PENDEKATAN DALAM PENGEMBANGAN PARIWISATA

C. PENDEKATAN DALAM PENGEMBANGAN PARIWISATA

Dalam upaya pengembangan pariwisata diperlukan stategi dan berbagqai pendekatan yang cocok untuk mengembangkan obyek wisata agar optimal, suatu pendekatan ataupun konsep yang diperlukan secara situasi dan kondisi guna terbentuknya suatu pariwisata yang bisa menjadi destinasi unggulan kawasan wisata.

Menurut I Gede Pitana dan I ketut Surya Diarta, (2009 : 134-145), Teknik pengembangan destinasi Pariwisata antara lain :

1. Carrying Capacity Teknik ini sering digunakan dalam pengembangan destinasi pariwisata

dengan model daya dukungan kawasan dengan melihat aspek-aspek : dengan model daya dukungan kawasan dengan melihat aspek-aspek :

b. Faktor group kedua berkaitan dengan atribut destinasi, seperti kondisi lingkungan dan alam, struktur ekonomi dan pembangunan, struktur social

dan organisasi politik, dan level pengembangan pariwisata. (O‟Reilly, 1991 dalam Richardson dan Fluker, 2004 : 306).

Sedangkan Liu (1994) berpendapat dalam teknik carrying capacity ini diaplikasikan dalam destinasi pengembangan destinasi pariwisata yaitu :

a. Physical carrying capacity, yaitu merupakan kemampuan suatu kawasan alam atau destinasi wisata untuk menampung pengunjung atau wisatawan,

penduduk asli, aktivitas kegiatan wisata, dan fasilitas penunjang ekowisata.

b. Biological carrying capacity, yaitu konsep ini mereflesikan konsep interaksi destination pariwisata ekosistem flora dan founa.

c. Social atau culture carraying capacity, yaitu mereflesikan dampak pengunjung atau wisatawan pada lifestyle komunitas local.

2. Recreational Carrying Capacity (RCC) Mengacu pada dampak kunjungan wisatawan.Dampak pengembangan

destinasi wisata (baik tipe, lokasi, dan kualitasnya).Pada lingkungan yang destinasi wisata (baik tipe, lokasi, dan kualitasnya).Pada lingkungan yang

3. Recreational Opportunity Spectrum (ROS) Merupakan teknik identifikasi karakteristik dari suatu kawasan atau destinasi

dengan setting yang berbeda dan memadukanya dengan peluang rekreasi untuk keuntungan terbaik bagi bagi pengguna kawasan atau destinasi dan lingkungan.Misal : kawasan wisata waduk dipadukan dengan wisata olahraga seperti berenang, memancing, dan bersepeda.

4. Limits Accaptable Change (LAC) LAC, Menolak anggapan bahwa semakin besar pemanfaatan suatu destinasi

akan menyebabkan semakin besar dampak yang ditimbulkannya.

5. Visitor Impact Management Model (VIMM) Model ini beranggapan Carrying capacity tidak menjadi fokus utama tetapi

lebih difokuskan pada keterkaitan perencanaan, pengawasan, dan pengambilan keputusan.VIMM menyadari bahwa wisatawan bukan satu- satunya yang menyebabkan dampak dari pada destinasi.

6. Visitor Experience and Resourse protection Model ( VERP) 6. Visitor Experience and Resourse protection Model ( VERP)

7. Visitor Activity Management Program (VAMP) Merupakan system manajemen yang berusaha mengubahorientasi dari produk

kepada orientasi pasar dengan penekanan pada pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen.

8. Tourism Opportunity Spectrum (TOS) Merupakan teknik perencanaaan ekowisata yang menanut asumsi bahwa

spectrum pengukuran dan penilaian indicator perencanaan yang digunakan haruslah :

a. Dapat diamati dan diukur

b. Secara langsung dapat dikendalikan dibawah manajemen control

c. Terkait langsung dengan prefensi wisatawan dan memengaruhi keputusannya untuk melakukan wisata atau tidak ketempat tersebut.

d. Mempunyai karakteristik dengan kondisi tertentu. Sedangkan Menurut James J. Spillane (1994: 28-30) terdapat empat pendekatan

di dalam pariwisata yang muncul secara kronologis yaitu :

Pendekatan ini mendukung pariwisata dan menekankan keuntungan ekonomis dari pariwisata. Potensi pariwisata bisa dipakai untuk mendukung macam- macam kegiatan ekonomis, menciptakan lapangan kerja baru, memperoleh devisa asing yang dibutuhkan bagi pembangunan dan masih banyak lagi.

2. Pendekatan Cautionary Pendekatan ini menekankan bahwa pariwisata dapat mengakibatkan banyak

kerugian (disbenefits) dalam berbagai aspek sosial-ekonomi; seperti timbulnya lapangan kerja musiman dan kasar (rendahan), devisa beralih asing [investor asing], menyebabkan komersialisasi budaya, serta menyebabkan berbagai macam konflik.

3. Pendekatan Adaptancy Pendekatan Adaptancy menyebutkan agar pengaruh negatif pariwisata dapat

dikontrol dengan mencari bentuk lain perkembangan pariwisata dari yang selama ini sudah dikenal secara umum, atau dengan menyesuaikan pariwisata dengan negara atau daerah tujuan wisata. Cara berpikir baru ini berdasarkan pandangan bahwa alam dan budaya dapat digabungkan dalam satu konteks.maka pendektan ini mengusulkan strategi seperti pembangunan pada skala kecil, pariwisata yang terkontrol, pariwisata yang dapat bertahan lama dikontrol dengan mencari bentuk lain perkembangan pariwisata dari yang selama ini sudah dikenal secara umum, atau dengan menyesuaikan pariwisata dengan negara atau daerah tujuan wisata. Cara berpikir baru ini berdasarkan pandangan bahwa alam dan budaya dapat digabungkan dalam satu konteks.maka pendektan ini mengusulkan strategi seperti pembangunan pada skala kecil, pariwisata yang terkontrol, pariwisata yang dapat bertahan lama

4. Pendekatan Developmental Pendekatan Developmental atau sering disebut pendekatan Alternatif ini

menganggap bahwa pariwisata dapat disesuaikan dengan keadaan masyarakat tuan rumah dan peka akan selera masyarakat tuan rumah tersebut. Dapat dipercaya bahwa perkembangan tersebut sebetulnya mempengaruhi pilihan wisatawan terhadap daerah tujuan wisatanya dan demikian juga cara kehidupan mereka di daerah tujuan wisata atau bentuk alternatif pariwisata ini mempengaruhi jurang pemisah antara hak dan tanggungjawab dari tamu, tuan rumah dan perantaranya.

Menurut peneliti model pendekatan pariwisata yang sesuai dengan keadaan di Kabupaten Boyolali adalah pendekatan Advocasy, sebab pendekatan ini mendukung pariwisata dan menekankan keuntungan ekonomis dari pariwisata.Potensi pariwisata bisa dipakai untuk mendukung macam-macam kegiatan ekonomis, menciptakan lapangan kerja baru, memperoleh devisa asing yang dibutuhkan bagi pembangunan daerah, kesejahteraan masyarakat dan masih banyak lagi.

Selain itu, Model Teknik Recreational Opportunity Spectrum (ROS)Merupakan teknik identifikasi karakteristik dari suatu kawasan atau Selain itu, Model Teknik Recreational Opportunity Spectrum (ROS)Merupakan teknik identifikasi karakteristik dari suatu kawasan atau

Misal : kawasan wisata waduk dipadukan dengan wisata olahraga seperti berenang, memancing, dan bersepeda.melihat banyaknya potensi obyek wisata Boyolali khususnya wisata tirta (air) Waduk ini sangat perlu di kembangkan dan dibangun, sebab dengan adanya pariwisata yang maju dan dikenal masyarakat luas akan semakin menjadikan keuntungan tersendiri baik bagi pemerintah daerah maupun masyarakat. Model Pendekatan Advocasy dan Recreational Opportunity Spectrum (ROS)ini juga sangat cocok diterapkan dinas terkait atau pemerintah daerah dalam mengembangkan potensi obyek wisata Air [Tirta] di Kabupaten Boyolali.