Analisis Gugus Fungsi dengan Spektofotometri Infra Merah

J. Analisis Gugus Fungsi dengan Spektofotometri Infra Merah

Analisis kualitatif, dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya absorbsi pada frekuensi tertentu dan merupakan penanda ada tidaknya gugus fungsional tertentu. Penggunaan spektrofotometri infra merah pada bidang kimia organik menggunakan daerah dari 650-4000 cm -1 15,4- 2,5 μm Sastrohamidjojo, 2007. Gugus fungsional dalam molekul dianalisis secara kualitatif dengan melihat bentuk spektrumnya yaitu dengan melihat puncak spesifik yang menunjukkan jenis gugus funsgional. Analisis secara kuantitatif dilakukan berdasarkan hukum Lambert-Beer, ditunjukkan pada Persamaan 2. A = log IoI = a x c x l…………………………………………….2 Keterangan : A = absorbansi Io = intensitas sinar masuk I = Intensitas sinar yang ditransmisikan a = koefisien absorpsi M -1 cm -1 c = konsentrasi zat M l = panjang lintasan cm Untuk mengoreksi kesalahan yang timbul akibat adanya overlap puncak absorpsi, maka garis dasar base line dalam spektrum infra merah harus dibuat seperti ditunjukkan pada Gambar 9, I dan Io ditentukan sebagai intesitas transmisi pada garis dasar. Absorbansi A pada frekuensi yang diberikan dalam cm -1 terlihat pada Persamaan 3. Absorbansi A = log IoI = log ACAB……………………………3 Keterangan : AC= Io = intensitas sinar masuk AB= I = intensitas sinar yang ditransmisikan AC dan AB ditentukan dari spektrum infra merah seperti ditunjukkan pada Gambar 8. Gambar 8. Metode mengkonstruksi garis dasar dalam spektrum infra merah Sastrohamidjojo, 2007 Gambar 9 menunjukkan karakteristik serapan dari selulosa bakteri menunjukkan puncak di sekitar daerah 3350 cm -1 yang menunjukkan O-H stretching dan di sekitar daerah 2916,81 cm -1 yang menunjukkan CH stretching. Adanya pita di sekitar daerah 1649,8 cm -1 yang menunjukkan deformasi vibrasi dari molekul air yang terabsorbsi Wonga, Kasapis dan Tan, 2009. Adapun karakteristik serapan dari kitosan ditunjukkan dengan puncak di sekitar 1559,17 cm -1 yang menunjukkan vibrasi stretching dari gugus amino kitosan dan di sekitar daerah 1333,5 cm -1 yang menunjukkan vibrasi dari C-H. Adanya pita di sekitar 3367,1 cm -1 menunjukkan vibrasi simetrik dari amina NH. Adanya puncak di sekitar daerah 2927,41 cm -1 menunjukkan vibrasi C-H. Adanya puncak di sekitar daerah 896,73 cm -1 dan 1154,19 cm -1 berkaitan dengan struktur sakarida dari kitosan. Adanya puncak yang melebar di sekitar daerah 1080,91 cm -1 menunjukkan vibrasi stretching C-O de Souza Costa-Junior, Pereira dan Mansur, 2009; Rao, Naidu, Subha, Sairam dan Aminabhavi, 2006. Gambar 9 menunjukkan contoh spektra inframerah dari selulosa bakteri dan kitosan. Gambar 9. Spektra inframerah dari selulosa bakteri dan kitosan Anicuta, Dobre, Stroescu dan Jipa, 2010 Berdasarkan Gambar 9 dapat dikorelasikan untuk memudahkan dalam pembacaan gugus-gugus fungsi dari spectra inframerah yang didapatkan. Hasil korelasi disajikan pada Tabel II. Selulosa Bakteri Kitosan Tabel II. Hasil korelasi gugus fungsi No Serapan Selulosa cm -1 Serapan Kitosan cm -1 Keterangan serapan Referensi 1 3430 3430 -OH dan –NH stretching Stefanescu et al. 2011 2 2919 2919 -CH stretching 3 1659 1637 C=O stretching 4 - 1597 -NH bending amide II 5 1422 1422 -CH dan –NH bending vibrations 6 1374 1378 -CH 3 bending vibrations 7 1158 1154 Anti-symmetric stretching of the C-O-C bridge 8 1067 1072 Skeletal vibrations involving the C-O stretching

K. Analisis Permukaan dengan Teknik Scanning Electron Microscopy

Dokumen yang terkait

Pengaruh pemberian sediaan biomaterial selulosa bakteri acetobacter xylinum dari limbah ketela pohon (Manihot utilissima Pohl.) dengan penambahan kitosan sebagai material penutup luka pada tikus galur wistar jantan.

1 1 136

Pengaruh pemberian sediaan biomaterial selulosa bakteri Acetobacter xylinum dari limbah ketela rambat (Ipomea batatas Poir) dengan penambahan chitosan sebagai material penutup luka pada tikus galur wistar jantan.

1 4 183

Uji aktivitas anti mikroba sediaan biomaterial bakteri Acetobacter xylimum dari limbah air cucian beras dengan penambahan kitosan pada bakteri Staphylococcus aureus.

0 6 130

Aktivitas antimikroba sediaan biomaterial selulosa bakteri dari limbah ketela pohon ( Manihot utilissima Pohl.) dengan penambahan kitosan terhadap Staphylococcus aureus.

2 3 114

Aktivitas antimikroba sediaan biomaterial selulosa bakteri dari limbah ketela rambat ( Ipomoea batatas Poir) dengan penambahan kitosan terhadap Staphylococcus aureus

0 2 113

Pengaruh pemberian sediaan biomaterial selulosa bakteri acetobacter xylinum dari limbah ketela pohon (Manihot utilissima Pohl.) dengan penambahan kitosan sebagai material penutup luka pada tikus galur wistar jantan

0 0 134

Pengaruh pemberian sediaan biomaterial selulosa bakteri Acetobacter xylinum dari limbah ketela rambat (Ipomea batatas Poir) dengan penambahan chitosan sebagai material penutup luka pada tikus galur wistar jantan

0 11 181

Uji aktivitas anti mikroba sediaan biomaterial bakteri Acetobacter xylimum dari limbah air cucian beras dengan penambahan kitosan pada bakteri Staphylococcus aureus

0 0 128

UJI AKTIVITAS SELULOSA BAKTERI DARI LIMBAH UBI JALAR (Ipomoea batatas Lam.) DENGAN PENAMBAHAN GLISEROL DAN KITOSAN TERDEPOSISI NANOPARTIKEL PERAK TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus aureus ATCC 25923 DAN Escherichia coli ATCC 25922.

0 0 1

Aktivitas antimikroba sediaan biomaterial selulosa bakteri dari limbah ketela pohon ( Manihot utilissima Pohl.) dengan penambahan kitosan terhadap Staphylococcus aureus - USD Repository

0 1 112