Hubungan Kenaikan Suhu dengan Volume Asap Cair

4.2 Pembahasan

4.2.1. Hubungan Kenaikan Suhu dengan Volume Asap Cair

Hubungan kenaikan suhu pembakaran dengan volume asap cair yang dihasilkan dapat dilihat dari grafik yang merupakan plot hasil pengukuran volume Asap Cair Cangkang Sawit untuk beberapa variasi suhu, sebagai berikut. Gambar 4.7. Grafik Hubungan kenaikan Suhu dengan Volume Asap Cair Dari gambar di atas diperoleh bahwa kenaikan suhu pembakaran pada proses pirolisis akan membentuk penurunan volume asap cair yang dihasilkan. Koefisien regresinya adalah sebesar 0,994. Hal ini bermakna bahwa hubungan kenaikan suhu dengan penurunan volume asap cair adalah sangat kuatsangat signifikan. Kondisi tersebut setara dengan penjelasan Sumasroh 2010 mengatakan bahwa komposisi asap cair juga bergantung pada bahan baku yang meliputi jenis, kadar air, ukuran partikel bahan, suhu pembakaran, kecukupan oksigen dan tahapan proses. Jika dicermati variasi suhu yang terus mengalami peningkatan hingga 5x dengan kelipatan 50 C, maka dipastikan kandungan kadar air dalam bahan baku cangkang akan terus mengalami penyusutan karena terjadi penguapan karena pirolisis berlangsung pada suhu yang tinggi, padahal kandungan air dalam bahan baku adalah variabel penting dalam terbentuknya asap cair. 42 39 35,5 31,5 29 24 20 y = -3,660x + 46,21 R² = 0,994 5 10 15 20 25 30 35 40 45 600 650 700 750 800 850 900 V o lu m e A sa p c a ir m l Suhu C Universitas Sumatera Utara Kondisi ini juga sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Darmadji dkk dalam Manshuri 2009 menyatakan bahwa kandungan maksimum nilai optimum senyawa senyawa fenol, karbonil, dan asam dicapai pada temperatur pirolisis 600 o C. Tetapi suatu produk yang diberi asap cair yang dihasilkan pada temperatur 400 o C dinilai mempunyai kuantitas dan kualitas organoleptik yang terbaik dibandingkan dengan asap cair yang dihasilkan pada temperatur pirolisis yang lebih tinggi. 4.2.2. Hubungan Kenaikan Suhu dengan Pembentukan Asam-Asam Organik Senyawa-senyawa asam mempunyai peranan sebagai antibakteri dan membentuk cita rasa produk asapan. Di dalam asap cair terdapat asam yang dapat mempengaruhi citarasa, pH dan umur simpan produk asapan. Senyawa asam ini antara lain adalah asam asetat, propionat, butirat dan valerat dan beberapa derivate dari asam karboksilat. Lebih dari 400 senyawa kimia dalam asap cair telah berhasil diidentifikasi. Komponen-komponen tersebut ditemukan dalam jumlah yang bervariasi tergantung jenis bahan biomassa, umur tanaman sumber biomassa, dan kondisi pertumbuhan biomassa. Berdasarkan hasil pengukuran Spectrum Hasil Analisa GCMS Asap Cair Cangkang Sawit, maka dikompilasikan beberapa data dari pengukuran yang berbeda khusus untuk melihat pengaruh kenaikan suhu dengan terbentuknya asam-asam organik. Kompilasi data tersebut ditampilkan dalam grafik berikut ini. Universitas Sumatera Utara Gambar 4.8. Grafik Hubungan kenaikan Suhu dengan Luas Area Asam Organik Dari grafik di atas, jumlah asam asetat yang dinotifikasikan sebagai luas area terus mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya suhu proses pirolisis. Sedangkan untuk asam propanoat dan asam butanoat, sedikit mengalami penurunan. Keadaan di atas dapat diterangkan dengan penjelasan bahwa suhu pirolisis yang secara terus-menerus meningkat maka akan memutus rantai-rantai panjang molekul kompleks senyawa asam karboksilat menjadi rantai yang lebih pendek dan sederhana. Rantai senyawa organik yang pendek dan sederhana dalam hal ini, asam asetat akan lebih stabil dan kuat ikatan-ikatan antara atom-atomnya dibandingkan dengan rantai senyawa organik yang panjang dan kompleks dalam hal ini, asam propanoat dan asam butanoat.

4.2.3. Hubungan Kenaikan Suhu dengan Pembentukan Fenol