Peran Teknis
3. Peran Teknis
Peran teknis merupakan peran yang terakhir mencakup ketrampilan pemberdaya masyarakat adalah dengan melakukan riset. Dalam program memberdayakan masyarakat petani di Kelurahan Tegalgede BPK Kecamatan berkerjasama dengan instansi terkait mengupayakan fasilitasi teknis yang dilakukan yaitu dengan melakukan riset pengujian pestisida organik. Dalam hal ini, pemberantasan hama yang dilakukan oleh masyarakat petani Kelurahan Tegalgede maupun masyarakat indonesia mayoritas menggunakan pestisida kimia. Masyarakat petani secara tidak sadar menggunakan pestisida kimia yang berlebihan memberikan dampak yang semakin besar, seperti membunuh organisme predator hama dan membuat hama menjadi resistan, bahkan bisa berakibat pada kesehatan manusia.
Oleh karena itu penyuluh pertanian (PPL) berkerjasama dengan dinas pertanian Kabupaten Karanganyar secara serius melakukan riset penggunaan pestisida organik yang ramah lingkungan sebagai pengganti pestisida kimia. Dari segi ekonomi saja pestisida organik jauh lebih ekonomis dibandingkan dengan pestisida kimia yang harganya juga sudah lumayan tinggi.
Tujuan utama dalam riset ini agar masyarakat petani Kelurahan Tegalgede mau ikut berpartisipasi mengembangkan pestisida oganik yang nantinya juga bermanfat bagi mereka sendiri. Sebagai contoh riset yang telah dilakukan oleh penyuluh pertanian adalah menggunakan tanaman Tujuan utama dalam riset ini agar masyarakat petani Kelurahan Tegalgede mau ikut berpartisipasi mengembangkan pestisida oganik yang nantinya juga bermanfat bagi mereka sendiri. Sebagai contoh riset yang telah dilakukan oleh penyuluh pertanian adalah menggunakan tanaman
Riset pestisida organik ini baru sebatas uji coba saja yang dikembangkan oleh penyuluh pertanian dan dinas pertanian Kabupaten Karanganyar baru sebatas pengenalan kepada masyarakat petani. Untuk sekarang ini memang sulit megganti pestisida kimia ke pestisida organik karena massyarakat petani maunya instan dalam memberantas hama / penyakit yang menyerang persawahan mereka sedangkan pestisida organik masih terbatas temuannya.
Berikut pernyataan dari Bu Endang sesuai dengan keterangan diatas : “riset yang kami lakukan berkerjasama dengan dinas / instansi
terkait adalah mecoba melakukan ujicoba mengembangkan pestisida organik. Untuk sekarang ini memang hanya baru sebatas pengenalan saja kepada masyarakat petani. Banyak manfaat penggunaan pestisida ini selain ekonomis juga ramah lingkungan. Akan tetapi memang kendalanya adalah belum banyaknya pestisida organik yang ditemukan, kita hanya mengkaji tanaman jarak yang efektif memberantas ulat dan serangga saja sedangkan hama yang ada di tanaman masyarakat petanikan bermacam-macam jenisnya” .
(Hasil wawancara tanggal 27 Februari 2012)
Senada dengan pernyataan Bu Endang tersebut, Pak Tarmo juga
penelit memb pengen Salah tanama pestisi
“..mena kimia m namung penemb hasilepu organik (jika um kimia m member saya da sekali u buat ma
(Hasil w
Gambar
Dari per ti di lapang erdayakan
ndalian ha m
satunya ada an jarak, seh ida kimia. S
wi umume m mas amargi p
g mateni u angan nggi un inggih ng k taseh asing
mumnya mas mas karena p
rantas ulat d an teman pet
ulatnya tetap asyarakat dis
wawancara ta
r 11. Peng
dilak
rnyataan par an, dapat di
masyaraka ma tanaman s
alah melaku hingga rama
Selain itu da
masyarakat t
pestisida or uler kalian
ih kulo kal
gurangi uler
g kangge m syarakat pet pestisida org
dan serangg tani mencob
pi masalahn sini).
anggal 29 Fe
gembangan kukan oleh P
ra informan iperoleh kes
at petani,
sudah dilaku ukan riset p
ah lingkunga ari segi ekon
tani mriki ta rganik sakin
serangga lian konco
r namung m masyarakat p
tani masih m ganik dari ta
ga saja. Unt
ba 3-5 kali nya pestisida
ebruari 2012
ujicoba pe PL.
di atas dan simpulan bah
terkait d ukan dengan penggunaan
an dan berfun
nomi pestisi
aseh gunakn ng taneman j
mawon. L h tani nyobi masalae niku petani wont menggunaka anaman jarak
tuk pengem hasilnya ya
a organik m
estisida org
dari hasil p hwa peran P dengan per n cara melak
pestisida or ngsi sebagai
ida organik
ne pestisida jarak niku
ha kangge ping 3-5 u pestisida ten mriki ”.
an pestisida k itu cuma mbangan ya berkurang masih asing
anik yang
pengamatan PPL dalam rmasalahan
kukan riset. rganik dari
i pengganti jauh lebih i pengganti jauh lebih
Dari pemaparan hasil penelitian di atas dapat diketahui bahwa peran penyuluh pertanian (PPL) dalam memberdayakan masyarakat petani menjadi fenomena di dalam masyarakat petani itu sendiri untuk ikut berperan dalam memecahkan permasalahan mereka dengan tujuan meningkatkan kemampuan dan kesejahteraan masyarakat petani.
Menurut teori tindakan sosial yang dikemukakan oleh Weber, dikatakan bahwa semakin rasional tindakan sosial yang dilakukan oleh individu atau kelompok, semakin mudah pula seseorang atau kelompok untuk memahaminya. Tindakan-tindakan tersebut meliputi: (1) Zwerk Rational atau tindakan murni, dimana si aktor tidak hanya sekedar menilai cara yang terbaik untuk mencapai tujuan itu sendiri. (2) Werkational Action, dimana si aktor tidak dapat menentukan apakah cara-cara yang dipakai merupakan cara yang tepat ataukh lebih tepat untuk mencapai tujuan yang lain. (3) Affectual Action atau tindakan yang dibuat-buat, dimana si aktor dipengaruhi oleh perasaan emosi dan pura-pura dalam bertindak. (4) Traditional Action, dimana tindakan si aktor berdasarkan atas kebiasaan- kebiasaan di masa lalu.
Sedangkan di dalam penelitian ini yang berperan sebagai aktor adalah penyuluh pertanian (PPL). Peran penyuluh sebagai Agen of Change atau agen perubahan di dalam masyarakat petani, diantaranya adalah peran fasilitatif, peran edukasional, dan peran teknis, dengan tujuan untuk
memberdayakan para petani agar menjadi lebih bermanfaat, mandiri, dan sejahtera. Akan tetapi yang peneliti jumpai di lapangan, teori dari Weber tersebut tidak sepenuhnya tepat untuk menggambarkan kondisi masyarakat petani di Kelurahan Tegalgede. Meskipun si aktor telah menerapkan tindakan Zwerk Rational/ tindakan yang murni demi tercapainya tujuan yang dikehendaki, akan tetapi masyarakat petani belum sepenuhnya terbuka dan menerima bila nantinya muncul resiko dari adanya tindakan yang dilakukan oleh si aktor. Seperti misalnya peran PPL dalam mengatasi permasalahan petani berupa pemberantasan hama/ penyakit dengan menggunakan sistem pola tanam bergilir, para petani di Kelurahan Tegalgede tidak serta merta dengan mudah menerima tindakan tersebut. Hal itu dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran petani akan resiko-resiko yang nantinya diterima di kemudian hari.
Berbeda dengan Teori tindakan sosial yang dikemukakan oleh Parson, yang mengatakan bahwa karakteristik tindakan sosial itu meliputi individu adalah sebagai aktor, aktor sebagai pemburu tujuan-tujuan tertentu, aktor mempunyai alternatif cara, alat dan teknik untuk mencapai tujuan, aktor berhadapan dengan kondisi yang dapat membatasi tindakannya dalam mencapai tujuan, dan aktor berada di bawah kendala dari nilai-nilai, norma- norma, dan ide abstrak yang mempengaruhinya.
Berkaitan dengan penelitian ini, untuk kondisi-kondisi tertentu peneliti sependapat dengan teori dari Parson tersebut. Seperti misalnya yang terjadi ketika Penyuluh (PPL) dituntut untuk dapat berperan sebagai
fasilitator dalam menyelesaikan permasalahan petani berupa ketidakstabilan distribusi dan harga pupuk di Kelurahan Tegalgede. Pada saat itu PPL telah memberikan alternatif cara demi terpecahkannya masalah tersebut, yaitu dengan mengadakan pertemuan antara pihak petani dengan pihak pengecer pupuk bersubsidi Kelurahan Tegalgede. Akan tetapi pada faktanya PPL dihadapkan pada situasi yang tidak menguntungkan demi terselesaikannya masalah tersebut, dikarenakan dari pihak pengecer pupuk bersubsidi tidak pernah mau menghadiri pertemuan dan PPL sendiri tidak memiliki kewenangan untuk memaksa pihak itu untuk hadir. Oleh karena itu PPL sebagai aktor yang dituntut untuk berperilaku aktif memutuskan untuk menyelesaikan masalah dengan alternatif lain. Hal ini menunjukkan bahwa di dalam mencapai tujuan yang diharapkan, si aktor seringkali berhadapan dengan kondisi yang dapat membatasi tindakannya.
Sedangkan teori yang ketiga adalah perubahan sosial. Menurut Macionis perubahan sosial adalah proses transformasi yang terjadi di dalam struktur masyarakat dan di dalam pola pikir dan pola tingkah laku yang berlangsung dari waktu ke waktu. Unsur yang paling penting dalam definisi ini adalah adanya perbedaan atau perkembangan di dalam struktur, pola pikir dan pola tingkah laku di dalam masyarakat. Perbedaan ini dapat diamati setelah membandingkan keadaan sebelum dan sesudah perubahan itu terjadi. Penekanan pada perbedaan yang terjadi dengan melibatkan unsur waktu, nampak jelas juga dalam definisi perubahan sosial dari Hendro Puspito yang mengartikan perubahan sosial sebagai proses perkembangan
unsur sosio budaya dari waktu ke waktu yang membawa perbedaan berarti dalam struktur dan fungsi masyarakat. Hampir setiap masyarakat pasti mengalami perubahan walaupun kadar perubahan itu berbeda dari masyarakat dengan masyarakat yang lain. Materi yang berubah bisa menyangkut banyak hal diantaranya struktur dan fungsi di dalam masyarakat, pola tingkah laku, norma-norma dan nilai-nilai serta perubahan unsur-unsur kebudayaan. Perubahan sosial selalu mengandalkan tiga aspek yaitu manusia, waktu dan tempat. Hal ini berarti bahwa setiap perubahan sosial menyangkut manusia di dalam satu unit waktu dan lingkungan tertentu. Karena itu di dalam analisis tentang perubahan sosial ketiga unsur tersebut harus diperhatikan.
Dengan adanya peran penyuluh pertanian (PPL) Kecamatan Karanganyar dalam memberdayakan masyarakat petani Kelurahan Tegalgede selama kurang lebih dua atau tiga tahun lamanya ada perubahan sosial yang terjadi di kalangan masyarakat petani setempat. Indikator penting di dalam perubahan sosial tersebuat adalah adanya perbedaan di dalam struktur, pola pikir dan pola tingkah laku yang terjadi pada sebagian masyarakat petani Kelurahan Tegalgede.
Perubahan dalam struktur masyarakat petani di Kelurahan Tegalgede sekarang ini bisa dilihat dari peningkatan kesejahteraan masyarakat petani itu sendiri, hal ini berdasarkan peningkatan hasil produksi petani setelah adanya penyuluh pertanian. Sedangkan perubahan pada pola pikir dalam mengatasi kendala pertanian baik dari kondisi internal maupun
eksternal bisa dilihat dari kemampuan para petani yang sudah mampu mengadopsi informasi maupun inovasi-inovasi yang disampaikan penyuluh pertanian, seperti para petani sekarang sudah mampu meminimalisir dan memberantas hama / penyakit yang menyerang persawahan mereka . Dalam perubahan tingkah laku yang signifikan terjadi dalam masyarakat petani Kelurahan Tegalgede adalah hilangnya perilaku meminjam modal pada perorangan / renternir dan sistem pola tanam yang tidak bervariasi hanya padi saja dalam satu tahun, sedangkan sekarang sudah menggunakan sistem tanam bergilir sehingga hama / penyakit berpindah dari lahan masyarakat petani.
Terlihat dari keberhasilan penyuluhan diatas tidak luput dari peran penyuluh pertanian (PPL) dalam memberdayakan masyarakat petani di Kelurahan Tegalgede. Keberhasilan ini juga karena adanya partisipasi masyarakat petani itu sendiri yang mau aktif mengikuti segala bentuk penyuluhan yang diadakan oleh penyuluh pertanian. Selanjutnya apa yang masyarakat petani dapat dari arahan dan inovasi-inovasi penyuluhan pertanian mereka adopsi dan diterapkan dalam menyelenggarakan usahatani mereka.
Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL ) Kecamatan Karanganyar
c. id
Peran Fasilitasi
Peran Edukasional