PERAN DINAS PARIWISATA DAN BUDAYA

3. PERAN DINAS PARIWISATA DAN BUDAYA

Pengembangan pariwisata ini tidak lepas dari peran organisasi kepariwisataan pemerintah, seperti Dinas Pariwisata dan Budaya yang mempunyai tugas dan wewenang serta kewajiban untuk mengembangkan dan memanfaatkan aset negara yang berupa obyek wisata.

Secara teoritis Peran Dinas Pariwisata dan Kebudayaan adalah Kontribusi secara nyata dari segala hal yang berkaitan dengan Fungsi Manajemen sebab dalam pengembangan pariwisata diperlukan perencanan, pengorganisasian, Secara teoritis Peran Dinas Pariwisata dan Kebudayaan adalah Kontribusi secara nyata dari segala hal yang berkaitan dengan Fungsi Manajemen sebab dalam pengembangan pariwisata diperlukan perencanan, pengorganisasian,

diantaranya ;

Planning

(Perencanaan), Organizing (Pengorganisasian),

Coordinating

(pengkordinasian), (Actuating) Penggerakan, controlling (Pengawasan).

1. Planning (Perencanaan). Pada umumnya para ahli berpendapat bahwa fungsi manajemen yang

pertama adalah perencanaan. Perencanaan merupakan fungsi dasar atau fungsi

pengorganisasian, pengkoordinasian, pemberian perintah, dan pengawasan sebenarnya hanya melaksanakan keputusan perencanaan. Dalam organisasi modern masalah perencanaan makin mendapat perhatian karena manfaatnya bagi organisasi makin dirasakan.

Semua kegiatan perencanaan pada dasarnya melalui empat tahap atau langkah berikut ini. Empat langkah dalam perencanaan ini bias diadaptasi untuk semua kegiatan perencanaan dan pada semua tingkatan organisasi (Husnan, 1988; Handoko, 1984).

a) Menentukan tujuan atau serangkaian tujuan.

b) Merumuskan keadaan atau kedudukan saat ini.

(kendala) untuk mencapai tujuan.

d) Mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan untuk pencapaian tujuan.

2. Organizing (Pengorganisasian) Pengorganisasian merupakan proses penyusunan struktur organisasi. T.

Hani Hanadoko (1990) mengemukakan bahwa struktur organisasi disusun adalah untuk membantu pencapaian tujuan organisasi dengan lebih efektif. Struktur organisasi merupakan suatu kerangka yang menunjukkan seluruh kegiatan-kegiatan untuk pencapaian tujuan organisasi dan pola tetap hubungan-hubungan di antara fungsi-fungsi, bagian-bagian atau posisi- posisi, maupun orang-orang yang menunjukkan kedudukan, tugas, wewenang, dan tanggung jawab yang berbeda-beda dalam suatu organisasi. Dengan demikian struktur organisasi menggambarkan mekanisme-mekanisme formal dengan mana organisasi dikelola.

3. Coordinating (pengkordinasian) Pengkoordinasian adalah aktivitas menghubung - hubungkan,

menyatupadukan, dan menyelaraskan orang-orang dan pekerjaannya sehingga semua berlangsung secara tertib dan seirama menuju tercapainya tujuan tanpa terjadi kekacauan, percekcokan, kekembaran atau

Karena adanya pembagian kerja dan spesialisasi didalam mencapai tujuan, maka koordinasi itu mutlak perlu, sebab tanpa koordinasi maka masing- masing karyawan atau satuan-satuan dalam suatu organisasi akan berjalan sendiri yang mungkin menuju kepelbagai arah atau tidak pernah bertemu pada tujuan yang sama. Tanpa koordinasi, individu-individu dan satuan- satuan organisasi akan kehilangan pegangan atas peranan mereka dalam organisasi. Mereka akan mulai mengejar kepentingan sendiri, yang sering merugikan pencapaian tujuan organisasi secara keseluruhan.

4. Actuating (Penggerakan) Actuating adalah menggerakkan orang (bawahan) agar supaya mau

bekerja dengan sendirinya atau dengan penuh kesadaran untuk secara bersama-sama mencapai tujuan yang dikehendaki. Actuating berarti pendorongan semangat kerja dan penjurusana aktivitas bawahan agar menuju kepada maksud yang dikehendaki dan rencana yang tekah ditetapkan. Jika manajer melakukan aktifitas ini, berarti iaharus membangkitkan semangat kerja bawahan, memelihara semangat tersebut, mendorong dan menjuruskan kea rah timbulnya aktivitas yang positif dengan melakukan pembibingan yang aktif, memberi perintah-perintah kerja, penugasan-penugasan, sehingga semua aktivitas bawahan benar- bekerja dengan sendirinya atau dengan penuh kesadaran untuk secara bersama-sama mencapai tujuan yang dikehendaki. Actuating berarti pendorongan semangat kerja dan penjurusana aktivitas bawahan agar menuju kepada maksud yang dikehendaki dan rencana yang tekah ditetapkan. Jika manajer melakukan aktifitas ini, berarti iaharus membangkitkan semangat kerja bawahan, memelihara semangat tersebut, mendorong dan menjuruskan kea rah timbulnya aktivitas yang positif dengan melakukan pembibingan yang aktif, memberi perintah-perintah kerja, penugasan-penugasan, sehingga semua aktivitas bawahan benar-

5. Controlling (Pengawasan). Pengawasan (controlling) adalah aktifitas manajemen yang mengusahakan

agar pekerjaan-pekerjaan terkendali pelaksanaannya sedemikian rupa sehingga sesuai dengan rencana yang ditetepkan dan atau hasil yang dikehendaki. Rencana yang bagaimanapun baiknya dapat saja tidak terealisasikan sepenuhnya atau bahkan gagal sama sekali bila manajer tidak melakukan pengawasan. Dengan demikian pengawasan dapat didefinisikan sebagai proses untuk “menjamin” bahwa tujuan-tujuan organisasi dan manajemen tercapai.

Pentingnya Manajemen Bagi Organisasi

Manajemen dibutuhkan oleh semua organisasi, karena tanpa manajemen, semua usaha akan sia-sia dan pencapaian tujuan akan lebih sulit. Ada tiga alasan utama diperlukannya manajemen (T. Hani Handoko, 1990) :

1. Untuk mencapai tujuan organisasi.

2. Untuk menjaga keseimbangan diantara tujuan-tujuan yang saling bertentangan. Manajemen dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan antara

tujuan-tujuan, sasaran-sasaran dan kegiatan-kegiatan yang saling bertentangan dari pihak-pihak yang berkepentingan dalam organisasi, tujuan-tujuan, sasaran-sasaran dan kegiatan-kegiatan yang saling bertentangan dari pihak-pihak yang berkepentingan dalam organisasi,

3. Untuk mencapai efisiensi dan efektivitas. Suatu kerja organisasi dapat diukur dengan banyak cara yang berbeda. Salah satu cara yang umum digunakan adalah dengan melihat efisiensi dan efektivitasnya.

Manajemen pada dasarnya dibutuhkan oleh semua tipe organisasi. Kalau dilihat dalam praktek, maka manajemen dibutuhkan dimana saja orang-orang bekerjasama (dalam organisasi) untuk mencapai tujuan bersama.Sebagai ilmu pengetahuan, manajemen bersifat universal dan menggunakan kerangka ilmu pengetahuan yang sistematis, mencakup kaidah-kaidah, prinsip-prinsip, dan konsep-konsep yang cenderung benar dalam semua situasi manajerial.

Pemerintah dan Pemerintah Daerah menjamin ketersediaan dan penyebarluasan informasi kepada masyarakat untuk kepentingan pengembangan kepariwisataan.Pemerintah Daerah dapat mengembangkan dan mengelola sistem informasi kepariwisataan sesuai dengan kemampuan dan kondisi daerah.Dalam rangka meningkatkan penyelenggaraan kepariwisataan Pemerintah melakukan koordinasi strategis lintas sektor pada tataran kebijakan, program, dan kegiatan kepariwisataan. Pemerintah juga harus melakukan Koordinasi strategis lintas sektor yang meliputi:

a. Bidang pelayanan kepabeanan, keimigrasian, dan karantina

b. Bidang keamanan dan ketertiban b. Bidang keamanan dan ketertiban

d. Bidang transportasi darat, laut, dan udara dan

e. Bidang promosi pariwisata dan kerja sama luar negeri. Menurut Angelina Sondakh, (2010 : 95). Untuk mendorong pemerintah

daerah (pemda) dalam menyusun program pengembangan pariwisata daerah, maka perlu dilakukan enam langkah, diantaranya :

1. Mewadahi, membangun, dan mengembangkan manfaat potensi pariwisata sebagai kegiatan ekonomi yang menciptakan lapangan kerja

2. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan aparatur serta pemberdayaan tugas dan fungsidinas pariwisata daerah sebagai fasilitator dan regulator

pengembangan pariwisata di daerah.

3. Meningkatkan kesempatan berusaha dan ketertiban masyarakat dalam pengembangan kawasan wisata

4. Melaksanakan kerjasama pariwisata antara pemerintah daerah dan dunia usaha

5. Menciptakan dan menjaga suasana ketentraman dan kteratiban masyarakat

6. Mendorong pengembangan pariwisata daerah difokuskan pada kebijakan perbaikan pelayanan pemerintah kepada masyarakat. Kebijakan tersebut dilakukana dengan menerbitkan Permendagri No 24 tahun 2006 tentang

pedoman penyelenggaraan pelayanan satu pintu (PPTSP).

Sebagaimana suatu organisasi yang di beri wewenang dalam pengembangan pariwisata di wilayahnya, ia harus menjalankan kebijakan yang paling menguntungkan bagi daerah dan wilayahnya, karena fungsi dan tugas dari organisasi pariwisata pada umumnya :

1. Berusaha memberikan kepuasan kepada wisatawan kedaerahannya dengan segala fasilitas dan potensi yang dimilikinya.

2. Melakukan koordinasi diantara bermacam-macam usaha, lembaga, instansi dan jawatan yang ada dan bertujuan untuk mengembangkan industri pariwisata.

3. Mengusahakan memasyarakatkan pengertian pariwisata pada orang banyak, sehingga mereka mengetahui untung dan ruginya bila pariwisata

dikembangkan sebagai suatu industri.

4. Mengadakan program riset yang bertujuan untuk memperbaiki produk wisata dan pengembangan produk-produk baru guna dapat menguasai

pasaran diwaktu-waktu yang akan datang.

5. Menyediakan semua perlengkapan dan fasilitas untuk kegiatan pemasaran pariwisata, sehingga dapat diatur strategi pemasaran keseluruh wilayah.

berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan secara teratur dan berencana.

Disamping itu Peran Dinas Pariwisata dan Budaya pada hakekatnya sesuai dengan TUPOKSI yang ada. Adalam hal ini TUPOKSI Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten/Kota secara makro, diantaranya :

1. perumusan kebijakan teknis bidang kebudayaan dan kepariwisataan

2. penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum bidang kebudayaan dan kepariwisataan

3. pembinaan dan fasilitasi bidang kebudayaan dan kepariwisataan lingkup provinsi dan kabupaten/kota

4. pelaksanaan tugas di bidang sejarah, kepurbakalaan dan permuseuman, nilai budaya, seni dan film, pengembangan destinasi pariwisata, dan

pemasaran pariwisata

5. pemantauan, evaluasi dan pelaporan bidang kebudayaan dan kepariwisataan

6. pelaksanaan kesekretariatan dinas 6. pelaksanaan kesekretariatan dinas

Oleh karena itu peranan organisasi kepariwisataan pemerintah disini Dinas Pariwisata dan Kebudayaan merupakan salah satu hal utama dalam pengembangan pariwisata disuatu daerah.Selain itu perlu pula disiapkan beberapa hal, seperti sumber daya yang ada, mempersiapkan masyarakatnya serta kesiapan sarana penunjang lainnya, karena bagaimanapun juga wisatawan menghendaki pelayanan yang memuaskan.

Bagan 3.2 Bagan Kerangka Pikiran

Potensi Obyek Wisata Tirta dikembangkan,

tetapi belum digali secara maksimal

Pariwisata Kabupaten Boyolali Pada Tahun 2012 dalam ;

1. Perencanaan

2. Kerjasama 3. Promosi 4. Kelembagaan

Obyek Wisata Tirta menjadi salah satu Wisata unggulan di Kabupaten Boyolali pada Tahun 2012

Faktor Pendukung Pengembangan

Obyek Wisata Tirta, Meliputi :

a. Potensi Wisata b. Perhatian

Pemerintah propinsi dan daerah

c. Perhatian dari Dinas Pariwisata Propinsi Jawa tengah

Pengembangan Potensi Obyek Wisata Tirta, Meliputi Aspek :

1. Attraction 2. Fasilitas 3. Insfrastruktur 4. Promosi 5. Comunication

Faktor Penghambat Pengembangan Obyek Wisata Tirta, meliputi :

a. Kurangnya kelompok sadar wisata

b. Rendahnya wisatawan c. Terbatasny aanggaran d. Rendahnya

Kepedulian

pengembangan SDM e. Rendahnya kualitas Sumber

Daya Manusia.

Potensi Obyek wisata tirta di Kabupaten Boyolali dikembangkan, namun belum digali secara maksimal. Ada sekitar delapan obyek wisata air yang ada di wilayah kabupaten Boyolali diantaranya meliputi : 3 waduk, 3 umbul pemandian, 1 Air terjun , dan beberapa wisata rekreasi air buatan yang secara khusus semuanya perlu digali potensinya.

Untuk itu peran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata diperlukan untuk mengembangkan potensi obyek wisata air tersebut. Pengembangan wisata tirta tidak lepas dari peran dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata sesuai dengan Tupoksinya, salah satunya adalah melakukan pengembangan destinasi pariwisata, yang meliputi ; Perencanaan Pengembangan Potensi Wisata Air Tahun 2011 seperti di Wisata Tlatar, Pengging, Bade, Cengklik, Kedungombo. Kerjasama antar lintas sektor seperti SKPD Kabupaten, DPU, BPKAD, PSDA, Perhutani, dsb. Promosi dalam pemasaran wisata di Kabupaten Boyolali dengan Website, Javapromo, Website Pemerintah Kabupaten Boyolali, Pemutaran VCD potensi wisata Kabupaten Boyolali Tahun 2011 dan bookflet Pesona Wisata Kabupaten Boyolali 2012. Kelembagaan dalam Meningkatkan Sumber Daya Manusia, seperti Pembinaan dan Pelatihan kepada internal Disbudpar yang rutin di adakan setiap tahunnya.

Dalam upaya pengembangan wisata tirta ini, diperlukan prioritas aspek pengembangan pariwisata/ wisata air, meliputi : attraction, facility, infrastuctur, transportasi, promotion, comunication. Akan tetapi dalam pengembangan pariwisata

pengembangan pariwisata, sehingga tercipta pengembangan pariwisata yang sesuai dengan karakteristik tempat wisata , kondisi sosial sekitar, dan efektif. Adapun faktor pendukungnya meliputi : potensi wisata, perhatian pemerintah propinsi dan daerah, serta perhatian Dinas Pariwisata Propinsi Jawa Tengah. Sedangkan Faktor Penghambatnya meliputi : kurangnya kelompok sadar wisata, rendahnya wisatawan, terbatasnya anggaran, rendahnya kepedulian pengembangan sumber daya manusia, dan rendahnya kualitas sumber daya nanusia.

Dengan melihat analisis faktor penghambat dan pendukung pengembangan obyek wisata atau pariwisata di Kabupaten Boyolali di harapkan mampu membantu sektor prioritas aspek pengembangan pariwisata atau wisata air dalam mewujudkan obyek wisata tirta yang unggul pada tahun 2011 dan 2012, sehingga obyek Wisata Tirta menjadi salah satu wisata unggulan di Kabupaten Boyolali.