Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Interaksi Dalam Perspektif Sosiologi

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana di uraikan di atas, maka yang menjadi Rumusan masalah adalah: “Bagaimana Persepsi Masyarakat Terhadap Manfaat Program Pengembangan Masyarakat PT Dairi Prima Mineral dalam Bidang Pendidikan”.

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang masalah, maka yang menjadi pokok bahasan dalam penelitian ini adalah, Bagaimana implementasi program Pengembangan masyarakat dan bagaimana persepsi masyarakat terhadap Program CSR PT Dairi Prima Mineral dalam bidang pendidikan.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang di harapkan dalam penelitian adalah: • Manfaat Teoritis Hasil dari penelitian ini bisa menjadi kajian yang berguna bagi mahasiswa sosiologi, masyarakat, maupun instansi terkait mengenai sejauh mana persepsi masyarakat terhadap peranan PT. DPM dalam mengembangkan kemajuan masyarakat Parongil khususnya bidang pendidikan. Universitas Sumatera Utara • Manfaat Praktis Melalui penelitian ini, penulis dapat meningkatkan pengetahuan dan pengalaman serta menambah wawasan dalam hal pelaksanaan sebuah penelitian. Hasilnya di harapkan dapat di gunakan sebagai bahan referensi penelitian sejenis yang lain. Universitas Sumatera Utara BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Interaksi Dalam Perspektif Sosiologi

Didalam masyarakat, interaksi sosial adalah suatu hubungan timbal balik antara individu dengan undividu lainnya, individu dengan kelompok dan sebaliknya. Interaksi sosial memungkinkan masyarakat berproses sedemikian rupa sehingga membangun suatu pola hubungan. Interaksi sosial dapat pula diandaikan dengan apa yang disebut Weber sebagai tindakan sosial individu yang secara subjektif diarahkan terhadap orang lain, Jhonson, 1988:214. Masyarakat beserta kebudayaan yang ada didalamnya akan mengalami perubahan. Perubahan ini dianggap sebagai suatu yang wajar sejalan dengan perkembangan pengetahuan dan kondisi fisik masyarakat. Oleh karena itu, prioritas pembangunan nasional diletakkan pada bidang ekonomi bersamaan dengan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia, karena kualitas SDM tersebut sering menjadi titik permasalahan bagi setiap orang, kurang aktifnya seseorang dapat menjadi penghambat dalam melakukan suatu kegiatan. Segala fenomena dan gejala yang terjadi dalam masyarakat begitu luas dimana segala urusan yang menyangkut aspek kehidupan manusia pada hakekatnya merupakan masalah sosial. Pada dasarnya, masalah sosial merupakan kondisi yang tidak sesuai dengan harapan masyarakat atau kondisi yang tidak dikehendaki, oleh karenanya wajar kalau kemudian selalu mendorong adanya usaha untuk mengubah dan memperbaikinya. Agar lebih berdaya guna, upaya untuk melakukan perubahan dan perbaikan terutama dalam masalah Universitas Sumatera Utara pendidikan tersebut perlu dilandasi oleh analisis untuk memperoleh pemahaman tentang kondisi dan latar belakang gejala yang disebut masalah sosial tadi Soetomo 2008:10. Ada 3 tahap dalam upaya penanganan masalah sosial antara lain: 1. Tahap Identifikasi yaitu; untuk membuka kesadaran dan keyakinan bahwa dalam kehidupan masyarakat terkandung gejala masalah sosial. 2. Tahap Diagnosis yaitu sebagai; upaya untuk mencari dan mempelajari latar belakang masalah, faktor yang terkait dan terutama faktor yang menjadi penyebab atau sumber masalah. 3. Tahap Treatment yaitu; pemecahan masalah sosial yang didasari oleh hasil diagnosis. Sementara itu, nilai sosial muncul sebagai hasil dari konsensus, oleh sebab itu dalam masyarakat yang berbeda dapat memiliki nilai sosial yang berbeda pula. Dalam praktik kehidupan bermasyarakat nilai sosial tersebut akan menjadi pedoman perilaku dan pedoman dalam menunaikan peranan sosial setiap unsur dari sistem. Dengan demikian, pada sisi yang lain nilai sosial akan berperan sebagai instrumen kontrol sosial terhadap perilaku warga masyarakatnya. Demikian halnya dalam pendidikan, semakin tinggi ilmu pengetahuan yang dimiliki maka semakin berkualitas Sumber Daya Manusianya. Dalam arti bahwa pendidikan dapat mengontrol pola pikir yang ingin berkembang. Menurut Gillin dan Gillin dalam Soekanto 1967:75, merumuskan bahwa interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis, yang menyangkut hubungan orang perorangan, manusia dengan kelompok manusia. Interaksi orang per-orang dengan kelompok manusia dapat diambil sebagai contoh Universitas Sumatera Utara misalnya, sebuah perusahaan yang tengah berdiri di lingkungan sosial masyarakat, perusahaan akan melakukan interaksi dengan lingkungan masyarakat supaya masyarakat dapat memahami arti kehadiran perusahaan tersebut di daerah mereka. Dalam interaksi sosial, pada taraf pertama akan terlihat bahwa perusahaan akan berusaha untuk menguasai lingkungan masyarakat supaya interaksi sosial berlangsung dengan seimbang, dimana terjadi pengaruh mempengaruhi antara kedua belah pihak. Interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila manusia mengadakan hubungan yang langsung dengan sesuatu yang sama sekali tidak ada mempengaruhi sistem syarafnya, sebagai akibat dari hubungan yang dimaksud Soekanto, 1990:69, begitu juga sebagaimana hal nya dengan perusahaan yang berdiri di lingkungan masyarakat, Perusahaan tersebut akan melakukan pendekatan atau interaksi dengan para anggota masyarakat misalnya, melakukan pendekatan kepada tokoh-tokoh masyarakat, ketua adat, maupun para pemuka agama. Suatu interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat utama, yaitu adanya kontak sosial dan komunikasi. Kontak sosial secara harafiah dapat diartikan sebagai perilaku yang sama-sama menyentuh. Secara fisik, kontak baru terjadi apabila terjadi hubungan badaniah. Arti terpenting dari komunikasi adalah seseorang memberikan tafsiran pada perilaku orang lain berwujud pembicaraan, gerak badaniah terhadap perasaan apa yang ingin disampaikan orang tersebut. Orang tersebut akan memberikan reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan. Pola interaksi senantiasa mengacu pada hubungan yang lebih teratur antara individu-individu, sekaligus juga dengan sendirinya memperlihatkan bahwa gugusan Universitas Sumatera Utara tindakan-tindakan yang dilakukan tidak dengan asal sembarangan saja. Individu mengikuti kebiasaan yang teratur ini dalam rangka menyederhanakan dan memudahkan kehidupan sosialnya. Pada kenyataannya, interaksi yang berpola itu meliputi pula hal-hal seperti norma-norma, status-status dan tujuan. Selanjutnya meliputi pula kewajiban timbal balik, status timbal balik, tujuan dan makna yang secara timbal balik berarti antara dua atau lebih aktor di dalam kontak yang bersamaan. Dengan demikian suatu interaksi dikatakan berpola apabila telah memenuhi beberapa kriteria sebagaimana di uraikan di bawah ini; 1. Pengulangan tindakan. Pengulangan yang di lakukan misalnya ucapan selamat atau sapaan setiap kali berjumpa dengan seorang kenalan. 2. Hubungan yang saling berbalasan. Hubungan yang berbalasan di perlihatkan dalam kerangka pemenuhan kewajiban masing-masing. Perusahaan misalnya, berdiri dalam lingkungan masyarakat yang masih adat istiadat, maka untuk menjaga hubungan yang baik antara pihak perusahaan dan anggota masyarakat keduanya harus menjaga ketertiban, serta menghargai adat istiadat yang berlaku, dan tidak lain adalah adanya hubungan interaksi yang baik antara perusahaan dengan anggota masyarakat setempat. 3. Norma yang mengatur hubungan itu. Perry 1983:69 menyatakan bahwa interaksi sosial tidaklah dibangun melalui kebiasaan yang kaku, akan tetapi tidak pula dibangun melalui tindakan yang Universitas Sumatera Utara asal sembarang saja. Ada cukup banyak pola-pola dan pengulangan-pengulangan yang dapat diamati. Melalui pola-pola itu memungkinkan melakukan prediksi prilaku sosial dalam situasi seperti biasanya. Banyak pola interaksi yang sudah cukup mapan sejak dahulu. Individu-indidu mengikuti keteraruran ini dalam rangka menyederhanakan dan memudahkan kehidupan sosialnya. Pastilah membingungkan bagi individu bila ia harus memutuskan tindakan apa yang harus ia lakukan pada situasi yang dihadapinya setiap hari. Sebenarnya lebih mudah baginya mengikuti pola yang telah tersedia. Pada kenyataan banyak pola-pola yang dikuatkan oleh peraturan-peraturan. Aturan-aturan itu memiliki kuasa legitimasi yang sah untuk mengatur pola-pola hubungan. Selanjutnya Perry mengatakan pada masyarakat yang masih tradisional dan homogen banyak interaksi yang berlangsung dalam struktur yang hampir sangat kaku. Akan tetapi pada masyarakat yang semakin kompleks banyak di temukan pola interaksi yang sudah tidak mapan lagi. Dalam pandangan para sosiolog, pendidikan merupakan proses yang melibatkan segala kemampuan individu dalam tahapan sosialisasi, kemudian dapat menentukan dan menjadi patokan apakah seseorang dapat mengikuti dan mematuhi nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakatnya. Para ahli pendidikan melihat bahwa fenomena pendidikan merupakan hal yang sangat mendasar dalam setiap masyarakat. Masalah lain sebagaimana dikemukakan Dody Hermawan Priatmoko dalam skripsi ayu Priatmoko, 2003:3 adalah rendahnya mutu pendidikan. Indikator rendahnya mutu pendidikan nasional dapat dilihat dari data UNESCO tahun 2000 Universitas Sumatera Utara tentang peringkat indeks Pengembangan Manusia Human Development indeks, yaitu komposisi dari peringkat pencapaian pendidikan., kesehatan dan penghasilan per kepala yang menunjukkan bahwa indeks pengembangan manusia Indonesia makin menurun.

2.2. Pemberdayaan Pendidikan