Kesehatan Reproduksi yang Perlu Diketahui oleh Remaja 1
dengan posisi alat kelamin laki-laki berada dalam vagina memudahkan pertemuan sperma dan sel telur yang menyebabkan terjadinya pembuahan dan
kehamilan.
2.2.7. Kesehatan Reproduksi yang Perlu Diketahui oleh Remaja 2.2.7.1
Seksualitas
Survei Komnas Perlindungan Anak tahun 2010 mengungkapkan bahwa 97 remaja pernah menonton atau mengakses materi pornografi, 93 remaja pernah
berciuman, 62,7 remaja pernah berhubungan badan dan 21 remaja Indonesia pernah melakukan aborsi. Data yang ironis. Pornogrfi memang sudah menyebar luas
di Indonesia , tidak hanya remaja, anak-anak pun sudah banyak yang mengaksesnya. Penelitian PKPA Pemetaan Eksploitasi Seksual Komersial Anak di Kota Medan,
2007 mengungkapkan bahwa ciuman 9,4 , memegang alat vital 10,5, hubungan kelamin 23,0 dan pelukan 37,2. Di Indonesia, komik porno, VCD porno dan
berbagai media pornografi tersebut dapat ditemukan diberbagai tempat mulai dari stasiun kereta hingga didepan kantor polisi dan lain-lain.
Menurut Manuaba 2002 ada beberapa dampak dari hubungan seksual pranikah yaitu :
1. Hamil yang tidak dikehendaki Unwanted Pregnancy Unwanted pregnancy kehamilan yang tidak di kehendaki merupakan salah
satu akibat dari perilaku seksual remaja. Anggapan-anggapan yang keliru seperti: melakukan hubungan-hubungan seks pertama kali, atau hubungan seks jarang
dilakukan, atau perempuan masih muda usianya, atau bila hubungan seks dilakukan
Universitas Sumatera Utara
sebelum atau sesudah menstruasi, atau bila menggunakan teknik Coitus interuptus senggama terputus, kehamilan tidak akan terjadi merupakan pencetus semakin
banyaknya kasus unwanted pregnancy. Kurangnya pengetahuan tentang waktu yang aman untuk melakukan
hubungan seksual mengakibatkan terjadi kehamilan remaja, yang sebagian besar tidak dikehendaki. Kehamilan telah menimbulkan posisi remaja dalam situasi yang
serba salah dan memberikan tekanan batin stress yang disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:
a. Kehamilan yang terjadi merupakan masalah remaja karena belum dapat diterima oleh masyarakat Indonesia, suatu kehamilan dan persalinan tanpa
pernikahan resmi. b. Kehamilan remaja sulit diterima keluarga, masyarakat dan cenderung
menyalahkan remaja, yang dianggap kurang bermoral yang dianggap tidak menjaga diri dalam pergaulan.
c. Bila kehamilan diterima banyak terjadi penyakit. d. Takut menyatakan pada orang tua yang kemunggkinan tidak dapat menerima
kehamilan anak. e. Takut menyatakan kepada pacar yang mungkin akan tidak mengakuinya.
f. Terdapat usaha untuk melakukan gugur kandungan. 2. Psikologi
Dampak lain dari perilaku seksual remaja yang sangat berhubungan dengan kesehatan reproduksi adalah konsekuensi psikologis. Setelah kehamilan terjadi, pihak
Universitas Sumatera Utara
perempuan atau tepatnya korban utama dalam masalah ini. Kodrat untuk hamil dan melahirkan menempatkan remaja perempuan dalam posisi terpojok yang sangat
dilematis. Dalam pandangan masyarakat, remaja putri yang hamil merupakan ‘aib’ keluarga, dan ia adalah si pendosa yang melanggar norma-norma sosial dan agama.
Penghakiman sosial ini tidak jarang meresap dan terus tersosialisasi dalam diri remaja putri tersebut. Perasaan binggung, cemas, malu dan bersalah yang dialami remaja
setelah mengetahui kehamilan bercampur dengan perasaan depresi, pesimis terhadap masa depan, dan kadang di sertai rasa benci dan marah baik kepada diri sendiri
maupun pada pasangan, dan kepada nasib membuat kondisi sehat secara fisik, sosial dan mental yang berhubungan dengan sistem, fungsi, proses reproduksi remaja tidak
terpenuhi. Menurut para ahli dalam Dianawati 2003, alasan seorang remaja melakukan
hubungan seksual pernikahan ini terbagi dalam beberapa faktor yaitu sebagai berikut : 1. Tekanan yang datang dari teman pergaulannya
Lingkungan pergaulan yang telah dimasuki oleh seorang remaja dapat juga berpengaruh untuk menekan temannya yang belum melakukan hubungan
seks. Remaja tersebut, tekanan dari teman-temannya itulah dirasakan lebih kuat dari
pada tekanan yang didapat dari pacarnya sendiri. Keinginan untuk dapat diterima oleh linggkungan pergaulan begitu besar, sehingga dapat
mengalahkan semua nilai yang didapat, baik dari orang tua maupunn dari sekolahnya. Umumnya, remaja tersebut melakukan hanya sebatas ingin
Universitas Sumatera Utara
membuktikan bahwa dirinya sama dengan teman-temannya, sehingga dapat diterima menjadi bagian anggota kelompoknya seperti yang diinginkan.
2. Adanya tekanan dari pacarnya Kebutuhan seseorang untuk mencintai dan di cintai, seseorang harus rela
melakukan apa saja terhadap pasangannya, tanpa memikirkan resiko yang nanti dihadapinya. Remaja lebih membutuhkan suatu bentuk hubungan,
penerima, rasa aman, dan harga diri sebagai layaknya manusia dewasa. Jika didalam lingkungan keluarga tidak dapat membicara masalah yang dihadapi,
remaja tersebut akan mencari solusi di luar rumah. Begitu juga jika remaja tersebut tidak mendapat cinta dan perhatian yang cukup dari orang tuanya, dia
akan mencari diluar rumah melalui lingkungan pergaulannya. Perhatian dan cinta yang cukup dari orang tua dan anggota keluarga
terdekatnya memudahkan remaja tersebut memasuki masa pubertas. Dengan demikian dia dapat melawan tekanan yang datang dari lingkungan pergaulan
dan pasangannya. Kemampuan dan kepercayaan diri untuk tetap memegang teguh prinsip hidup sangat penting. Pandangan ini tidak hanya sebatas
masalah seksual, tetapi juga dalam segala hal, baik tentang apa yang seharusnya dilakukan maupun tentang apa yang seharusnya tidak dilakukan.
3. Adanya kebutuhan badaniah Seks menurut beberapa ahli merupakan kebutuhan dasar yang tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan seseorang. Wajar saja jika semua orang tidak terkecuali remaja mengiginkan hubungan seks ini, sekalipun akibat dari
Universitas Sumatera Utara
perbuatannya tersebut tidak sepadan dibandingkan dengan resiko yang akan mereka hadapi.
4. Rasa penasaran Usia remaja, rasa keinginannya begitu besar terhadap seks. Apa lagi jika
teman-temannya menyatakan bahwa seks terasa nikmat, ditambah lagi adanya segala informasi yang tidak terbatas masuknya. Rasa penasaran tersebut
semakin mendorong mereka untuk lebih jauh lagi melakukan berbagai macam percobaan sesuai yang diharapkan.
5. Pelapisan diri Faktor ini tidak hanya datang dari diri sendiri misalnya karena terlanjur
berbuat, seorang remaja perempuan biasanya berpendapat bahwa sudah tidak ada lagi yang dapat di banggakan dalam dirinya. Maka, dengan pemikiranya
tersebut, ia akan meras putus asa lalu mencari pelampiasan yang akan semakin menjerumuskannya kedalam pergaulan bebas.