Pendekatan Psikologi Sastra

4. Pendekatan Psikologi Sastra

Secara etimologis, istilah psikologis berasal dari Yunani, yaitu dari kata pysche yang berarti “jiwa”, dan logos yang berarti “ilmu”. Jadi secara harfiah, psikologi berarti ilmu jiwa, atau ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala kejiwaan (Alex Sobur, 2003:19).

Psikologi merupakan ilmu jiwa yang menekankan perhatian studinya pada manusia, terutama pada perilaku manusia (human behavior or action) (Siswantoro, 2004: 26). Psikologi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah ilmu yang berkaitan dengan proses-proses mental baik normal maupun abnormal dan pengaruhnya pada perilaku atau ilmu pengetahuan tentang gejala dan kegiatan-kegiatan jiwa.

Bimo Walgito mengemukakan psikologi adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan yang objek studinya adalah manusia, karena perkataan psyche

commit to user

mengandung makna “ilmu pengetahuan tentang jiwa” (Zainuddin Fananie, 2000: 177).

Psikologi adalah ilmu pengetahuan tentang tingkah laku dan kehidupan psikis (jiwani) manusia. Psikologi merupakan ilmu pengetahuan tentang aktivitas manusia (behaviorisme radikal). Penggunaan psikologi dapat lebih mengenal penjiwaan, pergolakan jiwa, serta konflik batin tokoh-tokoh sebuah karya sastra secara lebih tuntas (Kartini Kartono, 1990:1 & 2).

Pendekatan psikologi sastra yang diterapkan dalam penelitian ini adalah psikologi yang lebih menekankan pada penyelidikan hal-hal umum pada semua jiwa dan tokoh yang terdapat dalam karya sastra. Psikologi sastra memberikan perhatian pada masalah yang berkaitan dengan unsur-unsur kejiwaan tokoh-tokoh fiksional yang terkandung dalam sastra. Aspek-aspek kemanusiaan inilah yang merupakan objek utama psikologi sastra sebab semata-mata dalam diri manusia itulah aspek kejiwaan dicangkokkan dan diinvestasikan. Psikologi sastra adalah kajian sastra yang mengandung karya sebagai kreativitas kejiwaan. Pengarang akan menggunakan cipta, rasa, dan karsa dalam berkarya. Begitu pula pembaca, dalam menanggapi karya juga tidak akan lepas dari kejiwaan masing-masing (Suwardi Endraswara, 2008:96).

Psikologi sastra adalah telaah karya sastra yang diyakini mencerminkan proses dan aktivitas kejiwaan. Dalam menelaah suatu karya psikologis hal yang penting yang perlu dipahami adalah sejauh mana keterlibatan psikologi pengarang dan kemampuan pengarang menampilkan para tokoh rekaan yang terlibat dengan masalah kejiwaan (Albertine Minderop, 2010:54-55).

Psikologi sastra adalah analisis teks dengan mempertimbangkan relevansi dan peranan studi psikologis. Dengan memusatkan perhatian pada tokoh-tokoh, maka akan dapat dianalisis konflik batin, yang mungkin saja bertentangan dengan teori psikolgis (Nyoman Kutha Ratna, 2011:350).

commit to user

dipandang sebagai gejala psikologis, akan menampilkan aspek-aspek kejiwaan melalui tokoh-tokoh jika kebetulan teks berupa prosa atau drama sedangkan jika dalam bentuk puisi akan disampaikan melalui larik-larik dan pilihan kata khas.

Hubungan psikologi dengan sastra adalah di satu pihak karya sastra dianggap sebagai hasil aktivitas manusia, di lain psikologi dapat dimanfaatkan seorang pengarang dalam memantulkan kepekaannya pada kenyataan, mempertajam kemampuan pengamatan dan memberi kesempatan untuk menjajagi pola-pola yang belum terjamah. Psikologi sastra mengenal karya sastra sebagai pantulan kejiwaan, pengarang akan menangkap gejala kejiwaan itu kemudian diolah ke dalam teks dan dilengkapi dengan kejiwaannya (Wellek dan Warren, 1990:106).

Psikologi dengan sastra, keduanya terdapat yang cukup erat, keduanya sama-sama berobjekkan manusia. Psikologi mempelajari tingkah laku dan jiwa manusia, sedangkan sastra berbicara tentang kehidupan manusia. Karena memiliki persamaan objek, maka keduanya memungkinkan untuk saling membantu. Kaitan psikologi dan sastra adalah bahwa psikologi merupakan ilmu bantu yang sangat relevan, karena dari proses pemahaman karya sastra dapat ditimba mengenai ajaran dan kaidah psikologi (Andre Hardjana, 1991:60).

Berdasarkan di atas, dapat disimpulkan bahwa daya tarik psikologi sastra adalah pada masalah manusia yang melukiskan potret jiwa. Tidak hanya jiwa sendiri yang muncul dalam sastra, tetapi juga bisa mewakili jiwa orang lain. Setiap pengarang sering menambahkan pengalaman diri dalam karyanya. Namun, pengalaman kejiwaan pribadi itu sering kali dialami orang lain pula. Kondisi ini merupakan daya tarik penelitian psikologi sastra. Dalam hal ini penelitian ini tidak akan meneliti jiwa pengarang, melainkan jiwa dari tokoh yang terdapat dalam karya sastra.

Tujuan psikologi sastra adalah memahami aspek-aspek kejiwaan yang terkandung dalam suatu karya (Suwardi Endraswara, 2008: 11). Pada dasarnya

commit to user

kejiwaan tokoh fiksional yang terkandung dalam karya. Psikologi sastra memiliki peranan penting dalam pemahaman sastra.

Menurut Atar Semi (dalam Suwardi Endraswara, 2008: 12) ada beberapa kelebihan penggunaan psikologi sastra yaitu (1) sangat sesuai untuk mengkaji secara mendalam aspek perwatakan, (2) dengan pendekatan ini dapat memberikan umpan balik kepada penulis tentang permasalahan perwatakan yang dikembangkannya, dan (3) sangat membantu dalam menganalisis karya sastra dan dapat membantu pembaca dalam memahami karya sastra. Dari fungsi-fungsi tersebut, dapat diketengahkan bahwa daya tarik psikologi sastra adalah pada masalah manusia yang melukiskan potret jiwa. Tidak hanya jiwa sendiri yang muncul dalam sastra, tetapi juga bisa mewakili jiwa orang lain. Setiap pengarang sering menambahkan pengalaman diri dalam karyanya. Namun, pengalaman kejiwaan pribadi itu sering kali dialami orang lain pula. Kondisi ini merupakan daya tarik penelitian psikologi sastra.