G. Kitosan
Kitosan merupakan polimer linier yang tersusun oleh 2000-3000 monomer N-asetil-D-
glukosamin dalam ikatan β-1-4, tidak toksik dengan LD
50
setara dengan 16 gkg BB dan mempunyai berat molekul 800 KDa. Muzzarelli, 1997;
Shahidi, Arachchi, dan Jeon, 1999. Kitosan merupakan senyawa kitin yang sudah mengalami deasetilasi. Kitosan merupakan komponen mayoritas yang menyusun
dinding sel dari jamur tertentu, terutama spesies Zygomycetes. Sekarang ini kitosan telah diproduksi secara komersial melalui deasetilasi kitin yang diperoleh
dari crustaceae Muzzarelli, 1997. Gambar 7 menunjukkan struktur dari kitosan.
Gambar 7. Struktur kitosan Kumar, 2004 Kitosan memiliki sifat biodegradable dan biokompatibel, tidak
mengandung racun dan banyak digunakan dalam industri. Kitosan dan turunannya merupakan antimikroba alami dan beberapa studi telah membuktikan kemampuan
kitosan sebagai antimikroba Jin Xiaoxiao, Wang, dan Bai, 2009. Pelzcar dan Chan 1986 mengungkapkan mekanisme penghambatan
senyawa antimikroba yaitu, 1 menghambat sintesis dinding sel; 2 menghambat keutuhan permeabilitas membran sitoplasma, sehingga terjadi
kebocoran zat nutrisi dari dalam sel; 3 denaturasi protein sel; 4 merusak sistem
metabolisme sel dengan menghambat kerja enzim intraseluler; dan 5 menghambat sintesis protein yang menyebabkan kerusakan total sel.
Kitosan memiliki reaktivitas kimia yang baik karena mempunyai sejumlah gugus hidroksil OH dan gugus amin NH
2
pada rantainya. Kitosan adalah contoh polisakarida yang bersifat basa dan merupakan suatu heteropolimer
Kumar, 2004.
H. Karakteristik Kitosan
Kitosan merupakan padatan putih yang tidak larut dalam air, pelarut organik, alkali, dan asam mineral, dalam berbagai kondisi. Kitosan larut dalam
asam formiat, asam asetat, dan asam organik lainnya dalam keadaan dipanaskan sambil diaduk. Kitosan larut dalam asam mineral pekat, apabila dalam kondisi
yang bagus diperoleh dalam bentuk endapan. Namun dengan asam nitrat, kitosan yang terbentuk adalah kitosan nitrat yang sukar larut. Pelarut yang paling sering
digunakan adalah asam asetat. Kelarutan kitosan yang paling baik adalah dalam larutan asam asetat 2 Nadarajah, 2005
Parameter lain yang berpengaruh pada sifat kitosan adalah berat molekul BM dan derajat deasetilasi DD. Derajat deasetilasi menunjukkan berkurangnya
gugus asetil dari kitin menjadi gugus amino pada kitosan. Penentuan DD dapat dilakukan dengan beberapa metode, seperti titrimetri HBr, spektroskopi IR, X-Ray
Diffraction dan spektroskopi
1
H NMR. Penentuan DD dengan spektroskopi IR dilakukan dengan metode base line. Berikut ini rumus untuk perhitungan DD
seperti ditunjukkan oleh Persamaan 1. DD = 100
–
�1655 �3450
�
100 1,33
……………………………………………... 1
Keterangan: DD = Derajat Deasetilasi
A1655 = absorbansi pada bilangan gelombang 1655 cm
-1
yang menunjukkan serapan karbonil dari amida.
A3450 = absorbansi pada bilangan gelombang 3450 cm
-1
yang menunjukkan serapan hidroksil dan digunakan sebagai standar internal.
Faktor 1,33 merupakan nilai perbandingan
�1655 �3450
untuk kitosan terdeasetilasi 100 Khan, Peh dan Chang, 2002.
I. Gliserol
Gliserol adalah senyawa poliol netral, dengan rasa manis, tidak berwarna, cairan kental dengan titik lebur 20
C dan memiliki titik didih yang tinggi yaitu 290
C. Gliserol dapat larut sempurna dalam air dan alkohol, tetapi tidak dalam minyak. Sebaliknya banyak zat dapat lebih mudah larut dalam gliserol dibanding
dalam air maupun alkohol. Oleh karena itu gliserol merupakan pelarut yang baik Goudung, 2004.
Senyawa poliol banyak digunakan sebagai pemlastis maupun pemantap. Senyawa poliol ini dapat diperoleh dari hasil industri petrokimia, maupun
langsung dari transformasi minyak nabati dan olahan industri oleokimia. Dibandingkan dengan hasil industri petrokimia, senyawa poliol dari minyak
nabati dan industri oleokimia dapat diperbaharui, sumbernya mudah diperoleh, dan juga akrab dengan lingkungan karena mudah terdegradasi dalam alam
Goudung, 2004.
J. Analisis Gugus Fungsi dengan Spektofotometri Infra Merah