2.1.4 Tinjauan Tentang Makna Kontekstual
Teori kontekstual adalah mengungkapkan makna sebagai sebuah kata terikat pada lingkungan kultural dan ekologis pemakai bahasa tertentu. Teori kontekstual
sejalan dengan teori relativisme dalam pendekatan semantikbandingan antarbahasa. Pada teori ini mengisyaratkan pula bahwa sebuah kata atau simbol
ujaran tidak mempunyai makna jika ia terlepas dari konteks Parera, 2004 : 17 – 18.
Suwandi 2008:71,72 juga memaparkan bahwa makna kontekstual contextual meaning; situational meaning muncul sebagai akibat hubungan
antara ujaran dan situasi pada waktu ujaran dipakai. Beliau juga berpendapat bahwa makna kontekstual adalah makna kata yang sesuai dengan konteksnya.
Dalam buku linguistik umum, Chaer 1994:290 mengungkapkan bahwa makna kontekstual adalah makna sebuah leksem atau kata yang berada di dalam
konteks. Makna kontekstual juga dapat berkenaan dengan situasinya yakni tempat, waktu, lingkungan, penggunaan leksem tersebut.
2.2 Pengertian Aisatsu
Dalam berkomunikasi, terdapat dua jenis komunikasi yang berlaku pada seluruh bahasa yang digunakan di seluruh dunia. Jenis yang pertama adalah
information oriented. Ini berarti pembicara meminta informasi dari mitra tutur. Jenis kedua yaitu socially oriented, dimana suatu ujaran hanya berfungsi untuk
bersosialisasi AokiOkamoto, 1988:16. Dan Aisatsu termasuk ke dalam jenis komunikasi socially oriented.
Universitas Sumatera Utara
Misalnya, ketika bertemu dengan seseorang di jalan, dan ia bertanya Mau ke mana? kita tidak perlu menjawab tujuan yang sebenarnya. Ini
hanya sekedar aisatsu yang biasa digunakan ketika menyapa seseorang. Penutur tidak ingin mengetahui informasi yang dimiliki oleh mitra tutur, atau dalam
contoh ini, ke mana sesungguhnya mitra tutur akan pergi. Ketika menggunakan aisatsu, bukan fungsi informatif yang ingin dipenuhi, melainkan fungsi sosial dari
suatu bahasa, yaitu menjalin hubungan, memelihara hubungan, memperlihatkan perasaan bersahabat dan solidaritas sosial ChaerAgustina, 2004:16. Dengan
demikian, aisatsu berperan penting dalam kehidupan bermasyarakat, tidak hanya di dalam masyarakat Jepang melainkan seluruh masyarakat di dunia.
Aisatsu atau yang dalam bahasa Indonesia disebut dengan salam, termasuk ke dalam kategori kata fatis. Kridalaksana 1986: 18 menyatakan bahwa kategori
fatis adalah kategori yang bertugas memulai, atau mengukuhkan pembicaraan atara pembicara dan lawan bicara. Sehingga kata-kata yang termasuk ke dalam
kategori ini tidak berfungsi sebagai sarana transmisi pemikiran, tetapi lebih pada sarana untuk memenuhi fungsi sosial dalam melakukan komunikasi. Sebagian
besar kategori fatis merupakan ciri ragam lisan, karena ragam lisan umumnya ragam tidak baku, maka kategori fatis sangat lazim ditemukan dalam kalimat-
kalimat tidak baku yang banyak mengandung unsur daerahdialek regional. Dalam bahasa Indonesia, salam greetings adalah kalimat minor berupa klausa atau
bukan bentuknya tetap yang dipakai dalam pertemuan antara pembicara untuk memulai percakapan, minta diri,dsb. Misalnya: Selamat, Apa kabar?,dsb.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Bunkacho 1988: 34,35, pengertian Aisatsu adalah あい
広 日常私
家族 者
知人 交わ
う う
い 初対面
人 士
自己紹 公式
祝詞 答辞
う 更
特殊 社会
用い 仁義
あい “ Aisatsu dalam artian luas, tidak hanya berupa kata-kata seperti ohayou, sayonara,
dsb. Yang diucapkan ketika bertemu dengan anggota keluarga atau kenalan, perkenalan diri ketika pertama kali bertemu dengan seseorang, dan tidak hanya
kata-kata yang diucapkan pada acara-acara resmi, seperti acara pemberian doa, dan sebagainya. Singkatnya, Aisatsu dapat juga diartikan norma-norma yang
berlaku di dalam kehidupan bermasyarakat.” 黙礼
会釈 あ
い 辞儀
握手 抱擁
え言葉 伴わ
あい 考え
あい 行動
音声 手
張 身振
表情 い
人間 全行動様式
わ 極
広 汎
表 持
種 表現活動
理解 あ
“Gerakan seperti membungkuk, mengangguk, bersalam, berpelukan, dan semacamnya, dapat digolongkan sebagai aisatsu meskipun tidak disertai dengan
kata-kata. Yang disebut dengan tindakan aisatsu adalah seluruh tindakan yang berhubungan dengan cara mengekspresikan sesuatu, seperti suara, gerakan tangan,
gerakan tubuh, ekspresi, dan sikap.”
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa Aisatsu tidak hanya kata-kata verbal yang diucapkan ketika bertemu ataupun berpisah dengan seseorang, ada
Universitas Sumatera Utara
juga Aisatsu nonverbal yang dapat diwujudkan dengan suara, gerakan tangan, gerakan tubuh, bahkan sikap dari penutur.
Sedangkan, bila mengacu pada Aisatsu menurut pengertian Mizutani
1983:8 adalah membuka hati dan mendekatkan diri kepada mitra tutur. Aisatsu merupakan hubungan timbal balik, dimana setiap aisatsu yang diucapkan menurut
mitra tutur untuk merespon. Aisatsu juga digunakan sebagai pembuka sebuah percakapan atau memperkenalkan kepada topik yang akan dibicarakan.
2.3 Fungsi Aisatsu