Peran Fasilitatif

1. Peran Fasilitatif

Peran ini lebih bersifat melayani kebutuhan-kebutuhan yang dirasakan masyarakat petani, adapun peran fasilitatif yang dilakukan oleh penyuluh pertanian (PPL) di Kelurahan tegalgede dalam memberdayakan masyarakat petani, yaitu meliputi :

a. Mediasi dan Negosiasi

Penyuluh pertanian adalah seorang pemberdaya masyarakat harus dapat menjalankan peran sebagai mediator yang berfungsi sebagi penengah dalam masyarakat petani. Muncul dalam indikator ketidakberdayaan masyarakat petani tentang penyaluran dan harga pupuk dari pengecer di Kelurahan Tegalgede. Apalagi jika masyarakat petani sedang membutuhkan pupuk, sedangkan mereka kesulitan untuk mendapatkan jatah pupuk bersubsidi yang sudah menjadi haknya dan harga pupuk lebih tinggi dari harga yang telah disepakati. Disini penyuluh pertanian berperan sebagai penengah, perantara, ataupun fasilitator untuk mencarikan solusi yang baik bagi masyarakat petani dan pengecer pupuk bersubsidi.

Hal tersebut seperti yang dikemukakan oleh Pak Hasyim, beliau mengatakan bahwa: “saya beserta ketua kelompok tani dan masyarakat petani

Kelurahan Tegalgede sudah mengadakan pertemuan di kantor kelurahan, yang agendanya membahas tentang penyaluran pupuk dan harga pupuk dari pengecer untuk menyelesaikan permaslahan tersebut akan tetapi dari pihak pengecer tidak mau datang menghadiri pertemuan tersebut ”.

(Hasil wawancara tanggal 28 Februari 2012)

Pernyataan yang sama juga diutarakan oleh Pak Tarmo, yang mengatakan bahwa : “masalah pupuk niki sebenere sampun ditengahi kalian mas

hasyim, tapi mboten wonten niat apik saking pengecer damel mecahne masalah niki amargi kiyambake mboten rawuh wonten kelurahan koq mas ”(permasalahan pupuk ini sebenarnya sudah ditengahi sama mas hasyim, tetapi tidak ada niat baik dari pengecer buat memecahkan masalah ini karena pihak pengecer tidak datang ke kelurahan mas).

(Hasil wawancara tanggal 29 Februari 2012)

Dari permasalahan tersebut penyuluh pertanian (PPL) dan dinas terkait sudah mengupayakan solusi untuk pemecahan masalahnya, walaupun dalam pertemuan dari pihak pengecer tidak mau menghadiri pertemuan yang telah difasilitasi oleh penyuluh. Dalam kegiatan pertemuan, penyuluh mencoba untuk mencarikan solusi yang terbaik agar masyarakat petani di Kelurahan Tegalgede tidak mengalami keterlambatan mendapatkan pupuk karena jika mereka tidak segera mendapatkan pupuk bisa-bisa tanaman padinya akan menguning dan mati. Hal ini masyarakat petani mendesak untuk segera mungkin mendapatkan solusi yang cepat dan tepat, dan pada Dari permasalahan tersebut penyuluh pertanian (PPL) dan dinas terkait sudah mengupayakan solusi untuk pemecahan masalahnya, walaupun dalam pertemuan dari pihak pengecer tidak mau menghadiri pertemuan yang telah difasilitasi oleh penyuluh. Dalam kegiatan pertemuan, penyuluh mencoba untuk mencarikan solusi yang terbaik agar masyarakat petani di Kelurahan Tegalgede tidak mengalami keterlambatan mendapatkan pupuk karena jika mereka tidak segera mendapatkan pupuk bisa-bisa tanaman padinya akan menguning dan mati. Hal ini masyarakat petani mendesak untuk segera mungkin mendapatkan solusi yang cepat dan tepat, dan pada

Hal tersebut seperti pernyataan dari Pak Hasyim berikut ini : “untuk mengatasi masalah penyaluran dan harga pupuk sesuai

dengan hasil musyawarah saya dan masyarakat petani yang tergabung dalam kelompok tani ‘Makarti Tani I-IV’ memutuskan untuk salah satu dari mereka agar menjadi pengecer resmi supaya tidak ada lagi masalah di kemudian hari”.

(Hasil wawancara tanggal 28 Februari 2012)

Diperkuat juga oleh pernyataan dari Pak Narso yang mengatakan bahwa: “wonten pertemuan niku agendanipun bahas soal pupuk mas, tapi

saking pengecer mboten rawuh banjur kulo kalian masyarakat petani liyane nyuwun kepastian supados masalah niki rampung. Akire penyuluh kalian masyarakat petani wonten kesepakatan yen pengecer resmi Kelurahan Tegalgede diganti kalian tiang tani asli yen ngoten kan mangke petani mboten kangelan meleh mendet pupuk ”. (dalam pertemuan-pertemuan yang diadakan PPL dimana agendanya membahas persoalan pupuk, akan tetapi dari pengecer tidak pernah datang, kemudian masyarakat petani lainnya minta kepastian supaya permasalahan pendistribusian pupuk cepat selesai. Akhirnya penyuluh dan masyarakat petani mengambil kesepakatan bahwa pengecer resmi Kelurahan Tegalgede diganti sama orang tani asli, agar diharapkan nantinya masyarakat petani tidak lagi kesulitan buat mengambil pupuk)

(Hasil wawancara tanggal 5 Maret 2012)

Gambar 1. Pertemuan yang difasilitasi PPL dalam mengatasi permasalahan distribusi pupuk dan harga pupuk.

Dari pernyataan para informan di atas dan dari hasil pengamatan peneliti di lapangan terkait dengan kegiatan mediasi dan negoisasi, PPL harus mampu menjadi fasilitator maupun mediator ketika timbul suatu permasalahan, salah satunya berkaitan dengan pemecahan masalah pendistribusian dan harga pupuk yang tidak stabil. Oleh karena itu PPL di Kelurahan Tegalgede sejauh ini mampu menyelesaikan permasalahan tersebut dengan mengadakan pertemuan antara para petani dengan pengecer pupuk untuk melakukan upaya negoisasi. Meskipun dalam pertemuan yang seharusnya dihadiri oleh para petani dan pengecer pupuk, akan tetapi dari pihak pengecer selalu berkeberatan untuk hadir, maka PPL dibantu oleh pihak-pihak terkait termasuk juga para petani itu sendiri mampu mengambil langkah bijak berkaitan pemecahan masalah tersebut. Dan para petani binaannya pun menyetujui penyelesaian masalah yang ditawarkan oleh PPL.

b. Pemberi Dukungan

Salah satu peran dari pemberdaya masyarakat adalah untuk memberikan dukungan/ motivasi serta mengembangkan kemampuan masyarakat petani di Kelurahan Tegalgede untuk melakukan perubahan. Upaya perubahan yag direncanakan oleh penyuluh pertanian (PPL) agar mudah diterima dan dapat dilaksanakan sesuai dengan sumberdaya (dana, pengetahuan, dan kelembagaan) yang telah dimiliki oleh masyarakat petani sebagai penerima manfaat.

Dukungan itu sendiri tidak selalu bersifat materiil tapi juga bersifat imateriil. Dengan adanya penyuluh pertanian masyarakat petani di Kelurahan Tegalgede merasakan banyak sekali manfaatnya. Bahkan kendala-kendala pertanian yang dialami oleh masyarakat petani dari sedikit demi sedikit terselesaikan melalui dukungan dari para penyuluh pertanian (PPL) dan partisipasi aktif masyarakat petani itu sendiri.

Permasalahan masyarakat petani di Kelurahan Tegalgede terkait dengan kesulitan permodalan setelah musim panen/ pasca panen. Badan Penyuluhan Kecamatan (BPK) dalam hal ini diwakili oleh penyuluh pertanian lapangan (PPL) menghidupkan kembali organisasi kelompok tani untuk pemupukan modal kepada masyarakat petani yang nantinya digunakan dalam penyediaan saprodi (sarana produksi).

Peran yang dilakukan oleh penyuluh pertanian (PPL) dalam pemupukan modal ini adalah mendampingi program-program dari pemerintah untuk masyarakat petani melalui GAPOKTAN (gabungan Peran yang dilakukan oleh penyuluh pertanian (PPL) dalam pemupukan modal ini adalah mendampingi program-program dari pemerintah untuk masyarakat petani melalui GAPOKTAN (gabungan

Gabungan Kelompok Tani

(Gapoktan) merupakan kelembagaan tani pelaksana PUAP untuk penyaluran bantuan modal usaha bagi anggota. Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam pelaksanaan PUAP, Gapoktan didampingi oleh tenaga Penyuluh Pendamping yaitu PPL. Melalui pelaksanaan PUAP diharapkan Gapoktan dapat menjadi kelembagaan ekonomi yang dimiliki dan dikelola oleh masyarakat petani yang dialokasikan untuk pembelian sarana produksi guna keberlangsungan kegiatan usaha tani, yang meliputi pengadaan bibit, pupuk, obat-obatan dan lain sebagainya, selain itu juga digunakan untuk dana simpan pinjam.

Peran penyuluh pertanian PPL yang kedua dalam mengatasi keterbatasan modal masyarakat petani di Kelurahan Tegalgede yaitu memberikan informasi kepada para petani tentang bagaimana tahapan atau langkah-langkah meminjam modal ke bank atau lembaga keuangan lainnya seperti koperasi. Penyuluh pertanian bertindak mendampingi para petani dalam pengajuan pinjaman modal tersebut agar masyarakat petani tidak lagi melakukan kesalahan dengan meminjam modal ke perorangan/ renternir, dimana bukannya menambah kesejahteraan melainkan kesengsaraan bagi petani itu sendiri.

Dukungan yang diberikan oleh penyuluh pertanian berikutnya berupa pengenalan tentang sistem kemitraan antara petani dengan perusahaan/instansi yang bergerak di bidang pertanian. Pengembangan sistem kemitraan ini dilandasi oleh prinsip saling menguntungkan sehingga masyarakat petani di Kelurahan Tegalgede yang mempunyai kesulitan modal bisa berkerjasama dengan perusahaan tersebut. Kemitraan mempunyai tujuan yang mampu menciptakan terjadinya hubungan yang erat antara usaha berskala besar dan usaha berskala kecil berdasarkan asas saling membutuhkan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan. Kemitraan juga mampu menciptakan dan meningkatkan nilai tambah, efisiensi, dan produktivitas. Lebih lanjut kemitraan merupakan wahana untuk terjadinya transfer teknologi, alih pengetahuan, alih ketrampilan manajemen, dan pengetahuan teknis. Dalam hal ini perusahaan yang membuat perjanjian dengan para petani mitranya untuk menjalankan bisnis usaha perusahaan. Dimana perusahaan tersebut membutuhkan pasokan bahan baku dari petani mitra dan petani mitra membutuhkan pinjaman sarana produksi pertanian berupa benih, pupuk, dll dari perusahaan untuk keperluan mengelola lahan pertaniannya guna mendapatkan keuntungan berupa materi, akses pemasaran produk, informasi, dan teknologi. Sedangkan harga hasil pertanian yang ditetapkan perusahaan yang menjalin kemitraan dengan masyarakat petani biasanya lebih tinggi daripada harga dipasaran.

Berikut keterangan yang dikemukakan oleh Bu Endang, beliau mengatakan bahwa : “dalam penanganan modal mas, terlebih dahulu kami selaku

penyuluh pertanian menghidupkan dahulu organisasi kelompok tani yang biasanya bantuan dana dari pemerintah ditujukan ke kelompok tani. Setelah kelompok tani tumbuh bekembang kami melakukan pemupukan modal dengan mendampingi program- program dari pemerintah untuk menumbuhkan kelembagaan ekonomi melalui GAPOKTAN (gabungan kelompok tani) dalam program PUAP (pengembangan usaha agribisnis) yang selanjutnya dana tersebut dikelola oleh masyarakat petani. Yang kedua menghilangkan kebiasaan buruk masyarakat petani yang mencari modal instan ke perorangan/renternir. Selanjutnya kami mengenalkan sistem kemitraan kepada masyarakat petani yang betujuan agar mereka yang tidak mempunyai modal untuk produksi

prinsip saling menguntungkan dari kedua belah pihak antara petani dan perusahaan yang menjadi mitra”

(Hasil wawancara tanggal 27 Februari 2012)

Pernyataan diatas diperkuat dengan pernyataan dari Pak Tarmo, yang mengatakan bahwa : “menawi ngatasi masalah modal meniko kathah sanget ingkang

PPL terapne saking dampingi kulo selaku ketua Gapoktan wonten bagikne dana PUAP kalian ngenalne sistem kemitraan dateng masyarakat petani wonten mriki ingkang kesusahan mboten saget garap sawah meleh. Contone kulo ingkang sampun jajal kemitraan kalian PT. Pertani palur nanem pari lan alhamdulilah hasile metu mas”. (jika mengatasi permasalahan modal itu sudah banyak yang PPL terapkan dari mendampingi saya selaku ketua Gapoktan dalam membagikan dana PUAP dan mengenalkan sistem kemitraan ke masyarakat petani disini yang kesulitan tidak bisa mengelola sawah lagi. Contohnya saya yang sudah mencoba kemitraan dengan PT. Pertani Cabang Surakarta untuk komoditas tanaman padi dan alhamdulillah hasilnya bagus mas).

(Hasil wawancara tanggal 29 Februari 2012)

Gambar 2. Pembagian dana PUAP yang didampingi oleh PPL Dari pernyataan diatas, dapat diketahui bahwa peran penyuluh

pertanian dalam memberikan dukungan bukan hanya dari materiil tetapi juga imateriil yang bermanfaat bagi masyarakat petani Kelurahan Tegalgede keluar dari ketidakberdayaan mereka terhadap kesulitan modal bedasarkan keadaan ekonomi keluarga tani.

Permasalahan kedua mengenai kepemilikan lahan yang kurang memadai yang dimiliki oleh masyarakat petani di Kelurahan Tegalgede, maka penyuluh pertanian memberikan dukungan dengan menerapkan budidaya padi model PTT (pengelolaan tanaman terpadu) merupakan suatu usaha untuk meningkatkan hasil padi dan efisiensi masukan produksi dengan memperhatikan penggunaan sumber daya alam secara bijak. Melalui usaha ini diharapkan masyarakat petani mendapatkan :

1) Kebutuhan beras dapat terpenuhi.

2) Pendapatan masyarakat petani di Kelurahan Tegagede meningkat.

3) Usaha pertanian padi dapat berlanjut.

Penerapan budidaya padi model PTT pada prnsipnya memadukan komponen teknologi yang saling menunjang (sinergis) guna meningkatkan efektivitas dan efisiensi usahatani sehingga masyarakat petani di Kelurahan Tegalgede yang rata-rata memiliki lahan yang sempit antara 0,1 – 0,3 hektar sehingga dapat meningkat hasil panen padinya rata-rata 19% dan pendapatan masyarakat petani 15%.

Hal tersebut seperti pernyataan yang dikemukakan Pak Hasyim, bahwa : “untuk mengatasi permasalahan kepemilikan lahan yang kurang

memadai ini memang sedikit sulit karena rata-rata pemilik lahan hanya mempunyai lahan maximal 0,3 hektar saja sedangkan untuk menambah lahan para masyarakat petani di Kelurahan Tegalgede kurang mampu. Kita hanya menerapkan sumber daya yang ada saja dengan menerapkan budidaya padi dengan model PTT (pengelolaan tanaman terpadu) dengan memadukan berbagai komponen teknologi yang tepat antara lain dengan penggunaan varietas padi unggul dengan mutu bibit tinggi serta pengunaan pupuk yang berimbang. Model itu diharapakan meningkatkan hasil panen sampai 19% dan pendapatan petani 15%)”

(Hasil wawancara tanggal 28 Februari 2012)

Pernyataan Pak Hasyim sesuai dengan jawaban Pak Narso sebagai berikut : “kangge nanem pari wonten lahan kelurahan niki biasae damel

model PTT (pengelolaan tanaman terpadu) ingkang asal anjuran saking PPL Kecamatan Karanganyar mas, menawi hasil niku sing diraosne masyarakat tani dateng mriki sae. Sakniki mawon hasil taneman pari setunggal hektar angsal 7-8 ton geg riyene namung 6 ton”. (buat tanam padi di Kelurahan ini biasanya memakai model PTT (pengelolaan tanaman terpadu) yang dari anjuran PPL Kecamatan Karanganyar mas, jika hasil itu yang dirasakan oleh masyarakat petani disini bagus. Sekarang saja hasil tanaman padi satu hektarnya dapat 7-8 ton yang dulunya cuma 6

Gambar 3. Penerapan budidaya padi dengan model PTT (pengendalian tanaman terpadu) yang diarahkan oleh PPL.

Dari pernyataan para informan tersebut di atas dan dari hasil pengamatan peneliti di lapangan, dapat diketahui bahwa peran PPL dalam memberdayakan para petani binaannya dalam mengatasi permasalahan petani berupa ketersediaan lahan pertanian yang sempit sudah diupayakan oleh PPL itu sendiri. Salah satu strategi yang diupayakan tersebut adalah dengan mengenalkan dan menerapkan budidaya padi dengan model PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) kepada petani, yaitu dengan memadukan berbagai komponen teknologi yang tepat antara lain dengan penggunaan varietas benih padi yang unggul dengan mutu bibit tinggi serta penggunaan pupuk yang berimbang. Model PTT cukup efektif dalam meningkatkan hasil panen dan pendapatan petani, khususnya untuk tanaman padi yang sekarang meningkat dari 6 Ton menjadi 7-8 Ton /hektarnya.

c. Fasilitasi Kelompok

Fasilitasi kelompok disini dalam artian bagaimana seorang penyuluh pertanian (PPL) mampu mengembangkan penguatan kelompok tani melalui penumbuhan sikap partisipasi dari anggota kelompok tani itu sendiri, didampingi oleh agen pemberdaya masyarakat petani menuju pada tujuan yang diinginkan kelompok. Salah satunya adalah peran PPL dalam penyelesaian terkait dengan permasalahan minimnya bantuan dari pemerintah daerah maupun dinas/ instansi guna penguatan kelompok tani Kelurahan Tegalgede.

Peran fasilitasi yang dilakukan oleh penyuluh pertanian (PPL) diawali dengan menganalisis permasalahan yang sesungguhya terjadi dalam kelompok tani Kelurahan Tegalgede itu sendiri, caranya adalah dengan aktif melakukan pertemuan dengan kelompok tani binaannya tersebut setiap bulannya. Kurangnya perhatian pemerintah daerah Kabupaten Karanganyar terhadap kegiatan kelompok tani dan kurangnya bantuan saprodi (sarana produksi) masyarakat petani berupa varietas benih unggul dan pupuk dari dinas atau instansi terkait yang saat ini menjadi fokus perhatian PPL tentang bagaimana cara yang tepat dalam penyelesaiannya.

Setelah menganalisis permasalahan yang ada di dalam kelompok tani binaannya tersebut langkah selanjutnya yang ditempuh PPL dan para petaninya adalah mencarikan solusi bersama sebagai langkah pertama penguatan Kelompok Tani “Makarti Tani I-IV” dan kelompok ibu-ibu petani “Wanita Tani Lestari” di Kelurahan Tegalgede.

Solusi yang diberikan PPL mengatasi permasalahan tersebut adalah masyarakat petani melalui wadahnya kelompok tani beserta penyuluh sama-sama melihat peluang yang ada dengan melakukan pengajuan proposal kepada pemerintah daerah dan dinas/ instansi terkait agar mendapatkan bantuan dana untuk penguatan kelompok tani dengan segala jenis kegiatannya sehingga bermanfaat mensejahterakan masyarakat petani di Kelurahan Tegalgede. Dengan solusi yang dipakai tersebut, diharapkan bertujuan tidak hanya dalam bentuk dana saja melainkan juga bantuan-bantuan berupa saprodi (sarana produksi) yang lebih banyak dari biasanya yang diberikan oleh dinas/ instansi terkait agar dapat meringankan kegiatan produksi usaha tani di Kelurahan Tegalgede, sehingga kesejahteraan masyarakat tani bisa meningkat.

Pernyataan diatas sesuai dengan keterangan dari Pak Hasyim yang mengatakan bahwa : “kami bersama masyarakat petani di kelurahan tegalgede intens

dalam melakukan pertemuan bulanan, apalagi jika masyarakat petani ada suatu kendala / masalah bisa saja diadakan pertemuan mendadak sesuai kebutuhan. Dalam pertemuan membahas banyak permasalahan salah satuya adalah terkait bantuan dari pemerintah daerah ataupun pemerintah pusat yang begitu kecil bentuknya baik dana maupun saprodi (sarana produksi) berupa benih unggul, pupuk dll, sehingga dirasa kurang oleh masyarakat petani di Kelurahan Tegalgede. Salah satu alternatif yang saya lakukan bersama-sama masyarakat petani adalah melihat peluang-peluang yang ada dengan pengajuan proposal agar masyarakat petani mendapatkan lebih dari bantuan-bantuan sebelumnya ”.

(Hasil wawancara tanggal 28 Februari 2012)

Hal tersebut juga senada dengan yang disampaikan oleh Pak Tarmo, beliau mengatakan : “menawi masalah kirange bantuan saking pemerintah sampun

diparingi solusi-solusi saking Pak Hasyim mas, sepindah nopo ingkang kurang damel penguatan kelompok tani kados bantuan dana lan bantuan saprodi dipadosne peluang-peluang saking dinas banjur sami-sami masyarakat tani kalian PPL ngajukne proposal dateng dinas / instansi. Hasilipun sakniki mawon kelompok tani Kelurahan Tegalgede jalanke program “Lumbung Pangan” meh 100 juta damel penguatan kegiatan kelompok tani lan bantuan winih niku / tiang 25 Kg saking dinas pertanian karanganyar ”. (jika permasalahan kurangnya bantuan dari pemerintah dikasih solusi-solusi dari Pak hasyim mas, pertama apa yang kurang buat penguatan kelompok tani seperti bantuan dana dan bantuan saprodi (sarana produksi) dicarikan peluang- peluang dari dinas lantas bersama-sama masyarakat petani dengan PPL mengajukan proposal ke dinas / instansi terkait. Hasilnya sekarang saja kelompok tani Kelurahan Tegalgede menjalankan program “Lumbung Pangan” hampir 100 juta buat penguatan kegiatan kelompok tani dan bantuan benih /orang 25 Kg dari dinas pertanian Kabupaten Karanganyar).

(Hasil wawancara tanggal 29 Februari 2012)

Gambar 4. Pengajuan proposal yang difasilitasi oleh PPL bersama

masyarakat petani Kelurahan Tegalgede.

Dari pernyataan diatas dan dari pengamatan di lapangan, peneliti

(PPL) untuk mengatasi masalah tentang ketidakberdayaan masyarakat petani di Kelurahan Tegalgede dalam hal minimnya bantuan dari pemerintah cukup signifikan, sehingga masyarakat petani dapat menjalankan kegiatan-kegiatan dalam kelompok tani yang bermanfaat untuk meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan mereka.

d. Mengorganisasi

Peran fasilitasi terakir dari penyuluh pertanian yang terakhir sebagai pemberdaya masyarakat adalah bertindak sebagai organisator. Organisator menurut Mardikanto (2009:187) pelaku perubahan harus mampu menjalin hubungan baik dengan segenap lapisan masyarakat, mampu menumbuhkan kesadaran dan menggerakkan partisipasi masyarakat, mampu berinisyatif bagi terciptanya perubahan-perubahan serta dapat memobilisasi sumberdaya, mengarahkan dan membina kegiatan - kegiatan maupun mengembangkan kelembagaan - kelembagaan yang efektif untuk melaksanakan perubahan-perubahan yang direncanakan.

Sebelum adanya penyuluh pertanian (PPL) di kelurahan tegalgede pada tahun 2008, kelompok tani hanya ada 2 kelompok tani aktif akan tetapi kelompok tani itupun tidak mempunyai kegiatan yang bermanfaat untuk mengatasi kendala/ permasalahan-permasalahan pertanian yang ada di Kelurahan Tegalgede. Sejalan masuknya penyuluh pertanian (PPL) di kelurahan tersebut sedikit demi sedikit menumbuhkan kesadaran masyarakat petani untuk berkelompok lalu mengajak masyarakat petani untuk untuk Sebelum adanya penyuluh pertanian (PPL) di kelurahan tegalgede pada tahun 2008, kelompok tani hanya ada 2 kelompok tani aktif akan tetapi kelompok tani itupun tidak mempunyai kegiatan yang bermanfaat untuk mengatasi kendala/ permasalahan-permasalahan pertanian yang ada di Kelurahan Tegalgede. Sejalan masuknya penyuluh pertanian (PPL) di kelurahan tersebut sedikit demi sedikit menumbuhkan kesadaran masyarakat petani untuk berkelompok lalu mengajak masyarakat petani untuk untuk

Pernyataan diatas sesuai dengan keterangan dari Pak Hasyim, beliau mengatakan : “sebelum saya tiba di Kelurahan Tegalgede sebagai penyuluh

pada tahun 2008, disana hanya berjalan 2 kelompok tani saja tapi belum ada kegiatannya. Untuk sekarang sudah ada 4 kelompok tani dan satu kelompok ibu-ibu petani ”.

(Hasil wawancara tanggal 28 Februari 2012) Pernyataan Pak Hasyim diperkuat oleh jawaban dari Pak Narso,

yang mengatakan bahwa: “riyen niku kelompok tani wonten Kelurahan Tegalgede mati

namung jeneng mawon wonten 2 kelompok banjur dugi penyuluh tani saking BPK Kecamatan Karanganyar dadose diuri-uri meleh dados 4 kelompok tani kalian sakniki wonten kelompok tani kagem ibu-ibu petani” (dahulu itu kelompok tani di Kelurahan Tegalgede mati Cuma nama saja ada 2 kelompok tani lalu datang penyuluh pertanian BPK Kecamatan Karanganyar jadinya dibangunkan lagi jadi 4 kelomok tani dan sekarang juga ada kelompok tani buat ibu-ibu petani).

(Hasil wawancara tanggal 1 Maret 2012)

Selanjutnya dalam mengatasi kendala/ permasalahan mengenai hama penyakit yang biasa mengganggu kegiatan produksi usaha tani di Keluarahan Tegalgede, sesuai dengan solusi yang disarankan oleh PPL

maka penyuluh pertanian mengordinir di masing-masing kelompok tani untuk melakukan pengendalian hama secara dini dengan menerapkan PHT (penngendalian hama terpadu). Dari mulai benih sampai tanaman padi dewasa pengendalian hama/ penyakit terus dilakukan agar ancaman hama atau penyakit itu bisa terkontrol. Selain itu penyuluh pertanian biasanya memberitahu kepada masyarakat petani melalui pertemuan kelompok tani apabila ada ancaman serangan hama/ penyakit dan penyuluh pertanian juga memberikan solusi tentang pemakaian obat-obatan yang tepat untuk pemberantasannya.

Pernyataan diatas sesuai dengan keterangan dari Bu Endang, selaku Kepala BPK Kecamatan Karanganyar, beliau mengatakan :

“kita melakukan penanganan hama dengan sistem PHT (pengendalian hama terpadu) dengan sistem ini pengendalian hama/penyakit dalam tanaman masyarakat petani Kelurahan Tegalgede sudah sejak dini diamati hingga tanaman sampai dewasa sehingga untuk ancaman hama/penyakit itu kecil ”

(Hasil wawancara tanggal 27 Februari 2012) Pernyataan tersebut diperkuat oleh keterangan dari Pak Tarmo,

bahwa : “riyen menawi usum wereng mas tanduran masyarakat sami

gagal panen tapi sakaniki sampun mboten meleh amargi sakderenge wereng niku nyerang PPL sampun ngandani yen bakal ono serangan wereng banjur PPL nggih nyukani obat sing pas”. (dahulu jika musim wereng mas, tanaman masyarakat petani pada gagal panen tetapi sekarang sudah tidak lagi karena sebelum wereng menyerang PPL sudah memberitahu kalo ada serangan wereng lalu PPL ya memberi obat yang tepat).

(Hasil wawancara tanggal 29 Februari 2012)

Gambar 5. Pengendalian hama/penyakit dengan sistem PHT (pengendalian hama terpadu) yang difasilitasi oleh PPL.