Berdasarkan hasil perhitungan intensitas peak dari masing-masing sampel dapat dilihat adanya perubahan intensitas gugus ketika dilakukan penambahan
kitosan. Hasil perhitungan absorbansi tiap sampel ditunjukkan pada Tabel VI. Tabel VI. Hasil absorbansi selulosa dan selulosa+kitosan+gliserol
No Sampel
Gugus fungsi Absorbansi
1 Selulosa
-OH 0.889
C=O 0.488
2 Selulosa+kitosan+gliserol -OH
0.106 C=O
0.028 Berdasarkan hasil perhitungan absorbansi, terlihat bahwa terjadi penurunan
absorbansi baik itu pada gugus fungsi –OH maupun pada gugus fungsi karbonil
C=O. Adanya penurunan absorbansi dikarenakan adanya interaksi antara gugus hidroksil dari selulosa bakteri dengan gugus -NH
2
dari kitosan, sehingga mengurangi absorbansinya.
Selain itu dapat dikarenakan adanya spektrum yang saling tumpang tindih. Berdasarkan literatur yang menyatakan bahwa pada daerah bilangan gelombang
sekitar 3520-3200 cm
-1
menunjukkan serapan gugus hidroksil -OH, pada daerah bilangan gelombang 3500-3300 cm
-1
menunjukkan serapan gugus amina -RNH
2
, pada daerah bilangan gelombang 3500-3100 cm
-1
menunjukkan serapan gugus –NH-amida. Ketiga gugus menunjukkan serapan pada daerah bilangan gelombang
yang berdekatan, sehingga dapat terjadi tumpang tindih Biemann, 1983.
3. Analisis Struktur Morfologi
Analisis ini bertujuan untuk mengetahui bentuk dan perubahan permukaan dari suatu membran. Analisis ini menggunakan instrument SEM. Pada prinsipnya
bila terjadi perubahan pada suatu membran, misalnya lekukan,patahan atau
perubahan struktur dari permukaan, maka bahan tersebut cenderung mengalami perubahan energi. Energi itu dapat dipancarkan, diserap ataupun dipantulkan.
Cara kerjanya adalah sampel tidak bermuatan ini diberi dobel tape karbon khusus lalu sampel dilapisi dengan partikel emas dengan alat ion coating sputter.
Pelapisan dengan emas agar sampel ini memiliki muatan, dengan adanya muatan pada sampel ini, akan memantulkan elektron yang ditembakkan dari instrumen,
elektron yang dipantulkan akan ditangkap dan dideteksi oleh instrumen lalu dihasilkan dalam bentuk gambar yang ditampilkan melalui monitor.
Hasil foto permukaan dari selulosa bakteri yang diberi penambahan kitosan terlihat pada Gambar 18.
Gambar 18. Foto Permukaan SEM Selulosa+kitosan+gliserol Gambar 18 menunjukkan bahwa tekstur dari permukaan membran selulosa
yang diberi penambahan kitosan memiliki tekstur yang halus. Hal ini dikarenakan partikel-partikel kitosan mengisi rongga-rongga kosong dari selulosa bakteri.
Terlihat pula bahwa kitosan berwarna putih terdapat pada permukaan membran
selulosa, hal ini membuktikan bahwa kitosan mampu melapisi membran selulosa bakteri. Berdasarkan gambar, ukuran partikel kitosan yang terlihat adalah 314 nm,
215 nm, dan 1,03 nm. Foto ini menggunakan perbesaran 7700x. Apabila dilihat secara
melintang, terlihat
adanya tiga
lapisan dari
membran selulosa+kitosan+gliserol Gambar 19. Lapisan yang ditengah merupakan lapisan
selulosa bakteri dan lapisan diatas dan dibawahnya merupakan lapisan kitosan. Berdasarkan gambar dapat disimpulkan bahwa kitosan mampu melapisi membran
selulosa bakteri dan berikatan dengan selulosa.
Gambar 19. Foto penampang melintang selulosa+kitosan+gliserol Pada Gambar 20 menunjukkan adanya beberapa rongga serta bentuk yang
tidak teratur. Hal ini menyebabkan tekstur dari membran selulosa menjadi lebih kasar.
Gambar 20. Foto permukaan membran selulosa
Apabila dilihat secara melintang Gambar 21 menunjukkan bahwa selulosa bakteri hanya terdiri dari satu lapisan saja dengan karakteristik yang sama, yaitu
menyerupai mikrofibril-mikrofibril. Selain itu juga terlihat adanya rongga-rongga yang menunjukkan pembentukan mikrofibril yang tidak merata.
Gambar 21. Foto penampang melintang selulosa bakteri Berdasarkan gambar-gambar yang sudah ditampilkan, dapat dibuktikan bahwa
selulosa bakteri yang mendapat penambahan kitosan secara morfologi permukaan berbeda dengan morfologi selulosa bakteri itu sendiri. Hal ini sesuai dengan
dugaan awal, bahwa kitosan dapat merubah morfologi permukaan dari selulosa bakteri dan dapat melapisi permukaan selulosa bakteri.
4. Analisis Kristalinitas dengan XRD