DISKRIPSI DAERAH PENELITIAN

A. DISKRIPSI DAERAH PENELITIAN

1. Keadaaan Geografi dan Administrasi

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Tegalgede, yaitu salah satu kelurahan di Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Karanganyar. Kelurahan ini berdataran rendah dengan ketinggian tanah 300 m diatas permukaan laut

dengan suhu udara rata-rata 27 0 Celcius sedangkan curah hujan di Kelurahan Tegalgede selama tahun 2011 sebanyak 200/300 mm/tahun. Sedangkan Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu kabupaten yang masuk dalam karesidenan Surakarta dan termasuk dalam wilayah propinsi daerah tingkat I Jawa Tengah. Kabupaten ini memiliki ketinggian tempat 90-2000 meter di atas permukaan laut dan secara geografis Kabupaten

Karanganyar terletak diantara 110 0 40’-110 70’ Bujur Timur dan antara 7 0

28’ - 7 0 46’ Lintang Selatan.

Kelurahan Tegalgede sebagian wilayahnya terletak di pinggiran Kota Karanganyar, tepatnya 4 Km dari ibu kota Karanganyar dan 3 Km dari ibu kota Kecamatan karanganyar ke arah timur. Rute jalan menuju kelurahan ini sebagai jalur alternatif bagi masyarakat yang ingin menuju daerah wisata Tawangmangu. Kelurahan Tegalgede berdekatan dengan pusat pemerintahan sehingga membuat kelurahan ini lebih maju dalam menjalankan roda pemerintahan juga dalam kehidupan bermasyarakatnya.

Kelurahan Tegalgede merupakan salah satu daerah di Kabupaten Karanganyar yang strategis, hal ini dikarenakan Kelurahan Tegalgede berada berdekatan dengan Kota Karanganyar yang menjadi salah satu akses masyarakat Karanganyar dalam menjalankan roda perekonomian. Kelurahan Tegalgede juga dekat dengan berbagai fasilitas umum yang lain seperti akses rumah sakit yang cukup dekat, akses pelayanan umum, sekolah, akses wisata, Pasar dengan fasilitas transportasi yang relatif cukup mudah.

Wilayah Kelurahan Tegalgede merupakan lokasi penelitian secara administratif berbatasan dengan :

a) Sebelah Utara berbatasan dengan kelurahan Bejen,

b) Sebelah Selatan berbatasan dengan kelurahan Jantiharjo,

c) Sebelah Barat berbatasan dengan kelurahan Karanganyar,

d) dan sebelah Timur berbatasan dengan kelurahan Popongan.

Kelurahan Tegalgede mempunyai luas wilayah 385.6345 Ha yang didalamnya terdiri dari 29 Dukuh, 16 RW, dan 51 RT. Menurut penggunaannya lahan di Kelurahan Tegalgede sebagian dimanfaatkan untuk sektor pertanian terlihat dari penggunaannya luas lahan sawah digunakan sebagai lahan sawah berpengairan irigasi sederhana sebesar 176.5000 hektar, lahan kering/ bukan sawah digunakan sebagai tegalan dan kebun sebesar 295.000 hektar. Selain sektor pertanian lahan di Kelurahan Tegalgede sebagian besar dipergunakan untuk keperluan fasilitas umum seperti lapangan olah raga dan untuk pemakaman sebesar 4.7165 hektar, dan lahan untuk keperluan fasilitas sosial sebesar 1.5000 hektar. Pemanfaatan Kelurahan Tegalgede mempunyai luas wilayah 385.6345 Ha yang didalamnya terdiri dari 29 Dukuh, 16 RW, dan 51 RT. Menurut penggunaannya lahan di Kelurahan Tegalgede sebagian dimanfaatkan untuk sektor pertanian terlihat dari penggunaannya luas lahan sawah digunakan sebagai lahan sawah berpengairan irigasi sederhana sebesar 176.5000 hektar, lahan kering/ bukan sawah digunakan sebagai tegalan dan kebun sebesar 295.000 hektar. Selain sektor pertanian lahan di Kelurahan Tegalgede sebagian besar dipergunakan untuk keperluan fasilitas umum seperti lapangan olah raga dan untuk pemakaman sebesar 4.7165 hektar, dan lahan untuk keperluan fasilitas sosial sebesar 1.5000 hektar. Pemanfaatan

2. Keadaan Penduduk

a. Jumlah penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin

Jumlah penduduk di Kelurahan Tegalgede bisa dikatakan seimbang,hal tersebut terlihat dari jumlah penduduk laki- laki dan perempuan hanya berselisih 44 jiwa saja. Jumlah penduduk Laki-laki di Kelurahan Tegalgede pada tahun 2011 diketahui berjumlah 4.425 jiwa, sedangkan jumlah penduduk Perempuan sejumlah 4.381 jiwa, jadi total jumlah penduduknya adalah 8.806 jiwa.

Data jumlah penduduk Kelurahan Tegalgede menurut kelompok usia dan jenis kelamin tahun 2011 adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1

Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Usia dan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin

Jumlah Penduduk

(jiwa)

Persentase (%)

Usia 0-4 Usia 5-9 Usia 10-14 Usia 15-19 Usia 20-24 Usia 25-29 Usia 30-34 Usia 35-39 Usia 40-44 Usia 45-49 Usia 50-54 Usia 55-59 Usia > 60

100 Sumber: Data Monografi Kelurahan Tegalgede, 2011

Dari tabel 1 dapat diketahui bahwa persentase penduduk Kelurahan Tegalgede berada pada rentang usia 0-9 tahun (usia anak-anak) sebesar 48,79 persen, sedangkan rentang usia 10-60 tahun ke atas (usia dewasa) sebesar 51,21 persen. Kondisi ini menandakan bahwa ketersediaan tenaga kerja di Kelurahan Tegalgede setengah dari jumlah penduduk secara keseluruhan hal ini ditunjukan dari kelompok usia produktif yang lebih banyak.

b. Jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan

Data jumlah penduduk Kelurahan Tegalgede menurut tingkat pendidikan tahun 2011 adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2

Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

No

Tingkat Pendidikan

Tamatan Pendidikan Umum, terdiri dari:

1. SD/MI/Sederajat

2. SMP/MTS/Sederajat

3. SMA/SMK/MA/Sederajat

4. Akademi/D1-D3

5. Sarjana/ S1

6. Pasca Sarjana/ S2-S3 Tamatan Pendidikan Khusus, terdiri dari:

1. Pondok Pesantren

2. Pendidikan Keagamaan

3. Sekolah Luar Biasa

4. Kursus/ Ketrampilan Taman Kanak-kanak

Sumber: Data Monografi Kelurahan Tegalgede, 2011

Dari tabel 2 dapat diketahui bahwa data jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan di Kelurahan Tegalgede yang merupakan tamatan pendidikan umum/ formal sebanyak 2.715 jiwa, sedangkan yang merupakan tamatan pendidikan khusus sebanyak 699 jiwa, dan yang masih di bangku Taman Kanak-kanak atau belum tamat pendidikan sebanyak 295 jiwa. Jadi jumlah keseluruhan penduduk di Kelurahan Tegalgede yang pernah mengenyam pendidikan sebanyak 3.709 jiwa. Hal tersebut menandakan di Kelurahan Tegalgede belum mempunyai potensi sumber Dari tabel 2 dapat diketahui bahwa data jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan di Kelurahan Tegalgede yang merupakan tamatan pendidikan umum/ formal sebanyak 2.715 jiwa, sedangkan yang merupakan tamatan pendidikan khusus sebanyak 699 jiwa, dan yang masih di bangku Taman Kanak-kanak atau belum tamat pendidikan sebanyak 295 jiwa. Jadi jumlah keseluruhan penduduk di Kelurahan Tegalgede yang pernah mengenyam pendidikan sebanyak 3.709 jiwa. Hal tersebut menandakan di Kelurahan Tegalgede belum mempunyai potensi sumber

c. Jumlah penduduk menurut mata pencaharian

Data jumlah penduduk Kelurahan Tegalgede menurut mata pencaharian tahun 2011 adalah sebagai berikut:

Tabel 4.3

Jumlah Penduduk Berusia 10 th ke atas Menurut Mata Pencaharian Tahun 2011

No

Mata Pencaharian

Jumlah (jiwa)

Petani Buruh Tani PNS TNI/ POLRI Karyawan Swasta Wiraswasta / pedagang Pertukangan Pensiunan Angkutan Lainnya

100 Sumber: Data Monografi Kelurahan Tegalgede, 2011

Dari tabel 3 dapat diketahui bahwa Penduduk Kelurahan Tegalgede mempunyai rata-rata mata pencaharian yang sangat beragam. PNS, TNI/POLRI, Pedagang, Karyawan swasta dan lainnya yang menjadi mata pencaharian penduduk di Kelurahan Tegalgede, sedangkan dapat diketahui dari data diatas bahwa hanya 19,11 persen penduduk Kelurahan Tegalgede yang bermata pencaharian sebagai petani dan buruh tani. Hal Dari tabel 3 dapat diketahui bahwa Penduduk Kelurahan Tegalgede mempunyai rata-rata mata pencaharian yang sangat beragam. PNS, TNI/POLRI, Pedagang, Karyawan swasta dan lainnya yang menjadi mata pencaharian penduduk di Kelurahan Tegalgede, sedangkan dapat diketahui dari data diatas bahwa hanya 19,11 persen penduduk Kelurahan Tegalgede yang bermata pencaharian sebagai petani dan buruh tani. Hal

3. Keadaan Ekonomi

Data sarana perekonomian di Kelurahan Tegalgede tahun 2011, adalah sebagai berikut:

Tabel 4.4

Jumlah Sarana Ekonomi Kelurahan Tegalgede Tahun 2010

No

Sarana Ekonomi

Jumlah

1 Perdagangan, terdiri dari :

a. Pasar Kota

b. Toko

c. Warung

d. Kaki Lima

e. Supermarket/ Swalayan

1 buah (150 kios)

65 buah

40 buah 150 buah

1 buah

2 Jasa, terdiri dari :

a. Bank

b. Notaris

c. Pengacara

d. Dokter

e. Bidan

3 Perkoperasian, terdiri dari :

a. Koperasi Simpan Pinjam

b. Lumbung Desa

c. Badan-badan Kredit

d. Lain-lain

3 buah Sumber: Data Monografi Kelurahan Tegalgede, 2011

Dari data diatas tersebut secara umum keadaan ekonomi Kelurahan Tegalgede sudah cukup baik, hal ini didukung oleh sarana ekonomi yang memadai. Dari tabel 4, dapat diketahui bahwa sarana perekonomian di Kelurahan Tegalgede, dapat digolongkan menjadi 3 jenis bidang yaitu Bidang Perdagangan sebanyak 257 buah, di bidang Jasa ada 22 orang, dan bidang Perkoperasian sebanyak 9 buah.

Bergeraknya ekonomi yang ada dalam Kelurahan ini, didukung oleh ketersediaan sumber daya alam, sumber daya manusia dan sarana infrastruktur sebagai penggeraknya. Tentunya masing-masing faktor tersebut tidak berdiri sendiri, diantara faktor-faktor tersebut saling mendukung satu sama lain yang pada akhirnya memunculkan pertumbuhan ekonomi lokal. Faktor pendukung proses produksi di Kelurahan ini sudah tersedia cukup banyak, tinggal bagaimana menentukan titik optimalnya sehingga keuntungan ekonomi dapat meningkat. Sedangkan faktor yang mungkin menjadi penghambat usaha-usaha yang ada adalah minimnya teknologi tepat guna untuk mempermudah berjalannya ekonomi secara lancar.

4. Keadaan Pertanian

Sebagaimana telah disebutkan bahwa sebagian besar penduduk di Kelurahan Tegalgede bermata pencaharian di sektor pertanian. Kedaan lahan persawahan yang subur serta tersedianya irigasi yang baik sehingga masyarakat petani mudah untuk mengelola usaha taninya. Jenis usaha tani Sebagaimana telah disebutkan bahwa sebagian besar penduduk di Kelurahan Tegalgede bermata pencaharian di sektor pertanian. Kedaan lahan persawahan yang subur serta tersedianya irigasi yang baik sehingga masyarakat petani mudah untuk mengelola usaha taninya. Jenis usaha tani

Sementara itu pada pemasaran hasil, petani selaku produsen tidak tergantung pada satu tengkulak saja. Hasil panen dijual dengan sistem tebasan di sawah, penentuan harga tebasan ditentukan oleh penawaran yang paling tinggi oleh tengkulak. Selain itu banyak petani yang sudah melakukan “Kemitraan” dengan perusahaan tertentu sehingga mereka mendapatkan jaminan harga sesuai dengan perkembangan pasar sehingga petani tidak tercekik dengan harga yang dibuat oleh tengkulak-tengkulak nakal.

Usaha-usaha pertanian sampai saat ini masih dipertahankan oleh generasi tua saja, sedangkan harapan dari masyarakat petani sendiri akan sosok penerus generasi tua sangat tinggi karena generasi muda diharapkan lebih inovatif dalam mengembangkan usaha-usaha pertanian. Hasil dari pertanian bagi masyarakat petani biasanya untuk stok pangan mereka, hal ini menjadikan masyarakat petani merasa tentram apabila stok pangan terjaga. Sisa dari stok pangan biasanya baru di jual dan hasilnya dimanfaatkan untuk mencukupi kebutuhan hidup lainnya seperti kegiatan sosial, pendidikan, investasi (dalam bentuk ternak : sapi, kambing) dan kebutuhan lainnya.

5. Keadaan Sosial dan Budaya

Masyarakat Kelurahan Tegalgede merupakan masyarakat yang heterogen dimana unsur masyarakatnya terdiri dari berbagai bidang agama, asal daerah, status sosial. Keberagaman masyarakat tersebut membentuk satu kesatuan masyarakat khas yang mempengaruhi nilai-nilai yang berkembang maupun pola interaksi diantara individu masyarakatnya sendiri. Agama yang dianut masyarakat Kelurahan Tegalgede mayoritas adalah islam (93,96%) walaupun ada beberapa agama lainnya yang berkembang seperti kristen (3,35%), katolik (2,48%), dan yang terakhir hindhu (0,03%). Sampai saat ini hubungan antar umat beragama berjalan dengan baik dan harmonis, karena masing-masing umat beragama saling menghormati keyakinan masing-masing.

Hubungan antara masyarakat pendatang dan masyarakat asli di Kelurahan Tegalgede biasanya dibentuk melalui ikatan perkawinan dan ikatan pekerjaaan/ bekerja di kelurahan ini. Selama ini interaksi diantara mereka berjalan dengan baik dan tidak ada konflik yang terjadi. Selain itu hubungan kerja sama antar masyarakat masih biasa terjadi di kelurahan ini, misalnya apabila ada salah satu masyarakat mempunyai “Gawe” (mendirikan rumah, resepsi pernikahan dll) maka masyarakat lainnya akan tergerak untuk membantu. Gotong royong/sambatan masih ditemui di kelurahan ini karena ikatan kekerabatan yang erat antar semua lapisan masyarakat masih terjaga. Pola interaksi yang terjadi antara masyarakat secara umum berjalan dengan baik, komunikasi antar masyarakat di

Kelurahan Tegalgede berjalan dengan intens untuk saling bekerjasama baik di bidang pertanian, jasa dan perdagangan.

6. Profil BPK (Balai Penyuluh Kecamatan)

Dengan Perda Kab.Karanganyar No.30 Tahun 2006 tentang Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan Kabupaten Karanganyar, Pasal 133, menyebutkan dalam rangka revitalisasi pertanian, akan berhasil jika didukung peran SDM yang berkualitas dan berkemampuan managerial, kewirausahaan, organisasi bisnis, sehingga pelaku utama dan pelaku usaha mampu meningkatkan peran sertanya dalam pembangunan pertanian, untuk itu perlu dibentuk kelembagaan penyuluhan pertanian pemerintah, kelembagaan penyuluh swasta, dan kelembagaan penyuluh swadaya di Kabupaten Karanganyar.

BPK (Balai Penyuluhan Kecamatan) adalah lembaga di tingkat kecamatan karanganyar yang bergerak di bidang penyuluhan baik dari bidang pertanian, peternakan dan kehutanan. Semua kendala yang dihadapi masyarakat petani diadukan ke BPK. Sebagai tindak lanjut dari penyelesaian masalah-masalah petani, para Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) di BPK banyak mengadakan kegiatan penyuluhan terjun ke lapangan bersama dengan masyarakat petani. BPK Kecamatan Karanganyar menangani 11 kelurahan, yang terbagi menjadi 1 desa/ kelurahan terdapat 1 PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan). Dalam memberikan penyuluhan di masing-masing kelurahan tentunya ada yang bertugas mengkoordinasi

Karanganyar itu sendiri. Saat ini yang memegang jabatan sebagai Kepala BPK kecamatan Karanganyar sekaligus Ketua Koordinasi Penyuluh Lapangan kecamatan Karanganyar adalah Ibu Endang Warsini, S.TP

a) Visi

Meningkatkan Sumber Daya Manusia Pertanian Guna Mendorong Peningkatan Produktifitas Usaha Tani Menuju Ketahanan Pangan Dan Peningkatan Kesejahteraan Keluarga Petani.

b) Misi

a. Menumbuhkembangkan kegiatan Kelembagaan usaha di tingkat petani dan kelompok tani

b. Mengembangkan Penyuluhan Dengan Konsep Terpadu, effisiensi dan peningkatan produktifitas secara berkelanjutan.

c. Mengembangkan Produk Unggulan Berbasis Sumberdaya Lokal dan membangun jejaring usaha antara pelaku utama dan pelaku usaha.

Dalam pelaksanaan penyuluhan pertanian di BPK (Balai Penyuluhan Pertanian) Kecamatan Karanganyar telah dibagi bahwa setiap satu Kelurahan atau Desa terdapat 1 PPL yang bertugas secara penuh memberdayakan masyarakat petani setempat. Berikut tabel kelurahan- kelurahan yang ditangani oleh BPK Kecamatan Karanganyar beserta para penyuluh pertanian lapangan (PPLnya), dan gabungan kelompok tani (GAPOKTAN) yang ada di kelurahan tersebut beserta ketuanya.

Tabel 4.5

PPL dari BPK Kecamatan Karanganyar di Tiap-tiap Kelurahan

NO KELURAHAN

PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan)

Gabungan Kelompok Tani

(GAPOKTAN)

Ketua GAPOKTAN

Rosita Natalia, SP

Makaryo Tani

Drs. Sutarno Y

3 Jantiharjo

Siswanto, SP

Mahargyo Tani

Remin

4 Tegal Gede

Mujahid

Hasyim

Asyari, SP

Suwarto, S.TP

Sido Makmur

Ir.Pardi Wibowo

6 Cangakan

Surya Andrieyani P, SP

Ngudi Makmur

Yoso Parno

Marbakti Tani

H. Sarmo

8 Popongan

Noer Hajadi, B.Sc

Ngudi Mulyo

Sutarno

9 Gayam Dompo Sunardi

Rukun Tani

Kasmono

10 Delingan

Sunarman, SP

Tani Makmur

Kemin

11 Gedong

Yulahono Hasnanto, SP

Subur Makmur

Wahono

Sumber: Data primer, diolah Februari 2012

7. Profil Kelompok Tani

Di Kelurahan Tegalgede terdapat Kelompok – kelompok tani yang tergabung dalam Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) “Makarti

Makarti Tani I, Kelompok Makarti Tani II, Kelompok Makarti Tani III, dan Kelompok Makarti tani IV. Jika digambarkan dengan bagan/ skema adalah sebagai berikut:

Bagan 4.1 Kelompok Tani Kelurahan Tegalgede

Gabungan Kelompok Tani “Makarti Tani Manunggal” Kelurahan Tegalgede diketuai oleh Bp Tarmo, dengan Sekretaris Bp Sutarno, dan Bendahara Bp Sumadi. Sedangkan Kelompok Makarti Tani I diketuai oleh Bp Sutoyo, Kelompok Makarti Tani II diketuai oleh Bp Sukijo, Kelompok Makarti Tani III diketuai Bp Sugianto, dan Kelompok Makarti Tani IV diketuai oleh Bp Tarmo. Dari tiap- tiap kelompok terdapat anggota yang terdiri dari para masyarakat petani yang ada di kelurahan Tegalgede.

Kelompok Tani Makarti Tani I- IV beranggotakan masyarakat petani di Kelurahan Tegalgede. Anggota kelompok tani Makarti Tani I-IV terdiri dari anggota pendiri kelompok tani, anggota biasa, anggota luar biasa, dan anggota kehormatan. Anggota pendiri dan anggota biasa memiliki hak-hak sebagai berikut:

a) Memilih dan dipilih pengurus kelompok tani

GAPOKTAN Makarti Tani Manunggal

Makarti Tani

Makarti Tani

II

Makarti Tani

III

Makarti Tani

IV

b) Memberikan suaranya dalam pungutan suara

c) Mengeluarkan pendapat baik lisan maupun tertulis

d) Memperoleh kesejahteraan dan perlindungan hukum dalam

pelaksanaan hak dan kewajiban.

Sedangkan anggota luar biasa dan anggota kehormatan memiliki hak-hak sebagai berikut:

a) Mengeluarkan pendapat baik lisan maupun tertulis

b) Memperoleh kesejahteraan sesuai darma baktinya.

Dari hak-hak tersebut, seluruh anggota kelompok tani memiliki kewajiban sebagai berikut:

a) Turut serta dalam memajukan Kelompok tani baik secara langsung

maupun tidak langsung

b) Menghadiri rapat-rapat yang dipandang perlu diadakan pengurus

c) Mengikuti secara aktif peningkatan sumber daya insani

d) Mematuhi dan melaksanakan semua peraturan dan beban yang

menjadi tanggung jawabnya.

Pengurus Kelompok Tani Makarti Tani I-IV pada dasarnya bertindak sebagai wakil yang ditunjuk untuk kepentingan seluruh anggota dalam melakukan pengawasan dan pembinaan segala kegiatan kelompok tani. Berdasarkan Ketetapan Rapat Anggota Kelompok Tani Makarti Tani Tahun 2008 tanggal 9 Januari 2008 Kelurahan Tegalgede Kabupaten Karanganyar, berikut susunan pengurus Kelompok Tani periode 2008-2011 beserta hak dan kewajibannya : Pengurus Kelompok Tani Makarti Tani I-IV pada dasarnya bertindak sebagai wakil yang ditunjuk untuk kepentingan seluruh anggota dalam melakukan pengawasan dan pembinaan segala kegiatan kelompok tani. Berdasarkan Ketetapan Rapat Anggota Kelompok Tani Makarti Tani Tahun 2008 tanggal 9 Januari 2008 Kelurahan Tegalgede Kabupaten Karanganyar, berikut susunan pengurus Kelompok Tani periode 2008-2011 beserta hak dan kewajibannya :

b. Wakil Ketua Hak dan kewajiban Wakil Ketua : menjalankan tugas-tugas ketua bilamana ketua tidak hadir, berhalangan atau keberatan melakukan tugas-tugasnya membantu/ mendukung sepenuhnya kewajiban ketua.

c. Sekretaris 1 Sekretaris II

d. Bendahara 1 Bendahara 2

Hak dan kewajiban Sekretaris juga Bendahara : bertugas membuat serta memelihara berita acara yang asli dan lengkap dari rapat- rapat pengurus. Sekretaris bertanggung jawab atas pemberitahuan kepada anggota sebelum rapat diadakan sesuai dengan ketentuan bidang AD/ART. Sekretaris juga merangkap pekerjaan kebendaharaan lebih utama dalam memberikan catatan-catatan keuangan Kelompok Tani, memverivikasi dan memberikan saran pada ketua tentang berbagai situasi dan mengatur Hak dan kewajiban Sekretaris juga Bendahara : bertugas membuat serta memelihara berita acara yang asli dan lengkap dari rapat- rapat pengurus. Sekretaris bertanggung jawab atas pemberitahuan kepada anggota sebelum rapat diadakan sesuai dengan ketentuan bidang AD/ART. Sekretaris juga merangkap pekerjaan kebendaharaan lebih utama dalam memberikan catatan-catatan keuangan Kelompok Tani, memverivikasi dan memberikan saran pada ketua tentang berbagai situasi dan mengatur

a. Bentuk Kegiatan Kelompok Tani

Bila kelompok tani telah berkembang, jumlah pengurus dapat diperbesar dengan pembagian pekerjaan yang jelas dengan mempraktekkan prinsip kebersamaan dan musyawarah. Seperti misalnya: Ketua dan Wakil Ketua Seksi Sarana/ Pemasaran, Ketua dan Wakil Ketua Seksi Operasional Mesin Plesser, Ketua dan Wakil Ketua Seksi Pembantu. Berikut bentuk kegiatan terkait dengan Pengurus yang tercantum dalam AD/ART Kelompok Tani Makarti Tani I-IV :

1) Pengambilan keputusan pengurus harus dilakukan oleh Semua Anggota Pengurus dalam rapat Pengurus.

2) Setiap anggota pengurus yang berturut-turut tidak hadir dalam rapat rutin Pengurus tanpa memberikan alasan yang dapat diterima, maka pengurus yang bersangkutan dianggap meninggalkan jabatan.

3) Setiap lowongan dalam keanggotaan Pengurus harus diisi oleh Anggota Pengurus baru dalam waktu selambat-lambatnya 14 hari sejak terjadinya lowongan tersebut, dimana anggota pengurus yang masih ada mengadakan Rapat Anggota Pendiri untuk memilih penggantinya yang dipilih dengan jumlah suara lebih dari separuh dari Rapat Anggota pendiri tersebut, untuk selanjutnya dishkan oleh Rapat Anggota berikutnya.

4) Pengurus berkewajiban menyusun dan menggariskan pola kebijakan umum Kelompok Tani.

5) Secara khusus Pengurus bertindak atas nama dan bertanggung jawab kepada Rapat Anggota Kelompok Tani atas pelaksanaan kebijakan- kebijakan yang telah digariskan yang meliputi:

a) Kebijakan mengenai penerimaan dan pemberhentian anggota.

b) Kebijakan mengenai jumlah maksimal pembiayaan yang dapat diberikan kepada anggota atau kelompok pengurus.

c) Kebijakan mengenai jangka waktu maksimum pengembalian

pembiayaan yang diberikan kepada Anggota.

d) Kebijakan penandatanganan cek dengan kontra sign tanda tangan rangkap untuk tingkat pengambilan /penarikan dan simpanan dikas/ Bank untuk operasionalisasi likuiditas Kelompok Tani.

e) Pengurus menunjukkan pengelola sebagai pelaksana dan berhak memperhatikannya jika dianggap perlu (karena tidak cakap, kurang berprestasi, dan tidak diterima oleh masyarakat).

f) Kebijakan dan usul mengenai pembagian atas Sisa Hasil Usaha (SHU) dan saran-saran amandemen perubahan terhadap AD/ ART kepada Rapat Anggota Tahunan/ Khusus.

g) Kebijakan perihal jumlah maksimum pembiayaan yang dapat diberikan pada satu anggota, yang tidak boleh melebihi 30% dari jumlah modal Kelompok Tani.

h) Kebijakan mengenai penerimaan pegawai.

i) Kebijakan mengenai pinjaman yang sifatnya mengikat yang dapat diambil Kelompok Tani dari pihak ke 3 untuk kepentingan operasional Kelompok Tani.

j) Kebijakan-kebijakan lain yang sewaktu-waktu dikuasakan

oleh Rapat Anggota.

6) Pengurus mengesahkan laporan dan tingkat kesehatan Kelompok Tani, keuangan Kelompok Tani dan selalu mendapat sehelai tembusan laporan bulanan keuangan dan tingkat kesehatan Kelompok Tani yang terakhir.

Selain pengurus, terdapat penasehat /pelindung di dalam kelompok tani Makarti Tani I - IV, yang terdiri dari :

a. Muspika Kecamatan Karanganyar,

b. Kepala Kelurahan Tegalgede Karanganyar : Bapak Sunarmanto, SE

c. Koordinator P.P.L Kecamatan Karanganyar: Ibu Endang Warsini, S.TP

d. Mantri Tani P.P.L Kecamatan Karanganyar,

e. P.P.L (Penyuluh Pertanian Lapangan) Kelurahan Tegalgede : Bapak Hasyim, SP

f. P.O Pengairan Kecamatan Karanganyar f. P.O Pengairan Kecamatan Karanganyar

Modal Kelompok Tani terdiri dari :

a. Modal penyertaan anggota adalah simpanan para pendiri pada tahap awal dan tahap pengembangan pendirian kelompok tani.

b. Simpanan pokok adalah simpanan yang harus dibayar oleh Anggota Pendiri dan Anggota Biasa pada tahap awal keanggotaan kelompok tani.

c. Besarnya simpanan pokok setiap Anggota Pendiri adalah sebesar Rp 50.000,00 (Lima puluh ribu rupiah).

d. Simpanan wajib adalah simpanan yang harus dibayar oleh Anggota Pendiri dan Anggota Biasa secara berkala 1 bulan.

e. Besarnya simpanan wajib adalah Rp 5.000,00 (Lima Ribu rupiah).

f. Hibah adalah pemberian segala bentuk kekayaan yang berasal dari semua pihak untuk Kelompok Tani.

g. Cadangan dari sisa hasil usaha yang besarnya ditetapkan oleh Rapat Anggota.

h. Modal penyertaan Anggota dan simpanan pokok tidak dapat ditarik kecuali berakhir keanggotaannya.

i. Simpanan sukarela adalah Simpanan anggota yang dapat ditarik kapan saja oleh Anggota sesuai dengan jenis dan ketentuannya. Simpanan sukarela terdiri dari simpanan dengan akad titipan yang dapat diperlukan sebagai simpanan biasa dan simpanan berjangka.

Simpanan biasa adalah simpanan yang penarikannya ditentukan jangka waktunya.

B. PERMASALAHAN

MASYARAKAT

PETANI

KELURAHAN TEGALGEDE

Masyarakat petani, sebagai insan yang berperan menghasilkan bahan pangan kondisinya sangat memprihatinkan. Masyarakat petani menghadapi banyak permasalahan dalam perannya menghasilkan bahan pangan. Permasalahan petani dan pertanian di Kelurahan Tegalgede memang begitu kompleks baik dari permasalahan internal maupun permasalahan eksternal. Menemukan atau merancang berbagai solusi alternatif untuk memecahkan masalah di atas memerlukan kemampuan, ketrampilan dan kreativitas pihak-pihak yang terlibat. Masyarakat petani harus bisa mengatasi kompleksitas permasalahan yang dihadapi dan merancang solusi-solusi alternatif yang berkualitas dan dapat memecahkan masalah itu. Selain itu, solusi-solusi tersebut haruslah dapat diterima oleh berbagai pihak yang terkait.

Fungsi penyuluhan adalah menjembatani kesenjangan antara praktik yang biasa dijalankan oleh para petani dengan pengetahuan dan teknologi yang selalu berkembang, dan sudah menjadi kebutuhan masyarakat petani tersebut. Peran penyuluh sangat dibutuhkan untuk memberdayakan masyarakat petani di Kelurahan Tegalgede.

Menurut Shardlow (1998: 32) berbagai pengertian yang ada mengenai pemberdayaan, pada intinya membahas bagaimana individu, Menurut Shardlow (1998: 32) berbagai pengertian yang ada mengenai pemberdayaan, pada intinya membahas bagaimana individu,

Berdasarkan hasil temuan yang peneliti jumpai di lapangan, ada beberapa permasalahan baik dari internal maupun eksternal yang dialami oleh masyarakat petani di Kelurahan Tegalgede sehingga membuat diri mereka tidak berdaya, yaitu antara lain :

1. Kondisi Internal

a. Kepemilikan Lahan Yang Kurang Memadai

Masalah pertama yang dihadapi masyarakat petani terkait dengan pertanian yang ada di Kelurahan Tegalgede adalah masalah kepemilikan lahan yang kurang memadai. Hal ini mungkin juga menjadi kendala para petani di indonesia pada umumnya. Menurut Hermas (2008:1), Laju penyusutan lahan pertanian di Indonesia kian cepat. Penyebabnya adalah fragmentasi lahan atau penyusutan kepemilikan lahan pertanian sebagai dampak sistem bagi waris dan alih fungsi lahan. Ini tercermin dari peningkatan jumlah rumah tangga petani kecil alias petani gurem, dengan kepemilikan lahan rata-rata hanya seluas 0,3 hektar.

Luas kepemilikan lahan yang sempit di Kelurahan Tegalgede menyebabkan produktivitas masyarakat petani menjadi kurang sehingga hasil dari produksi pertanian tidak mampu untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari mereka. Hal ini dikarenakan lahan pertanian yang biasa dijadikan untuk lahan persawahan/ kebun berubah fungsi dijadikan sebagai lahan perumahan atau tempat tinggal. Hal tersebut dipicu karena faktor pertambahan penduduk dari tahun ke tahun yang terus meningkat di Kelurahan ini.

Oleh sebab itu kegiatan usaha tani yang dilakukan masyarakat petani di Kelurahan Tegalgede menjadi kurang maksimal. Rata-rata para petani hanya mempunyai lahan seluas 0,1 sampai dengan 0,3 hektar, lahan seluas itupun di Kelurahan Tegalgede bisa digolongkan luas, karena sekarang ini kondisi lahan semakin menyempit dan harga beli tanah yang dijadikan lahan persawahan sudah lumayan tinggi sehingga masyarakat petani tidak mampu untuk membeli lahan baru.

Seperti yang dikemukakan oleh Bu Endang, beliau mengatakan bahwa: “Masalah utama di Keluarahan Tegalgede ini adalah

kepemilikan lahan yang kurang luas mas, masyarakat petani di sini rata-rata hanya mempunyai lahan 0,1-0,3 hektar sehingga produksinya kurang. Lahan 0,3 itupun pemiliknya masyarakat petani yang sudah agak lumayan secara ekonomi”

(Hasil wawancara tanggal 20 Februari 2012)

Pernyataan Bu Endang tersebut diperkuat oleh pernyataan Pak

“wonten mriki niku masyarakat petanipun gadah lahan namung sekedik mawon, mboten enten petanipun gadah saben nopo kebon ingkang luweh saking setunggal hektar. Tiang mriki niku paling kathah gadah saben 0,3 hektar benten kaleh riyen sakdurunge saben-saben damel griyo nopo bangunan liyanipun lan regi lemah inggil sakniki dadose damel tumbas lahan meleh mboten saget”. (disini ini masyarakat petani memmpunyai lahan cuma sedikit saja, tidak ada petani yang mempunyai sawah atau kebun yang lebih dari satu hektar. Orang sini paling banyak mempunyai sawah 0,3 hektar beda sama dulu sebelum sawah-sawah dibuat rumah atau bangunan lainnya dan harga sawah yang tinggi sekarang jadi buat beli lahan lagi tidak bisa).

(Hasil wawancara tanggal 22 Februari 2012)

Dari pernyataan para informan di atas dan dari hasil pengamatan peneliti di lapangan, dapat diperoleh kesimpulan bahwa permasalahan yang dihadapi masyarakat petani adalah masalah keterbatasan lahan persawahan. Terbatasnya lahan atau sempitnya lahan pertanian adalah sebagai akibat dari alih fungsi lahan, dari lahan persawahan menjadi lahan perumahan, selain itu juga karena pembagian lahan kepada ahli waris sehingga lahan menjadi sempit dan terkotak-kotak. Tidak bisa dipungkiri bahwa tanah/ lahan merupakan sarana penting dan wajib yang harus dimiliki para petani dalam melakukan kegiatan usaha taninya. Oleh karena itu keterbatasan lahan mengakibatkan kegiatan usaha tani otomatis juga menjadi terbatas dan hasil produksi petani juga menurun.

b. Adanya Hama/ Penyakit

Keberadaan hama/ penyakit di lahan pertanian merupakan musuh besar bagi petani dalam menjalankan usaha taninya. Seringkali hama Keberadaan hama/ penyakit di lahan pertanian merupakan musuh besar bagi petani dalam menjalankan usaha taninya. Seringkali hama

Menurut hasil temuan di lapangan dapat diketahui bahwa hama yang sering menjadi musuh besar para petani adalah serangan hama wereng yang menyerang tanaman padi para petani. Apabila tidak segera ditangani dengan cepat dan tepat maka bisa mengakibatkan gagal panen. Selain hama wereng, hama penyakit yang akhir-akhir ini juga menyerang tanaman padi adalah potong leher, beluk, dan sundep, akan tetapi penyakit ini rata-rata masih bisa ditanggulangi oleh para petani karena kemungkinan untuk gagal panen itu kecil, hanya saja hasil produksi akan berkurang sampai dengan 50% dari biasanya.

Hal tersebut diatas seperti yang dikemukakan oleh Pak Hasyim selaku PPL Kelurahan Tegalgede, beliau mengatakan bahwa:

“Hama yang biasa mengganggu tanaman padi di Kelurahan Tegalgede adalah hama wereng, hama ini bisa mengakibatkan gagal panen sedangkan penyakit yang biasa ada seperti potong leher, beluk, dan sundep”

(Hasil wawancara tanggal 21 Februari 2012)

Pernyataan dari Pak Hasyim diatas diperkuat oleh pernyataan dari Pak Narso, beliau mengatakan bahwa : “menawi hama ingkang kulo alami meniko nggih hama wereng

ingkang paling parah mas amargi tanduran kulo gagal panen, untungipun kulo nandur pari namung sekedik. Terus penyakit niku dateng mriki ingkang biasa nggih potong leher, sundep lan beluk tapi niku mboten parah namung asil panen kulo susut 50% kaleh biasanipun ”(serangan hama penyakit yang sering saya alami yaitu hama wereng, sehingga menyebabkan tanaman saya gagal panen, untungnya saya saya menanam padi cuma sedikit.

sundep dan beluk tapi itu tidak parah cuma hasil panen saya berkurang 50% dari biasanya).

(Hasil wawancara tanggal 23 Februari 2012)

Hama/ penyakit yang menyerang tanaman para petani di Kelurahan Tegalgede disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu antara lain pertama adalah kondisi cuaca yang akhir-akhir ini tidak menentu, sehingga berpengaruh juga bagi tanaman yang mengakibatkan tanaman tersebut rentan terserang hama dan penyakit. Faktor kedua adalah sistem pola tanam masyarakat petani yang tidak bervariasi. Selama ini hanya tanaman padi terus yang ditanam di lahan persawahan mereka, sehingga menimbulkan hama atau penyakit enggan berpindah dari lahan yang terus ditanami padi tersebut. Misalpun petani menanam tanaman seperti palawija, sayur-sayuran atau buah-buahan ditanam di lahan yang berbeda, di pinggir-pinggir lahan persawahan, atau juga dikebun dekat dengan rumah mereka.

Pernyataan tersebut sesuai dengan keterangan dari Pak Hasyim selaku PPL Kelurahan Tegalgede, beliau mengatakan bahwa:

“ada beberapa hal yang menyebabkan hama atau penyakit menyerang persawahan masyarakat petani, pertama adalah cuaca yang tidak menentu dan yang kedua sistem pola tanam masyarakat petani yang monoton hanya padi terus di lahan yang sama selama setahun ” (Hasil wawancara tanggal 21 Februari 2012)

Keterangan tersebut diperkuat oleh pernyataan dari Pak Tarmo,

“ingkang mengaruhi wontene hama utawi penyakit nggih leres faktor cuaca sing ganti-ganti mboten saget dibedek mas, kadangkolo udan dhalu sampe enjing mboten enten lerene trus ingkang kalihipun nggih leres masyarakat dateng mriki nanem pari kemawon ing lahan persawahan amargi menurut rencang- rencang tani niku resikone alit nek rugi ” (yang mempengaruhi adanya hama atau penyakit memang betul faktor cuaca yang berubah-ubah tidak bisa ditebak mas, kadang hujan malam sampai pagi tidak ada berhentinya. Selain itu masyarakat disini bertanam padi terus-menerus di lahan yang sama karena menurut para petani resikonya itu kecil kalo merugi)

(Hasil wawancara tanggal 22 Februari 2012)

Dari keterangan dari PPL maupun petani tersebut di atas dan dari hasil pengamatan yang peneliti peroleh di lapangan, dapat diperoleh kesimpulan bahwa faktor penyebab terjadinya serangan hama penyakit adalah faktor cuaca yang tidak menentu di daerah Kelurahan Tegalgede. Faktor kedua adalah sistem pola tanam yang tidak bervariasi di lahan persawahan milik para petani. Biasanya mereka hanya menanam padi di lahan persawahan yang sama setiap musimnya, dan tidak menggunakan sistem pola tanam bergilir, misalnya dengan diganti tanaman jagung, padi, palawija, padi lagi, dan seterusnya. Sehingga dengan sistem pola tanam yang bergilir semacam itu diharapkan hama penyakit seperti wereng dapat berpindah atau pergi dari lahan tersebut. Sedangkan selama ini yang terjadi adalah, apabila petani menanam palawija, sayur-sayuran, maupun buah- buahan ditanam di lahan yang berbeda, atau juga di pinggir-pinggir areal persawahan, dan di kebun sekitar rumah mereka. Oleh karena itu peran PPL saat ini sangat dibutuhkan dalam mengenalkan, mensosialisasikan, dan mengajarkan kepada petani tentang penggunaan sistem pola tanam yang Dari keterangan dari PPL maupun petani tersebut di atas dan dari hasil pengamatan yang peneliti peroleh di lapangan, dapat diperoleh kesimpulan bahwa faktor penyebab terjadinya serangan hama penyakit adalah faktor cuaca yang tidak menentu di daerah Kelurahan Tegalgede. Faktor kedua adalah sistem pola tanam yang tidak bervariasi di lahan persawahan milik para petani. Biasanya mereka hanya menanam padi di lahan persawahan yang sama setiap musimnya, dan tidak menggunakan sistem pola tanam bergilir, misalnya dengan diganti tanaman jagung, padi, palawija, padi lagi, dan seterusnya. Sehingga dengan sistem pola tanam yang bergilir semacam itu diharapkan hama penyakit seperti wereng dapat berpindah atau pergi dari lahan tersebut. Sedangkan selama ini yang terjadi adalah, apabila petani menanam palawija, sayur-sayuran, maupun buah- buahan ditanam di lahan yang berbeda, atau juga di pinggir-pinggir areal persawahan, dan di kebun sekitar rumah mereka. Oleh karena itu peran PPL saat ini sangat dibutuhkan dalam mengenalkan, mensosialisasikan, dan mengajarkan kepada petani tentang penggunaan sistem pola tanam yang

c. Modal

Permasalahan yang ketiga, yang juga dihadapi oleh masyarakat petani di Kelurahan Tegalgede dalam menjalankan kegiatan usaha taninya adalah masalah permodalan. Masalah keterbatasan modal usaha tani merupakan masalah yang mendasar bagi masyarakat petani. Sebagian besar masyarakat petani di Kelurahan Tegalgede memperoleh modal usahatani dari kekayaan keluarga atau meminjam.

Modal yang berasal dari kekayaan keluarga biasanya didapatkan dari tabungan keluarga petani itu sendiri ketika kegiatan dari usaha tani mereka mendapatkan keuntungan. Akan tetapi ternyata kebutuhan masyarakat petani juga sangat besar disamping untuk memenuhi kebutuhan sarana produksi dalam usahataninya, seperti misalnya untuk membeli benih, pupuk, obat pembasmi hama, membeli alat dan mesin pertanian, atau sering juga mengganti alat-alat pertanian yang rusak, membayar upah pekerja, dll. Para petani juga mempunyai kebutuhan sehari-hari yang tidak sedikit pula untuk mencukupi kebutuhan anak dan istrinya, seperti misalnya untuk kebutuhan pendidikan anak-anaknya, kebutuhan untuk mendapatkan jaminan kesehatan, kebutuhan untuk biaya transportasi, belum lagi kalau tetangga sekitar punya hajatan maka diperlukan dana tambahan yang

Hal inilah yang menjadi permasalahan permodalan masyarakat petani di Kelurahan Tegalgede. Hasil produksi pertanian mereka seringkali habis untuk biaya kebutuhan keluarga mereka, sedangkan setelah panen mereka masih akan mulai mengelola lahan pertanian dan memulai musim tanam kembali sehingga harus mengeluarkan modal yang dipergunakan untuk biaya produksi seperti membeli benih, membajak sawah dan tenaga kerja. Keadaan seperti inilah yang mengakibatkan masyarakat petani di Kelurahan Tegalgede mengalami kesulitan khususnya untuk biaya produksi lagi pasca panen.

Hal tersebut seperti yang dikemukakan oleh Bu Endang, beliau mengatakan bahwa : “masalah masyarakat petani di Kelurahan Tegalgede yang utama

selain kepemilikan lahan yaitu adalah masalah permodalan mas. Kita tahu sendiri mereka menggantungkan hidupnya hanya pada kegiatan bertani. Kalau hasilnya bagus mungkin masyarakat petani di Kelurahan Tegalgede tidak begitu kesulitan untuk mencukupi kebutuhan keluarga dan biaya produksi kembali, tapi kalau hasilnya kurang maksimal yah masyarakat kesulitan untuk biaya produksi kembali”

(Hasil wawancara tanggal 20 Februari 2012)

Pernyataan dari Bu Endang tersebut dibenarkan oleh pernyataan dari Bu Rini selaku wanita tani dan seorang ibu rumah tangga, yang mengatakan bahwa :

“inggih leres mas yen modal niku dados masalah masyarakat tani dateng mriki amargi kebutuhan tiang niku kan kathah sanget mboten namung damel garap saben mawon. Asil saking sadean gabah sakmeniko damel anak sekolah kalian maem keluargo kulo ditambah meleh kebutuhan liyanipun inggih kathah. Kadang kulo niku bingung mas damel garap saben meleh amarginipun duit “inggih leres mas yen modal niku dados masalah masyarakat tani dateng mriki amargi kebutuhan tiang niku kan kathah sanget mboten namung damel garap saben mawon. Asil saking sadean gabah sakmeniko damel anak sekolah kalian maem keluargo kulo ditambah meleh kebutuhan liyanipun inggih kathah. Kadang kulo niku bingung mas damel garap saben meleh amarginipun duit

(Hasil wawancara tanggal 24 Februari 2012)

Upaya untuk mengatasi hal tersebut diatas, masyarakat petani di Kelurahan Tegalgede biasanya mengambil jalan pintas untuk segera mendapatkan modal cepat dengan cara meminjam kepada perorangan/ non bank, seperti misalnya meminjam kepada kerabat terdekat mereka atau juga mengambil pinjaman dari renternir. Hal inilah yang memperparah keadaan masyarakat petani di Kelurahan Tegalgede yang mengakibatkan pertanian mereka tidak mengalami kemajuan.

Setelah adanya penyuluh pertanian dari PPL dan pihak-pihak lain yang juga terlibat dalam penyuluhan, para petani baru menyadari bahwa mereka melakukan hal yang keliru dengan meminjam modal kepada renternir. Hal itu disebabkan oleh keterbatasan informasi petani sendiri yang tidak tahu sama sekali bagaimana cara pengajuan kredit ke bank atau lembaga lainnya. Para petani kurang mengerti bagaimana aturan/syarat untuk proses pengajuan pinjaman, yang ada dipikiran mereka hanya bagaimana mendapatkan uang dengan proses cepat dan mudah. Dampak pinjaman kepada renternir begitu berat dirasakan oleh masyarakat petani karena disamping mereka dibebani bunga yang tinggi juga harus mengembalikan pokok pinjaman yang kadang kala bunganya saja lebih

Seperti pernyataan yang disampaikan oleh Pak Hasyim yang mengatakan bahwa: “2 atau 3 tahun yang lalu saya bertugas pertama sebagai

penyuluh pertanian di Kelurahan Tegalgede, saya mendapati masyarakat petani yang kesulitan dalam permodalan sampai- sampai mereka harus meminjam ke perorangan/renternir yang justru menyengsarakan mereka sendiri. Mereka kurang begitu mengenal perbankan dan lembaga kredit lainnya yang mereka pikirkan adalah hanya mendapat modal yang cepat dan mudah ”

(Hasil wawancara tanggal 21 Februari 2012)

Pernyataan dari Pak Hasyim diatas dibenarkan oleh Pak Tarmo yang mengatakan bahwa : “riyen niku masyarakat dateng mriki pancen pados modal damel

garap sawah meleh niku biasane inggih nyambute dateng tiang utawi renternir mas, amargi tiang dusun nek mboten wonten kenalan tiang bank bade nyambut modal niku sajare angel syarat-syarate kathah ngoten dados pikir-pikir meleh mlebet bank”. (dulu itu masyarakat disini memang benar mencari modal buat menggarap sawahnya lagi biasanya pinjam ke orang atau renternir mas, karena orang desa kalo tidak punya teman orang bank mau pinjam modal itu katanya sulit syarat-sayaratnya banyak jadi mikir-mikir untuk ke bank).

(Hasil wawancara tanggal 22 Februari 2012)

Dari pernyataan-pernyataan para informan di atas dan dari hasil pengamatan peneliti di lapangan, mengenai permasalahan permodalan yang dihadapi para petani di Kelurahan Tegalgede. Dapat diketahui bahwa peran PPL dan lembaga terkait dengan penyuluhan kepada masyarakat petani sangatlah dibutuhkan untuk membantu para petani memperoleh informasi Dari pernyataan-pernyataan para informan di atas dan dari hasil pengamatan peneliti di lapangan, mengenai permasalahan permodalan yang dihadapi para petani di Kelurahan Tegalgede. Dapat diketahui bahwa peran PPL dan lembaga terkait dengan penyuluhan kepada masyarakat petani sangatlah dibutuhkan untuk membantu para petani memperoleh informasi

2. Kondisi Eksternal

a. Pendistribusian Pupuk dan Harga Pupuk

Dalam melakukan kegiatan usaha taninya, masyarakat petani di Kelurahan Tegalgede tidak hanya menghadapi kendala dari dalam diri mereka sendiri. Permasalahan lain timbul dari pihak luar juga, diantaranya adalah permasalahan pendistribusian pupuk dan harga pupuk dari pengecer resmi tidak sesuai apa yang telah disepakati dalam pertemuan kelompok tani dan masyarakat petani.

Masalah ini bermula dari laporan sebagian masyarakat petani yang ingin membeli pupuk ke pengecer di Kelurahan Tegalgede, banyak masyarakat yang tidak mendapatkan pupuk bersubsidi sesuai dengan jatah mereka dan sesuai dengan lahan yang mereka kelola. Hal yang kedua terjadi perbedaan harga pupuk dari tiap-tiap kelompok tani Makarti Tani I-IV, hal Masalah ini bermula dari laporan sebagian masyarakat petani yang ingin membeli pupuk ke pengecer di Kelurahan Tegalgede, banyak masyarakat yang tidak mendapatkan pupuk bersubsidi sesuai dengan jatah mereka dan sesuai dengan lahan yang mereka kelola. Hal yang kedua terjadi perbedaan harga pupuk dari tiap-tiap kelompok tani Makarti Tani I-IV, hal

Hal ini menimbulkan gejolak masyarakat petani di Kelurahan Tegalgede yang merasa dipermainkan oleh pengecer setempat yang sengaja mempermainkan penyaluran dan harga pupuk untuk mengambil keuntungan pribadi. Masyarakat petani sendiri merasa dirugikan karena harga pupuk sudah mahal ditambah mereka tidak mendapatkan pupuk sesuai dengan jatah menurut luas lahan masing-masing.

Seperti yang dikemukakan oleh Pak Hasyim, beliau mengatakan bahwa :

“permasalahan penyaluran pupuk dan harga pupuk di Kelurahan Tegalgede ini mutlak adalah kesalahan pengecer yang nakal yang

ingin mengambil keuntungan pribadi ” (Hasil wawancara tanggal 21 Februari 2012)

Hal tersebut diperkuat oleh pernyataan Pak Tarmo, beliau mengatakan bahwa : “pupuk sakmeniko sakjano sakderenge sampun wonten

kesepakatan antaranipun masyarakat petani wonten pertemuan kelompok tani kalian pengecer Kelurahan Tegalgede. Tapi praktekipun pengecer sengojo maringi regi pupuk subsidi sak kesepakatan antaranipun masyarakat petani wonten pertemuan kelompok tani kalian pengecer Kelurahan Tegalgede. Tapi praktekipun pengecer sengojo maringi regi pupuk subsidi sak

(Hasil wawancara tanggal 22 Februari 2012) Dari pernyataan para informan di atas dan dari pengamatan

peneliti di lapangan, dapat diperolah kesimpulan bahwa peran PPL dan dinas terkait sangat diperlukan sebagai penyelenggara sekaligus fasilitator antara para petani dengan pengecer pupuk untuk membahas permasalahan pupuk tersebut, agar harga dan pendistribusian pupuk kepada petani dapat berjalan stabil. Pertemuan antara para petani dan pengecer pupuk yang diselenggarakan oleh PPL dan dinas terkait tentunya tidak dilakukan sekali dua kali, melainkan secara rutin dan terus menerus, agar lama kelamaan tercipta keakraban antara pihak-pihak yang terlibat tersebut.

b. Kurangnya Bantuan Pemerintah Terhadap Masyarakat Petani

Di era otonomi daerah, pemerintah daerah Kabupaten Karanganyar terus berupaya melakukan pembangunan daerah yang mana dilaksanakan di berbagai sektor yang strategis. Hal tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan pendapatan daerah serta mampu mengelola berbagai

terjadi cenderung tidak sesuai dengan keberlanjutan pembangunan di bidang pertanian. Seperti hasil temuan di lapangan oleh peneliti, masyarakat petani di Kelurahan Tegalgede mengeluhkan mengenai anggaran dari pemerintah yang ditujukan untuk mereka. Padahal akhir-akhir ini banyak sekali kendala yang mereka hadapi dalam rangka menyelenggarakan kegiatan usaha tani mereka, diantaranya adalah bantuan dana untuk kelompok tani yang kurang untuk mensejahterakan masyarakat petani dan kurangnya bantuan saprodi (sarana produksi) berupa benih dan pupuk yang berkualitas yang bisa meningkatkan produktivitas masyarakat petani.

Oleh karena itu masyarakat petani meminta kepada pemerintah daerah untuk lebih memikirkan nasib mereka. Masyarakat petani di Kelurahan Tegalgede menginginkan kepada pemerintah daerah untuk menganggarkan APBD yang lebih besar demi kelangsungan kehidupan pertanian mereka. Apabila dana yang di dapatkan lebih besar maka masyarakat petani lebih mudah menguatkan kelompok taninya dengan banyak melakukan kegiatan di luar pertanian, seperti misalnya memberdayakan peran kelompok tani “Wanita Tani Lestari” dalam pembuatan rambak dari ampas tahu agar bisa diproduksi secara banyak dan diedarkan dipasaran. Untuk saat ini pembuatan rambak dari ampas tahu dimanfaatkan hanya sebatas untuk camilan keluarga tani dan belum diedarkan di pasaran. Pemberdayaan kepada kelompok wanita tani apabila dapat berkembang dengan benar maka sedikit banyak akan membantu Oleh karena itu masyarakat petani meminta kepada pemerintah daerah untuk lebih memikirkan nasib mereka. Masyarakat petani di Kelurahan Tegalgede menginginkan kepada pemerintah daerah untuk menganggarkan APBD yang lebih besar demi kelangsungan kehidupan pertanian mereka. Apabila dana yang di dapatkan lebih besar maka masyarakat petani lebih mudah menguatkan kelompok taninya dengan banyak melakukan kegiatan di luar pertanian, seperti misalnya memberdayakan peran kelompok tani “Wanita Tani Lestari” dalam pembuatan rambak dari ampas tahu agar bisa diproduksi secara banyak dan diedarkan dipasaran. Untuk saat ini pembuatan rambak dari ampas tahu dimanfaatkan hanya sebatas untuk camilan keluarga tani dan belum diedarkan di pasaran. Pemberdayaan kepada kelompok wanita tani apabila dapat berkembang dengan benar maka sedikit banyak akan membantu

Hal tersebut seperti yang dikemukakan oleh Bu Endang, selaku koordinator PPL, beliau mengatakan :

“bantuan pemerintah daerah memang belum bisa menyentuh segala aspek kehidupan pertanian di Kelurahan Tegalgede namun bantuan yang diberikan kepada masyarakat petani tidak dalam bentuk dana saja melainkan mulai dari bangunan dan infrastruktur dan lainnya. Bantuan dana untuk kelompok tani untuk sekarang ini ada tapi belum cukup untuk membuat para kelompok tani bisa mengembangkan usaha seperti apa yang mereka inginkan. Bantuan dana untuk kelompok tani masih bersifat untuk menghidupkan lagi kelompok yang dulunya mati atau vakum menjadi hidup lagi dengan kegiatan-kegiatan dalam hal simpan pinjam misalnya sehingga mereka bisa berkelompok lagi”.

(Hasil wawancara tanggal 20 Februari 2012)

Pernyataan tersebut diperkuat oleh pernyataan dari Pak Narso yang mengemukakan bahwa :

“Bantuan saking pemerintah pusat kalian pemerintah daerah dateng Kelurahan Tegalgede khususipun ingkang kulo rasakne nggih kurang mas. Sakniki masalae masalah masyarakat tani meniko kathah. Kurange bantuan dana damel penguatan kelompok tani. wonten bantuan winih saking pemerintah tapi tiap petani namung angsal 5 Kg niku kulo raos nggih kurang damel nyukupi kebutuhan tanem kulo..”.

(bantuan dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah ke Kelurahan Tegalgede khususnya yang saya rasakan ya kurang mas. Sekarang masalahnya permasalahan masyarakat petani banyak dan kurangnya bantuan dana dalam penguatan kelompok tani. Ada bantuanpun berupa benih dari pemerintah tetapi tiap petani Cuma dapat 5 Kg saja dan itu saya rasa kurang buat mencukupi kebutuhan tanam saya)

(Hasil wawancara tanggal 23 Februari 2012)

Senada dengan pernyataan Pak Narso, Bu Rini selaku kelompok wanita tani, yang juga mengeluhkan hal yang serupa sebagai berikut :

“kelompok ‘wanita tani lestari’ dereng dangu madek mas tapi sampun wonten kegiatan ingkang sae yoiku damel rambak saking ampas tahu. Kulo pikir yen niku dpasarne mbo menawi saget dtompo masyarakat tapi sampe sak niki niku taseh angen-angen kemawon dereng wonten bantuan dana damel kelompok saking pemerintah namung PPL mawon maringi pengarahan ”. (kelompok ‘wanita tani lestari’ belum lama berdiri mas tetapi sudah ada kegiatan yag sudah bagus yaitu membuat rambak dari ampas tahu. Saya pikir kalau rambak itu dipasarkan mungkin bisa diterima masyarakat tetapi sampai sekarang ini hanya sebatas angan-angan saja belum ada bantuan dana atau apapun buat kelompok dari pemerintah hanya PPL saja yang memberi pengarahan).

(Hasil wawancara tanggal 24 Februari 2012)

Dari keterangan diatas dapat diperoleh kesimpulan bahwa ternyata pemerintah daerah kurang menyentuh potensi - potensi sumber daya yang ada di Kelurahan Tegalgede. Seharusnya pemerintah daerah lebih memperhatikan juga terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan usaha tani yang dilakukan oleh kelompok petani pria di wilayahnya maupun kelompok wanita taninya agar lebih berdaya dan bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat petani agar mereka mempunyai kehidupan yang lebih baik.

Tabel 4.6 Matriks Analisa Permasalahan Masyarakat Petani

Kelurahan Tegalgede

Kondisi Internal

Penyebab

Dampak

Kepemilikan Lahan yang kurang

1. Persawahan/ lahan

persawahan

yang

1. Ketersediaaan lahan yang kurang/ sempit menjadikan 1. Ketersediaaan lahan yang kurang/ sempit menjadikan

(rumah,

toko, kantor, dll).

2. Harga lahan/sawah

yang sudah mahal.

masyaraat

petani di Kelurahan Tegalgede kurang produktif,

sehingga sulit untuk menopang kebutuhan hidup keluarganya.

2. Untuk harga sawah atau lahan baru sudah tidak bisa dijangkau

lagi oleh masyarakat petani. Hama / Penyakit

1. Cuaca yang ekstrim.

2. Sistem pola tanam

1. Cuaca yang sulit ditebak dan

berubah-ubah mengakibatkan munculnya hama/

penyakit mudah menyerang persawahan dan bisa berakibat gagal panen bagi petani.

2. Pola tanam yang tidak

berubah/

bervariasi memberikan dampak yang kurang bagus bagi usahatani, karena hama terpusat di lahan tersebut sehingga sulit untuk mengatasinya. Untuk itu diperlukan sistem pola tanam bergilir.

Modal

1. Kebutuhan

masyarakat petani yang tinggi untuk kebutuhan keluarganya.

1. Masyarakat petani kesulitan

dalam

mengerjakan lagi sawahnya karena modal dari hasil panen mereka sudah habis

untuk kehidupan untuk kehidupan

keluarga mereka masing- masing.

2. Masyarakat petani lebih memilih jalan yang cepat dan mudah

untuk mencari pinjaman modal tanpa harus melewati syarat-syarat yang ribet yaitu dengan pinjam ke renternir.

Kondisi Eksternal

harga Pupuk

1. Penyaluran pupuk

2. Harga pupuk yang

tidak sesuai antara masyarakat petani di kelompok tani satu dengan yang lainnya

1. Masyarakat petani kesulitan dalam memperoleh pupuk bersubsidi, padahal jatah pupuk subsidi mereka itu harusnya

tersedia di pengecer resmi Kelurahan Tegalgede.

2. Harga yang tidak sesuai menimbulkan gejolak dalam masyarakat

petani di Kelurahan Tegalgede dan untuk menebus pupuk yang terlalu tinggi masyarakat petani merasa keberatan.

Minimnya Bantuan Pemerintah

pemerintah daerah dan

pemerintah

pusat

terhadap masyarakat petani.

1. Minimnya bantuan yang dirasakan oleh masyarakat petani

berdampak lemahnya kelompok tani untuk mengadakan kegiatan berdampak lemahnya kelompok tani untuk mengadakan kegiatan

pendapatan

mereka.

Sumber: Data Primer 2012