung jawab yang dalam hal ini adalah suamiistri WNI, sementara jika orang asing pelaku perkawinan campuran akan menjadi TKA dia wajib memiliki penjamin sebagai Pemberi Kerja . Implementasi kebijakan pemerintah yang baru di bidang keimigrasian dan juga di bidang ketenagakerjaan terhadap orang asing pelaku kawin campur diberikan untuk bekerja dan berusaha di Indonesia menarik untuk diteliti, bagaimana pengawasan warga negara asing yang kawin campur dalam memperoleh pekerjaan, apakah peraturan yang ada telah menjamin kepastian hukum atas hak warga negara asing yang kawin campur dalam melakukan pekerjaan di Indonesia, mengingat ada kekaburan norma pasal 63 ayat 2 UU Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian, serta belum jelasnya bagi WNA pelaku perkawinan campuran jika bekerja disektor informal, punya usaha sendiri dan tidak berbadan hukum atau membantu istri atau suami WNI diperusahaan milik keluarga berbentuk CV, apakah bisa bekerja dan apakah harus mengurus IMTA Izin Mempekerjakan Tenaga Asing masih ada ketidakjelasan dan kekaburan norma tentang hak memperoleh pekerjaan bagi warga negara asing pelaku perkawinan campuran dalam hal jika mereka akan bekerja atau berusaha di sektor informal, tidak diatur dengan jelas. Pengaturan tentang ketenagakerjaan tersebut hanya mengatur tentang TKA yang formil namun bagi orang asing pelaku kawin campur yang bekerja non formil untuk bisa bertahan hidup dan menafkahi keluarganya belum diatur dan masih belum jelas, mengingat keputusan menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi tentang jabatan-jabatan tertentu yang dapat dan atau di larang diduduki oleh TKA hanya mengatur sektor formal pekerjaan yang berklasifikasi standar internasional. Berdasarkan hal tersebut diatas, terlihat masih adanya kekaburan norma dan pengaturan yang masih tidak jelas tentang hak tinggal dan hak bekerja dari WNA yang kawin campur dalam melakukan pekerjaan, sehingga perlu dilakukan pengkajian tentang pengawasan hukum terhadap WNA yang kawin campur dalam melakukan pekerjaan dan kepastian hukum atas hak WNA yang kawin campur dalam melakukan pekerjaan di Indonesia.

1.2. Rumusan Masalah