Persepsi Masyarakat Terhadap Manfaat Program Pengembangan Masyarakat PT. Dairi Prima Mineral Dalam Tanggung Jawab Sosialnya (CSR) Pada Bidang Pendidikan di Kecamatan Silima Pungga-pungga Kabupaten Dairi.

(1)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMETERA UTARA

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP MANFAAT PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT (CSR) PT. DAIRI PRIMA MINERAL

DALAM BIDANG PENDIDIKAN

(Studi Deskriptif Kec. Silima Pungga-pungga Parongil, Kab. Dairi)

S K R I P S I

Diajukan Oleh Rinda Natalia Nababan

NIM 030901040

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

M E D A N 2009


(2)

ABSTRAK

Tanggung jawab sosial disetiap Perusahaan, adalah berbeda-beda. CSR yang tidak lain adalah operasi bisnis yang berkomitmen tidak hanya untuk meningkatkan keuntungan perusahaan secara finansial, tetapi untuk pembangunan sosial-ekonomi kawasan secara holistik, melembaga, dan berkelanjutan. Fakta empiris menyatakan, bahwa saat ini Perusahaan dihadapkan pada paradigma yang relatif masih baru di Indonesia, yaitu paradigma yang melihat antara pihak Perusahaan dan masyarakat bukanlah dua pihak yang berbeda dan bertolak belakang, namun merupakan bagian yang tak terpisahkan. Industri pertambangan sebagai industri yang kompeten dalam mengelola sumber daya alam diharapkan bisa menjalankan tanggung jawab sosialnya di tengah-tengah masyarakat sekaligus menghilangkan persepsi negatif yang timbul dari masyarakat, karena pada dasarnya kehadiran industri pertambangan kerap mendapat permasalahan atau konflik sosial dari masyarakat.

Dalam perspektif demikian, maka dilakukan program pengembangan masyarakat (CSR) PT. DP dalam bidang pendidikan yang tidak lain adalah bahwa PT. DPM telah memberikan dampak positif maupun negatif terhadap masyarakat lingkar tambang.

Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap para Tokoh Pendidikan, Tokoh Masyarakat, maupun Manajer Hubungan Masyarakat PT. DPM dapat diketahui dan disimpulkan bahwa program pengembangan masyarakat oleh PT. DPM adalah satu tanggung jawab sosial Perusahaan yang memberikan dampak positif bagi masyarakat Parongil. Kerja sama, interaksi, tolong menolong adalah bagian terpenting dalam tanggung jawab sosial Perusahaan karena membangun masyarakat lingkar tambang yang mandiri adalah merupakan visi utama PT. Dairi Prima Mineral.


(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah mencurahkan kasih karuniaNya pada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul “Persepsi Masyarakat Terhadap Manfaat Program Pengembangan Masyarakat PT. Dairi Prima Mineral Dalam Tanggung Jawab Sosialnya (CSR) Pada Bidang Pendidikan di Kecamatan Silima Pungga-pungga Kabupaten Dairi”.

Penulis menyadari akan keterbatasan yang dimiliki selama penulisan dan pelaksanaan penelitian sampai dengan selesainya penyususnan skripsi ini,oleh karena itulah penulis memperoleh bantuan dari banyak pihak. Dan dengan segala kerendahan hati ijinkan penulis menghanturkan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada :

1. Rasa hormat dan cinta kasih yang sedalam-dalamnya kepada Alm ayahanda

yang tercinta yang terlebih dahulu dipanggil menghadap sang pencipta disaat-saat penulis sedang dalam penyusunan skripsi, terima kasih atas dukungan yang pernah ada dan terima kasih juga penulis ucapkan kepada ibunda tercinta. Terima kasih karena telah memberikan aku kesempatan untuk hadir ditengah-tengah kalian, memberikan kasih sayang yang tak ternilai, dorongan, doa danpengorbanan yang tidak henti-hentinya.

2. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, M.A sebagai Dekan FISIP USU

3. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Sisebagai Ketua Departemen Sosiologi dan


(4)

4. Ibu Dra. Rosmiani, M.A selaku Sekretaris Departemen Sosiologi dan sekaligus sebagai Dosen Wali penulis yang telah bersedia membimbing dan juga mengevaluasi studi saya selama ini.

5. Bapak Drs. Henry Sitorus, M.Si sebagai Dosen Pembimbing saya yang telah

banyak membantu penulis, membimbing, memberikan waktu, sumbangan pemikiran dan tenaga dalam memberikan saran dan kritik serta mengevaluasi sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

6. Seluruh staf pengajar dan administrasi FISIP USU khususnya Departemen

Sosiologi, sayaucapkan terima kasih.

7. Terima Kasih kepada Manajer Divisi Hubungan dan Pengembangan

Masyarakat atau Divisi CRD (Community Relations & Development) PT. Dairi Prima Mineral yang telah memberikan waktu dan kesempatan buat penulis untuk menyelesaikan skripsi ini dan selaku pembimbing di lapangan yang tidak henti-hentinya memberikan saran dan kritikan kepada penulis. Terima kasih banyak atas semuanya.

8. Kepada kak Christina Tambunan selaku Sekretaris Kantor CD PT. DPM,

makasih ya kak atas semua masukan-masukannya, dan kepada seluruh staff PT. DPM, penulis tidak henti-hentinya mengucapkan terima kasih banyak.

9. Terima kasih kepada teman-teman yang sudah banyak membantu dalam

penyelesaian skripsi ini, khususnya anak-anak sosiologi ’03: ferdinan, ratna, lena, dll yang tak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu. Terimakasih karena kalian telah menghadirkan tawa saat duniaku terasa sunyi dan membuatku tidak pernah merasa sendiri.


(5)

10. Terima kasih juga kepada para senior dan juga para alumni, buat para junior, dan tidak lupa juga buat teman-teman lainnya: yuni (Antropologi 03, ady silalahi, febri sihaloho dll terima kasih karena kesetiaanmu telah menguatkanku dalam setiapproblem yang pernah ada.

11. Kepada pihak-pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang selama ini memberikan kontribusinya dan membantu penulis selama perkuliahan dan selama pembuatan skripsi ini.

Dengan segala keterbatasan dan kemampuan yang penulis miliki,penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan dan kelemahan oleh karenanya, penulis sangat menghargai segala masukan, saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Terima kasih.

Medan, Oktober 2009


(6)

DAFTAR ISI

Abstrak ………...i

Kata Pengantar ………..ii

Daftar Isi ………...v

Daftar Tabel ……….ix

Daftar Bagan ……….x

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ………1

1.2. Rumusan Masalah ………..7

1.3. Tujuan Penelitian ………...7

1.4. Manfaat Penelitian ……….7

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Interaksi Dalam Perspektif Sosiologi ………9

2.2. Pemberdayaan Pendidikan ………...14

2.3. Coorporate Social Responsibility (CSR) di Indonesia ………18

2.3.1. Latar Belakang Pentingnya CSR ………..21

2.4. Defenisi Konsep ………...22

BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ………24

3.2. Lokasi Penelitian ……….24

3.3. Unit Analisis dan Informan 3.3.1. Unit Analisis ……….25


(7)

3.4. Teknik Pengumpulan Data

3.4.1. Data Primer ………...25

3.4.2. Data Sekunder ………...26

3.5. Interpretasi Data ………...27

3.6. Keterbatasan Penelitian ………...27

BAB IV. DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA 4.1. Gambaran Umum Kecamatan Silima Pungga-pungga 4.1.1 Sejarah Singkat Pembentukan Kecamatan Silima Pungga-pungga ………29

4.1.2. Letak Geografis ………32

4.1.3. Penduduk dan Tenaga Kerja ……….33

4.1.4. Pendidikan ………36

4.1.5. Pemerintahan / Birokrasi ………..38

4.1.6. Pertanian / Agriculture ………..39

4.1.7. Agama ………...40

4.2. Gambaran Umum CSR PT. Dairi Prima Mineral ………41

4.2.1. Gambaran Umum PT. DPM ……….41

4.2.2. Gambaran Rinci CSR PT. DPM ………...42

4.3. Permasalahan Sosial Tambang ………43

4.3.1. Issu di Lingkar Tambang ………..43

4.3.2. Penyebab Konflik Lingkar Tambang ………43

4.3.3. Penanganan Isu dan Konflik Sosial ………..44


(8)

4.4.1. Manajer CRD PT. DPM ………...45

4.4.2. Tokoh Pendidikan ……….45

1. Ibu F. L Tobing ………...45

2. Ibu M. Marbun ………47

3. Bpk M. Sianturi, S.Pd ……….48

4. Bpk I. Munte ………...49

5. Ibu S. Kudadiri ………49

6. Bpk B. Manurung ………...50

7. Bpk R. Manurung ………...51

4.4.3. Tokoh Masyarakat ………51

1. Kepala Desa Bongkaras ………..51

4.5. Persepsi Masyarakat Terhadap Pelaksanaan CSR PT. DPM …………...52

4.5.1. Persepsi Umum Masyarakat Akan Kehadiran PT. DPM ………52

4.5.2. Pendapat Masyarakat Tentang CSR PT. DPM ………..54

4.6. Kebijakan CSR PT DPM ……….55

4.6.1. Dasar Hukum CSR ………...55

4.6.2. Pengertian dan Defenisi ………56

4.6.3. Konsepsi Dasar CSR ……….56

4.6.4. Syarat-syarat Program CSR ………..58

4.6.5. Hubungan Dengan Pemerintah ……….59


(9)

4.7. Pelaksanaan CSR PT. DPM ……….60

4.7.1. Tahapan dan Fase CSR ……….60

4.7.2. Pembiayaan dan Sumber Dana ……….61

4.7.3. Sektor CSR PT. DPM ………...62

4.7.4. Lingkar Tambang dan CSR ………..62

4.8. Program CSR PT . DPM ………..64

4.8.1. Tahapan Pelaksanaan ………64

4.8.2. Pengorganisasian CSR ………..66

4.8.3. Sektor Pengembangan CSR ………..66

4.9. CSR Sektor Pendidikan ………...67

4.9.1. Kebijakan Pembiayaan CSR Sektor Pendidikan ………67

4.9.2. Daftar Program CSR Pendidikan ………..67

4.9.3. Program CSR Sektor Pendidikan Masa Eksploitasi ………69

4.10. Analisa Kondisi Perusahaan ………..69

BAB V. PENUTUP 5.1. Kesimpulan ………..71

5.2. Rekomendasi ………72 DAFTAR PUSTAKA


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 1. Luas Wilayah Menurut Desa Tahun 2007 .………...32 Tabel 2. Luas, Jumlah dan Kepadatan Penduduk Menurut Desa Tahun 2007 ……...33 Tabel 3. Banyaknya Penduduk dan Rumah Tangga Menurut Desa Tahun 2007 …...34 Tabel 4. Banyaknya Tenaga Kerja yang Bekerja

Menurut Lapangan Pekerjaan dan Desa Tahun 2007 ……….35 Tabel 5. Banyaknya SD, SLTP, SLTA Menurut Desa Tahun 2007 ………...36 Tabel 6. Banyaknya Murid SD, SLTP, SLTA Menurut Desa Tahun 2007 …………37 Tabel 7. Banyaknya Guru SD, SLTP, SLTA Menurut Desa Tahun 2007 …………..38 Tabel 8. Luas Wilayah Menurut Jenis Penggunaan

Tanah dan Desa Tahun 2007 ………39 Tabel 9. Banyaknya Penduduk Menurut

Agama Yang Dianut Tahun 2007 ……….40 Tabel 10. Program Pengembangan Masyarakat


(11)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Dokumentasi Serah Terima Bantuan


(12)

ABSTRAK

Tanggung jawab sosial disetiap Perusahaan, adalah berbeda-beda. CSR yang tidak lain adalah operasi bisnis yang berkomitmen tidak hanya untuk meningkatkan keuntungan perusahaan secara finansial, tetapi untuk pembangunan sosial-ekonomi kawasan secara holistik, melembaga, dan berkelanjutan. Fakta empiris menyatakan, bahwa saat ini Perusahaan dihadapkan pada paradigma yang relatif masih baru di Indonesia, yaitu paradigma yang melihat antara pihak Perusahaan dan masyarakat bukanlah dua pihak yang berbeda dan bertolak belakang, namun merupakan bagian yang tak terpisahkan. Industri pertambangan sebagai industri yang kompeten dalam mengelola sumber daya alam diharapkan bisa menjalankan tanggung jawab sosialnya di tengah-tengah masyarakat sekaligus menghilangkan persepsi negatif yang timbul dari masyarakat, karena pada dasarnya kehadiran industri pertambangan kerap mendapat permasalahan atau konflik sosial dari masyarakat.

Dalam perspektif demikian, maka dilakukan program pengembangan masyarakat (CSR) PT. DP dalam bidang pendidikan yang tidak lain adalah bahwa PT. DPM telah memberikan dampak positif maupun negatif terhadap masyarakat lingkar tambang.

Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap para Tokoh Pendidikan, Tokoh Masyarakat, maupun Manajer Hubungan Masyarakat PT. DPM dapat diketahui dan disimpulkan bahwa program pengembangan masyarakat oleh PT. DPM adalah satu tanggung jawab sosial Perusahaan yang memberikan dampak positif bagi masyarakat Parongil. Kerja sama, interaksi, tolong menolong adalah bagian terpenting dalam tanggung jawab sosial Perusahaan karena membangun masyarakat lingkar tambang yang mandiri adalah merupakan visi utama PT. Dairi Prima Mineral.


(13)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Perusahaan sebagai usaha yang berkaitan dengan sumber daya, hendaklah memperhatikan keadaan sosial budaya yang ada di sekitarnya, terutama dalam kondisi global yang dapat mendorong dinamika dan pergerakan sosial budaya masyarakat dengan sangat cepat dan bervariasi antar ruang dan waktu. Secara langsung maupun tidak hal ini akan mempengaruhi bahkan menghambat usaha seperti, munculnya kesenjangan sosial akibat perbedaan pola hidup dan pendapatan yang tinggi antara pegawai perusahaan dengan komunitas lokal.

Tanggung jawab sosial perusahaan atau coorporate social responsibility (selanjutnya disingkat CSR) sesungguhnya bukanlah topik baru dalam dunia bisnis, termasuk di dalamnya konteks operasi perusahaan multinasional. Raharjo (1992) mengidenifikasikan bahwa CSR dan etika bisnis telah menjadi sebuah topik yang hangat di awal era 1980 an.

Pada tahun 1970 topik CSR mengemukakan melalui tulisan Milton Fridmen tentang bentuk tunggal tanggung jawab sosial dari kegiatan bisnis. Bahkan Estes menilai roh atau semangat CSR telah ada sejak awal berdirinya perusahaan-perusahaan di Inggris yang tugas utamanya adalah untuk membantu pemerintah dalam memberikan pelayanan dan memenuhi kebutuhan masyarakat. Namun, sikap dan pendapat pro-kontra selalu merupakan bagian dari sejarah kehidupan perusahaan dan perkembangan CSR itu sendiri.


(14)

Tidak dapat dipungkiri terdapat pandangan yang kuat yang mengemukakan bahwa tujuan utama dari kegiatan bisnis adalah mmperoleh laba yang optimal demi memaksimalkan profit bagi para pemegang saham (shareholder). Pandangan ini mengakar seperti oleh ekonom Liberal Milton Fridman, yakni bahwa tanggung jawab sosial tunggal bagi dunia bisnis adalah meningkatkan keuntungan. Seiring dengan perkembangan zaman, muncullah tekanan-tekanan yang semakin besar agar perusahaan juga memasukkan peran sosial yang lebih nyata guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan stakeholders lainnya. Perusahaan-perusahaan dituntut untuk melakukan kewajiban-kewajiban sosialnya lebih banyak kepada shareholders, lebih dari sekedar tanggung jawab ekonomisnya kepada shareholder, yakni di dalam dan melalui interaksi langsung dengan tenaga kerja dan konsumen.

Perusahaan bagi pemerintah mempunyai arti yang sangat penting, karena perusahaan betapapun kecilnya merupakan bagian dari kekuatan ekonomi yang menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Perusahaan merupakan salah satu sumber dan sarana yang efektif dan menjalankan kebijaksanaan pendapatan nasional. Oleh karena itu pemerintah mempunyai kepentingan dan ikut bertanggung jawab atas keberlangsungan keberhasilan perusahaan.

Perkembangan industrialisasi telah mampu menciptakan perubahan dikalangan masyarakat Indonesia, mulai dari perubahan fisik maupun perubahan nilai. Perubahan-perubahan yang terjadi dikalangan masyarakat tersebut telah menciptakan berbagai kondisi dalam masyarakat, namun demikian perubahan-perubahan yang terjadi tersebut dapat juga menimbulkan culture lag, yaitu ketidaksiapan bagi masyarakat untuk menerima ide-ide baru dalam proses perubahan.


(15)

Pada era industrialisasi yang berhasil diciptakan oleh perkembangan teknologi tersebut, muncul berbagai usaha dalam peningkatan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat yang diwujudkan dalam berkembangnya berbagai bentuk perusahaan-perusahaan baik itu besar maupun kecil yang dijalankan oleh keluarga.

Kerusakan lingkungan terus-menerus meluas di negeri ini, kemiskinan, dan pengangguran terus bertambah. Kemelut tersebut menjadi tantangan bersama yang harus dijawab pemerintah, pelaku bisnis dan masyarakat. Ernest & Young (dalam Pieter, 1981) meyakini prinsip-prinsip kewirausahaan yang membuat pelaku usaha mampu mengatasi kerumitan prosdur birokrasi dan berkelit dari tekanan dan tantangan pasar seharusnya dapat diaplikasikan untuk mengatasi masalah-masalah sosial. Di awal abad ke-21, prestasi pendidikan di Indonesia tertinggal jauh di bawah Negara-negara Asia lainnya, seperti Singapura, Jepang, dan Malaysia. Bahkan jika di lihat dari indeks Sumber Daya Manusia, yang salah satu indikatornya adalah sektor pendidikan, posisi Indonesia kian menurun dari tahun ke tahun. Padahal Indonesia kini sudah menjadi bagian dari masyarakat dunia yang sudah tidak bisa dihindari. Indonesia kini menjadi bagian dari kompetisi masyarakat dunia. Jika tidak bisa menjadi pemenang, maka akan menjadi yang kalah serta tertinggal dari masyarakat lainnya, khususnya dalam meraih pasar dan peluang kesempatan kerja yang tidak dibatasi oleh garis wilayah kenegaraan, tapi brgerak kian meluas, dan kini dimulai dari Wilayah Asia Tenggara yang akan terus bergerak menjadi wilayah dunia.Oleh sebab itu, penyiapan sumber daya manusia yang berkualitas, kompetitif, serta memiliki berbagai keunggulan komparatif menjadi sebuah keharusan yang mesti menjadi perhatian dalam sektor pendidikan.


(16)

Lemahnya SDM hasil pendidikan juga mengakibatkan lambannya Indonesia bangkit dari keterpurukan sektor ekonomi yang merosot secara signifikan ditahun 1998. namun saat Negara-negara ASEAN lainnya sudah pulih, Indonesia masih belum mampu melakukan recovery dengan baik. Dody Hermawan Priatmoko (dalam skripsi Ayu Sosiologi 2003), dengan mengutip pernyataan Schutz dan Solow, menegaskan bahwa pendidikan merupakan faktor penting dalam pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan kualitas SDM. Indikator lain yang menunjukkan betapa rendahnya mutu pendidikan di Indonesia dapat dilihat dari data UNESCO tahun 2000 tentang peringkat Indeks Pengembangan Manusia (Human Development Indeks), yaitu komposisi dari peringkat pencapaian pendidikan, kesehatan, dan penghasilan perkepala yang menunjukkan bahwa indeks pengembangan manusia Indonesia makin menurun.

Melihat kondisi pendidikan diatas, banyak perusahaan di Indonesia memberikan perhatian dan sumbangan untuk mengurangi masalah-masalah sosial yang sedang terjadi tersebut. Perusahaan-perusahaan yang hendak memberikan perhatian dengan tujuan agar masyarakat sedikit banyaknya terhindar dari masalah sosial yang seharusnya cepat di tangani terutama dalam pendidikan.

PT Dairi Prima Mineral adalah Badan Usaha Penanaman Modal Asing yang bergerak di sektor sumber daya mineral. Perusahaan ini terletak di Kecamatan Silima Pungga-pungga Kabupaten Dairi. Daerah ini merupakan daerah yang di kelilingi pemukiman penduduk yang masyarakatnya masih terikat sistem pertanian tradisional. Pendidikan di daerah ini pada dasarnya terbilang masih minim atau masih harus diberi perhatian khusus, misalnya atap-atap sekolah yang harus di perbaiki, kursi dan


(17)

meja yang kurang layak pakai, sarana perpustakaan yang kurang memadai, kurangnya belajar ekstra kurikuler atau les diluar sekolah dsb.

Latar belakang berdirinya PT. DPM ini adalah karena di daerah ini ada potensi mineral yakni Pb dan Zn, karena Menurut hasil eksplorasi timah hitam di Dairi merupakan timah hitam terbaik didunia. Atas kehadiran usaha pertambangan ini, PT Dairi Prima Mineral ingin memberikan kontribusi besar bagi daerah seperti sektor pendidikan. PT Dairi Prima Mineral membuat program-program untuk pengembangan masyarakat yang bertujuan agar masyarakat sekitar lingkar tambang dapat mencapai kondisi sosial ekonomi dan kualitas kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya. Program-program ini meliputi pembangunan sarana dan prasarana, pengembangan kompetensi dan pengembangan sumber daya manusia. Program ini di lakukan dengan tujuan supaya mereka dapat menjalani dan menerima pendidikan yang layak dimana secara ekonomis, peningkatan kualitas SDM dalam hal pendidikan merupakan cara paling efektif untuk keluar dari ketertinggalan dan kemiskinan.

Friedman (1970) menyatakan bahwa, manfaat yang didapatkan dari menjalankan Program Community Development ini adalah mengurangi tingkat resiko, membentuk reputasi korporat, membangun modal sosial (kualitas sumber daya manusia), mengurangi biaya (prinsip pemanfaatan sumber daya manusia setempat), menambah pendapatan / keuntungan, dan meningkatkan akses ke pasar.

Saat ini PT. DPM mencoba cara yang paling tepat untuk melaksanakan Program Pengembangan Masyarakat dengan mengedepankan partisipasi semua pihak. Salah satu yang menjadi bentuk pengembangan masyarakat yang berkesinambungan adalah program kesehatan dan pendidikan. Dalam setiap


(18)

perusahaan, pelaku bisnis membutuhkan dukungan dari lingkungannya. Oleh karena itu sikap responsive terhadap kebutuhan lingkungan menjadi keharusan. Selain tuntutan lingkungan yang tidak secara langsung disebutkan dalam peraturan publik (Widiyanarti, 2005:3). Dalam tiga tahun terakhir pengeluaran dana untuk program community development berkisar antara 500 milyar sampai 1 trilliun rupiah (Sumber, Majalah Kirana Tahun 2007). Besarnya dana yang dikeluarkan tentu saja tidak mencerminkan tingkat keberhasilan program-program tersebut di lapangan apabila dibandingkan dengan target dan sasaran program community development yaitu kemandirian dan kualitas kehidupan yang lebih baik. Beranekaragamnya tingkat keberhasilan tersebut di sejumlah perusahaan tambang melahirkan pemikiran bagi PT. DPM bahwa, para pelaku community development haruslah masyarakat setempat. Terhadap pendapat masyarakat yang kurang puas dengan program CSR yang sudah di laksanakan perusahaan, PT. DPM berupaya menghilangkan persepsi ini dengan berbagai kebijakan yang di tuangkan dalam buku: “Rencana Strategis CSR PT. Dairi Prima Mineral”.

Salah satu penerapan pengembangan masyarakat oleh DPM adalah, bantuan penyelenggaraan pendidikan, perbaikan gedung-gedung sekolah, pengadaan meja-kursi, dan sebagainya. Program-program yang di lakukan oleh PT. DPM ini diharapkan bisa mengurangi angka putus sekolah dari sekolah dasar, menengah atas, serta membantu para sarjana dalam menyelesaikan pendidikan mereka. Program ini di khususkan bagi mereka yang tinggal di daerah atau di sekitar lingkungan DPM.


(19)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana di uraikan di atas, maka yang menjadi Rumusan masalah adalah: “Bagaimana Persepsi Masyarakat Terhadap Manfaat Program Pengembangan Masyarakat PT Dairi Prima Mineral dalam Bidang Pendidikan”.

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang masalah, maka yang menjadi pokok bahasan dalam penelitian ini adalah, Bagaimana

implementasi program Pengembangan masyarakat dan bagaimana persepsi masyarakat terhadap Program CSR PT Dairi Prima Mineral dalam bidang pendidikan.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang di harapkan dalam penelitian adalah:

• Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini bisa menjadi kajian yang berguna bagi mahasiswa sosiologi, masyarakat, maupun instansi terkait mengenai sejauh mana persepsi masyarakat terhadap peranan PT. DPM dalam mengembangkan kemajuan masyarakat Parongil khususnya bidang pendidikan.


(20)

• Manfaat Praktis

Melalui penelitian ini, penulis dapat meningkatkan pengetahuan dan pengalaman serta menambah wawasan dalam hal pelaksanaan sebuah penelitian. Hasilnya di harapkan dapat di gunakan sebagai bahan referensi penelitian sejenis yang lain.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Interaksi Dalam Perspektif Sosiologi

Didalam masyarakat, interaksi sosial adalah suatu hubungan timbal balik antara individu dengan undividu lainnya, individu dengan kelompok dan sebaliknya. Interaksi sosial memungkinkan masyarakat berproses sedemikian rupa sehingga membangun suatu pola hubungan. Interaksi sosial dapat pula diandaikan dengan apa yang disebut Weber sebagai tindakan sosial individu yang secara subjektif diarahkan terhadap orang lain, (Jhonson, 1988:214).

Masyarakat beserta kebudayaan yang ada didalamnya akan mengalami perubahan. Perubahan ini dianggap sebagai suatu yang wajar sejalan dengan perkembangan pengetahuan dan kondisi fisik masyarakat. Oleh karena itu, prioritas pembangunan nasional diletakkan pada bidang ekonomi bersamaan dengan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia, karena kualitas SDM tersebut sering menjadi titik permasalahan bagi setiap orang, kurang aktifnya seseorang dapat menjadi penghambat dalam melakukan suatu kegiatan. Segala fenomena dan gejala yang terjadi dalam masyarakat begitu luas dimana segala urusan yang menyangkut aspek kehidupan manusia pada hakekatnya merupakan masalah sosial. Pada dasarnya, masalah sosial merupakan kondisi yang tidak sesuai dengan harapan masyarakat atau kondisi yang tidak dikehendaki, oleh karenanya wajar kalau kemudian selalu mendorong adanya usaha untuk mengubah dan memperbaikinya. Agar lebih berdaya guna, upaya untuk melakukan perubahan dan perbaikan terutama dalam masalah


(22)

pendidikan tersebut perlu dilandasi oleh analisis untuk memperoleh pemahaman tentang kondisi dan latar belakang gejala yang disebut masalah sosial tadi (Soetomo 2008:10). Ada 3 tahap dalam upaya penanganan masalah sosial antara lain:

1. Tahap Identifikasi yaitu; untuk membuka kesadaran dan keyakinan bahwa

dalam kehidupan masyarakat terkandung gejala masalah sosial.

2. Tahap Diagnosis yaitu sebagai; upaya untuk mencari dan mempelajari latar belakang masalah, faktor yang terkait dan terutama faktor yang menjadi penyebab atau sumber masalah.

3. Tahap Treatment yaitu; pemecahan masalah sosial yang didasari oleh hasil

diagnosis.

Sementara itu, nilai sosial muncul sebagai hasil dari konsensus, oleh sebab itu dalam masyarakat yang berbeda dapat memiliki nilai sosial yang berbeda pula. Dalam praktik kehidupan bermasyarakat nilai sosial tersebut akan menjadi pedoman perilaku dan pedoman dalam menunaikan peranan sosial setiap unsur dari sistem. Dengan demikian, pada sisi yang lain nilai sosial akan berperan sebagai instrumen kontrol sosial terhadap perilaku warga masyarakatnya. Demikian halnya dalam pendidikan, semakin tinggi ilmu pengetahuan yang dimiliki maka semakin berkualitas Sumber Daya Manusianya. Dalam arti bahwa pendidikan dapat mengontrol pola pikir yang ingin berkembang.

Menurut Gillin dan Gillin dalam Soekanto (1967:75), merumuskan bahwa interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis, yang menyangkut hubungan orang perorangan, manusia dengan kelompok manusia. Interaksi orang per-orang dengan kelompok manusia dapat diambil sebagai contoh


(23)

misalnya, sebuah perusahaan yang tengah berdiri di lingkungan sosial masyarakat, perusahaan akan melakukan interaksi dengan lingkungan masyarakat supaya masyarakat dapat memahami arti kehadiran perusahaan tersebut di daerah mereka. Dalam interaksi sosial, pada taraf pertama akan terlihat bahwa perusahaan akan berusaha untuk menguasai lingkungan masyarakat supaya interaksi sosial berlangsung dengan seimbang, dimana terjadi pengaruh mempengaruhi antara kedua belah pihak. Interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila manusia mengadakan hubungan yang langsung dengan sesuatu yang sama sekali tidak ada mempengaruhi sistem syarafnya, sebagai akibat dari hubungan yang dimaksud (Soekanto, 1990:69), begitu juga sebagaimana hal nya dengan perusahaan yang berdiri di lingkungan masyarakat, Perusahaan tersebut akan melakukan pendekatan atau interaksi dengan para anggota masyarakat misalnya, melakukan pendekatan kepada tokoh-tokoh masyarakat, ketua adat, maupun para pemuka agama.

Suatu interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat utama, yaitu adanya kontak sosial dan komunikasi. Kontak sosial secara harafiah dapat diartikan sebagai perilaku yang sama-sama menyentuh. Secara fisik, kontak baru terjadi apabila terjadi hubungan badaniah. Arti terpenting dari komunikasi adalah seseorang memberikan tafsiran pada perilaku orang lain (berwujud pembicaraan, gerak badaniah) terhadap perasaan apa yang ingin disampaikan orang tersebut. Orang tersebut akan memberikan reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan.

Pola interaksi senantiasa mengacu pada hubungan yang lebih teratur antara individu-individu, sekaligus juga dengan sendirinya memperlihatkan bahwa gugusan


(24)

tindakan-tindakan yang dilakukan tidak dengan asal sembarangan saja. Individu mengikuti kebiasaan yang teratur ini dalam rangka menyederhanakan dan memudahkan kehidupan sosialnya. Pada kenyataannya, interaksi yang berpola itu meliputi pula hal-hal seperti norma-norma, status-status dan tujuan. Selanjutnya meliputi pula kewajiban timbal balik, status timbal balik, tujuan dan makna yang secara timbal balik berarti antara dua atau lebih aktor di dalam kontak yang bersamaan.

Dengan demikian suatu interaksi dikatakan berpola apabila telah memenuhi beberapa kriteria sebagaimana di uraikan di bawah ini;

1. Pengulangan tindakan.

Pengulangan yang di lakukan misalnya ucapan selamat atau sapaan setiap kali berjumpa dengan seorang kenalan.

2. Hubungan yang saling berbalasan.

Hubungan yang berbalasan di perlihatkan dalam kerangka pemenuhan kewajiban masing-masing. Perusahaan misalnya, berdiri dalam lingkungan masyarakat yang masih adat istiadat, maka untuk menjaga hubungan yang baik antara pihak perusahaan dan anggota masyarakat keduanya harus menjaga ketertiban, serta menghargai adat istiadat yang berlaku, dan tidak lain adalah adanya hubungan interaksi yang baik antara perusahaan dengan anggota masyarakat setempat.

3. Norma yang mengatur hubungan itu.

Perry (1983:69) menyatakan bahwa interaksi sosial tidaklah dibangun melalui kebiasaan yang kaku, akan tetapi tidak pula dibangun melalui tindakan yang


(25)

asal sembarang saja. Ada cukup banyak pola-pola dan pengulangan-pengulangan yang dapat diamati. Melalui pola-pola itu memungkinkan melakukan prediksi prilaku sosial dalam situasi seperti biasanya.

Banyak pola interaksi yang sudah cukup mapan sejak dahulu. Individu-indidu mengikuti keteraruran ini dalam rangka menyederhanakan dan memudahkan kehidupan sosialnya. Pastilah membingungkan bagi individu bila ia harus memutuskan tindakan apa yang harus ia lakukan pada situasi yang dihadapinya setiap hari. Sebenarnya lebih mudah baginya mengikuti pola yang telah tersedia. Pada kenyataan banyak pola-pola yang dikuatkan oleh peraturan-peraturan. Aturan-aturan itu memiliki kuasa legitimasi yang sah untuk mengatur pola-pola hubungan. Selanjutnya Perry mengatakan pada masyarakat yang masih tradisional dan homogen banyak interaksi yang berlangsung dalam struktur yang hampir sangat kaku. Akan tetapi pada masyarakat yang semakin kompleks banyak di temukan pola interaksi yang sudah tidak mapan lagi.

Dalam pandangan para sosiolog, pendidikan merupakan proses yang melibatkan segala kemampuan individu dalam tahapan sosialisasi, kemudian dapat menentukan dan menjadi patokan apakah seseorang dapat mengikuti dan mematuhi nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakatnya. Para ahli pendidikan melihat bahwa fenomena pendidikan merupakan hal yang sangat mendasar dalam setiap masyarakat.

Masalah lain sebagaimana dikemukakan Dody Hermawan Priatmoko (dalam skripsi ayu) (Priatmoko, 2003:3) adalah rendahnya mutu pendidikan. Indikator rendahnya mutu pendidikan nasional dapat dilihat dari data UNESCO tahun 2000


(26)

tentang peringkat indeks Pengembangan Manusia (Human Development indeks), yaitu komposisi dari peringkat pencapaian pendidikan., kesehatan dan penghasilan per kepala yang menunjukkan bahwa indeks pengembangan manusia Indonesia makin menurun.

2.2. Pemberdayaan Pendidikan

Untuk memperoleh kemajuan dan kelestarian masa depan, diperlukan kualitas keberdayaan, kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan moral, kecerdasan spritual, dan keterampilan-keterampilan mega, yang akan dapat diwujudkan melalui pendidikan yang berkualitas. Pendidikan adalah suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan manusia yang sedang berkembang menuju kepribadian mandiri untuk membangun dirinya sendiri dan masyarakat. Konsekuensinya, proses pendidikan harus mampu menyentuh dan mengendalikan berbagai aspek perkembangan manusia. Pendidikan merupakan proses yang bersifat individual, sehingga strategi upaya pendidikan harus dilengkapi dengan strategi khusus yang lebih intensif dan menyentuh kehidupan secara individual.

Pendidikan memang dapat menentukan corak kehidupan dan pertumbuhan seseorang. John Dewey dalam Democracy and Educatian mejelaskan bahwa pendidikan memiliki dimensi sosial. Untuk setting Indonesia, pendidikan sebagai proses pemberdayaan masih amat relevan. Sebagai bangsa, kita masih harus berjuang untuk memberdayakan diri. Pemberdayaan masyarakat melalui proses pendidikan misalnya dapat dikatakan melalui keinginan seseorang untuk memperoleh pendidikan dan keinginannya untuk meningkatkan ilmu pengetahuannya sendiri.


(27)

Untuk kondisi diatas diperlukan pemberdayaan-pemberdayaan diri untuk meningkatkan kualitas SDM yang berkualitas dengan cara peningkatan mutu pendidikan, karena pendidikan dapat memberikan efek kepada seseorang untuk dapat menerima faktor pendorong akibat perubahan yang ditimbulkannya. Dengan demikian arti dari pendidikan itu sendiri adalah suatu usaha atau kegiatan agar dapat mengubah perilaku (pengetahuan, sikap, dan keterampilan) manusia yang sedang dididik sesuai dengan apa yang diharapkan oleh pendidikannya menurut pola atau rencana yang telah ditentukan. A.G Kartasapoetra (Rosyada 2004). Dengan kata lain, pendidikan mempunyai peranan yang menentukan, sebab pendidikan merupakan kunci kemajuan sosial dalam jangka panjang karena hanya melalui pendidikan (termasuk pendidikan mental) perubahan masyarakat akan dapat berlangsung tanpa mengorbankan martabat manusia tetapi justru sebaliknya manusia sebagai manusia.

Bersama dengan itu di awal abad ke-21 ini, prestasi pendidikan di Indonesia tertinggal jauh di bawah negara-negara Asia lainnya. Bahkan jika dilihat indeks sumber daya manusia, yang salah satu indikatornya adalah sektor pendidikan, posisi indonesia kian menurun dari tahun ketahun. Padahal Indonesia kini sudah menjadi bagian dari masyarakat dunia yang sudah tidak bisa dihindari. Indonesia kini menjadi bagian dari kompetisi masyarakat dunia. Lemahnya SDM hasil pendidikan juga mengakibatkan lambannya Indonesia bangkit dari keterpurukan sektor ekonomi yang merosot secara signifikan di tahun 1998 (Rosyada, 2004:2).

Menurut Dali Santun Naga dalam Seminar Pendidikan Indonesia paling sedikit dalam waktu setengah abad terakhir ini, setiap kali ada berita tentang pendidikan di koran, maka hampir pasti bahwa isinya bukanlah berita baik untuk


(28)

pendidikan. Demikian pula dengan artikel, hampir semua artikel tentang pendidikan berisikan berbagai kekurangan di bidang pendidikan. Tidak mustahil bahwa berbagai kekurangan di dalam pendidikan.

Pendidikan terdiri dari tiga bagian yakni pendidikan informal, pendidikan nonformal, dan pendidikan formal. Penanggung jawab pendidikan informal adalah orang tua dan keluarga di rumah, mereka perlu mendidik anak mereka agar menjadi anggota masyarakat yang berbudi. Sedangkan penanggung jawab pendidikan non formal adalah masyarakat kursus dan sejenisnya, mereka perlu mendidik peserta didik sehingga memiliki keterampilan yang memadai, dan penanggung jawab pendidikan formal adalah sekolah dan perguruan tinggi. Sekalipun peranaan pendidikan informal dan nonformal adalah penting namun sorotan berita artikel tentang kekurangan di bidang pendidikan kebanyakan tertuju ke pendidikan formal.

Menurut Daoed Joesoef dalam seminar pendidikan yang dulunya menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Daoed Joesoef memperkenalkan suatu gagasan pendidikan. Menurut beliau, sekolah adalah pusat kebudayaan sedangkan perguruan tinggi adalah masyarakat ilmiah (Civitas Academia). Sekalipun memerlukan penyesuaian di sana sini, tampaknya gagasan ini masih tetap relevan pada zaman sekarang. Sekolah membudayakan peserta didik serta perguruan tinggi mengilmiahkan mereka. Dengan gagasan demikian tanggung jawab pembudayaan dan pengilmiahan peserta didik terletak di sekolah dan perguruan tinggi.

Pada tahun 1918, Amerika Serikat telah menetapkan asas pokok bagi sekolah menengah mereka. Dikenal sebagai The Six Cardinal Principles of


(29)

fundamental processes, (c) worthy home membership, (d) vocation, (e) civic education, dan (f) ethical character. Ada baiknya juga kalau tujuh asas pokok ini

menjadi pelengkap di dalam pendidikan. Pendidikan kesehatan, proses dasar, warga rumah, vokasi, budi pekerti, dan etika berguna bagi kehidupan para siswa.

Peserta didik beranjak dari sekolah ke perguruan tinggi sehingga tanggung jawab ini adalah tanggung jawab kolektif di antara sekolah dan perguruan tinggi. Keterpurukan dan ketertinggalan ini sangat meresahkan banyak orang sehingga muncullah gagasan-gagasan untuk memperbaikinya melalui penetapan standar nasional pendidikan serta sejumlah visi dan misi untuk mendongkrak mutu pendidikan. Beban pemenuhan standar dan dongkrak mutu ini jatuh ke pundak sekolah dan perguruan tinggi.

Tanggung jawab spesifik di sekolah dan di perguruan tinggi saling berjalinan satu dan lainnya, hasil didik perguruan tinggi sesungguhnya dimulai dari hasil didik di sekolah dan di lanjutkan di perguruan tinggi. Jika perguruan tinggi diharapkan dapat menciptakan daya saing bangsa dengan mutu pendidikan yang bertaraf Internasional, maka hal ini perlu dilakukan melalui sinergi di antara sekolah dan perguruan tinggi. Format daya saing bangsa Indonesia sudah harus dimulai dari sekolah dan di lanjutkan di perguruan tinggi. Ini berarti pula bahwa sekolah dan perguruan tinggi memiliki tanggung jawab bersama untuk menuju ke harapan demikian.

Secara spesifik, lulusan sekolah yang masuk ke perguruan tinggi diharapkan sudah membawa cukup bekal untuk menapaki jalan ke sasaran yang di dambakan bersama berupaya daya saing bangsa itu. Bekal paling utama adalah budaya belajar


(30)

atau kebiasaan belajar. Penguasaan pengetahuan ilmiah memerlukan ketekunan belajar yang berkelanjutan. Sekolah diharapkan menciptakan budaya belajar sehingga budaya belajar ini dapat dilanjutkan di perguruan tinggi. Selain ketekunan belajar, budaya belajar mencakup pula usaha untuk berpikir, untuk mencari bahan bacaan dan membacanya, serta usaha untuk bertanya dan menjawab pertanyaan itu dengan memanfaatkan berbagai sumber pengetahuan.

2.3. Coorporate Social Responsibility (CSR) di Indonesia

Schermerhon (1993), mendefinisikan CSR sebagai suatu kepedulian organisasi bisnis untuk bertindak dengan cara-cara mereka sendiri dalam melayani kepentingan organisasi dan kepentingan publik eksternal. CSR adalah sebuah pendekatan dimana perusahaan mengintegrasikan kepedulian sosial dalam operasi bisnis mereka dan dalam interaksi meeka dan para pemangku kepentingan (stakeholders) berdasarkan prinsip kesukarelaan dan kemitraannya (Nuryana, 2005).

Sebagaimana dinyatakan (Porter dan Kramer 2002), memang tujuan ekonomi dan sosial sering sebagai hal yang terpisah dan bertentangan, merupakan sebuah pandangan yang keliru. Perusahaan tidak berfungsi secara terpisah dari masyarakat sekitarnya. Faktanya, kemampuan perusahaan untuk bersaing sangat tergantung pada keadaan lokasi dimana perusahaan itu beroperasi. Oleh karena itu, piramida CSR yang dikembangkan (lihat Archie B. Caroll, 2002), harus dipahami sebagai satu kesatuan. Sebab, CSR merupakan kepedulian perusahaan yang didasari tiga prinsip dasar yang dikenal dengan istilah triple bottom lines yaitu profit, people dan planet (3P).


(31)

Profit, perusahaan tetap harus berorientasi untuk mencari keuntungan

ekonomi yang memungkinkan untuk terus beroperasi dan berkembang.

People, perusahaan harus memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan

manusia.

Planet, Perusahaan peduli terhadap lingkungan hidup dan berkelanjutan

keberagaman hayati. Manusia pada dasarnya memiliki berbagai kebutuhan, baik itu yang menyangkut kehidupan pribadinya maupun menyangkut kehidupan sosial, adanya kebutuhan tersebut mendorong manusia untuk melakukan aktivitas.

Setiap perusahaan juga memiliki kebutuhan dan melakukan berbagai usaha untuk memenuhi kebutuhan tersebut, sebuah perusahaan membutuhkan suatu usaha tidak hanya dalam rangka menciptakan keuntungan atau profit, tetapi juga memiliki kebutuhan akan kepercayaan (trust), kebutuhan akan kepercayaan tersebut dapat di peroleh dengan melakukan hubungan sosial atau hubungan yang bersifat timbal balik antara organisasi perusahaan dan lingkungan internal maupun eksternal.

Pemenuhan kebutuhan perusahaan yang bersifat sosial tersebut, dalam sosiologi merupakan suatu kajian yang dapat di hubungkan dengan konsep tanggung jawab sosial perusahaan. Dalam tanggung jawab sosial perusahaan mempunyai titik penekanan pusat perhatian pada tiga hal, yaitu:

• Tanggung jawab sosial perusahaan diartikan hanya sebagai suatu hubungan

antara eika pribadi dan etika umum perusahaan. Maksudnya adalah sampai sejauh mana seorang manajer mengepalai perusahaannya.


(32)

• Tanggung jawab sosial perusahaan di artikan sebagai tanggung jawab yang di jalankan majikan terhadap karyawannya berdasarkan kekuasaan dan kekaryaannya.

• Tanggung jawab sosial adalah istilah yang di gunakan untuk menentukan

tanggung jawab kepemimpinan usahawan sehubungan dengan budaya masyarakat (Drucker, 1978:346).

Tanggung jawab sosial perusahaan atau CSR memang relatif baru di negeri ini dan banyak yang mengartikan nya secara sempit, yakni tanggung jawab sosial perusahaan terhadap kehidupan social. Akibatnya, ketika sebuah perusahaan menggelar kegiatan sosial, misalnyamendatangi panti asuhan, hal seperti itulah yang dianggap sebagai bentuk-bentuk implementasi CSR. Ada juga yang memakai CSR secara lebih luas, yakni tanggung jawab sosial perusahaan terhadap pendidikan, kesehatan atau bahkan terhadap bencana alam.

Kesadaran terhadap pentingnya CSR telah menjadi isu global seiring dengan semakin maraknya kepedulian perusahaan. Selain merupakan wujud penerapan prinsip Good Coorporate Goverments (GCG), CSR berperan mendukung pencapaian

Millenium Goals Development. Salah satunya adalah mengurangi angka kemiskinan

dan buta huruf dari sekitar 1,3 miliar pada saat ini menjadi setengahnya pada 2015 (Tabloit Impresario, No.IX.2006).


(33)

2.3.1. Latar Belakang Pentingnya CSR

Penggunaan istilah Tanggung jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social

Responsibility (CSR) akhir-akhir ini semakin populer dengan semakin meningkatnya

praktek tanggung jawab sosial perusahaan, diskusi-diskusi global, regional dan nasional tentang CSR. Istilah CSR yang mulai dikenal sejak tahun 1970-an, saat ini menjadi salah satu bentuk inovasi bagi hubungan perusahaan dengan masyarakat dan konsumen. CSR kini banyak diterapkan baik oleh perusahaan multi-nasional maupun perusahaan nasional atau lokal. CSR adalah tentang nilai dan standar yang berkaitan dengan beroperasinya sebuah perusahaan dalam suatu masyarakat.

CSR berakar dari etika dan prinsip-prinsip yang berlaku di Perusahaan dan di masyarakat. Etika yang dianut merupakan bagian dari budaya (corporate culture), dan etika yang dianut masyarakat merupakan bagian dari budaya masyarakat. Suatu perusahaan seharusnya tidak hanya mencari keuntungan sebanyak mungkin, tetapi juga mempunyai etika dalam bertindak menggunakan sumber daya manusia dan lingkungan guna turut mewujudkan pembangunan berkelanjutan. Pengukuran kinerja yang semata dicermati dari komponen keuangan dan keuntungan (finance) tidak akan mampu membesarkan dan melestarikan, karena seringkali berhadapan dengan konflik pekerja, konflik dengan masyarakat sekitar dan semakin jauh dari prinsip pengelolaan lingkungan dengan prinsip pembangunan berkelanjutan. Sebagai sebuah inovasi sosial baru dalam kehidupan bersama antara perusahaan dengan masyarakat, pemahaman tentang CSR oleh masyarakat perlu ditingkatkan dengan mengingat bahwa CSR memiliki potensi besar bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.


(34)

2.4. Defenisi Konsep

Dalam penelitian kualitatif atau ilmiah, defenisi konsep sangat diperlukan untuk mempermudah dan memfokuskan penelitian. Agar tidak menimbulkan kesalahpahaman konsep yang dipakai dalam penelitian, maka diberikan batasan-batasan makna dan arti konsep yang dipakai yaitu :

• Persepsi adalah pandangan positif atau negatif terhadap suatu fenomena atau peristiwa, atau sikap yang diberikan oleh sejumlah individu untuk menilai sesuatu hal.

• Mengembangkan / Pengembangan

Adalah proses, cara, tindakan, atau perbuatan yang memberdayakan.

• Masyarakat

Adalah sistem sosial yang swasembada, melebihi masa hidup individu normal, dan merekrut anggota secara reproduksi biologis serta melakukan sosialisasi terhadap generasi berikutnya (Talcott Parson, 1968). Masyarakat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah semua anggota masyarakat lingkungan luar (eksternal) organisasi perusahaan yang secara langsung maupun tidak langsung dipengaruhi oleh tujuan perusahaan.

• Pendidikan

Adalah tuntutan didalam hidup tumbuhnya anak-anak. Adapun maksudnya pendidikan adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya (Ki Hajar


(35)

Dewantara), oleh karenanya pendidikan mempunyai peranan yang sangat besar dalam perubahan sosial dalam masyarakat.

• Perusahaan

Perusahaan yang dimaksud disini adalah sebuah organisasi industri masyarakat yang tujuannya untuk memberikan perubahan positif dengan cara mengembangkan masyarakat kearah yang lebih maju, yaitu memberikan bantuan dan sumbangan kepada masyarakat yang sifatnya jangka panjang dan terutama dibidang pendidikan. Dalam hal ini adalah PT Dairi Prima Mineral Sopokomil Parongil Kab Dairi.

• Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Tanggung jawab sosial perusahaan adalah suatu kewajiban moral yang seharusnya di laksanakan sebagai konsekuensi dari komitmen baik secara nyata maupun tidak. Sedangkan tanggung jawab sosial adalah suatu kewajiban moral dari perusahaan yang harus dilaksanakan kepada masyarakat maupun tenaga kerjanya serta lingkungannya, sebagai suatu perwujudan dari kode etik bermasyarakat.

• Interaksi Sosial

Adalah Hubungan dinamis yang mempertemukan orang dengan orang, kelompok dengan kelompok maupun orang dengan kelompok manusia. Bentuknya tidak hanya bersifat kerja sama, tetapi bisa juga berbentuk tindakan persaingan, pertikaian, dan sejenisnya.


(36)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Jenis penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Penelitian deskriptif digunakan untuk menggambarkan apa yang diteliti dan berusaha memberikan gambaran yang jelas terhadap topik penelitian. Pendekatan kualitatif dapat diartikan sebagai pendekatan yang menghasilkan data, tulisan, dan tingkah laku yang di dapat dari apa yang diamati (Nawawi, 1994:2003). Dalam penelitian ini untuk melihat gambaran persepsi masyarakat terhadap manfaat program pengembangan masyarakat PT. Dairi Prima Mineral dalam bidang pendidikan.

3.2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah PT Dairi Prima Mineral yang terletak di Dusun Sopokomil Kecamatan Silima Pungga-pungga Kabupaten Dairi. Alasan pemilihan lokasi ini adalah; bahwa PT Dairi Prima Mineral adalah salah satu perusahaan Penanaman Modal asing yang sudah melaksanakan program CSR melalui memberikan pengembangan atau pemberdayaan masyarakat khususnya di areal tambang Silima Pungga-pungga khususnya.

3.3 Unit Analisis dan Informan 3.3.1 Unit Analisis

Unit analisis adalah satuan tertentu yang diperhitungkan sebagai subjek penelitian(Arikunto,1999:132). Yang menjadi unit analisis atau objek kajian dalam


(37)

penelitian ini adalah Divisi Hubungan dan Pengembangan Masyarakat atau Divisi CRD(CommunityRelations&Development).

3.3.2 Informan

Penelitian ini akan dilakukan pada beberapa pihak atau institusi yang menerima bantuan pendidikan dari PT Dairi Prima Mineral. Informan yang akan diteliti dibatasi hanya pada mereka yang tinggal di desa tersebut selama 5 tahun atau lebih, yang terdiri dari Tokoh Pendidikan dan Tokoh Masyarakat. Alasan pembatasan lamanya bertempat tinggal di desa tersebut adalah agar informan yang di harapkan akan memberikan data dan informasi yang akurat tentang pemberian dana oleh PT DPM.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data akurat dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut :

3.4.1 Data Primer

Untuk mendapatkan data primer dalam penelitian ini dilakukan dengan cara penelitian lapangan, yaitu :

Wawancara mendalam

Wawancara yang dimaksud adalah percakapan yang sifatnya luwes, terbuka dan tidak baku. Intinya adalah, peneliti akan mengadakan pertemuan berulang kali secara langsung dengan informan, dan harapannya informan dapat mengungkapkan informasi atau data yang diharapkan dengan bahasanya sendiri. Jikalaupun ada pedoman wawancara (interviewguide), hanya sebatas instrumen pembantu bagi


(38)

peneliti yang sifatnya tidak monoton. Wawancara yang akan dilakukan adalah tanya jawab, yaitu bagaimana persepsi mereka terhadap program pengembangan pendidikan oleh DPM itu sendiri dan bagaimana implementasi PT. DPM dalam pengembangan masyarakat dalam bidang pendidikan.

Observasi Langsung

Data yang akan diharapkan juga akan diperoleh melalui observasi atau pengamatan yang akan dilakukan oleh peneliti. Beberapa pengamatan yang akan dilakukan peneliti adalah mengamati aktifitas ekonomi informan dan juga persepsi mereka terhadap DPM dalam mengembangkan pendidikan di daerah tersebut.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian. Pengumpulan data sekunder dalam penelitian dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan dan pencatatan dokumen PT. Dairi Prima Mineral, yaitu dengan mengumpulkan data dan mengambil informasi dari buku-buku referensi, dokumen, foto, majalah, jurnal, artikel, dan download beberapa tulisan dari internet yang dianggap relevan dengan masalah yang diteliti.

3.5 Interpretasi Data

Bogdan dan Biklen (Moleong, 2006:248) menjelaskan analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistesiskan, membuat


(39)

ikhtisarnya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dipelajari, dan memutuskan apa yang diceritakan kepada orang lain.

Data-data yang diperoleh dari lapangan akan diatur, diurutkan, dikelompokkan kedalam kategori, pola atau uraian tertentu. Analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu pengamatan dan wawancara mendalam, yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan. Data tersebut setelah dibaca, dipelajari dan ditelaah, maka langkah berikutnya ialah mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan jalan membuat abstraksi.

Langkah selanjutnya adalah menyusun data-data dalam satuan-satuan. Satuan-satuan itu kemudian dikategorisasikan. Berbagai kategori tersebut dilihat kaitannya satu dengan yang lain dan diinterpretasikan secara kualitatif.

3.6 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian, peneliti menyadari kekurangan, dan keterbatasan penelitian, seperti: tingkat pendidikan masyarakat yang masih tergolong rendah, menyebabkan peneliti kurang mendapatkan informasi atau data yang akurat, karena tidak jarang terjadi perbedaan pemahaman dalam mengartikan atau menemukan suatu maksud yang terkandung dalam panduan wawancara. Bahkan kwalitas pendidikan tersebut juga mempengaruhi pola pikir masyarakat, pada awalnya akan sangat tertutup terutama pada sesuatu yang di anggap orang asing. Kondisi yang demikian menyebabkan peneliti harus mengadakan adaptasi dan pendekatan yang membutuhkan waktu yang tidak singkat. Dalam melakukan wawancara atau observasipun, peneliti juga mendapat kendala dalam hal waktu, peneliti harus dapat


(40)

menyesuaikan waktu yang tepat dengan para informan. Selain itu, dalam pengolahan data, peneliti juga mempunyai keterbatasan pengalaman dan pemahaman dalam menginterpretasikan data yang di peroleh.


(41)

BAB IV

DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA

4.1 Gambaran Umum Kecamatan Silima Pungga-pungga

4.1.1. Sejarah Singkat Pembentukan Kecamatan Silima Pungga-pungga

Berdasarkan informasi yang diterima / dihimpun dari pemuka masyarakat, bahwa Kec Silima telah ada sejak tahun 1942 yang saat itu disebut kenegerian yang merupakan bagian dari onderdistrik van Pakpak. Pada ketika itu Daerah Dairi terdiri dari 3 onderdistrik, yaitu:

1. Onderdistrik Van Pakpak; meliputi 7kenegerian antara lain: kenegerian Sitellu Nempu, Siempat Nempu Hulu, Siempat Nempu,Silima Pungga-pungga, Pegagan Hulu, Parbuluan dan Silalahi Paropo.

2. Onderdistrik Van Simaim; meliputi 6 kenegerian yaitu: Kerajaan, Siempat rube, Mahala Majanngut, Sitellu tali urang jehe, Salak, Ulumerah dan Salak Penanggalan.

3. Onderdistrik Van karo kampung; meliputi 5 kenegerian yaitu: Kenegerian

Tigalingga, Tanah Pinem, Pegagan Hilir, Juhar Kidupan dan Lau Juhar.

Selanjutnya menjelang Agresi II 1948, terjadi lagi pergolakan antara Belanda dengan masyarakat Dairi, dimana susunan Pemerintahan terjadi lagi perobahan. Berdasarkan Surat Kepala Pemerintahan Militer tgl 11 Januari 1949 nomor: 2/PM/1949, daerah dairi dibagi menjadi 13 Kecamatan yaitu:

1. Sidikalang 2. sumbul


(42)

3. Parbuluan 4. Buluduri 5. Silalahi paropo 6. Pegagan Hilir 7. Tigalingga

8. Gunung sitember

9. Tanah pinem

10. Silima pungga-pungga 11. Siempat nempu

12. Kerajaan 13. Salak

Berdasarkan Surat Kepala Pemerintahan Militer tgl 11 Januari 1949 nomor: 2/PM/1949, Setelah penyerahan kedaulatan, maka diangkatlah Bupati dairi pada tanggal 10 desember 1949, yaitu Bapak J.O.T. Sitohang, dan Daerah Dairi kembali diciutkan menjadi 8 kecamatan, yaitu:

1. Kec Sidikalang, dipimpin oleh Asisten Wedana M. Bakkara

2. Kec Sumbul, dipimpin oleh Asisten Wedana Bonipansius Simangunsong

3. Kec Salak, dipimpin oleh Asisten Wedana Polikarpus Panggabean

4. Kec Kerajaan, dipimpin oleh Asisten Wedana Walmantas Habeahan

5. Kec Silima Pungga-pungga, dipimpin oleh Wedana Urbanus Rajaguk-guk

6. Kec Siempat Nempu, dipimpin oleh Asisten Wedana Urbanus Rajaguk-guk

7. Kec Tigalingga, dipimpin oleh Asisten Wedana Gayus Silaen


(43)

Dari paparan diatas, terlihat bahwa Kecamatan Silima Pungga-pungga telah ada sejak tahun 1949 melalui Surat Kepala Pemerintahan Militer nomor 2/PM/1949 tanggal 11 januari 1949.

Asal Kata Silima Pungga-pungga

Kata “SILIMA PUNGGA-PUNGGA” berasal dari bahasa Pak-pak, yaitu: “Mpung” artinya Lima Marga. Yang pertama sekali menempati wilayah Silima Pungga-pungga ada lima marga, yaitu:

1. Marga Angkat, menempati daerah Bantuan Kerbo, yang pada upacara Adat

Pak-pak berkedudukan sebagai Perpanca ni Adep.

2. Marga Saing, berada di Kaban julu, yang pada upacara Adat Pak-pak

berkedudukan sebagai Per Betekken.

3. Marga Padang, berada di Gurutuha, yang pada upacara Adat Pak-pak sebagai

Pertulen Tengah.

4. Marga Saraan, berada di Sempung Polling, yang pada upacara Adat Pak-pak

sebagai Per Isang Isang

5. Marga Sambo, berada di Gumuntur, yang pada upacara Adat Pak-pak sebagai

PerEkur Ekur

Sejalan dengan perkembangan jaman, dimana para pendatang dari daerah Tapanuli dari tahun ke tahun semakin banyak, dan percampuran etnis dan bahasa (Toba) tersebut, maka karena bahasa Toba terjadilah perobahan penyebutan dari Silima Mpung-mpung menjadi Silima Pungga-pungga dan berlaku sampai sekarang.


(44)

4.1.2. Letak Geografis

Kecamatan Silima Pungga-pungga terdiri dari 14 Desa dan 1 lingkungan

kelurahan dengan luas Kecamatan 83,40 Km2

NO

dan sebagian besar arealnya terdiri dari pegunungan yang bergelombang dan hanya sebagian kecil yang datar/rata. Berdasarkan kemiringan lahan daerahnya memiliki kemiringan berkisar antara 0-25. Ketinggian Kecamatan Silima Pungga-pungga berkisar antara 700-1100 m diatas permukaan laut.

Tabel 1

Luas wilayah menurut Desa Tahun 2007

Desa Luas (Km²)

Rasio Terhadap Total Luas Kecamatan (%)

[1] [2] [3] [4]

1 Lae Rambong 7,40 8,87

2 Lae Ambat 6 7,19

3 Lae Panginuman 3 3,59

4 Sumbari 4 4,80

5 Bakal Gajah 4 4,80

6 Uruk Belin 5 6,00

7 Siboras 4 4,80

8 Bonian 5 6,00

9 Bongkaras 4 4,80

10 Tuntung Batu 3 3,59

11 Longkotan 8 9,59

12 Parongil 7 8,39

13 Siratah 4 4,80

14 Polling Anak-anak 7 8,39

15 Palipi 9 10,79

16 Lae Pangaroan 3 3,50

Jumlah 83,40 100,00

/Sumber : Koordinator Kecamatan Silima Pungga-pungga


(45)

4.1.3. Penduduk dan Tenaga Kerja

4.1.3.1. Jumlah dan Penyebaran Penduduk Tabel 2

Luas, jumlah dan kepadatan Penduduk menurut Desa Tahun 2007

NO Desa Luas

(Km²)

Jumlah Penduduk

Kepadatan Penduduk

[1] [2] [3] [4] [5]

1 Lae Rambong 7,40 1.043 141

2 Lae Ambat 6,00 1.197 183

3 Lae Panginuman 3,00 775 258

4 Sumbari 4,00 771 192

5 Bakal Gajah 4,00 799 200

6 Uruk Belin 5,00 824 165

7 Siboras 4,00 704 176

8 Bonian 5,00 922 184

9 Bongkaras 4,00 1005 251

10 Tuntung Batu 3,00 378 126

11 Longkotan 8,00 1.511 189

12 Parongil 7,00 1.742 249

13 Siratah 4,00 524 131

14 Polling Anak-anak 7,00 785 112

15 Palipi 9,00 963 107

16 Lae Pangaroan 3,00 655 218

Jumlah 83,40 14.598 175

Sumber : Koordinator Kecamatan Silima Pungga-pungga

Penduduk Kecamatan Silima Pungga-pungga sebanyak 14.598 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 7.149 jiwa dan perempuan sebanyak 7.449 jiwa. Kepadatan penduduk adalah sebanyak 175 jiwa per Km persegi dengan penyebaran yang tidak merata pada setiap Desa.

Dari 16 Desa yang terdapat di Kecamatan Silima Pungga-pungga terdapat penduduk yang terpadat di Desa Lae Panginuman yaitu dengan kepadatan sebanyak 258 jiwa per Km persegi. Desa yang terjarang penduduknya adalah Desa Palipi dengan tingkat kepadatan 107 jiwa per Km persegi


(46)

Jumlah rumah tangga di Kecamatan SiLima Pungga-pungga sebanyak 3.567 rumah tangga dengan penyebaran yang tidak merata. Rata-rata banyaknya jiwa per rumah tangga adalah sebanyak 4 jiwa mseperti yang terlihat pada tabel 3 dibawah ini.

Tabel 3

Banyaknya Penduduk dan Rumah Tangga Menurut Desa Tahun 2007

NO Desa Jumlah

Penduduk Jumlah Rumah Tangga Rata-rata per Rumah tangga

[1] [2] [3] [4] [5]

1 Lae Rambong 1.043 228 5

2 Lae Ambat 1.197 350 3

3 Lae Panginuman 775 191 4

4 Sumbari 771 185 4

5 Bakal Gajah 799 195 4

6 Uruk Belin 824 184 4

7 Siboras 704 176 4

8 Bonian 922 218 4

9 Bongkaras 1005 220 5

10 Tuntung Batu 378 91 4

11 Longkotan 1.511 365 4

12 Parongil 1.742 426 4

13 Siratah 524 131 4

14 Polling Anak-anak 785 213 4

15 Palipi 963 235 4

16 Lae Pangaroan 655 159 4

Jumlah 14.598 3.567 65

Sumber : Koordinator Kecamatan Silima Pungga-pungga

4.3.1.2. Karakteristik Adat Istiadat

Karakteristik sosial adat istiadat di Kecamatan Silima Pungga-pungga di pengaruhi oleh Penduduk yang ada seperti suku pak-pak, Toba, Simalungun, Karo dan suku lainnya serta sifatnya di pengaruhi oleh norma adat yang berlaku.

4.3.1.3. Struktur Penduduk menurut Lapangan Pekerjaan

Struktur penduduk menurut lapangan pekerjaan dapat dijelaskan pada tabel berikut :


(47)

Tabel 4

Banyaknya Tenaga Kerja yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Dan Desa Tahun 2007

No Desa Pertanian Industri

PNS dan ABRI

Lainnya Jumlah

[1] [2] [3] [4] [5] [6] [7]

1 Lae Rambong 806 4 7 - 817

2 Lae Ambat 949 4 15 - 968

3 Lae Panginuman 572 3 17 - 592

4 Sumbari 562 3 8 - 573

5 Bakal Gajah 576 2 12 - 590

6 Uruk Belin 594 2 9 - 605

7 Siboras 618 2 21 - 641

8 Bonian 633 5 8 - 646

9 Bongkaras 637 3 9 - 649

10 Tuntung Batu 238 2 8 - 248

11 Longkotan 1.309 7 12 - 1.328

12 Parongil 1.502 12 120 - 1.634

13 Siratah 257 2 9 - 268

14 Polling Anak-anak

438 3 23 - 464

15 Palipi 789 4 13 - 806

16 Lae Pangaroan 413 2 7 - 422

Jumlah 10.893 60 298 - 11.257

Sumber : Koordinator Kecamatan Silima Pungga-pungga

Mata pencaharian penduduk di Kecamatan Silima Pungga-pungga masih didominasi sektor pertanian yaitu sekitar 90% dan juga cara pengelolaan tanahnya masih bersifat tradisional sehingga hasilnya masih belum sesuai dengan yang diharapkan.

4.1.4. Pendidikan

Banyaknya jumlah SD, SLTP dan SLTA dapat terlihat pada penjelasan tabel 5 dibawah ini :


(48)

Tabel 5

Banyaknya SD, SLTP, SLTA Menurut Desa Tahun 2007

No Desa SD SLTP SLTA

Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta

[1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8]

1 Lae Rambong 1 - - - - -

2 Lae Ambat 2 - - - - -

3 Lae

Panginuman

1 - - - - -

4 Sumbari 1 - - - - -

5 Bakal Gajah 1 - - - - -

6 Uruk Belin 1 - - - - -

7 Siboras 1 - - - - -

8 Bonian 1 - - - - -

9 Bongkaras 1 - - - - -

10 Tuntung Batu 1 - - - - -

11 Longkotan 1 - - - - -

12 Parongil 2 - 1 - 1 -

13 Siratah 1 - - - - -

14 Polling Anak-anak

1 - - - - -

15 Palipi 1 - - - - -

16 Lae Pangaroan 1 - 1 - - -

Jumlah 18 - 2 - 1 -

Sumber : Kasi Kesra Kecamatan Silima Pungga-pungga

Di Kecamatan Silima Pungga-pungga terdapat 18 unit gedung Sekolah Dasar (SD) dengan jumlah murid sebanyak 2.108 jiwa, dan tenaga pengajar (guru) sebanyak 168 orang. Rata-rata jumlah murid per Sekolah adalah 117,11 jiwa dan banyak murid per tenaga pengajar adalah 14,57 jiwa.

Sedangkan pada tabel 6 dibawah, akan dijelaskan banyaknya murid SD, SLTP, SLTA menurut desa pada tahun 2007 adalah :


(49)

Tabel 6

Banyaknya Murid SD, SLTP, SLTA Menurut Desa Tahun 2007

No Desa SD SLTP SLTA

Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta

[1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8]

1 Lae Rambong 84 - - - - -

2 Lae Ambat 195 - - - - -

3 Lae

Panginuman

155 - - - - -

4 Sumbari 95 - - - - -

5 Bakal Gajah 121 - - - - -

6 Uruk Belin 78 - - - - -

7 Siboras 104 - - - - -

8 Bonian 139 - - - - -

9 Bongkaras 128 - - - - -

10 Tuntung Batu 101 - - - - -

11 Longkotan 152 - - - - -

12 Parongil 285 - 686 - 674 -

13 Siratah 79 - - - - -

14 Polling Anak-anak

136 - - - - -

15 Palipi 159 - - - - -

16 Lae Pangaroan 97 - 218 - - -

Jumlah 2.108 - 904 - 674 -

Sumber : Kasi Kesra Kecamatan Silima Pungga-pungga

Untuk jumlah murid sebanyak 2.108 jiwa, dan tenaga pengajar (guru) sebanyak 168 orang. Rata-rata jumlah murid per Sekolah adalah 117,11 jiwa dan banyak murid per tenaga pengajar adalah 14,57 jiwa seperti yang terlihat pada tabel 7 dibawah ini :


(50)

Tabel 7

Banyaknya Guru SD, SLTP, SLTA Menurut Desa Tahun 2007

No Desa SD SLTP SLTA

Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta

[1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8]

1 Lae Rambong 8 - - - - -

2 Lae Ambat 17 - - - - -

3 Lae

Panginuman

10 - - - - -

4 Sumbari 8 - - - - -

5 Bakal Gajah 10 - - - - -

6 Uruk Belin 9 - - - - -

7 Siboras 9 - - - - -

8 Bonian 8 - - - - -

9 Bongkaras 9 - - - - -

10 Tuntung Batu 10 - - - - -

11 Longkotan 10 - - - - -

12 Parongil 25 - 33 - 36 -

13 Siratah 7 - - - - -

14 Polling Anak-anak

9 - - - - -

15 Palipi 10 - - - - -

16 Lae Pangaroan 11 - 14 - - -

Jumlah 168 - 47 - 36 -

Sumber : Kasi Kesra Kecamatan Silima Pungga-pungga

4.1.5. Pemerintahan / Birokrasi

Wilayah Kecamatan Silima Pungga-pungga berbatasan dengan :

Sebelah Utara : Kecamatan Si Empat Nempu

Sebelah Timur : Kecamatan Lae Parira

Sebelah Selatan : Kabupaten Pakpak Bharat

Sebelah Barat : Prop. Nanggro Aceh Darussalam

Menurut klasifikasi Desa, di Kecamatan Silima Pungga-pungga terdapat 11 Desa Swasembada dan 5 Desa Swakarya.


(51)

4.1.6. Pertanian / Agriculture

Luas Kecamatan Silima Pungga-pungga 63,65 Km2

No

. Dari luas kecamatan tersebut terdapat luas sawah 1.370 Ha. Luas tanah Kering 5.405 Ha. Dan luas untuk bangunan dan halaman sekitarnya adalah 592 Ha dan lainnya 973 Ha seperti yang terlihat pada tabel 8 berikut :

Tabel 8

Luas Wilayah Menurut Jenis Penggunaan Tanah dan Desa Tahun 2007

Desa

Pert ania n

Industri PNS dan

ABRI Lainnya Jumlah

[1] [2] [3] [4] [5] [6] [7]

1 Lae Rambong 83 383 57 217 740

2 Lae Ambat 165 386 46 3 600

3 Lae Panginuman 85 97 38 80 300

4 Sumbari 80 237 40 43 400

5 Bakal Gajah 31 300 25 44 400

6 Uruk Belin 36 400 31 33 500

7 Siboras 34 300 22 44 400

8 Bonian 80 279 25 116 500

9 Bongkaras 153 204 32 11 400

10 Tuntung Batu 61 217 19 3 300

11 Longkotan 220 440 83 57 800

12 Parongil 23 520 59 98 700

13 Siratah 26 308 41 25 400

14 Polling Anak-anak 35 583 24 58 700

15 Palipi 191 649 35 25 900

16 Lae Pangaroan 67 102 15 116 300

Jumlah 1.370 5.405 592 973 8.340

Sumber : Kepala Desa se Kecamatan Silima Pungga-pungga


(52)

4.1.7. Agama

Penduduk di Kecamatan Silima Pungga-pungga adalah mayoritas beragama Kristen Protestan yaitu 11.768 atau 80,61 % dari total Kecamatan Silima Pungga-pungga, kemudian beragama Islam 1.387 jiwa atau 9,50 %. Kristen Katholik 1.443 jiwa (9,88 %) seperti yang terlihat pada tabel 9 :

Tabel 9

Banyaknya Penduduk Menurut Agama Yang Dianut Tahun 2007

No Desa Islm Katolik Protestan Hindu Budha Jlh

[1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8]

1 Lae Rambong 94 136 813 - - 1.043

2 Lae Ambat 66 100 1.031 - - 1.197

3 Lae Panginuman 133 32 610 - - 775

4 Sumbari 41 - 730 - - 771

5 Bakal Gajah - - 799 - - 799

6 Uruk Belin 15 167 642 - - 824

7 Siboras 15 140 549 - - 704

8 Bonian 117 87 718 - - 922

9 Bongkaras 97 124 784 - - 1005

10 Tuntung Batu 378 - - - - 378

11 Longkotan 225 107 1.179 - - 1.511

12 Parongil 172 211 1.359 - - 1.742

13 Siratah - 13 511 - - 524

14 Polling

Anak-anak

- 75 710 - - 785

15 Palipi - 212 751 - - 963

16 Lae Pangaroan 34 39 582 - - 655

Jumlah 1.387 1.443 11.768 - - 14.598

Sumber : Koordinator Kecamatan Silima Pungga-pungga

4.2. Gambaran Umum CSR PT. DPM

4.2.1. Gambaran Umum PT. Dairi Prima Mineral

PT. Dairi Prima Mineral adalah perusahaan yang bergerak dibidang Pertambangan dengan kepemilikan saham oleh Herald Resources Australia dan BUMN Aneka Tambang, TBK Indonesia. Berdasarkan Surat Keputusan Kepala


(53)

Penanaman Modal Dan Pembinaan Badan Usaha Milik Negara nomor 1320/III/PMA/2000 tentang persetujuan perubahan penyertaan modal perseroan modal kepemilikan saham PT. Dairi Prima Mineral yaitu: Indonesia oleh PT. Aneka Tambang, TBK yang semula 30% menjadi 20%. Sementara Asing oleh Gain dan Win LHD (British Virgin Island) yang semula 70% menjadi 80%.

Keputusan Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral Nomor 55 K/40.00/DSG/2005 tentang perpanjangan tahap kegiatan studi kelayakan wilayah kontrak karya PT. Dairi Prima Mineral, menyatakan bahwa PT. Dairi Prima Mineral melakukan kegiatan eksplorasi dan pembangunan pabrik pengolahan endapan mineral metalliferous yang berada di areal seluas 27.420 hektar di kawasan Propinsi Sumatera Utara yang bergerak dalam pertambangan. Timah hitam (Pb) dan Seng (Zn) pada daerah kontrak karya seluas 27.420 Ha dengan pembagian wilayah adalah yakni :

• Propinsi Sumatera Utara

1. Kabupaten Dairi : 26.258 Ha

2. Kabupaten Pakpak Bharat : 974 Ha

• Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam

1. Kabupaten Aceh Singkil : 188 Ha

(Sumbe Laporan AMDAL, Proyek Pertambangan Seng dan Timbal (KK NO KW 99 PK0071) tahun 2005)

4.1.2. Gambaran Rinci CSR PT. Dairi Prima Mineral

Dalam bab IV ini, Penulis menguraikan kebijakan PT. Dairi Prima Mineral mengenai Coorporate Social Responsibility dalam usaha Pertambangan timah hitam (Pb) dan Seng (Zn). Kebijakan CSR serta rencana strategis dan pelaksanaan CSR


(54)

sebagaimana di tuliskan di dalam bab ini, di sadur dari dokumen asli “Rencana

Strategis CSR PT. Dairi Prima Mineral” yang di publikasikan oleh Divisi

Community Relation & Development atau CRD. Penulisan kembali kebijakan dan Rencana Strategi Perusahaan di bidang CSR ini adalah di maksudkan; “ Agar dapat di ketahui persepsi dasar perusahaan mengenai tanggung jawab sosialnya kepada masyarakat lingkar tambang, untuk kemudian dibandingkan dengan pendapat/persepsi masyarakat dimana dengan membandingkan kedua persepsi tersebut (Masyarakat & Perusahaan), Penulis dapat menganalisis dan mendeskripsikan benang merah perbedaan persepsi CSR khususnya di bidang pendidikan”.

Perbandingan kedua persepsi ini penting, karena masing-masing keduanya (Perusahaan & Masyarakat) berangkat dari posisi yang berbeda dimana, PT. Dairi Prima Mineral adalah pemberi program dan masyarakat adalah penerima program. Sehingga, kalaupun kedua persepsi ini berbeda penting memahami latar belakang perbedaannya.

4.2. Permasalahan Sosial Tambang 4.2.1. Issu di Lingkar Tambang

Isu sosial mengenai dampak kegiatan pertambangan muncul hampir diseluruh lokasi atau area penambangan, dan tidak terkecuali di area lingkar tambang PT. Dairi prima mineral. Di wilayah lingkar tambang PT. DPM, isu sosial yang muncul dalam berpotensi menjadi sumber-sumber konflik lingkar tambang antara lain :


(55)

• Issu-issu tentang kemerosotan nilai-nilai moral dan norma sosial dan juga perubahan-perubahan terhadap tatanan adat istiadat dan budaya lokal.

• Lonjakan pertambahan jumlah penduduk yang terjadi karena urbanisasi,

migrasi.

• Ketidakmampuan (under skill) SDM lokal bersaing mengisi peluang kerja.

• Meningkatnya angka pencari kerja dan tingkat pengangguran penduduk lokal.

• Dampak sosial yang dapat mengganggu stabilitas dan menimbulkan

kecemburuan.

• Perubahan tata ruang dan tata guna lahan, khususnya lahan-lahan produktif.

• Meningkatnya kebutuhan prasarana dan sarana lokal.

4.2.2. Penyebab Konflik Lingkar Tambang

Menurut PT. DPM, berkembangnya isu-isu lokal lingkar tambang menjadi sumber konflik sosial yang dapat mengganggu aktivitas Perusahaan umumnya terjadi karena :

1. Kurang intensifnya komunikasi & interaksi sosial Perusahaan dengan

masyarakat.

2. Terbatasnya akses mendapatkan informasi luas tentang aktivitas Perusahaan. 3. Penanganan konflik yang tidak sesuai dengan kondisi sosial masyarakat lokal.

4. Program CSR Perusahaan yang tidak mampu mereduksi perubahan di lingkar


(56)

4.2.3. Penanganan Isu dan konflik Sosial

Menurut PT. DPM, agar permasalahan di atas tidak sampai menjadi konflik, maka terhadap semua isu yang muncul, PT. DPM mengedepankan strategi manajemen konflik berikut ini :

1. Meminimalisasi sumber-sumber konflik dan mengantisipasi pengaruh serta

dampaknya.

2. Menyelesaikan secara cepat dan tepat masalah yang ada dengan pendekatan

sosio kultur dengan melibatkan semua stake holder atau pemangku kepentingan lokal.

3. Menyusun Rencana strategi yang tepat, komprehensif, terintegrasi dan

bersinergis dengan program-program stimulus Pemerintah.

4. Melembagakan sumber-sumber konflik, mengkomunikasikannya secara

intensif dan menyelesaikan masalah secara bersama-sama.

5. Mempublikasikan kemajuan-kemajuan yang positif untuk memperbaiki

persepsi masyarakat dan mereduksi interpretasi masyarakat akan Perusahaan.

4.3. Profil Informan penelitian

4.3.1. Manager CRD (Community Relations & Development) 1. B Simamora

Menurut B Simamora selaku manager CRD (Community Relations & Development) dan sebagai pembimbing lapangan peneliti di areal CSR Parongil, beliau berpendapat bahwa tanggung jawab sosial perusahaan oleh PT. Dairi Prima Mineral adalah didasari karena merupakan visi dari PT. Dairi Prima Mineral,


(57)

disamping itu juga karena dengan melihat bahwa masyarakat adalah bagian dari Pengembangan Sumber Daya Mineral. Menurut beliau, alokasi dana di bidang pendidikan masih sangat kecil dibandingkan dengan target-target program yang sudah disusun. Hal tersebut di karenakan karena kondisi perusahaan yang belum beroperasi, dimana dana untuk program CSR khususnya di bidang pendidikan masih bersumber dari dana investasi. Selanjutnya di jelaskan lagi bahwa banyak persepsi negatif maupun positif yang didatangkan dari pihak masyarakat, namun hal tersebut wajar mengingat bahwa karena pertambangan baru pertama kali hadir di lingkungan area tambang.

4.3.2. Tokoh Pendidikan 1. Ibu F. L Tobing

Ibu dua anak ini tampak sedang sibuk dalam pengurusan anak didik SD kelas 1 yang mana pihak UPT sedang menanyakan tentang usia anak kelas 1 SD 030388 Parongil yang masih berumur 6 tahun dan belum pantas untuk sekolah jika di lihat dari segi umur, Ibu F.L Tobing adalah Kepala Sekolah SD 030388 Parongil, beliau sangat ramah tampak terlihat ketika peneliti hendak bertanya (wawancara). Beliau mengajak peneliti keruangannya dan menanyakan maksud dan tujuan kedatangan peneliti, ketika peneliti menanyakan sikap beliau atas kehadiran DPM yang ternyata setuju dan menerima. Hal tersebut dituturkannya dengan ucapan :

“ Kalau saya pribadi memang setuju, tidak tahu kalau masyarakat di luar sana, ketika DPM sempat tutup beberapa waktu yang lalu, kedai-kedai pun kekurangan pelanggan (saya tahu itu dari teman saya karena kebetulan adalah pedagang rumah makan batak) karena PT. DPM adalah salah satu aset penting


(58)

di daerah kami ini. Namun disamping itu, DPM juga jadi kurang komunikasi untuk sekolah ini, banyak hal yang sudah kurang ditanggapi telebih ketika para karyawan DPM banyak di PHK dan aktivitas pekerjaan merekapun jadi dikurangi. Hal itu sangat berdampak kepada kami selaku pihak Sekolah yang belakangan ini bantuan-bantuan dari DPM sudah amat berkurang bahkan untuk kedepannya lagipun mungkin masih menunggu lama”.

(Wawancara 2 September 2009)

Disamping pendapat tersebut, ternyata DPM sedikit banyaknya berpengaruh terhadap SD Parongil ini. PT. DPM telah memberikan / menjalankan tanggung jawab sosialnya terhadap sekolah ini melalui Perbaikan pagar sekolah sekaligus cat nya, juga mengadakan kursus Bahasa Inggris yang didatangkan dari DPM. Mengingat tanggung jawab sosial adalah sebuah keperdulian untuk mensejahterahkan, informan berpendapat bahwa tanggung jawab sosial tersebut telah di jalankan oleh Perusahaan, hal itu terdengar dari ucapan beliau yaitu :

“ Menurut saya tanggung jawab sosial adalah keperdulian perusahaan terhadap masyarakat, saya tidak mau berbohong kalau memang DPM telah memberikan tanggung jawab sosialnya untuk SD kami ini, walaupun memang kami masih sangat membutuhkan bantuan. Namun, apa yang benar itulah yang saya ungkapkan. Saya berharap selaku Kepala Sekolah disini, agar PT. DPM berjalan terus karena memang SD kami ini masih perlu di perhatikan apalagi dalam peningkatan kualitas sumber daya manusianya ”.


(59)

2. Ibu M. Marbun

Ibu ini adalah Kepala Sekolah SD 033930 Parongil, beliau mempunyai anak 7 orang. Beliau terlihat ramah dan humoris, hal tersebut dapat terlihat dari sapaannya ketika Peneliti memasuki ruangannya dan mempersilahkan untuk duduk. Ibu ini adalah salah satu informan yang setuju akan kehadiran DPM, menurut beliau interaksi antara pihak Perusahaan dengan masyarakat terjalin baik walaupun terkadang permintaan dari pihak Sekolah kurang di respon oleh pihak Perusahaan. Seperti yang telah di ungkapkan beliau:

“ Saya memang setuju dan menerima kehadiran DPM, namun terkadang agak resah juga karena pada waktu-waktu yang lalu sudah berapa kali sekolah ini mengajukan permohonan bantuan tetapi masih kurang di respon oleh Perusahaan. Tapi hal itu kemungkinan besar karena Perusahaan belum beroperasi dan adanya pengurangan tenaga kerja, untuk sekolah ini bantuan DPM hanya berupa kursus Bahasa Inggris lainnya tidak ada sama sekali ”. (Wawancara 2 September 2009)

3. Bpk M Sianturi, S.Pd

Peneliti mendapati Bapak 5 orang anak ini sedang sibuk menyelesaikan tugas kantornya di depan komputer. Pada saat peneliti hendak memulai proses wawancara, sikap santun menjadi hidangan manis bagi proses wawancara tersebut. Kerja keras adalah prinsip dari bapak ini, sudah cukup lama kegiatan sebagai Kepala Sekolah digeluti beliau dan sekarang beliau memimpin SMN N 1 Parongil.


(60)

“...Kehadiran PT. DPM di lingkungan Parongil ini umumnya diterima oleh masyarakat tetapi, DPM masih harus memperbaiki diri dalam hal berinteraksi dengan masyarakat apa lagi dengan Lembaga Sekolah, saya tidak menyangkal memang SMP N ini pernah mendapat bantuan kursi siswa sebanyak 80 buah dan hanya itu yang kami dapatkan dari pihak DPM yang sebelumnya telah di promosikan pihak Perusahaan. Sebenarnya ada sedikit kendala yaitu: Sekolah ini pernah mengajukan proposal bantuan namun tidak di tanggapi yang pada akhirnya ± 1 tahun lagi PT. DPM datang ke Sekolah untuk mempromosikannya dan bantuan tersebut tidak begitu kami butuhkan. Saya pribadi berharap kepada PT. DPM supaya lebih memperhatikan Sekolah ini dalam hal memberikan bantuan fisik yaitu perlunya merehap ruangan, prasarana sekolah”. (Wawancara 2 September 2009)

4. Bpk I Munte

Bapak I Munte adalah staf pengajar di SMU N 1 Silima Pungga-pungga, beliau sangat ramah dan dengan sikapnya yang humoris Peneliti di persilahkan duduk. Ketika Peneliti mewawancarai beliau, beliau bersedia dengan senang hati akan menjawabnya. Menurut informan, kehadiran PT. DPM adalah sebuah terget untuk mensejahterahkan pendidikan masyarakat. Yang mana Sekolah ini telah mendapatkan bantuan pengadaan kursi siswa serta perbaikan gedung sekolah, yang tak lain adalah dengan mengajukan permohonan ke pihak Perusahaan dan sama sekali tidak ada kendala. Namun harapan saya sebagai staf pengajar dan sebagai anggota masayarakat kiranya PT. Dairi Prima Mineral cepat beroperasi, jika Perusahaan


(61)

beroperasi saya yakin Perusahaan akan lebih perduli terhadap Pendidikan. Yang pada intinya adalah bahwa kehadiran DPM memang saya terima dan saya setuju, ungkapnya. Di jelaskannya lagi bahwa SMAN Parongil telah merasakan manfaat kehadiran PT. Dairi Prima Mineral melalui program CSR nya karena pada hari rabu tepat tanggal 09-2009 lalu SMAN Parongil telah menerima bantuan kursi sekolah sebanyak 100 buah yang langsung diserahkan oleh Simamora Selaku Manager CRD dan diserah terima oleh Kepala Sekolah SMAN M. Naipospos dan Wakilnya Naibaho di SMAN Parongil yang disambut baik oleh siswa-siswi pada acara serah terima bantuan dari PT. Dairi Prima Mineral.

5. Ibu S. Kudadiri

Tampaknya ramah dan cerewet adalah cerminan dari sikap ibu 2 anak ini, informan ini adalah staf pengajar di SD 034809 Longkotan yang merupakan Ring 1 dari wilayah PT. DPM. Sikap dan setuju adalah yang ditunjukkan beliau atas kehadiran DPM, namun ketika ditanya sekitar bantuan dalam Pendidikan, beliau sedikit mengomentarinya dan hal itu diucapkan dengan nada :

“....Ya, saya memang setuju dengan hadirnya PT. DPM. Hanya saja DPM ini masih kurang merespon permintan atau setiap permohonan yang di ajukan oleh pihak Sekolah masih kuarang di dengar. Sekolah ini memang telah menerima bantuan jalan atau tangga sekolah, kursi, dan alat peraga. Namun bantuan yang sangat kami harapkan adalah sebaiknya lebih di perhatikan fasilitas anak didik khususnya jalan menuju sekolah yang sangat fatal kerusakannya, bahkan untuk naik kenderaan roda dua pun setiap orang takut


(62)

untuk melewatinya. Permohonan ini sudah sangat sering kami ajukan, namun menurut pihak perusahaan hal tersebut adalah tanggung jawab dari Pemkab....”.

(Wawancara 3 September 2009)

6. Bpk B Manurung

Keramahan dan terburu-buru yang di tampilkan adalah hal yang di tunjukkan oleh bapak ini, karena beliau hendak ada urusan ke kantor UPT untuk proses gaji para guru, Beliau adalah Kepala Sekolah SD 030392 Tuntung Batu yang pada dasarnya menerima kehadiran PT. Dairi Prima Mineral. Bantuan yang diterima Sekolah adalah renovasi atap gedung Sekolah, kursus bahasa Inggris yang sekarang lagi di stop oleh pihak perusahaan dikarenakan pihak Perusahaan banyak mengurangi karyawan dan karena masih belum beroperasi. Oleh sebab itu, Informan mengharapkan supaya Perusahaan lebih memperhatikan mutu Pendidikan di Silima Pungga-pungga khususnya di lingkungan PT. DPM.

7. Bpk R Manurung

Informan berusia 46 tahun ini adalah salah satu staff Pengajar di SD 037155 dan memiliki 5 orang anak. Setuju atas kehadiran DPM adalah salah satu tanggapan dari informan, hal itu di ungkapkan dengan nada :

“... Jujur kalau secara pribadi saya terima kehadiran DPM, hanya saja bantuan-bantuan mereka masih minim. Apa lagi perhatiannya untuk Pendidikan masih sangat kurang, kami sebagai pihak sekolah telah mendapat


(63)

bantuan namun hanya dalam bentuk kursus bahasa Inggris yang di selenggarakan oleh PT. DPM dan diadakan perlombaan bahasa Inggris untuk meningkatkan sumber daya manusia dalam berbahsa Internasional. Hal ini di berikan piagam dan hadiah bagi siswa yang menang. Disamping itu kami berharap, supaya Sekolah kami ini di beri perhatian khususnya untuk meningkatkan kesejahteraan Pendidikan anak didik di SD Bongkaras ini....” (Wawancara 3 September 2009)

4.3.3. Tokoh Masyarakat

1. Kepala Desa Bongkaras ( Bpk Simbolon)

Keramahan dan humoris yang ditampilkan beliau adalah hal yang paling menonjol dari karakter bapak ini. Beliau adalah Kepala Desa Bongkaras yang merupakan salah satu wilayah Parongil. Selain menjadi kepala desa, beliau juga terlibat ambil bagian dalam kegiatan yang ada di PT. Dairi Prima Mineral. Misalnya dalam pengembangan masyarakat dalam hal meningkatkan mutu pendidikan. Ketika peneliti hendak wawancara terkait dengan pemberian bantuan oleh PT. DPM, beliau menuturkan sebagai berikut :

“....Bukan nya saya memberikan pembelaan atas DPM, tetapi pada dasarnya DPM memang telah banyak memberikan tanggungjawab sosialnya bagi masyarakat Parongil. Banyak hal yang sudah mereka jalankan untuk masyarakat, namun sekarang ini bantuan itu memang sudah berkurang dan itupun dikarenakan Perusahaan belum beroperasi dan pengurangan karyawanpun banyak dilakukan oleh pihak Perusahaan. Sudah banyak Perusahaan memberikan bantuannya untuk sekolah-sekolah, misalnya


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Bimo, Wagito. 1991. Psikologi Kerja. PT Gramedia: Jakarta

Drucker, Pieter. 1981. Management, Tugas, Tanggung jawab & Praktek Perusahaan. Jakarta: PT. Gramedia

Data BPS (Badan Pusat Statistik), Kecamatan Silima Pungga-pungga Dalam Angka Tahun 2008.

Faisal, Sanafiah. 1999. Format-format Penelitian Sosial, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Impresario. 2006. Coorporate Social Responsibility. No IX

Jhonson, Doyle, Paul. 1994, Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Jilid I & II. Gramedia. Jakarta.

Perry, Jhon, dan Erna K, Perry. The Social web. 1983. Harper and Row. USA.

Poloma. M. Margaret. 2004, Sosiologi Kontemporer, Jakarta: Raja Grafindo Persada. PT. Dairi Prima Mineral., 2005. Dokumen AMDAL – ( Analisis Mengenai Dampak

Akan Lingkungan).

PT. Dairi Prima Mineral., Community Relations & Development. Rencana Strategis Coorporate Social Responsibility.

Robinson, Philip. 1986, Beberapa Perspektif Sosiologi Pendidikan. Rajawali Pers. Jakarta.

Rosyada, Dede. 2004. Paradigma Pendidikan Demokratis. Jakarta. Kencana.

Saidi, Zaim dan Hamid Abidin, 2004. Menjadi Bangsa Pemurah : Wacana dan Praktek Kedermawanan Sosial di Indonesia, Jakarta : Piramedia


(2)

Seminar Pendidikan Indonesia Oleh Lembaga Pengembangan Pendidikan Indonesia (Gapendi), Jakarta, 30 April 2007. Pembicara: Dali Santun Naga.

Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. 1990, Rajawali Pers. Jakarta. Soekanto, Soerjono. 2001. Pengantar Sosiologi. Jakarta Raja Grafndo Persadal

Soetomo. Masalah Sosial dan Upaya Pemecahannya. Cetakan I Maret 2008, Penerbit Pustaka Pelajar.

Supriadi, Dedi. Membangun Bangsa Melalui Pendidikan. 2005. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 BAB I, Pasal 1:1 Tahun 2003.

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2003, Jakarta : DEPDIKNAS

Situs Internet :

(diakses pada tanggal 12 Agustus 2009, puk 14.30 wib)

• http//www.madani-ri.com/csr-industri tambang mendekatkan industri dengan masyarakat.


(3)

Artikel dalam Jurnal

• Memaknai CSR untuk Pendidikan Renungan Hari Pendidikan Nasional, 2 Mei 2007 (Sandra Waddock dalam artikelnya Coorporate Citizenship : The Dark side paradoxes of success, Jakarta 4 Mei 2007)

• Majalah Kirana No.11/Tahun 2007 tentang Dana Program Community Development oleh PT. DPM

• Tabloit Impresario No IX 2006, CSR berperan Mengurangi Angka Kemiskinan dan Buta Huruf pada 2015


(4)

LAMPIRAN DOKUMENTASI

SERAH TERIMA BANTUAN

PT. Dairi Prima Mineral melalui Divisi Hubungan & Pengembangan Masyarakat, hari rabu (9/09/2009) menyerahkan bantuan program pendidikan berupa 100 buah kursi kepada SMUN Parongil. Dalam penyerahan itu Simamora – Manager CRD PT. DPM menjelaskan bahwa program CSR tersebut adalah lanjutan program CSR yang sudah dilaksanakan sejak 2008. ditambahkannya, melalui program ini, proses belajar dan mengajar di SMUN Parongil akan lebih baik. Menanggapi bantuan


(5)

CSR ini, Kepala Sekolah SMUN Parongil M. Naipospos didampingi Wakilnya Naibaho berharap PT. DPM segera beroperasi dan CSR di semua sector bias dilaksanakan demi kemajuan daerah. Ditambahkannya, SMAN Parongil sudah merasakan manfaat kehadiran PT. DPM melalui program CSR nya, meski perusahaan belum beroperasi.


(6)

NAMA PROGRAM : PENDIDIKAN LOKASI : RING-1 dan RING-2

METODE CSR : BANTUAN TEKNIS & PERALATAN

Selain m ereh abilitasi gedun g-gedun g sekolah , di sektor Pen didikan , Perusah aan m em beri ban tu an u n tuk pen gadaan peralatan sekolah .

Dem ikian ju ga ban tu an peralatan bagi an ak-an ak dalam ran gka pen gem ban gan PAUD (Pen didikan An ak Usisa Din i) di Paron gil ju ga m en jadi perh atian serius CSR.

Un tu k m em percepat kem aju an mu rid-mu rid SD, CSR m em berikan “ban tu an tekn is dan ten aga Pen gajar” ku rsus Bah asa In ggris bagi selu ruh an ak-anak Sekolah Dasar di Rin g-1.