Analisis Struktural Novel Sebelas Patriot

1. Analisis Struktural Novel Sebelas Patriot

Pada novel Sebelas Patriot karya Andrea Hirata ini pembaca disuguhkan cerita yang menggetarkan dan sangat inspiratif. Mulai dari cerita cinta seorang anak, pengorbanan seorang ayah, makna menjadi orang Indonesia, dan kegigihan menggapai mimpi-mimpi. Sehingga membuat pembaca selalu ingin mengetahui bagaimana akhir ceritanya. Tokoh utama dalam novel ini sangat kuat penggambarannya. Dalam penceritaan novel Sebelas Patriot ini dapat diambil keterkaitan antara tema, tokoh, alur, latar, bahasa, amanat dan sudut pandang yang membentuk keterpaduan isi cerita dalam novel. Alasan pemilihan tema, tokoh, alur, latar, bahasa, amanat dan sudut pandang untuk dianalisis pada novel Sebelas Patriot karya Andrea Hirata adalah bahwa pada novel ini penggambaran pada setiap tokoh dan isi dari novel ini memiliki sebuah kehidupan yang begitu luar biasa.

a. Tema

Tema adalah suatu gagasan atau ide yang mengilhami karya sastra. Secara garis besar cerita dalam novel Sebelas Patriot karya Andrea Hirata berkisar seputar sepak bola. Di mana seorang anak mencintai dunia sepak bola, karena terinspirasi oleh ayahnya yang dulu menjadi pemain sayap kiri yang berbakat alam luar biasa saat penjajahan Belanda.

Tema dalam novel Sebelas Patriot ini adalah perjuangan. Perjuangan yang diceritakan dalam novel ini meliputi perjuangan kaum pribumi untuk terlepas dari jajahan kompeni, pengorbanan seorang ayah, pengorbanan seorang anak, pengorbanan menjadi orang Indonesia, dan kegigihan menggapai mimpi-mimpi. Novel Sebelas Patriot, Andrea Hirata menampilkan kegigihan kaum pribumi dalam berusaha memberontak kekejaman penjajah Belanda, kasih sayang seorang anak, kegigihan seorang ayah untuk melindungi anaknya, kegigihan seorang anak yang

commit to user

perjuangan sang ayah dan ingin membuat sang ayah bahagia dan bangga. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut:

Pernah tercatat beberapa perlawanan yang pernah diletuskan rakyat (Andrea Hirata: 6).

“…. , rakyat menemukan caranya sendiri untuk melawan. Para penyelam tradisional melawan dengan membocorkan kapal-kapal

dagang Belanda yang mendekati perairan Belitong. Para pemburu melawan dengan meracuni sumur-sumur yang akan dilalui tentara Belanda. Para imam membangun pasukan rahasia di langgar- langgar. Para kuli parit tambang melawan dengan sepak bola ” (Andrea Hirata: 6-7).

Salah satu tujuan yang menggoda hatiku adalah Madrid, demi ayahku (Andrea Hirata: 70).

Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa tema utama novel Sebelas Patriot karya Andrea Hirata adalah sebuah perjuangan seorang anak demi cintanya kepada sang ayah.

b. Penokohan

Novel Sebelas Patriot karya Andrea Hirata mempunyai banyak tokoh dalam berperan. Tokoh-tokoh tersebut antara lain adalah Ayah Ikal (si bungsu), Aku (Ikal), Pelatih Toharun, Pemburu Tua, Mahar, Trapani, Pelatih Amin, Distric Beheerder Van Holden, saudara berusia 15 tahun, si sulung berusia 16 tahun, Ibu, Adriana, dan Margarhita Vargas.

Tokoh dan penokohan menurut kadar keutamaan tokoh-tokohnya dapat dikategorikan yaitu tokoh utama dan tokoh tambahan. Namun di sini hanya akan mendeskripsikan tokoh yang memiliki peran penting dalam cerita yaitu tokoh utama dan tokoh tambahan yang mempunyai peran penting dalam jalannya cerita.

1) Aku (Ikal) Berdasarkan keutamaan tokoh Aku (Ikal) merupakan tokoh utama yang protagonis. Aku (Ikal) digambarkan oleh pengarang adalah

commit to user

seorang anak yang ingin membuat membuat ayahnya bangga. Dalam novel ini Ikal memiliki watak mudah penasaran, suka bertanya-tanya (memiliki rasa ingin tahu yang tinggi), ambisius, bersungguh-sungguh, gigih dalam menggapai impian, tidak mudah putus asa, dan cinta tanah air. Dapat dilihat dari kutipan berikut:

Aku curiga, mungkinkah foto inilah yang membuat Ibu melarangku bermain-main dengan album ini? Sebab, ketika memergokiku kemarin, foto itu yang sedang kupandang- pandang (Andrea Hirata: 8).

Demi mengetahui kisah dari pemburu tua tentang ayah, aku makin gemar sepak bola dan tak ada hal lain dalam kepalaku selain ingin menjadi pemain PSSI! Untuk menggantikan posisi Ayah yang telah dirampas Belanda. Aku harus menjadi pemain PSSI! Apapun yang terjadi (Andrea Hirata: 38).

Keinginan Ikal untuk meneruskan perjuangan ayahnya sangat tinggi, karena dia ingin membahagiakan dan ingin ayahnya bangga. Hal ini ia tunjukkan dengan cita-citanya menjadi pemain sepak bola nasional. Untuk menjadi pemain sepak bola nasional harus melalui seleksi yang panjang.

Aku tahu, untuk menjadi pemain PSSI, panjang jalurnya. Jalur pertama harus masuk klub kampung karena sesekali nanti akan ada seleksi untuk menjadi pemain junior kabupaten. Jika terpilih menjadi pemain junior kabupaten, aka nada seleksi lagi untuk menjadi pemain junior provinsi, dan seorang tidak mungkin-walaupun ada katebelece dari ketua persatuan sepak bola internasional-bisa menjadi pemain junior PSSI, jika tidak menjadi pemain junior provinsi. Mengapa gerangan bisa begitu? Jawabannya adalah karena para pemain junior PSSI dipilih dari para pemain junior provinsi. Sederhana, bukan? (Andrea Hirata, 2011:38).

Aku bahkan berlatih sendiri diluar jadwal Pelatih Toharun. Usai shalat Subuh, aku berlari keliling kampung (Andrea Hirata: 42).

commit to user

meskipun kegagalan terus melanda ia tetap berusaha bangkit dan mencari cara untuk mewujudkan mimpinya demi membahagiakan sang ayah. Meski ia gagal menjadi pemain PSSI, Ikal tetap ingin membahagiakan ayahnya dengan membelikan kaos bertuliskan Luis Figo pemain kesayangan sang ayah. Untuk mendapatkan kaos Luis Figo Ikal harus bekerja keras untuk mengumpulkan uang yang harganya cukup mahal. Ikal bekerja siang malam demi mendapatkan kaos Luis Figo. Dapat dilihat dalam kutipan berikut:

“.... aku bekerja keras dan sepanjang waktu berdoa agar kaos Figo itu tidak keburu disambar orang lain” (Andrea Hirata: 78).

Pekerjaanku memunguti bola, mengumpulkan kaus pemain, dan diperintah-perintah pembantu dari pembantu pelatih utama atau oleh Margarhita alias Nyonya Vargas, begitu dia memintaku memanggilnya. Aku tak peduli, sebab aku gembira, karena kian hari aku kian yakin dapat mengumpulkan uang 250 euro yang kuperlukan untuk membawa pulang kaus Luis Figo bertanda tangan asli untuk kupersembahkan pada ayahku. Teringat semua itu, kesusahan di Nou Cam tak ada artinya bagiku ” (Andrea Hirata, 2011:81-82).

Lama kutatap, tiba-tiba aku merasa menjadi anak tak berguna jika tahu ada kaos bertanda tangan asli Figo disitu dan aku berlalu tanpa berusaha mendapatkannya demi paman-pamanku sang libero dan pemain sayap kanan demi Pelatih Amin, demi keseluruhan cinta kami pada sepak bola, dan terutama demi ayahku ” (Andrea Hirata: 74).

Semua usaha Ikal untuk mendapatkan kaos Luis Figo tidak sia- sia, ia berhasil mengumpulkan uang sejumlah yang dibutuhkan untuk membeli kaos bertuliskan nama pemain asal Portugal itu. Alangkah senangnya Ikal saat bisa mendapatkan kaos bertuliskan pemain kesayangan ayahnya itu. Ikal sangat senang dan bahagia karena semua usahanya tidak sia-sia. Selain mendapatkan kaos Luis Figo dan kaos Barcelona FC untuk Pelatih Toharun Ikal juga mendapatkan tiket

commit to user

Adriana. Hal ini semakin membuatnya bahagia karena tiket ini hanya bisa didapat untuk member. Adriana adalah member istimewa yang punya akses tiket itu. Ikal sangat senang karena bisa menyaksikan pertandingan tim kesayangannya itu secara langsung. Namun, saat tim kesayangannya Real Madrid mencetak gol, ribuan penonton berteriak menyebut “Real! Real!” Ikal justru berteriak “Indonesia! Indonesia!”. Seperti tampak dalam kutipan berikut:

Aku berlari kencang menuju stasiun terdekat. Sampai di stasiun terdekat. Sampai di stasiun kereta Madrid, aku berlari kencang lagi menuju Estadio Santiago Bernabeu. Langkah rasanya ringan karena senang akan segera mendapat kaus bertanda tangan asli Figo, karena membayangkan senyum Ayah, sekaligus sangat berat karena cemas kaus itu telah dibeli orang lain (Andrea Hirata, 2011:83)

Aku melonjak-lonjak girang. Kuucapkan terima kasih berkali- kali. Dia tersenyum lebar. Dia tampak senang melihatku melonjak-lonjak. Butuh beberapa waktu sampai aku tenang kembali. Adriana bertanya mengapa kaus itu begitu penting bagik u. “Ini untuk Ayahku, “ kataku (Andrea Hirata, 2011:85).

Ketika Real Madrid berhasil mencetak gol, puluhan ribu penonton berteriak, “Real! Real!” Aku berteriak, “Indonesia! Indonesia!” Adriana berkali-kali menatapku, mungkin takjub

melihat bagaimana seseorang yang berasal dari sebuah pulau terpencil di negeri antah berantah bisa berada di tengah binger- bingar Santiago Bernabéu (Andrea Hirata: 99).

2) Ayah Ikal (Si Bungsu) Ayah Ikal merupakan tokoh utama tambahan yang protagonis karena ia cukup banyak mempengaruhi kehidupan tokoh utama yaitu Aku (Ikal). Ayah Ikal adalah sosok yang pendiam, sederhana, pendiam, tidak pernah menuntut apapun dari siapa pun, penuh kasih sayang, tak banyak tingkah, dan pemberani.

commit to user

tangannya kasar seperti amplas dan jalannya timpang, karena pincang. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut:

Maka Ayah, seperti semua orang Melayu itu, hanyalah unsur sederhana dalam kronologi zaman, dan Ayah adalah inti dari kesederhanaan itu karena sikapnya yang sangat pendiam, tak pernah menuntut apa pun dari siapa pun, merasa tak perlu membuktikan apa pun pada siapa pun, selain kasih sayang untuk keluarga, tak banyak tingkah (Andrea Hirata: 3-4).

Seiring usia aku semakin dekat dengan Ayah, dan Ayah tetaplah Ayah yang pendiam (Andrea Hirata: 9).

“…. yang kasatmataku, misalnya telapak tangannya yang kasar seperti amplas dan jalannya yang timpang, terpincang-pincang.

…” (Andrea Hirata: 9).

Ayah Ikal merupakan si bungsu dari tiga bersaudara yang sangat terkenal akan permainan sepak bolanya pada zaman penjajahan Belanda di Belitong. Ayah Ikal adalah seorang striker yang larinya seperti menjangan dan memiliki tendangan kaki kiri yang sangat dahsayat. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut:

Larinya sederas menjangan. Diterobosnya tiga pemain belakang dengan cara spektakuler, yakni mengumpankan bola jauh ke depan untuk dirinya sendiri lalu berlomba lari dengan para defender. Dia tak pernah dapat dikalahkan dalam sprint supercepat jarak pendek itu. Kuda-kudanya teguh sehingga tak mudah di-tackle untuk dijegal. Akhirnya, tinggal berhadapan satu-satu dengan penjaga gawang, ditendangnya bola dengan kaki kiri. Sebuah tendangan yang konon yang dahsyat. Dalam 90% kesempatan akan menjadi gol (Andrea Hirata: 18-19).

Ayah Ikal memiliki semangat yang tinggi dalam membela kuli parit tambang dengan sepak bola. Ayah Ikal tak gentar dengan ancaman dan siksaan Belanda. Ayah Ikal dianggap membangkang dan telah mempermalukan Belanda dengan golnya sehingga membuat penjajah kalah, Si Bungsu harus kehilangan tempurung lutut kaki kirinya.

commit to user

Dia menolak bergabung dengan tim penjajah kaumnya. Dengan membangkang, dia merasa telah membela abang- abangnya, membela bangsanya. Itu sesungguhnya tindakan berani mati yang tak terbayangkan akibatnya (Andrea Hirata: 23).

Si Bungsu diangkut ke tangsi. Beberapa hari kemudian tentara mencapampakkannya ke luar gerbang tangsi dalam keadaan luka parah. Lalu, para narapidana ke sebuah pulau di barat Belitong untuk membangun mercusuar (Andrea Hirata: 23).

Belanda berang mendengar si bungsu tak berhenti berteriak Indonesia! Pelatih Amin, dan tiga bersaudara diangkut ke tangsi. Mereka dikurung selama seminggu. Tempurung kaki kiri si bungsu dihancurkan Belanda, karena ia telah mencetak gol sehingga ia takkan pernah bisa main sepak bola lagi (Andrea Hirata, 2011:30).

3) Pelatih Toharun Pelatih Toharun merupakan tokoh tambahan karena ia cukup banyak mempengaruhi kehidupan tokoh utama yaitu Ikal. Pelatih Toharun adalah putra dari pelatih Amin. Pelatih Amin adalah pelatih yang dulu melatih Ayah Ikal. Pelatih Toharun ini juga seorang komentator sepak bola di kampungnya.

Komentar Pelatih Toharun telah menjadi daya tarik tersendiri menonton sepak bola dibalai desa, lebih seru dari komentator televisi. Sebelum pertandingan berlangsung, Pelatih Toharun selalu mengajak hadirin untuk menyanyikan lagu “Indonesia Raya‟. Sebagian orang menyilangkan lengan di dadanya ketika lagu yang megah itu berkumandang, sungguh mengharukan (Andrea Hirata: 35).

Pelatih Toharun adalah orang yang tegas, berwibawa, sedikit kejam, cerewet, dan displin. Meskipun terkenal kejam sebenarnya Pelatih Toharun memiliki hati yang lembut. Ia keras begitu karena ingin terlihat lebih berwibawa. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut:

commit to user

Pelatih Toharun memasuki lapangan seperti seorang inspektur upacara. Jika berada di lapangan sepak bola, wibawa yang terpancar darinya sangat berbeda dari keadaan sehari-hari sebagai tukung gulung dinamo (Andrea Hirata: 39).

Pelatih Toharun mendadar tim junior tanpa ampun sampai kami muntah-muntah (Andrea Hirata: 41).

Meski Pelatih Toharun sangat keras, kami sayang padanya, baik sebagai pribadi atau sebagai pelatih. Kami menyukai caranya menyemangati kami di ruang ganti klub kami, yang berupa bedeng berdinding seng, penuh dengan tempelan gambar- gambar para pemain PSSI. Sebelum pertandingan, kami selalu dimarahinya habis-habisan. Mulutnya cerewet mengingatkan posisi dan tugas kami masing-masing di lapangan. Diancamnya kami dengan pedas agar kami jangan sekali-kali kalah. Namun nanti jika kami kalah, dia menjelma menjadi orang yang sangat lembut (Andrea Hirata: 46-47).

Lupakan kekalahan ini, kita berlatih lagi, nanti kita menang, ya Boi,” katanya sambil mengelus-elus punggung kami, bahkan

membuka tali sepatu bola kami. Sungguh pelatih yang luar biasa (Andrea Hirata: 47).

4) Adriana Adriana adalah seorang pegawai di toko resmi cendera mata Real Madrid. Ia bekerja sebagai cash register. Selain itu, Adriana juga seorang penggemar Real Madrid. Adriana adalah orang yang ramah, murah senyum, baik, dan pengertian. Adriana digambarkan sebagai seorang gadis yang sangat cantik, berambut pirang dan bermata biru. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut:

Adriana, sangat cantik, berambut pirang dipotong pendek. Crew-cut-kah istilah modern tak paham benar soal itu. Lebih dari segalanya dia passionate-tipikal perempuan Spanyol. Di situ daya tarik terbesarnya selain keherananku bagaimana dua butir kelereng berwarna biru bisa berada dalam kepala manusia? (Andrea Hirata: 72).

Dia tersenyum. Senyumnya riang (Andrea Hirata: 85).

commit to user

5) Margarhita Vargas Margarhita Vargas adalah seorang kepala pembantu umum di klub junior sepak bola Barca. Margarhita Vargas alias Nyonya Vargas adalah seorang yang berbadan tegap dan tampak sangat fit. Usianya kurang lebih 45 tahun dan segala sesuatu tentang dirinya adalah kaku. Dia memakai rok panjang berbahan tebal yang kaku. Kemeja yang digunakan pun juga kaku. Bingkai kacamatanya pun juga kaku. Rambutnya disemir hitam juga kaku. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut:

Margarhita Vargas orang yang sangat kaku: Margarhita Vargas berbadan tegap dan tampak sangat fit.

Umurnya mungkin 45 tahun dan segala hal segala tentang dirinya adalah kaku. Rok panjangnya berbahan tebal yang kaku. Kemejanya yang jelas kemeja laki-laki itu kaku. Kerah kemeja itu kaku. Bingkai kacamatanya kaku. Rambutnya yang disemir hitam itu kaku (Andrea Hirata: 80).

6) Distric Beheerder Van Holden Distric Berheerder Van Holden adalah seorang utusan dari VOC (Vereenigde Oost-Indische Compaagnie) yang membawahi wilayah ekonomi pulau Bangka dan Belitong. Van Holden adalah utusan dari ratu Belanda. Kepemimpinan Van Holden terkenal sangat kejam dan tak berperikemanusiaan. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut:

Van Holden-lah yang membangun tangsi. Di tangsi para ekstremis dibedil tanpa ampun atau disiksa hanya karena sebuah kejadian sepele yang dianggap mengganggu wibawa kolonial. Misalnya tidak menunduk jika melewati bendera Belanda. Tidak turun dari sepeda jika berpapasan dengan Belanda. Cukup dengan menggertak dengan kalimat diangkut ke tangsi, siapa pun bergidik. Kalimat itu kemudian menjadi semacam anekdot ancaman bagi orang Melayu turun-temurun, hingga Belanda hengkang, hingga saat ini (Andrea Hirata: 12).

commit to user

1) Latar Tempat Latar tempat merupakan penggambaran di mana cerita tersebut terjadi. Latar tempat novel Sebelas Patriot adalah tempat-tempat di Pulau Bangka, Belitong. Tempat tersebut antara lain: tangsi (tempat penyiksaan rakyat pribumi), rumah Pemburu Tua, lapangan sepak bola, di rumah Ikal, di masjid, ruang ganti klub, di pelabuhan, di Palembang. Selain di dalam negeri latar tempat dalam novel berada di Prancis dan Spanyol, yang meliputi: sebuah kelas di Universitas Sorbonne, Prancis. Tempat tersebut antara lain: Estadio Santiago Bernabeu di Madrid, Nou Cam di Barcelona, terminal bus, Placa de Cataluya di Barcelona, coffee shop.

a) Tangsi Tempat ini adalah tempat penyiksaan rakyat pribumi yang dianggap telah membangkang atau memberontak Belanda. Setiap kaum pribumi yang berbuat salah akan diangkut ke tangsi. Biasanya keluar dari tangsi rakyat pribumi babak belur dan dibuang di tempat terpencil. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut:

Mereka menggulung lengan baju memperlihatkan bekas luka tau dicambuk Belanda, di sebuah tempat penyiksaan yang kiranya sangat mengerikan yang disebut tangsi (Andrea Hirata: 3).

b) Rumah Pemburu Tua Ruangan rumah pemburu tua ini digambarkan selalu ramai karena sering digunakan berkumpul, dengan berlantaikan papan yang beralaskan tikar lais, terdapat kandang luak, dan diterangi lampu badai.. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut:

Belasan lelaki duduk bersila di atas tikar lais. Meski samar, hal ini kuingat, yaitu lampu badai direndahkan ke kandang yang dibuat dari jalinan akar banar di mana luak itu

commit to user

entok bertengkar di bawah lantai papan, dan kuingat lelaki- lelaki yang duduk melingkar itu bersenda gurau tentang kami (Andrea Hirata: 1-2).

c) Lapangan Sepak Bola Tempat ini adalah tempat untuk bermain sepak bola. Lapangan ini merupakan tempat yang digunakan tokoh dalam novel untuk bermain bola. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut:

Bagi kakak beradik itu, lapangan sepak bola adalah surga kecil selama dua kali empat puluh lima menit (Andrea Hirata: 20).

d) Rumah Ikal Di rumah Ikal menemukan sebuah album foto yang sepertinya sengaja disembunyikan. Ketika Ikal melihat-lihat album itu, ibunya langsung merebutnya dan memindahkan ke tempat yang tidak akan ditemukan Ikal. Namun hal ini justru membuat Ikal semakin penasaran. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut:

Waktu kelas lima SD, di rumah, aku menemukan sesuatu di bawah tumpukan pakaian bekas. Benda itu adalah sebuah album foto yang sepertinya sengaja disembunyikan di situ. Ketika kulihat-lihat album itu, Ibu serta-merta merebutnya dariku sambil melontarkan peringatan agar jangan sekali- kali lagi aku bermain-main dengan album itu, yang kemudian dipindahkan Ibu dari tadinya di bawah dipan dan sekarang, entah di mana (Andrea Hirata: 7).

e) Di Masjid Tempat ini adalah tempat mengaji Ikal. Di sini Ikal dibimbing oleh Wak Haji. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut:

Aku makin keranjingan pada sepak bola. Jika mengaji di masjid, rasanya tak sabar ingin cepat selesai agar bisa segera kabur ke lapangan bola (Sebelas Patriot: 42).

commit to user

f) Ruang Ganti Klub Ruang ganti klub sepak bola Ikal ini terbuat dari bedeng berdinding seng, yang dipenuhi dengan tempelan gambar-gambar para pemain PSSI. Dapat dilihat dari kutipan di bawah:

Kami menyukai caranya menyemangati kami di ruang ganti klub kami, yang berupa bedeng berdinding seng, penuh dengan tempelan gambar-gambar para pemain PSSI (Andrea Hirata: 46).

g) Di Pelabuhan Tempat ini adalah tempat di mana Ikal akan menyeberang menuju Palembang untuk mengikuti seleksi pemain sepak bola junior tingkat PSSI. Di pelabuhan ini Ikal dan kawan-kawannya membawa koper besar dan berseragam klub bolanya dengan bersuka cita dan penuh harapan. Seperti tampak dalam kutipan berikut:

Aku ingat, seluruh kawanku juga membawa koper besar dan dengan berseragam klub bola kami bersuka cita penuh harapan di pelabuhan (Andrea Hirata: 57).

h) Di Palembang Untuk menuju pemain junior PSSI, Ikal harus mengikuti seleksi pemain dulu di Palembang. Di Palembang, semua peserta harus mengikuti berbagai bentuk teks untuk menuju ke Gelanggang Olahraga, Senayan, Jakarta.

Di Palembang, kami mengikuti berbagai bentuk test dan berdebar menunggu hasilnya (Andrea Hirata: 57).

i) Kelas di Universitas Sorbonne Tempat ini merupakan tempat Ikal menuntut ilmu. Setelah lulus SMA Ikal merantau dan melanjutkan kuliah di Universitas Sorbonne, Prancis. Tampak dalam kutipan berikut:

Usai SMA aku merantau dan terakhir kudapati diriku berada di dalam sebuah kelas di Universitas Sorbonne,

commit to user

j) Estadio Santiago Bernabeu Tempat ini adalah tempat yang dikunjungi Ikal untuk mendapatkan kaos Luis Figo. Selain digunakan untuk sebagai makas besar Real Madrid, Estadio Santiago Bernabeu ini merupakan tempat resmi untuk mendapatkan cendera mata dan souvenir Real Madrid.

Arai meminati Alhambra dan aku harus ke Madrid. Keadaan keuangan kami sangat kritis waktu itu, namun aku telah berhemat-hemat untuk mengamankan sejumlah uang demi membelikan Ayah kaus bertuliskan Luis Figo di punggungnya, di toko resmi Real Madrid, di markas besar klub itu di Stadion Santiago Bernabeu (Andrea Hirata: 70).

k) Nou Cam Tempat ini adalah markas besar klub kegemaran Ikal lainnya, yaitu Barcelona FC. Di tempat inilah Ikal bekerja menjadi pembantu umum untuk latihan klub junior Barca sebagai tukang pungut bola. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut:

Setiap ada kesempatan, aku mengunjungi Nou Cam, markas besar klub kegemaranku lainnya, yaitu Barcelona FC (Andrea Hirata: 78).

Suatu ketika kulihat pengumuman lowongan pekerjaan tidak tetap sebagai pembantu umum untuk latihan klub junior Barca (Andrea Hirata:79).

l) Placa de Cataluya Tempat ini adalah tempat perkumpulan backpacker dari berbagai penjuru. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut: Di Barcelona aku segera ke Placa de Cataluya. Tempat itu

sudah menjadi semacam kiblat bagi para backpacker (Andrea Hirata: 77).

m) Coffee Shop Tempat ini adalah tempat Ikal berjanji untuk berjumpa

commit to user

Sore itu kami berjanji berjumpa di coffe shop yang masih berada di kawasan Santiago Bernabeu (Andrea Hirata: 86).

2) Latar Waktu Latar waktu merupakan kapan terjadinya peristiwa-peristiwa yang dialami tokohnya. Latar waktu menggunakan, siang, sore, malam, dan musim panas. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut:

Ingatan pertama tentang Ayah tampak seperti gambar, yaitu pada suatu malam aku duduk di tengah sebuah ruangan dengan dua anak lain, yang belakang hari nanti mereka adalah Trapani si pemalu dan Mahar si bergajul, dan kami menggoda seekor luak yang baru ditangkap sang tuan rumah, seorang pemburu tua (Andrea Hirata:1).

Esoknya, Pelatih Amin dan tiga saudara keluar dari tangsi dalam keadaan babak belur (Andrea Hirata: 22).

Usai shalat Subuh, aku berlari keliling kampung (Andrea Hirata: 42).

Sore itu aku menjadi pahlawan (Andrea Hirata: 51).

Sore itu aku semakin mengerti arti Ayah bagiku. Sore itu adalah sore terindah dalam hidupku (Andrea Hirata: 52).

Menjelang musim panas, rencana lamaku dan sepupuku Arai untuk backpacking merambah Eropa dan Afrika kian menggebu. Salah satu tujuan yang menggoda hatiku adalah Madrid, demi ayahku. Musim panas tiba, kami berangkat (Andrea Hirata: 70).

Suatu ketika kulihat pengumuman lowongan pekerjaan tidak tetap sebagai pembantu umum untuk latihan klub junior Barca. Pekerjaan ini dilakukan setiap malam (Andrea Hirata: 79).

Maka jadilah aku tukang cat dan angkat-angkat perabot pada siang hari dan tukang pungut bola pada malam hari (Andrea Hirata: 82).

Sore itu kami berjanji berjumpa di coffe shop yang masih berada di kawasan Santiago Bernabeu (Andrea Hirata: 86).

commit to user

d. Amanat

Dalam novel Sebelas Patriot mengandung amanat di mana Andrea mengajarkan kita untuk lebih mencintai negara dan PSSI, serta meningkatkan rasa patriotisme. Amanat tersebut meliputi: (1) cinta sepak bola adalah cinta buta yang paling menyenangkan, (2) sepak bola adalah satu-satunya cinta yang tak bersyarat di dunia ini. Cinta sepak bola yang begitu besar, begitu singkat waktu, begitu besar kecewa, lalu tak ada hal selain menunggu pertandingan berikutnya, lalu bergembira lagi, (3) Jika ada hal lain yang sangat menakjubkan di dunia ini selain cinta adalah sepak bola, (4) Prestasi tertinggi seseorang, medali emasnya adalah jiwa besarnya, dan (5) Menjadi penggila bola berarti menjadi bagian dari keajaiban peradaban manusia. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut:

Begitu besar cinta, begitu singkat waktu, begitu besar kecewa, lalu tak ada hal selain menunggu pertandingan berikutnya, lalu bergembira lagi. Sepak bola adalah satu-satunya cinta yang tak bersyarat di dunia ini. Aku terperangah. Pahamkah kau maksudnya? Barangkali aku tak langsung paham tapi aku mengangguk. Tak mau kurendahkan intelejensia dari percakapan ini. Kurenungkan sebentar, bahwa cinta bagi kebanyakan perempuan adalah dedikasi dalam waktu yang lama, tuntutan yang tak ada habis-habisnya sepanjang hayat, dan semua pengorbanan itu tak jarang berakhir dengan kekecewaan yang besar. Demikian kesimpulanku atas jawaban Adriana. Bagi perempuan ini, mencintai sepak bola adalah seluruh antitesis dari susahnya mencintai manusia. Sungguh mengesankan (Andrea Hirata: 93-94).

e. Alur atau plot

Plot atau alur cerita merupakan rangkaian peristiwa dari awal sampai akhir yang merupakan jalinan konflik antartokoh dalam suatu cerita fiksi. Dalam novel ini penulis menggunakan alur campuran, namun dominan menggunakan alur maju. Walaupun demikian, dapat membawa para pembacanya menelusuri cerita demi cerita.

commit to user

berlainan dengan pengarang lain. Pengarang lebih menggambarkan tokoh- tokoh yang inspiratif. Tokoh utama dalam novel ini adalah Ikal yang sangat mencintai ayahnya, dan berambisi menjadi pemain PSSI, karena terinspirasi oleh ayahnya pada zaman Belanda di Belitong yang menjadi seorang pemain bola.Pembagian alur dalam karya sastra ada lima tahap yaitu; (1) situation (pengarang mulai melukiskan keadaan), (2) generation circumstances (peristiwa mulai bergerak), (3) rising action (keadaan mulai memuncak), (4) climax (keadaan mencapai klimaks), (5) denounment (pengarang memberikan penyelesaian dari semua cerita). Hal ini tampak dalam kutipan berikut: Tahap Pengenalan

Tahap pengenalan ini berisi pelukisan dan pengenalan situasi latar dan tokoh-tokoh cerita. Dalam tahap ini menjelaskan tentang sebuah permulaan atau titik awal cerita.

Tahap ini pengarang mengawali cerita dengan memperkenalkan tokoh Aku yang bernama Ikal. Ia adalah seorang anak yang selalu ingin meneruskan perjuangan sang ayah, seorang anak yang ingin membuat membuat ayahnya bangga. Dalam novel ini Ikal memiliki watak mudah penasaran, suka bertanya-tanya (memiliki rasa ingin tahu yang tinggi), ambisius, bersungguh-sungguh, gigih dalam menggapai impian, tidak mudah putus asa, dan cinta tanah air.

Keinginan Ikal untuk meneruskan perjuangan sangat ayah tinggi, karena dia ingin membahagiakan sang ayah dan ingin membuat ayahnya bangga. Hal ini ia tunjukkan dengan cita-citanya menjadi pemain sepak bola nasional. Untuk menjadi pemain PSSI harus melalui seleksi yang panjang.

Pengarang dalam tahap ini menceritakan tentang ayahnya. Ayah Ikal di sini cukup banyak mempengaruhi kehidupan tokoh utama yaitu Aku (Ikal). Ayah Ikal adalah sosok yang pendiam, sederhana, pendiam,

commit to user

banyak tingkah, dan pemberani.

Tahap Pengembangan

Tahap ini adalah tahap pemunculan konflik (masalah-masalah) dan peristiwa-peristiwa yang menyulut terjadinya konflik dimunculkan. Peristiwa mulai bergerak yaitu ketika Ikal menemukan sebuah foto lama di rumahnya. Ia mulai penasaran dan mencari tahu tentang siapa yang ada di dalam foto tersebut. Dan alangkah terkejutnya Ikal saat mengetahui bahwa orang berada dalam foto itu adalah ayahnya.

Pemburu tua bercerita banyak tentang ayahnya. Ayah Ikal dulu adalah seorang pemain bola yang hebat. Namun karena kekejaman Belanda ayah Ikal tidak dapat bermain sepak bola lagi. Hal ini disebabkan tempurung kaki kirinya dihancurkan Belanda karena dianggap telah mencoreng kewibawaan Belanda.

Mendengar cerita dari pemburu tua itu, Ikal bertekad ingin meneruskan perjuangan sang ayah menjadi pemain sepak bola nasional. Segala usaha dilakukan Ikal untuk menjadi pemain PSSI. Salah satu usaha yang dilakukan Ikal adalah mengikuti tes masuk klub sepak bola junior di kampungnya.

Tahap Konflik

Tahap ini memunculkan konflik yang semakin berkembang kadar intensitasnya dari konflik sebelumnya. Keadaan mulai memuncak yaitu ketika Ikal gagal lolos seleksi menjadi pemain junior PSSI. Harapan Ikal untuk meneruskan perjuangan sang ayah menjadi pemain PSSI harus kandas. Kejadian ini membuat Ikal menjadi sangat sedih dan merasa gagal membahagiakan ayahnya. Ikal merasa gagal membahagiakan sang ayah. Dia berusaha mengikuti seleksi sepak bola di musim selanjutnya. Namun semua usaha itu tetap gagal.

commit to user

Tahap Klimaks

Tahap ini konflik atau pertentangan-pertentangan yang terjadi pada para tokoh mencapai titik intensitas puncak. Pengarang menggambarkan keadaan yang mencapai klimaks yaitu ketika Ikal harus kembali gagal membahagiakan sang ayah dengan membelikan kaos Luis Figo karena terbatasnya uang. Namun, Ikal tidak patah semangat untuk mendapatkan kaos Luis Figo. Ia bekerja siang malam demi mengumpulkan uang untuk membeli kaos bertuliskan nama pemain kesayangan ayahnya itu. Ikal bekerja dari menjadi tukang cat, mengamen di jalanan, hingga menjadi tukang pungut bola di klub Barca Junior. Semua pekerjaan itu dilakukan Ikal dengan senang hati karena demi membahagiakan sang ayah.

Tahap Resolusi

Tahap ini merupakan tahap penyelesaian, konflik yang telah mencapai klimaks diberi penyelesaian, ketegangan dikendorkan. Akhir cerita pengarang memberikan penyelesaian masalah dari cerita yang telah ditampilkan, bahwa pada akhirnya usaha Ikal bekerja siang malam, usahanya bekerja menjadi tukang cat, mengamen, hingga menjadi tukang pungut bola membuahkan hasil. Semua pengorbanan Ikal itu terbayarkan dengan Ikal bisa membelikan sang ayah kaos bertuliskan asli nama Luis Figo dan membelikan kaos Barca untuk pelatih Toharun. Selain itu, Ikal mendapatkan hadiah dari Adriana berupa tiket gratis nonton pertandingan Real Madrid melawan Valencia. Hal ini semakin membuat Ikal bahagia karena dapat mewujudkan mimpinya.

f. Sudut Pandang (Point of View)

Sudut pandang dalam novel Sebelas Patriot menggunakan sudut pandang orang pertama tunggal. Dalam novel ini semua cerita berasal dari cerita dan berdasarkan pandangan orang pertama yaitu Ikal. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut:

commit to user

Kisah dalam Sebelas Patriot masih berkutat tentang Belitong, fragmen “Laskar Pelangi”, cita-cita Ikal kecil menjadi pemain sepak

bola dan bermain untuk tim nasional, terutama sejak Ikal tahu jika sang ayah ternyata pernah menjadi pemain sepak bola zaman Belanda, dan pernah menang melawan tim ambtenaar. Sayang cita-cita Ikal kandas pada tahap seleksi tingkat nasional.

Keinginan Ikal untuk meneruskan perjuangan sangat ayah tinggi, karena dia ingin membahagiakan sang ayah dan ingin membuat ayahnya bangga. Hal ini ia tunjukkan dengan cita-citanya menjadi pemain sepak bola nasional. Untuk menjadi pemain PSSI harus melalui seleksi yang panjang.

Aku tahu, untuk menjadi pemain PSSI, panjang jalurnya. Jalur pertama harus masuk klub kampung karena sesekali nanti akan ada seleksi untuk menjadi pemain junior kabupaten. Jika terpilih menjadi pemain junior kabupaten, aka nada seleksi lagi untuk menjadi pemain junior provinsi, dan seorang tidak mungkin-walaupun ada katebelece dari ketua persatuan sepak bola internasional-bisa menjadi pemain junior PSSI, jika tidak menjadi pemain junior provinsi. Mengapa gerangan bisa begitu? Jawabannya adalah karena para pemain junior PSSI dipilih dari para pemain junior provinsi. Sederhana, bukan? (Andrea Hirata, 2011:38).

Aku bahkan berlatih sendiri diluar jadwal Pelatih Toharun. Usai shalat Subuh, aku berlari keliling kampung (Andrea Hirata: 42).

2) Penulis bercerita tentang Ayah Ikal Pengarang menggambarkan ayah Ikal adalah orang yang sederhana, pendiam, tak pernah menuntut apa-apa, dan penuh kasih sayang. Tampak dalam kutipan di bawah ini:

Maka Ayah, seperti semua orang Melayu itu, hanyalah unsur sederhana dalam kronologi zaman, dan Ayah adalah inti dari kesederhanaan itu karena sikapnya yang sangat pendiam, tak pernah menuntut apa pun dari siapa pun, merasa tak perlu membuktikan apa pun pada siapa pun, selain kasih sayang untuk keluarga, tak banyak tingkah (Andrea Hirata: 3-4).

commit to user

3) Penulis bercerita tentang Pelatih Toharun Pengarang menggambarkan Pelatih Toharun adalah orang yang kejam, keras, disiplin, namun berwibawa. Tampak dalam kutipan di bawah ini:

Pelatih Toharun memasuki lapangan seperti seorang inspektur upacara. Jika berada di lapangan sepak bola, wibawa yang terpancar darinya sangat berbeda dari keadaan sehari-hari sebagai tukung gulung dynamo (Andrea Hirata: 39).

4) Penulis bercerita tentang Adriana Pengarang menggambarkan Adriana adalah seorang perempuan Spanyol yang sangat cantik, berambut pendek dan berwarna pirang, dan memiliki mata berwarna biru. Tampak dalam kutipan di bawah ini:

Adriana, sangat cantik, berambut pirang dipotong pendek. Crew-cut-kah istilah modern tak paham benar soal itu. Lebih dari segalanya dia passionate-tipikal perempuan Spanyol. Di situ daya tarik terbesarnya selain keherananku bagaimana dua butir kelereng berwarna biru bisa berada dalam kepala manusia? (Andrea Hirata: 72).

5) Penulis bercerita tentang Margarhita Vargas Pengarang bercerita tentang Margarhita Vargas adalah seorang perempuan berusia 45 tahun yang semuanya serba kaku. Tampak dalam kutipan berikut:

Margarhita Vargas berbadan tegap dan tampak sangat fit. Umurnya mungkin 45 tahun dan segala hal segala tentang dirinya adalah kaku. Rok panjangnya berbahan tebal yang kaku. Kemejanya yang jelas kemeja laki-laki itu kaku. Kerah kemeja itu kaku. Bingkai kacamatanya kaku. Rambutnya yang disemir hitam itu kaku (Andrea Hirata: 80).