Jenis Kelamin Kebiasaan Merokok

hal ini, tetapi ada beberapa yang memungkinkan bahwa Estrogen meningkatkan risiko hipertensi tetapi secara epidemiologi belum ada data apakah peningkatan tekanan darah tersebut disebabkan karena estrogen dari dalam tubuh atau dari penggunaan kontrasepsi hormonal estrogen. 12 MN Bustan menyatakan bahwa dengan lamanya pemakaian kontrasepsi estrogen ± 12 tahun berturut-turut, akan meningkatkan tekanan darah perempuan. 8 Dari hasil FGD terungkap bahwa sesungguhnya mereka telah mendapatkan informasi dari petugas kesehatan tetapi mereka mempunyai argumentasi sendiri-sendiri sebagai berikut: Saya tahu kalau terserang darah tinggi sekitar 5 tahun yang lalu. Bu Bidan bilang kalau darah tinggi saya ini karena minum pil KB. Memang saya ikut KB pil kira-kira sejak umur 17 tahun, dan sebelum KB saya tidak menderita darah tinggi. Setelah tahu kalau saya terkena darah tinggi, Bu Bidan nyuruh saya untuk berhenti minum pil KB dan diganti jenis KB yang lain selain KB pil, susuk dan KB suntik. Tapi kalau ganti spiral saya takut, kata orang-orang bisa menyebabkan pendarahan. Lagipula saya sudah terbiasa KB pil, kalau mau ganti yang lain rasanya nggak enak. Tetapi ya risikonya saya jadi harus rutin mengobatkan darah tinggi saya ini ke puskesmas. Yat, 45 tahun – kasus

B. Faktor-Faktor yang Tidak Terbukti Merupakan Faktor Risiko Hipertensi

1. Jenis Kelamin

Pada analisis bivariat, jenis kelamin perempuan sudah tidak terbukti sebagai faktor risiko hipertensi dengan nilai p = 0,31; OR = 0,79 dan 95 CI = 0,51 – 1,24. Setelah dianalisis secara bersama- sama dalam analisis multivariat, jenis kelamin perempuan juga tidak terbukti sebagai faktor risiko hipertensi. Beberapa ahli masih mempunyai kesimpulan berbeda tentang hal ini. Bila ditinjau perbandingan antara wanita dan pria, ternyata terdapat angka yang cukup bervariasi. Dari laporan Sugiri di Jawa Tengah didapatkan angka prevalensi 6,0 untuk pria dan 11,6 untuk wanita. Prevalensi di Sumatera Barat 18,6 pria dan 17,4 perempuan, sedangkan daerah perkotaan di Jakarta Petukangan didapatkan 14,6 pria dan 13,7 wanita. 5 Ahli lain mengatakan pria lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan wanita dengan rasio sekitar 2,29 mmHg untuk peningkatan darah sistolik. 38 Sedangkan menurut Arif Mansjoer, dkk, pria dan wanita menapouse mempunyai pengaruh yang sama untuk terjadinya hipertensi. 37 Menurut MN. Bustan bahwa wanita lebih banyak yang menderita hipertensi dibanding pria, hal ini disebabkan karena terdapatnya hormon estrogen pada wanita. 8 Hal tersebut kemungkinan juga disebabkan variabel jenis kelamin perempuan dipengaruhi oleh variabel lain yang lebih kuat sebagai faktor risiko hipertensi.

2. Kebiasaan Merokok

Pada analisis bivariat, kebiasaan merokok kategori perokok berat terbukti sebagai faktor risiko hipertensi dengan nilai p = 0,001; OR = 2,47 dan 95 CI = 1,44 – 4,23. Setelah dianalisis secara bersama-sama dalam analisis multivariat, kebiasaan merokok tidak terbukti sebagai faktor risiko hipertensi. Hasil penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian Xianglan Zhang, dkk., dan Sheps, Sheldon G., yang menyatakan bahwa kebiasaan merokok sebagai faktor risiko hipertensi OR 1,28 – 1,62 . 21,34 Hal tersebut karena adanya variabel lain yang lebih kuat sebagai faktor risiko hipertensi, mengingat semua variabel dianalisis secara bersama-sama.

3. Kebiasaan Mengkonsumsi Minuman Beralkohol