Perumusan Hipotesis Tujuan Manfaat Pewarna

47 1.2 1.2 1.2 1.2 Perumusan Perumusan Perumusan Perumusan Masalah Masalah Masalah Masalah Rumusan masalah penelitian adalah: 1. Apakah ekstrak bunga belimbing wuluh dapat digunakan sebagai pewarna dalam formula sediaan pewarna pipi? 2. Apakah formula sediaan pewarna pipi dengan ekstrak bunga belimbing wuluh stabil dalam penyimpanan pada suhu kamar? 3. Apakah ekstrak bunga belimbing wuluh yang digunakan sebagai pewarna dalam formula sediaan pewarna pipi tidak menyebabkan iritasi saat digunakan? 1.3 1.3 1.3 1.3 Hipotesis Hipotesis Hipotesis Hipotesis Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah: 1. Ekstrak bunga belimbing wuluh dapat digunakan sebagai pewarna dalam formula sediaan pewarna pipi. 2. Formula sediaan pewarna pipi dengan ekstrak bunga belimbing wuluh stabil dalam penyimpanan pada suhu kamar. 3. Ekstrak bunga belimbing wuluh yang digunakan sebagai pewarna dalam formula sediaan pewarna pipi tidak menyebabkan iritasi saat digunakan. 1.4 1.4 1.4 1.4 Tujuan Tujuan Tujuan Tujuan Penelitian Penelitian Penelitian Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk membuat sediaan pewarna pipi dengan menggunakan pewarna dari ekstrak bunga belimbing wuluh. 2. Untuk mengetahui kestabilan sediaan pewarna pipi dengan menggunakan pewarna dari ekstrak bunga belimbing wuluh pada suhu kamar. Universitas Sumatera Utara 48 3. Untuk mengetahui sediaan pewarna pipi dengan menggunakan pewarna dari ekstrak bunga belimbing wuluh tidak menyebabkan iritasi saat digunakan. 1.5 1.5 1.5 1.5 Manfaat Manfaat Manfaat Manfaat Penelitian Penelitian Penelitian Penelitian Untuk memanfaatkan bunga belimbing wuluh sebagai pewarna alami dalam formula sediaan pewarna pipi. Universitas Sumatera Utara 49 BAB BAB BAB BAB II II II II TINJAUAN TINJAUAN TINJAUAN TINJAUAN PUSTAKA PUSTAKA PUSTAKA PUSTAKA 2.1 2.1 2.1 2.1 Uraian Uraian Uraian Uraian Tumbuhan Tumbuhan Tumbuhan Tumbuhan 2.1.1 2.1.1 2.1.1 2.1.1 Habitat Habitat Habitat Habitat tumbuhan tumbuhan tumbuhan tumbuhan Belimbing wuluh merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari kawasan Malaysia, kemudian menyebar luas ke berbagai negara yang beriklim tropis lainnya di dunia termasuk Indonesia. Di kawasan Amerika, buah belimbing dikenal dengan nama starfruits Hernowo, 2011. 2.1.2 2.1.2 2.1.2 2.1.2 Morfologi Morfologi Morfologi Morfologi tumbuhan tumbuhan tumbuhan tumbuhan Tanaman belimbing wuluh memiliki tinggi 5-10 m dengan batang yang tidak begitu besar dan diameternya hanya 30 cm. Ditanam untuk diambil buahnya, namun terkadang juga ditemukan tumbuh liar di dataran rendah sampai 500 m diatas permukaan laut. Batangnya bergelombang kasar, pendek dan cabangnya sedikit. Daunnya membentuk kelompok menyirip bergantian, panjangnya 30-60 cm dan berkelompok pada akhir cabang. Pada setiap daun terdapat 11-45 pasang daun oval. Bunganya kecil, muncul langsung dari batang dengan tangkai bunga berbulu. Mahkota bunganya berjumlah lima, berwarna putih, kuning, atau ungu. Buahnya berbentuk elips atau torpedo dengan panjang 4-10 cm. Warnanya hijau ketika muda dengan kelopak yang tersisa menempel di ujung. Buah masak berwarna kuning atau pucat Elshabrina, 2013. Universitas Sumatera Utara 50 2.1.3 2.1.3 2.1.3 2.1.3 Sistematika Sistematika Sistematika Sistematika tumbuhan tumbuhan tumbuhan tumbuhan Taksonomi belimbing wuluh Hernowo, 2011: Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Sub Divisi : Angiospermae Kelas : Dycotyledonae Ordo : Oxalidales Famili : Oxalidaceae Genus : Averrhoa Species : Averrhoa bilimbi L. 2.1.4 2.1.4 2.1.4 2.1.4 Kandungan Kandungan Kandungan Kandungan kimia kimia kimia kimia Di dalam belimbing wuluh terdapat beberapa kandungan diantaranya kalsium, besi, tiamin, riboflavin, karoten, asam askorbat, niasin, dan kandungan air. Sedangkan bunga belimbing wuluh mengandung antosianin Elshabrina, 2013. 2.1.5 2.1.5 2.1.5 2.1.5 Antosianin Antosianin Antosianin Antosianin Antosianin berasal dari bahasa Yunani yaitu “anthos” yang berarti bunga dan “kyanos” yang berarti biru gelap dan termasuk senyawa flavonoid. Antosianin merupakan sekelompok zat warna berwarna kemerahan yang larut dalam air dan tersebar sangat luas di dunia tumbuh-tumbuhan. Oleh karena itu dapat digunakan sebagai pewarna alami yang tersebar luas dalam tumbuhan bunga, buah-buahan, Universitas Sumatera Utara 51 dan sayuran. Pigmen yang berwarna kuat dan larut dalam air adalah penyebab hampir semua warna merah, oranye, ungu, dan biru Kumalaningsih, 2006. Secara kimia, semua antosianin merupakan turunan sianidin, dan semuanya terbentuk dari pigmen sianidin dengan penambahan atau pengurangan gugus hidroksil atau dengan metilasi. Antosianidin adalah aglikon antosianin yang terbentuk bila antosianin dihidrolisis dengan asam. Antosianidin yang paling umum dipakai saat ini adalah sianidin yang berwarna merah lembayung. Perbedaan warna alami pigmen ini dipengaruhi oleh hidroksilasi dan metilasi, hidroksilasi meningkatkan warna biru sedangkan metilasi meningkatkan warna merah Kumalaningsih, 2006. Aplikasi antosianin berperan sebagai pewarna alami dapat dilakukan pada pH rendah. Faktor –faktor yang mempengaruhi stabilitas antosianin adalah oksigen, pH, temperatur, cahaya, ion logam, dan asam askorbat. Warna dari antosianin biasanya lebih stabil pada pH dibawah 3,5. Pigmen antosianin stabil pada pH 1-3 Kumalaningsih, 2006. 2.1.6 2.1.6 2.1.6 2.1.6 Ekstraksi Ekstraksi Ekstraksi Ekstraksi Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan menggunakan pelarut. Dengan diketahuinya senyawa aktif yang terkandung dalam simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat Ditjen POM, 2000. Universitas Sumatera Utara 52 Eksraksi antosianin umumnya menggunakan metode maserasi yaitu proses pengekstrakan simplisia menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengadukan pada temperatur ruangan. Sedangkan remaserasi adalah pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyarian maserat pertama, dan seterusnya Ditjen POM, 2000. Ekstraksi antosianin menggunakan pelarut etanol 96. Hal ini disebabkan tingkat kepolaran antosianin hampir sama dengan etanol 96 sehingga dapat larut dengan baik pada etanol 96 Inayati dan Nurlela, 2011. 2.2 2.2 2.2 2.2 Kosmetik Kosmetik Kosmetik Kosmetik 2.2.1 2.2.1 2.2.1

2.2.1 Pengertian Pengertian

Pengertian Pengertian kosmetik kosmetik kosmetik kosmetik Kosmetik berasal dari kata kosmetikos Yunani yang artinya keterampilan menghias, mengatur. Jadi, kosmetik pada dasarnya adalah campuran bahan yang diaplikasikan pada anggota tubuh bagian luar seperti epidermis kulit, kuku, rambut, bibir, gigi, dan sebagainya dengan tujuan untuk menambah daya tarik, melindungi, memperbaiki, sehingga penampilannya lebih indah Muliyawan dan suriana, 2013. Kosmetika merupakan campuran bahan alami untuk perawatan, dekorasi, dan wangi-wangian. Bahan alami yang digunakan berasal dari bahan tumbuhan, bahan dari binatang atau bahan yang terdapat di alam bebas disekeliling kehidupan manusia Wasitaatmadja, 1997. Universitas Sumatera Utara 53 2.2.2 2.2.2 2.2.2 2.2.2 Kosmetik Kosmetik Kosmetik Kosmetik dekoratif dekoratif dekoratif dekoratif Tujuan awal penggunaan kosmetik adalah mempercantik diri yaitu usaha untuk menambah daya tarik agar lebih disukai orang lain. Usaha tersebut dapat dilakukan dengan cara merias setiap bagian tubuh yang terpapar oleh pandangan sehingga terlihat lebih menarik dan sekaligus juga menutupi kekurangan cacat yang ada Wasitaatmadja, 1997. Berdasarkan bagian tubuh yang dirias, kosmetika dekoratif dapat dibagi menjadi Wasitaatmadja, 1997: 1. Kosmetik rias kulit wajah 2. Kosmetik rias bibir 3. Kosmetik rias rambut 4. Kosmetik rias mata 5. Kosmetik rias kuku Pembagian kosmetik dekoratif Tranggono dan Latifah, 2007: a. Kosmetik dekoratif yang hanya menimbulkan efek pada permukaan dan pemakaiannya sebentar. Misalnya: bedak, pewarna bibir, pemerah pipi, eye shadow dan lain-lain. b. Kosmetika dekoratif yang efeknya mendalam dan biasanya dalam waktu yang lama baru luntur. Misalnya: kosmetika pemutih kulit, cat rambut, dan pengeriting rambut. Universitas Sumatera Utara 54 2.2.3 2.2.3 2.2.3 2.2.3 Zat Zat Zat Zat pewarna pewarna pewarna pewarna Peran zat warna sangat besar dalam kosmetik dekoratif. Pemakaian kosmetik dekoratif lebih untuk alasan estetika dari pada kulit. Persyaratan untuk kosmetika dekoratif antara lain: a. Warna yang menarik b. Bau yang harum menyenangkan c. Tidak lengket d. Tidak menyebabkan kulit tampak berkilau e. Tidak merusak atau mengganggu kulit, rambut, bibir, kuku dan lainnya. Zat warna berasal dari dua sumber. Ada yang berasal dari alam dan ada juga yang sintesis. Zat warna alami umumnya lebih aman digunakan, tetapi zat warna alami lebih sulit disintesa serta sulit untuk distandarisasi. Zat warna sintesis lebih mudah diatur tingkat intensitas warnanya. Harga zat sintesis juga lebih murah sehingga lebih disukai oleh produsen dan konsumen Muliyawan dan Suriana, 2013. Jenis-jenis zat pewarna yang terdapat pada kosmetik dibagi dalam beberapa kelompok yaitu: 1. Zat warna alam yang larut Sebenarnya zat warna jenis ini lebih aman bagi kulit. Namun, pada produk-produk kosmetik modern dewasa ini, zat warna alam sudah jarang digunakan. Zat warna alam larut ini memiliki beberapa kelemahan, diantaranya yaitu kekuatan pewarnaannya relatif lemah, tidak tahan lama, dn relatif mahal. Beberapa contoh zat warna alam yang larut adalah: Universitas Sumatera Utara 55 a. Alkalain, yaitu zat warna merah yang di ekstrak dari kulit akar alkana Radix alcannae b. Karmin, yaitu zat warna merah yang diperoleh dari serangga tertentu yang telah dikeringkan c. Ekstrak klorofil daun-daun hijau, untuk menghasilkan warna hijau d. Henna, yaitu zat warna yang biasanya digunakan untuk pewarna kuku dan rambut. Diekstrak dari daun Lawsonia inermis. e. Karoten, yaitu zat warna kuning yang diekstrak dari bagian tanaman tertentu yang mengandung zat warna kuning Muliyawan dan Suriana, 2013. 2. Zat warna sintesis Zat warna sintesis adalah zat warna yang dihasilkan melalui proses sintesa senyawa kimia tertentu. Zat warna jenis ini dikenal juga dengan sebutan anilina atau Coal-tar. Adapun sifat-sifat zat warna sintesis antara lain: a. Intensitas warnanya sangat kuat b. Larut dalam air, minyak, alkohol,atau salah satu darinya c. Zat warna untuk rambut dan kuku biasanya daya rekatnya lebih kuat dari pada zat warna untuk kulit d. Beberapa bersifat toksik, sehingga perlu hati-hati menggunakan produk kosmetik yang mengandung zat warna jenis ini Muliyawan dan Suriana, 2013: 3. Pigmen-pigmen alam Pigmen-pigmen alami itu adalah pigmen warna yang terdapat pada tanah, contohnya aluminium silikat. Keunggulan pigmen-pigmen alam sebagai zat Universitas Sumatera Utara 56 pewarna adalah zat warna ini murni dan sama sekali tidak berrbahaya. Aman digunakan untuk kulit, sehingga zat warna ini banyak dipakai untuk mewarnai bedak, krim, dan aneka kosmetik lainnya. Sementara kelemahannya yaitu zat warna yang dihasilkan tidak seragam. Sangat bergantung pada sumber asalnya dan tingkat pemanasannya Muliyawan dan Suriana, 2013. 4. Pigmen-pigmen sintesis Dewasa ini banyak juga ditemukan besioksida sintesis yang sering digunakan sebagai pengganti zat warna alam. Berikut adalah beberapa contoh pigmen sintesis yang digunakan dalam industri kosmetik, antara lain: a. Besi oksida sintesis menghasilkan warna antara lain kuning, cokelat, merah dan beragam warna violet b. Zinc oxide dan Titanium oxide pigmen sintesis putih c. Bismuth oxychloride sebagai warna putih mutiara d. Bismuth carbonate sebagai pigmen putih e. Cobalt digunakan sebagai pigmen sintesis warna biru, sementara Cobalt hijau untuk pigmen hijau kebiru-biruan f. Beberapa zat warna asal Coal-tar juga digolongkan sebagai pigmen sintesis g. Beberapa pigmen sintesis tidak dibenarkan pemakaiannya dalam kosmetik karena bersifat toksis, contohnya Cadmium sulfide. h. Lakes alam dan sintesis. Lakes merupakan zat warna yang sering digunakan dalam bedak, lipstik, dan kosmetik lainnya. Penggunaan Lakes lebih umum karena menghasilkan warna yang lebih cerah daan cocok dengan kulit Muliyawan dan Suriana, 2013. Universitas Sumatera Utara 57 2.3 2.3 2.3 2.3 Pewarna Pewarna Pewarna Pewarna Pipi Pipi Pipi Pipi Rouge Rouge Rouge Rouge Produk pewarna pipi ini bertujuan memerahkan pipi, sehingga penggunaannya tampak lebih cantik dan segar. Kadang-kadang dipakai langsung, tetapi lebih sering sebagai foundation Tranggono dan Latifah, 2007. Berdasarkan bentuknya, terdapat beberapa jenis pewarna pipi, diantaranya 1. Pewarna pipi bentuk bubuk kompak Bentuk pewarna pipi jenis ini mirip dengan bedak padat. Pewarna pipi ini merupakan jenis yang paling populer. Untuk mengulaskan pewarna pipi, jenis ini bisa menggunakan bantuan brush atau spons Muliyawan dan Suriana, 2013. Bubuk kompak adalah sediaan dasar berupa padatan, lembut, homogen, mudah disapukan merata pada kulit, tidak menimbulkan iritasi, biasanya berbentuk cake, digunakan sebagai sediaan kosmetik untuk berbagai tata rias. Bahan untuk pembuatan bubuk kompak diperlukan bahan seperti yang tertera pada bubuk kompak, biasanya ditambah zat pengikat atau pelicin untuk memudahkan pengempaan. Formulasi bubuk kompak umumnya mengandung talkum dengan kadar tinggi dan zat pengikat, sehingga campuran bahan dapat dikempa dalam bentuk kompak Ditjen POM, 1985. 2. Pewarna pipi bentuk krim Pewarna pipi bentuk krim akan membuat pipi lembab alami. Bentuknya tidak sepadat pewarna pipi bubuk kompak dan memiliki tekstur lebih basah, sehingga warna yag dihasilkan lebih menyatu alami dengan warna kulit wajah Muliyawan dan Suriana, 2013. 3. Pewarna pipi bentuk gradasi Universitas Sumatera Utara 58 Pewarna pipi jens ini mirip dengan bentuk bubuk kompak. Bedanya, dalam kemasan terdapat beberapa warna pewarna pipi yang senada. Hasil gabungan warna tersebut dapat membuat pipi tampak lebih cerah Muliyawan dan Suriana, 2013. 4. Pewarna pipi bentuk batang Pewarna pipi ini dikemas dalam tube mirip lipstik. Penggunaannya cukup mudah karena langsung di poleskan ke pipi. Pewarna pipi bentuk batang ini cocok untuk semua jenis kulit Muliyawan dan Suriana, 2013. 5. Pewarna pipi bentuk powder balls Pewarna pipi jenis ini bentuknya seperti bola-bola kecil dengan aneka warna yang ditempatkan dalam wadah seperti mangkuk. Untuk mengaplikasikannya memerlukan bantuan kuas Muliyawan dan Suriana, 2013. 2.4 2.4 2.4 2.4 Kulit