長 ’Buchou’dan kepada rekan bisnis dari perusahaan lain 引先’Torihikisaki’. Hal ini dikarenakan Aisatsu yang digunakan kepada teman kerja yang setara
kedudukannya 僚’Douryou’ ataupun Aisatsu yang digunakan atasan kepada
bawahan seringkali merupakan Nichijou Aisatsu ataupun bukan Aisatsu formal dikarenakan hubungan yang dekat satu sama lain.
1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori
1.4.1 Tinjauan Pustaka
Linguistik adalah ilmu yang mengkaji tentang seluk beluk bahasa pada umumnya, bahasa yang menjadi alat interaksi sosial milik manusia. Chaer
1994:1 menyatakan : Linguistik adalah ilmu tentang bahasa yang mengkaji bahasa sebagai objek kajiannya.
Fokus dari penelitian ini adalah menganalisis secara Semantik kata salam di dalam buku Bijinesu Nihongo Drills berdasarkan konteksnya yakni tempat
pemakaian bahasa, pemakai bahasa dan situasi pemakaian bahasa tersebut. Berkaitan dengan pemakai bahasa maka perlu juga dipahami pengertian
sosiolinguistik. Menurut ChaerAgustina 2004:4, sosiolinguistik adalah bidang ilmu antar disiplin yang mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan penggunaan
bahasa itu dalam masyarakat. Sosiolinguistik menyoroti keseluruhan masalah yang berhubungan dengan organisasi sosial perilaku bahasa, tidak hanya
mencakup pemakaian bahasa saja, melainkan juga sikap-sikap bahasa, perilaku terhadap bahasa dan pemakai bahasa Sumarsono Partana, 2004:2
Biasanya bahasa yang kita gunakan diungkapkan dalam bentuk kata, ataupun kalimat. Persalaman greeting sendiri adalah kalimat minor berupa
Universitas Sumatera Utara
klausa atau bukan, bentuknya tetap, yang dipakai dalam pertemuan antara pembicara, memulai percakapan, minta diri dan sebagainya Kridalaksana,
1983:147. Salam juga berarti adalah cara manusia untuk sengaja mengkomunikasikan kepeduliankesadaran lain untuk menunjukkan perhatian
antara individu atau kelompok masyarakat yang menjalin hubungan komunikasi dengan sesamanya.
Semantik adalah salah satu cabang linguistik yang mengkaji tentang makna. Objek kajian semantik antara lain makna kata, relasi, makna antar suku kata
dengan kata lainnya, makna frase dalam sebuah idiom dan makna kalimat. Sementara di dalam Kamus besar bahasa Indonesia 2007: 5480 adalah 1 arti :
makna 2 maksud pembicara dan penulis ; pengertian yang diberikan kepada suatu bentuk kebahasaan.
1.4.2 Kerangka Teori
Menurut Ferdinand de Saussure dalam Chaer 1994:283 bahwa kata semantik dalam bahasa Indonesia diturunkan dari kata bahasa Yunani kuno sema
yang berarti “tanda” atau “lambang”. Bentuk verbalnya adalah semaino yang berarti “menandai” atau “melambangkan”. Yang dimaksud dengan tanda atau
lambang disini adalah sebagai padanan kata “sema” itu adalah tanda linguistik. Tanda linguistik itu terdiri dari komponen penanda yang berwujud bunyi, dan
komponen petanda yang berwujud konsep atau makna. Menurut Tarigan 1986:18 bahwa secara etimologis kata semantik berasal
dari bahasa Yunani semanticos “penting” berarti yang diturunkan pula dari semainein “memperlihatkan, menyatakan” yang berasal pula dari sema “tanda”
Universitas Sumatera Utara
yang terdapat pada kata semaphore yang berarti “tiang sinyal” yang dipergunakan sebagai tanda oleh kereta api. Jadi semantik adalah telaah makna. Semantik
menalaah lambang-lambang atau tanda-tanda yang menyatakan makna, hubungan makna yang satu dengan yang lain dan pengaruhnya terhadap manusia dan
masyarakat. Banyak teori yang dikembangkan oleh paham filsafat dan linguistik sekitar teori makna dalam studi semantik.
Menurut Parera 2004:16 secara umum teori makna dibedakan atas: 1.
Teori Refrensial korespondensi 2.
Teori kontekstual 3.
Teori Mentalisme 4.
Teori Formalitas Aisatsu yang terdapat di dalam buku Bijinesu Nihongo Drills jelas memiliki
perbedaan dengan Aisatsu pada biasanya dikarenakan situasi atau konteks pemakaian yang berbeda. Oleh karena itu, dari beberapa makna yang termasuk
dalam kajian semantik, teori makna yang sesuai dengan permasalahan yang akan dibahas adalah teori makna kontekstual.
Makna kontekstual merupakan makna sebuah leksem kata yang berada di dalam satu konteks. Teori kontekstual mengisyaratkan pula bahwa sebuah kata
symbol ujaran tidak mempunyai makna jika ia terlepas dari konteks Parera, 2004: 18.
Suwandi 2008:71,72 juga memaparkan bahwa makna kontekstual contextual meaning; situational meaning muncul sebagai akibat hubungan
antara ujaran dan situasi pada waktu ujaran dipakai. Beliau juga berpendapat bahwa makna kontekstual adalah makna kata yang sesuai dengan konteksnya.
Universitas Sumatera Utara
Dalam buku linguistik umum, Chaer 1994:290 mengungkapkan bahwa makna kontekstual adalah makna sebuah leksem atau kata yang berada di dalam
konteks. Makna kontekstual juga dapat berkenaan dengan situasinya yakni tempat, waktu, lingkungan, penggunaan leksem tersebut.
Dari beberapa uraian di atas maksud dari makna kontekstual dapat diartikan sebagai makna kata atau leksem yang berada pada suatu uraian atau kalimat yang
dapat mengandung atau menambah kejelasan makna, yang dipengaruh oleh situasi, tempat, waktu, lingkungan penggunaan kata tersebut. Artinya, munculnya makna
kontekstual bisa disebabkan oleh situasi, tempat, waktu, dan lingkungan.
1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian